Anda di halaman 1dari 51

PENGUKURAN FISIOTERAPI

2
Wismanto SPd, SFt, M Fis.

pertemuan 2

ROM with goniometry

Mampu memahami dan melaksanakan


pengukuran pada sendi.

I. KONSEP DASAR
Hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah :
A. Goniometer
B. Joint motion
C. Range Of Motion (ROM)
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM
E. End Feel
F. Capsular Pattern of ROM limitation
G. Non Capsular Pattern of ROM limitation

A. GONIOMETER
Berasal dari Yunani : Gonia (sudut) dan metron (ukuran)
Digunakan untuk pengukuran sudut (jarak gerak/ lingkup
gerak) persendian pada satu gerakan (single motion)
Goniometer merupakan salah satu parameter dalam
melakukan pemeriksaan / evaluasi pada persendian dan
jaringan lunak (soft tissue) disekitar sendi.

Data hasil pengukuran goniometer dapat digunakan


untuk :
Menentukan ada atau tidaknya disfungsi
Menentukan/ menegakkan diagnosis
Menentukan dan mengembangkan tujuan terapi.
Evaluasi progresivitas atau tidaknya tujuan terapi.
Modifikasi tindakan terapi.
Motivasi pasien (klien).
Penelitian efektivitas teknik terapi tertentu.
Referensi dalam penyiapan alat bantu.

B. JOINT MOTION
Gerakan yang terjadi pada persendian dapat terjadi pada
:
1. Permukaan sendi (Athrokinematik)
2. Pada tulang (Osteokinematik)

1. Permukaan sendi (Athrokinematik)


Gerakan dapat berupa :
Slide / Glide (geser)
Spin (angular)
Rol (berputar)
Dalam tubuh manusia, ketiga gerakan athrokinematik
tersebut terjadi secara bersamaan dan menghasilkan
suatu kombinasi gerak yang mempengaruhi gerakan
osteokinematik.

2. Pada tulang (Osteokinematik)


Gerakan osteo kinematik terjadi pada tiga bidang gerak
dengan masing-masing aksis gerakannya :
a. Bidang sagital

: Aksis gerakan medial-lateral.

b. Bidang frontal

: Aksis gerakan anterior-posterior

c. Bidang transversal

: Aksis gerakannya vertikal

C. RANGE OF MOTION (ROM) DAN PANJANG OTOT


ROM adalah sudut yang terjadi saat bergerak yang
terjadi dalam sendi.
Panjang otot adalah extensibilitas maksimum unit
tendon otot.
Panjang otot dalam hubungannya dengan integritas
sendi dan extensibilitas jaringan lunak, yang
menentukan fleksibilitas.

Secara umum dikenal 2 metoda penulisan yaitu:


1. Zero method : Contoh, sendi hip fleksi 0 - 125,
ekstensi 0 - 15 (Conventional)
2. ISOM (International Standart Orthopaedic Measurement)
Contoh: Elbow: S 0 - 0 - 135
S 5 - 0 - 135
S 10 -0 - 135

2. Rekording:
ISOM/ SFTR (Sagital-Frontal-Transversal-Rotasional) :
(Gerardt & Russe)
a. Semua gerakan ditulis dalam 3 kelompok angka
b. Ekstensi dan semua gerakan yg menjauhi tubuh ditulis
pertama
c. Fleksi dan semua gerakan yg mendekati tubuh ditulis
terakhir
d. Posisi awal dituliskan di tengah
e. Lateral fleksi/rotasi spine ke kiri ditulis pertama,
ke kanan ditulis terakhir

f. Semua gerakan diukur dan posisi awal netral atau


posisi anatomis
g. Posisi awal normal ditulis dgn 0, tetapi dlm keadaan
patologis berubah.
h. Semua posisi yg mengunci atau tdk ada gerakan
sama sekali (ankylosis) hanya ditulis dengan
2 kelompok angka.

METODE PENCATATAN
PICTORIAL CHART
Sagital Frontal Tranverse Rotation
Dikembangkan oleh Gerhart dan Russe yang dilakukan dengan
melakukan pencatatan awal gerak pada suatu bidang untuk dua
gerakan yang berlawanan.
Contoh :

CONTOH :
Ekstensi-fleksi shoulder (50 - 170) pada bidang
sagital

Shoulder S : 50 - 0 - 170

CONTOH :
Hip Abd (45) dan Add ( 15) pada bidang frontal

Hip F : 45 - 0 - 15

CONTOH :
Horizontal abd (30) dan add Shoulder (135)
pada bidang trasversal

Shoulder T : 30 - 0 - 135

Penulisan 2 kelompok angka pada system SFTR yang


menunjukkan sendi dalam keadaan terkunci
Contoh :
Elbow: S 0 - 10, artinya sendi siku terkunci/kaku pd 10 Fl.
R 10 - 0, artinya sendi siku terkunci pd 10 Sup.
R 0 - 15, artinya sendi siku terkunci pd 150 Pronasi.

Posisi deformitas dgn mudah digambarkan melalui


penulisan tersebut.
Contoh:
Knee: F 10 - 0 (genu valgus)
F 0 - 10 (genu varus)
S 10 - 0 - 130 (genu recurvatum)
Jika angka di tengah tidak 0 berarti ada kekakuan sendi
di awal gerakan.
Contoh:
Elbow: S 0 - 10 - 135,
artinya kaku pd posisi 10 ke arah fleksi 135

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ROM


ROM normal sangat bervariasi pada setiap individu, dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Active ROM. (AROM)
4. Passive ROM (PROM)
5. End feel
6. Capsular pattern of ROM limitation
7. Non capsular pattern of ROM limitation

II. PROSEDUR PENGUKURAN ROM


Sebelum melakukan pengukuran ROM :
A. Fisioterapis harus mengetahui beberapa hal penting pada setiap
gerakan :
Rekomendasi posisi pengukuran.
Posisi alternatif
Stabilisasi yang dibutuhkan
Struktur dan fungsi sendi
End feel normal
Anatomi tulang
Kesesuaian instrumen

B. Fisioterapis harus terampil melakukan :


Posisi dan stabilisasi dengan tepat
Menggerakkan bagian tubuh dengan ROM yang tepat
Menentukan akhir ROM (end feel)
Palpasi pada bagian tulang secara tepat
Membaca instrumen pengukuran
Mencatat hasil pengukuran dengan tepat

III. PELAKSANAAN PENGUKURAN


A. POSISI (POSITIONING)
Menentukan suatu posisi (lying, prone lying, sitting)
Menempatkan sendi dalam posisi awal (0)
Membantu stabilisasi segmen proksimal sendi
Positioning berpengaruh terhadap ketegangan jaringan
lunak disekitar sendi (kapsul, ligamen dan otot).

B. STABILISASI (STABILIZATION)
Untuk mengisolasi bagian tubuh dan segmen proksimal
sendi yang akan diukur
Tujuan : Untuk mencegah terjadinya gerakan sinergis
pada sendi lain yang berhubungan
Stabilisasi dapat dilakukan secara manual

C. INSTRUMEN
Digunakan GONIOMETER dengan berbagai bentuk dan variasi

D. KESESUAIAN (ALIGNMENT)
Kesesuaian Tangkai goniometer (stationary arm dan moving arm)
dengan bagian distal dan proksimal sendi yang akan diukur akan
mempengarui :

AKURASI HASIL PENGUKURAN

E. PENCATATAN (RECORDING)
Dilakukan pada numerical recording form.
Sebagai data dan bahan evaluasi tentang kondisi pasien.
Yang perlu dicatat :
1. Nama, umur, jenis kelamin
2. Nama pemeriksa
3. Tanggal dan waktu pengukuran
4. Jenis dan tipe goniometer yang digunakan
5. Sisi tubuh, sendi dan gerakan yang diukur

6. ROM (Awal gerakan dan akhir gerakan)


7. Tipe gerakan yang diukur (Pasif/ Aktif)
8. Data subyektif lainnya
Nyeri,
Discomfort, dll
9. Data obyektif lainnya
Spasme,
Keterbatasan capsular pattern atau non capsular
patern
10. Faktor deviasi lainnya selama pengukuran.

KESIMPULAN
Dengan pemeriksaan dan pengukuran integritas,
mobilitas sendi dan R.O.M yang akurat, dapat diketahui
gambaran patofisiologi, impairment, functional limitation
dan disability yang menyebabkan gangguan pada sendi
tersebut.
Dengan demikian diagnosa dan prognosa fisioterapi
dapat ditetapkan secara tepat, selanjutnya akan
menentukan arah dan jenis intervensi fisioterapi yang
adekuat.

ROM
PRAKTEK

INTERNATIONAL STANDARD ORTHOPAEDIC


MEASUREMENTS
(ISOM)
International STFR Method of Measuring and Recording Joint Motion

By Otto A. Russe, M.D. and John J. Gehard, M.D.

Normal position

Tiga Bidang :
Sagital (S)
Frontal (F)
Transversal (T)
Ditambah satu gerakan:
Rotasi (R)

Penulisan : Asal gerakan


yang jauh dari tubuh
ditulis dahulu,
Untuk Lateral bending
(head and trunk), sebelah
kiri ditulis dahulu

1
Sagital Plane
Bidang yang membagi tubuh
dalam dua bagian yang sama, kiri
dan kanan disebut bidang sagital.
Semua gerakan dan posisi dalam
bidang ini atau sejajar bidang
tersebut untuk itu dicatat : S
Frontal Plane
Bidang frontal adalah bidang
muka atau depan sisi tubuh
(tegak lurus terhadap bidang
sagital).
Semua gerakan dan posisi di
bidang ini dicatat : F.

3
Transverse Plane
Bidang melintang /horizontal yang ditempatkan pada sudut yang tepat dalam
bidang sagital dan frontal. Semua gerakan dan posisi di bidang ini dicatat : T.

Kebanyakan rotasi berada di


bidang transverse, tetapi ada
beberapa di bidang frontal atau
sagital.
Oleh karena itu, semua rotasi
dicatat : R dan tidak di bidang di
mana mereka benar-benar
mengambil tempat.
Supinasi dan pronasi serta eversi
dan inversi juga tercatat sebagai R.

Rotasi bahu kiri di 90 abduksi


diukur dengan lengan kedepan
sebagai indikator (S plane).
Rotasi pinggul kanan di 90 fleksi
diukur dengan kaki sebagai indikator
(F plane).
Rotasi pinggul kiri dengan extensi
lutut dan pinggul diukur dengan kaki
sebagai indikator (T plane).
Rotasi bahu kanan dengan lengan
dekat dengan tubuh juga diukur
dengan lengan kedepan sebagai
indikator (T plane)

Contoh Aplikasi Goniometer


1

S- Motion
1.Ext and fl of shoulder
2. fl elbow
3. Ext (dorsi fl) and fl wrist
4.Fl hip
5.Fl knee
6.Ext (dorsiflexi) and fl ankle

SHOULDER

Gerakan Shoulder pada Bidang


Sagital (S) :
Ext 45 dan flexi 180 ( Posterior
and anterior elevation) dicatat :
Shoulder : S 45 0 - 180

Gerakan Shoulder pada Bidang F:


Abd 180, Add 45 (in front of the
body), zero starting posisition
dibentuk pada bidang frontal
Shoulder : F 180-0-45

Gerakan Shoulder pada Bidang T:


Horizontal ext 45, Horizontal Fl 135,
(Hor Abd/Add), dibentuk pada
bidang transversal pada Abd 90,
Shoulder : T45-0-135

Gerakan Shoulder pada Rotasi


Ext rotrasi 60, Int rot 90,
elbow flexi 90, fore arm bergerak
sesuai indikator Shoulder :
R (F0)60-0-90

Gerakan Shoulder pada Rotasi dengan posisi lengan (Arm) Abd 90.
Ext. Rot. 90, Int Rot. 90, elbow flexi 90, fore arm bergerak
sesuai indikator R (F90) 90-0-90

ELBOW
1

Extension and Flexion


Normal ROM S 0 0 145, apabila ada hyper
ext (10) S 10 0 - 145
Limitation of Motion of the elbow
Ada keterbatasan ext 30, sampai gerakan
kearah flexi 90, total ROM hanya 60 S

0 30 90
3

Rotation of the Forearm


Starting zero position (neutral rot) flexi elbow
90, posisi dorsum of the hand pararel dengan
axis dari lengan.
Supinasi 90 dan pronasi 80 R 90 0 80
Apabila supinasi terbatas 45 dan pronasi 50 R
45 0 - 50

Lack of Forearm Rotation


Complete stiffness of the forearm in 30 supination ( measured from zero Starting
position) R 30 0 (Stiffness in 20 pronation R 0 - 20

WRIST

Extension and Flexion


Ext (dorsi fl): 50 dan flexi : 60 S 50 - 0 - 60

Radial and Ulnar Deviation


2
Posisi netral (posisi 0) apabila fore arm dan
metacarpal III dalam satu garis.
Radial dev 20 (abd wrist) dan ulnar dev (add wrist)
30, F 20 0 30
(Perhatikan posisi anatomi)

3
Ankylosis of the wrist
Stiffness of the wrist 20 flexi (Palmar flexi) dicatat
S 0 20
Stiffness of the wrist 15 extensi
dicatat S 15 0
Flexion Deformity of the wrist
Ext kurang 5 yang diukur dari posisi netral (0), fleksi dari posisi awal 5 - 25
dinyatakan : S 0-5-25, posisi awal yang sebenarnya adalah 5 fleksi, dan fleksi
selanjutnya adalah 25

HAND

Thumb
Posisi netral (0) pada
gerakan full ext thumb.
Flexi MCP I: 60 dan
Interphalangeal joint of
pollex (IPP) : 65
(tanpa hyperextensi):
MCP I : S 0 0 60,
IPP
: S 0 0 65.

JARI 2 - 5

1
Gerak MP joint (tanpa hyperexetensi dan fl 90:
MCP : S 0 0 - 90

Gerakan sama, dengan hyperextensi 30:


MCP : S 30 0 - 90
ROM Proximal Interphalangeal joint :
PIP : S 0 0 - 100
Extension flexion in the distal IP joint
DIP : S 0 0 - 45
Hyperextension DIP : 15, flexi 45
DIP : S 15 0 - 45

Abd Add dan Ext Fl Metacarpal I pada Carpometacarpal Joit (CMC I)

Dua axis gerakan abd-add :


a. Ext (Radial Abd) dan flexi diukur
pada bidang Frontal dicatat :
VF (Vector in F).
b. Abd (Palmar abd) dan add diukur
pada bidang Sagital dicatat :
VS (Vector in S).

Abd Add pada Carpometacarpal I


(Palmar Abd) CMC I : VS 40 0 - 0
Extension Flexion pada CMC I
(Radial Abd) CMC I : VF 40 0 - 15

CERVICAL
SPINE

Ext dan Fl Cervical Spine


Ext dicatat lebih dahulu, flexi terakhir.
Average ROM : S 40 0 - 40
Left and Right Lateral Bending
Bending ke kiri dicatat terlebih
dahulu.
Average ROM : F 45 0 - 45
Rotation of the Cervical Spine
Rotasi kekiri dicatat lebih dahulu.
Average : R 50 0 50

Shoulder girdle
Backward dan forward flexion
T dimulai dari 0 (spt gambar)
Elevation and depression diukur dalam bidang F (jarang

THORACIC AND LUMBAR SPINE


1
Ext and Fl Th and L
Gambar 1 : S 35 0 45,
Average : S 30 0 - 85

2
Left and roght lateral bending
Diukur pada C7 dan S1
Average ROM : F 30 0 - 30

Alternate methode of Ext :1


Prone position.
Rotation :
Posisi : Sitting.
Rotasi kekiri dicatat terlebih dahulu
Average ROM : R 45 0 - 45

HIP

Ext. Hip dan fl hip posisi pasien


berlawanan.
Pelvic dan spine harus immobilisasi.
Combine motion :
S 15 0 120

KNEE AND
ANKLE

Hyper ext knee 12, Fl 130


S 12 0 - 130
Ext (dorsi flexi): 20, fl (plantar flexi): 50
S 20 0 50 ( Posisi posisi hip dan
knee flexi 90

ROTATION OF THE HIP

Rotasi Hip
Ext & Int Rotasi Flexi hip dan knee : 90.
Ext Rotasi dicatat lebih dahulu.
R (S90) 45 0 - 45

Ext & Int Rotasi hip dan knee extensi (S 0).


R (S0) 45 0 - 40
Abduction and Adduction Hip

Abd deformity on the Right Leg :


Gerakan mulai dari Abd 10, Abd 45, tidak
ada Add, Dicatat : F 45 10 - 0

Add Contracture, No abduction.


Dicatat : F 0 0 - 25

THE TOES

Ext and Fl of the great toe MTP I:


Dicatat : S 70 0 - 45
Ext and Fl MTP II V :
Dicatat : S 40 0 - 35
Ext and Fl PIP II V :
Dicatat : S 0 0 - 40

Ext and Flexi DIP II V :


Pada gambar 4 (Pathological) Hyper
ext 30. Dicatat : S 30 0 - 55

POSITIONAL DEFORMITIES

CUBITUS VALGUS AND CUBITUS VARUS


Physiological valgus position 5-15.
Abnormal mobility : valgus position 10, pasif
20. Dicatat : F 20 10 -0.
Cubitus varus 10, Pathological position dicatat :
F 0 10. (Average elbow position 10-0)

2
KNOCK KNEE , GENUA VALGA
Fig. 3 menunjukkan valgus position 25.
Dicatat: F 25 - 0

BOW LEGS, GENUA VARA


Varus position membentuk sudut 25.
Dicatat : F 0 - 25

GENU ANTECURVATUM (FLEXED KNEE)


AND RECURVATUM (BACK KNEE)
5
6

7
Flexion contracture
Back knee with hyper ext of the knee joint.

Hallux Valgus (sdt yang dibentuk MT I


dan prox phalanx (PPI) 50

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai