Anda di halaman 1dari 3

WASPADAI MATA ANAK SERING BERKEDIP

TERKENA TIC FACIALIS


Seorang anak laki-laki,usia 6 tahun datang ke dokter spesialis anak konsultan syaraf dengan keluhan
mata sering berkedip sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya gejala yang ditimbulkan oleh anak laki-laki
tersebut tidak terlalu mencolok, seperti mulut sering dimaju-majukan ke depan seperti ada yang
mengganjal di mulut bagian atas. Orang tua si anak berpikir ia hanya meniru adegan karakter kartun
yang sering ditlihatnya. Namun, tak berapa lama mata si anak juga sering berkedip-kedip seperti
kelilipan. Banyak orang yang mengatakan anaknya cacingan atau kermian sehingga disarankan untuk
minum obat cacing, namun kedipan pada mata tak kunjung hilang. Semakin hari kedipan mata anak
semakin sering, dan cukup membuat orang tua khawatir. Akhirnya orang tua membawanya ke dokter,
dan ternyata dokter mendiagnosis bahwa anak tersebut terkena gejala tic facialis atau tic motorik.

Tic Facialis Dari Sudut Pandang Kedokteran


Tic pada wajah adalah salah satu jenis dari kelainan motorik otot mimik wajah akibat spasme otot yang
tak bisa dikendalikan. Hal ini dapat disebabkan oleh gangguan pada satu atau lebih dari otot mimik
wajah yang mengakibatkan mata sering berkedip dan mengerutkan hidung. Walaupun terjadi secara tak
terkontrol, beberapa penderita gejala Tic ini dapat mengendalikan gerakan tersebut secara sadar.

Apa Saja Gejala Tic Facialis?


Tic sering mulai muncul pada anak umur 5-10
tahun. Anak laki-laki tiga kali lebih

sering

dibandingkan perempuan. Sebanyak 612% di


antara anak-anak mengalami tic. Biasanya mulai
muncul sebagai gerakan otot-otot wajah, berupa
mata berkedip-kedip. Mulut melakukan gerakan
mencucu (monyong) ke depan atau menyeringai.
Kepala

seperti

tersentak-sentak

atau

mengangguk-angguk, atau gerakan mengangkat


bahu berkali-kali. Tic juga bisa muncul waktu
tidur, walaupun ringan sekali. Tic yang terbatas
pada sebagian otot wajah disebut sebagai tic
simpel. Lebih sulit lagi, gerakan bisa berubah
menjadi gerakan yang lebih kompleks (disebut
sebagai tic kompleks) berupa bertambahnya
frekuensi, dan bertambah beratnya gerakan.

Tubuh bisa sampai bergerak-gerak seluruhnya, bahkan sampai anak melompat-lompat. Bisa juga anak
melengkungkan tubuhnya ke belakang sampai kita takut punggungnya akan patah.

Mengapa anak dapat mengalami tic?


Sayangnya sampai sekarang ilmu kedokteran belum berhasil menjawabnya. Tidak ada yang tahu persis
mengapa seorang anak dapat mengalami tic.
Memang diduga ada bagian otak yang
terganggu, terutama di daerah ganglia basalis,
tetapi gangguan ini tidak bisa dideteksi
dengan alat yang paling canggih sekalipun.
Gangguan bahan kimia otak seperti dopamin,
serotonin dan lain-lain juga tidak luput dari
pemeriksaan untuk mengetahui penyebab tic,
tetapi hasilnya juga masih simpang-siur.
Faktor genetik juga berperan. Di dalam
keluarga sering ada beberapa orang yang
mengalami tic. Sebagian anak mengalami perburukan gejala setelah infeksi tenggorok oleh kuman
streptokokus beta hemolitikus grup A. Keadaan ini disebut sebagai PANDAS (Pediatric Autoimmune
Neuropsychiatric Disorders associated with Streptococcal infection). Masalah lain adalah bahwa tic
sering muncul bersamaan dengan berbagai gangguan lainnya misalnya ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder), gangguan obsesif-kompulsif, depresi, kecemasan, gangguan kepribadian,
mengamuk, perilaku self-injurious, kesulitan belajar, gangguan tidur dan lain-lain. Semuanya merupakan
hagguan kejiwaan yang memerlukan bantuan dokter ahli jiwa.

Perkembangan Tic Saat Usia Dewasa


Pada 26% anak, tic akan menghilang sendiri tanpa obat dalam waktu satu tahun. Selewatnya dari satu
tahun, tic menjadi kronis. Walaupun menetap, gejala akan berkurang pada 46% anak. Yang memburuk
hanya kira-kira 14% anak.

Bagaimana mengobati tic?


Tic berupa gerakan ringan tidak memerlukan terapi, karena sebagian besar akan hilang dalam 12 bulan.
Tetapi kalau gerakannya mengganggu rasa percaya diri anak dan mengganggu kehidupannya. Karena
itun harus mendapat obat. Teknik terapi perilaku sudah banyak dicoba tetapi tidak ada yang berhasil.
Ada kira-kira 20 macam obat yang dapat digunakan untuk tic, tetapi lagi-lagi belum ada satupun juga

yang 100% memuaskan. Apalagi obat-obat tersebut banyak mempunyai efek samping. Saat ini telah
dikembangkan teknik akupressur dan akupuntur untuk mengobati berbagai macam kelainan syaraf
termasuk Tic facialis. Akupunturist akan melakukan pijatan khusus di daerah sekitar wajah, mata dan
hidung pasien dengan tekanan pada titik-titik tertentu. Beberapa jarum pun akan ditusuk di daerah
sekitar wajah dan kaki untuk merangsang
kerja dan aliran syaraf agar dapat bekerja
dengan lebih baik. Pada beberapa kasus,
gejala Tic banyak mengalami perbaikan pada
pasien yang mendapatkan terapi akupuntur
dan akupressur pada wajah dibandingkan
dengan

terapi

medikamentosa,

pilihan

terapi

tetap

penderita

karena

namun

tergantung

kebanyakan

dari
orang

memang mengalami ketidak nyamanan saat


sesi terapi karena rasa sakit saat ditusuk
maupun

saat

dilakukan

pijatan

pada

wajah.(ISS)

Daftar Rujukan
1. Pusponegoro HD. Tic dan sindrom Tourette. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan I. Kesehatan
Anak XLIX, 2006
2. Neurologic Motoric Tic. Neurologic Disorders.
.http://www.advancedacupuncture.com/conditions/trigeminal_desor.html

Anda mungkin juga menyukai