Makalh
Makalh
Disusun Oleh
NAMA
NIM
: 125040218113022
KELAS
:B
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroberi
merupakan
tanaman
buah
herba
dan
ditemukan
beriklim
tropis.
Di
Indonesia,
walaupun
stroberi
bukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Strawberry
Tanaman stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang
ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman
stroberi yaitu Fragaria choiloensis L. menyebar ke berbagai Negara
Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu Fragaria vesca
L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini
pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Stroberi yang kita
temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari
persilangan Fragaria virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara
dengan Fragaria Chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu
menghasilkan hybrid yang merupakan stroberi modern (komersil)
Fragaria x annanassa var Duchesne (Darwis, 2007). Spesies tanaman
stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai Negara di
Amerika, Eropa dan Asia. Sementara spesies lainnya yaitu Fragaria
vesca L tersebar lebih luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi
Fragaria vesca yang pertama kali masuk di Indonesia (Budiman dan
Saraswati, 2008).
2.2 Morfologi Tanaman Stroberi
Menurut
Gembong,
diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi
: Spermatophyta
(1985)
tanaman
stroberi
dapat
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
: Rosaideae
: Rosaceae
: Fragaria sp
membutuhkan
kelembapan
udara
yang
baik
untuk
rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat
genetik tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh di bawah cuaca
cerah tetapi dingin pada malam harinya akan mempunyai rasa lebih
enak disbanding yang tumbuh di bawah udara berawan, lembab dan
panas di malam hari (Soemadi, 1997).
Iklim
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah
hujan 600 700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari
yang di butuhkan dalam pertumbuhan adalah 8 9 jam setiap harinya.
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan
baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 20 C.
Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi
anatara 80 90 % (Anonimus, 2005).
Tanah
Jika ditanam di kebun, tanah yang di butuhkan adalah tanah liat berpasir,subur,
gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik, derajat keasaman
tanah (ph tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah 5.4 7.0, sedangkan
untuk budidaya di pot adalah 6.5 7.0. Jika di tanam di kebun maka kedalaman air tanah
yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah. Jika di tanam di dalam pot,
media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan air da unsure hara selalu tersedia.
Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000 1.500 meter dpl.
(Anonimus, 2005).
BAB III
BAHAN DAN METODE
Waktu Pelaksanaan
Penelituan ini dilakukan dipersemaian pada suhu rendah dan di
Green House dengan temperature 35- 40C dan 45-50 C . Penelitian
ini dilakukan selama 6 minggu.
Bahan
Pada jurnal pertama bahan yang digunakan yaitu kultivar jenis :
Aromas, Camarosa, Carmine, Cal Giant 3(CG3), Cal Giant 5(CG5),
Elsanta, Fern, Festival, Honeoye, Kabaria, Redlands Hope, Ruby Gem,
Selva, Sweet Charlie dan Whitney.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada jurnal yang pertama yaitu jurnal yang berjudul Heat-stress Tolerance of
Some Strawberry (Fragaria ananassa) Cultivars didapatkan hasil bahwa dari 15
kultivar strawberry terdapat perubahan yang sangat jelas dan perubahan ini tergantung
pada perubahan suhu. Dari semua kultivar strawberry terjadi penurunan RWC pada daun
secara bertahap yaitu penurunan pada perlakuan control dengan suhu 30C dan suhu
tertinggi 50C. Dari semua kultivar, 'Elsanta' dan 'R. Harapan 'memiliki RWC tertinggi
sementara' Fern ',' Whitney ',' Festival 'dan' CG3 'memiliki RWC terendah pada suhu 30
C. Hilangnya turgiditas pada kultivar strawberry disebabkan oleh peningkatan suhu.
Kehilangan turgiditas pada kultivar 'R. Harapan ',' Elsanta 'dan' CG5 'adalah
sekitar 20-25% pada suhu 50 C, sedangkan yang tertinggi (60%) pada kultivar ' CG3 ','
Festival 'dan' Fern '. Oleh karena itu, pengukuran RWC dan hilangnya turgiditas
merupakan indikator yang berguna pada keseimbangan air didalam tanaman. RWC dan
hilangnya turgiditas dapat mengungkapkan jumlah absolut air dan jumlah air yang hilang
pada masing-masing, yang tanaman membutuhkan untuk mencapai tingkat kejenuhan
yang artifisial (Qariani et al., 2000). Dalam penelitian ini, peningkatan linear pada RWC
daun dan penurunan linear serta hilangnya turgiditas terdeteksi pada 15 kultivar
strawberry.
Jumlah klorofil meningkat pada kultivar daun strawberry dengan suhu yang
tinggi. Kandungan klorofil meningkat secara bertahap dari 2,8 mg / g FW (di kontrol)
sampai 5 mg / g FW pada suhu 50C di kultivar 'Sweet Charlie' dan kultivar 'Whitney',
yang merupakan nilai tertinggi. Di sisi lain, 'Fern' memiliki daun kandungan klorofil
terendah dengan sekitar 2-2.5 mg / g FW. Peningkatan relatif terkecil dalam kandungan
klorofil ditemukan dalam kultivar 'Elsanta' dan 'R. Harapan '(10% dan 12%, masingmasing), sedangkan peningkatan terbesar ditemukan pada' CG3 'dan' Whitney '(42% dan
44%, masing-masing).
Untuk meringkas, LT
50
stroberi
yang
dievaluasi.
Ada
variasi
genotip
untuk
Sedangkan pada jurnal yang kedua yaitu jurnal yangt berjudul Respone To
Drought Stress Of Three Strwberry Cultivars Grown Under Green House Conditions
didaptkan hasil perubahan fisiologi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk melihat variasi atau keragaman genotip pada beberapa varietas strawberry dan
dapat digunakan sebagai hubungan ketahanan terhadap cekaman kekeringan. Kultivar
'Elsanta' mampu mempertahankan potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua
kultivar lainnya. Hal ini terlihat pada awal percobaan setelah 60 hari.
Dalam penelitian ini tanaman menerima air irigasi yang kurang selama periode
percobaan. Namun pada percobaan ini tidak ditemukan titik layu pada nilai terendah
terhadapa potensi kekurangan air (-1,87 MPa untuk 'Salut'). Hal ini sesuai dengan
pengamatan Sruamsiri dan Lenz (1986) yang menyarankan -1,7 MPa sebagai ambang
batas untuk layu dan -2.5 MPa sebagai ambang batas untuk kerusakan kekeringan
ireversibel pada tanaman stroberi. Ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk
berbagai proses fisiologis pada tanaman. Salah satu respon pertama dari tanaman
kekeringan adalah penutupan stomata, yang membatasi pertukaran gas antara bagian
dalam daun dan atmosfer. Penutupan stomata melindungi tanaman terhadap kehilangan
air yang berlebihan, tetapi juga membatasi difusi CO2 ke dalam parenkim fotosintesis
(Chaves et al., 2003).
'Elsanta' (75 dan 82%, masing-masing), diikuti oleh 'Elkat' (72 dan 72%, masing-masing)
dan 'Salut' (67 dan 60%, masing-masing).
Dalam penelitian ini, WUE bervariasi secara jelas yang tergantung pada kultivar
dan ketersediaan air. Dalam kasus kultivar 'Elsanta', WUE tanaman stres lebih tinggi
dibandingkan dengan irigasi yang baik. WUE mengamati tinggi kultivar yang merupakan
konsekuensi dari tingginya nilai laju fotosintesis pada transpirasi rendah. Hasil tersebut
mengindikasikan peningkatan kapasitas untuk menyimpan air dengan 'Elsanta'
dibandingkan dengan dua kultivar lainnya. Chaves et al. (2003) menyimpulkan bahwa
kebanyakan tanaman cenderung menunjukkan peningkatan efisiensi penggunaan air
dalam kondisi kekurangan air ringan dan sedang.
diperoleh dari kultivar 'Elsanta'. Kerugian dalam hasil dalam menanggapi pengobatan
kekeringan adalah: 38% untuk 'Elkat', 29% untuk 'Salut', dan 26% untuk kultivar
'Elsanta'.
Menurut Bota et al. (2001), kultivar yang lebih tahan terhadap kekeringan
(memiliki nilai WUE tinggi pada ketersediaan air) biasanya kurang produktif dalam
kondisi yang menguntungkan. Pengamatan serupa dilakukan oleh Chandler dan Ferree
(1990) pada dua kultivar stroberi. Dalam percobaan ini kultivar yang digunakan adalah
kultivar jenis 'Surecrop' adalah lebih tahan terhadap kekeringan daripada kultivar
'Raritan', yang memiliki tingkat pertukaran gas yang lebih tinggi dan menekan kerugian
ketika mengalami kekurangan air. Namun, di bawah kondisi yang menguntungkan
'Raritan' (kurang tahan terhadap kekeringan) menghasilkan rendemen buah jauh lebih
tinggi daripada 'Surecrop'. Dalam penelitian ini kultivar 'Elsanta' merupakan kultivar
yang paling toleran terhadap cekaman kekeringan baik pada kondisi irigasi optimal
maupun irigasi yang terbatas.
Perbedaan morfologi dan fisiologis yang signifikan antara tiga strawberry
genotipe diperiksa. Kultivar 'Elsanta' dievaluasi sebagai yang paling mudah beradaptasi
dengan cekaman kekeringan yang unggul dalam mengurangi konsumsi air dalam kondisi
kekeringan. Adaptasi morfologi dan fisiologis memungkinkan tanaman 'Elsanta' untuk
mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas ketika ketersediaan air menurun.
Tanaman kultivar 'Elkat' menunjukkan toleransi terendah kekurangan air.
Dari temperature yang ditetapkan, maka perbedaan sangat jelas terhadap tanaman
strawberry yang ditanam pada temperature tinggi dan pada tempat pada suhu yang relatif
kering seperti pada gambar berikut ini :
Suhu Rendah
Suhu Optimal
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian berdasarkan dua sumber yang diaambil maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Kultivar 'Elsanta', 'R. Harapan 'dan' Camarosa 'ditentukan sebagai
yang relatif toleran terhadap cekaman kekeringan, sementara' Whitney ',' Fern ',' Festival
', dan' CG3 ' relatif sensitive tehadap kekeringan serta Kultivar 'Elsanta' dievaluasi
sebagai yang paling mudah beradaptasi dengan cekaman kekeringan yang unggul dalam
mengurangi konsumsi air dalam kondisi kekeringan. Adaptasi morfologi dan fisiologis
memungkinkan tanaman 'Elsanta' untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas
ketika ketersediaan air menurun. Tanaman kultivar 'Elkat' menunjukkan toleransi
terendah kekurangan air.
DAFTAR PUSTAKA
Bota J., Flexas J., Medrano H. 2001. Genetic variability of photosynthesis and water use
in Balearic grapevine cultivars. ANN. APPL. BIOL. 138: 353-361.
Boyer J.S. 1970. Leaf enlargement and metabolic rates in corn, soybean, and sunflower at
various leaf water potentials. PLANT PHYSIOL. 46: 233-235.
Chandler C.K., Ferree D.C. 1990. Response of Raritan and Surecrop strawberry plants
to drought stress. FRUIT VAR. J. 44: 183-185.
Chaves M.M., Maroco J.P., Pereira J.S. 2003. Understanding plant responses to drought
from genes to the whole plant. FUNCT. PLANT BIOL. 30: 239-264.
Gehrmann H. 1985. Growth, yield and fruit quality of strawberries as affected by water
supply. ACTA HORT. 171: 463-469.
Gehrmann H., Lenz F.R. 1991.Wasserbedarf und Einflu von Wassermangel bei
Erdbeere.
I.
Blattflchenentwicklung
und
Trockensubstanzverteilung.
Qariani L, Jaafari SEl, Dekkaki M, Araus JL (2000). Cuticular conductance, water use
efficiency and drought tolerance of durum wheat isolines of differing
glaucousness. Options Mditerranennes Srie A, sminaires Mditerranens
40:315-318.