Patofisiologi Migren
Patofisiologi Migren
Merupakan salah satunyeri kepala yang aling sering ditemukan. Penyebabnya multifaktorial dan
hingga saat ini belum jelas.
Migrain lebih sering mengenai pada usia dewasa muda, puncak insidens antara 25 34 tahun,
90% mengalami nyeri kepala sebelum usia 40 tahun.
Gambaran klinik penyakit ini dapat dibagi atas 4 fase.
Fase I : Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan
selama 24 jam sebelum serangan. Gejala berupa terasa ringan ada kepala, tidak enak,
iritabel, memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunmyah
terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
Fase II : Aura
Gangguanpenglihatan yang paling sering dikeluhkan pasien. Khas pasien melihat seperti
melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau melihat garis zig zag disekitar mata dan
hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating scotoma).
Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,
dysphasia.
Fase ini berlangsung antara 5 60 menit. Sebanyak 80% serangan migraine tidak disertai
aura.
b. Magnesium
Pada serangan migren, magnesium dlam otak dan cairan serebrospinal menurun.
Pada ,igren dengan stress, dikeluarkan magnesium yang banyak dalam air seni.
Minuman yang mengandung estrogen, alkohol dan fosfat dengan kadar tinggi,
dpat menurunkan kadar magnesium dan mengakibatkan serangan migren.
Magnesium mempengaruhi tonus pembuluh darah.
Vasokontriksi intrakranial bagian luar korteks berperan dalam terjadinya migren dengan
aura.
Pembuluh darah yang mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat
aktivasi saraf nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh
darah ekstrakranial mengalami pelebaran sehingga akan teraba denyut jantung. Pelebaran
ini akan menstimulasi orang sadar yang diterjemahkan sebagai sakit kepala. Dalam
keadaan yang demikian, vasokonstriktor (misalnya golongan senyawa ergot) akan
mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator (misalnya nitrogliserin) akan
memperburuk sakit kepala.
Neuron-neuron aktif di ssp kemudian mengekspresikan gen c-fos yang di tekan oleh
butabarbital di dalam nukleus kaudatus
Pada migren tanpa aura, kejadian kecil di neuron juga mungkin merangsang nukleus
kaudalis kemudian menginisiasi migren.
Nervus trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi pembuluh kranial untuk dilatasi.
Hasilnya, senyawa-senyawa neurokimia seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP)
dan substansi P akan dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma.
Kejadian ini akhirnya menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat, terjadilah inflamasi
steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular.
Selain CSD, migren juga terjadi akibat beberapa mekanisme lain, di antaranya aktivasi
batang otak bagian rostral, stimulasi dopaminergik, dan defisiensi magnesium di otak.
Mekanisme ini bermanifestasi pelepasan 5-hidroksitriptamin (5-HT) yang bersifat
vasokonstriktor.