PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang klien dan atau pasien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini
menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena disisi
lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi
lain sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Perawat wajib
melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya. Pelaksanaan gawat
darurat yang sangat membutuhkan pertolongan segera dapat dilaksanakan dengan
baik yaitu di rumah sakit yang tercipta kerja sama antara perawat serta tenaga
kesehatan lain yang berhubungan langsung, sedangkan untuk daerah yang jauh
dari pelayanan kesehatan modern tentunya perawat kebanyakan menggunakan
seluruh
kemampuannya
untuk
melakukan
tindakan
pertolongan,
demi
Praktek Keperawatan
Mahasiswa Keperawatan mengetahui Hukum-hukum tentang Malpraktik
Keperawatan
Mahasiswa / Perawat dapat menghindari sedini mungkin kelalaian dalam
menjalankan profesinya
BAB II
PEMBAHASAN
UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
(2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
(3) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung
jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya.
Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan.
Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan
edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab.
Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 9
(1) Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan,
upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan
berwawasan kesehatan.
Pasal 10
Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam
upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,
maupun sosial.
Pasal 11
Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk
mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Pasal 12
Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.
Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program
jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundangan.
Pasal
14 mengungkapkan
bahwa setiap
orang berhak
untuk
mendapatkan
kesehatan optimal.
HAK PASIEN
1. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai
dengan standar profesi kedokteran.
2. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan
tindakan medis yang akan dilakukan dokter/ suster.
3. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang
pasien.
4. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.
5. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis
yang akan dilakukan pada pasien.
6. Hak untuk menghentikan pengobatan.
7. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain /
Rumah Sakit lain.
8. Hak atas isi rekaman medis / data medis.
9. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
10. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya
yang
KEWAJIBAN PASIEN
1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan
penyakit kepada petugas kesehatan.
2. Mematuhi nasihat dokter dan perawat
3. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
4. Memenuhi imbalan jasa pelayanan.
Sedangkan
menurut
Surat
edaran
DirJen
Yan
Medik
No:
di rumah sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
c.
d.
keperawatan.
Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
e.
f.
g.
berlaku.
Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang
h.
i.
j.
Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau
k.
terhadap dirinya
Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan
o.
p.
medis miliknya.
Memberikan informasi
q.
r.
pengobatanya.
Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban
yang
lengkap
dan
jujur
tentang
masalah
2.
3.
4.
5.
Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta oleh pasien. Tidak boleh menahan informasi, kecuali
bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan
kesehatan pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada
keluarga terdekat pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat
10
dengan pasien, kehadiran seorang perawat atau paramedik lain sebagai saksi
adalah penting.
6.
11
Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk
dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada
unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat
melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain
(Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud
dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar,
atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan
sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu
yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak
dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah
ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat
tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
12
3.
Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005), sebagai
berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum
atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan keperawatan
tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang
merupakan kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak
dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap
tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan
atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien
tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh
pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata,
dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
menurunkan Proximate cause
5. Liabilitas dalam praktek keperawatan
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
setiap tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat
profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai
13
b.
c.
d.
Peraturan
Menkes
No.660/MenKes/SK/IX/1987
yang
tentang
penerapan
14
e.
dan
direvisi
dengan
SK
Kepmenkes
Fry
(1990)
menyatakan
bahwa
akuntabilitas
representatif
dari
masyrakat
profesi
harus
mampu
diawasi
kehormatan etik.
16
oleh
sebuah
majelis
atau
dewan
asuhan
keperawatan
maupun
kelalaian
dalam
17
KASUS
Tn.T umur 55 tahun, dirawat di ruang 206 perawatan neurologi Rumah
Sakit AA, tn.T dirawat memasuki hari ketujuh perawatan. Tn.T dirawat di ruang
tersebut dengan diagnosa medis stroke iskemic, dengan kondisi saat masuk Tn.T
tidak sadar, tidak dapat makan, TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt. Kondisi
pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis, TD: 150/100,
N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara pelo,
mulut mencong kiri. Tn.T dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat menjawab
pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Tn.T tidak jelas (pelo). Tetapi saat sore
hari sekitar pukul 17.00 wib terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu
terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang 206 dimana tempat
Tn.T dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi
dan masuk ruang 206, saat itu perawat mendapati Tn.T sudah berada dilantai
dibawah tempatt tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.
Ketika peristiwa itu terjadi keluarga Tn.T sedang berada dikamar mandi, dengan
adanya peristiwa itu keluarga juga langsung mendatangi tn.T, keluarga juga
terkejut dengan peristiwa itu, keluarga menanyakan kenapa terjadi hal itu dan
mengapa, keluarga tampak kesal dengan kejadian itu. Perawat dan keluarga
menanyakan kepada tn.T kenapa bapak jatuh, tn.T mengatakan saya akan
mengambil minum tiba-tiba saya jatuh, karena tidak ada pengangan pad temapt
tidurnya, perawat bertanya lagi, kenapa bapak tidak minta tolong kami saya
pikir kan hanya mengambil air minum.
Dua jam sebelum kejadian, perawat merapikan tempat tidur tn.T dan
perawat memberikan obat injeksi untuk penurun darah tinggi (captopril) tetapi
perawat lupa memasng side drill tempat tidur tn.T kembali. Tetapi saat itu juga
perawat memberitahukan pada pasien dan keluarga, bila butuh sesuatu dapat
memanggil perawat dengan alat yang tersedia.
18
PEMBAHASAN KASUS
Analisa Kasus
Kasus Tn.T merupakan salah satu bentuk kasus kelalaian dari perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan, seharusnya perawat memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pasien (Tn.T). rasa nyaman dan aman salah satunya
dengan menjamin bahwa Tn.T tidak akan terjadi injuri/cedera, karena kondisi
Tn.T mengalami kelumpuhan seluruh anggota gerak kanan, sehingga mengalami
kesulitan dalam beraktifitas atau menggerakan tubuhnya.
Pada kasus diatas menunjukkan bahwa kelalaian perawat dalam hal ini
lupa atau tidak memasang pengaman tempat tidur (side drill) setelah memberikan
obat injeksi captopril, sehingga dengan tidak adanya penghalang tempat tidur
membuat Tn.T merasa leluasa bergerak dari tempat tidurnya tetapi kondisi inilah
yang menyebabkan Tn.T terjatuh.
Seharusnya sebagai perawat dituntut untuk dapat bertanggung jawab baik
etik, disiplin dan hukum. Dan prinsipnya dalam melakukan praktek keperawatan,
perawat harus menperhatikan
Melakukan praktek
19
1.
b.
c.
d.
e.
Supervise dari ketua tim, kepala ruangan atau perawat primer tidak
dijalankan dengan baik
f.
g.
h.
2.
Terhadap Pasien
1)
Terjadinya
kecelakaan
atau
injury
dan
dapat
20
3)
4)
5)
b.
b)
c)
d)
2)
3)
c.
21
2)
3)
4)
d.
Bagi profesi
1)
2)
3.
Hal yang perlu dilakukan dalam upaya pencegahan dan perlindungan bagi
penerima pelayanan asuhan keperawatan, adalah sebagai berikut:
1) Bagi Profesi atau Organisasi Profesi keperawatan :
a.
Bagi
perawat
secara
individu
harus
melakukan
tindakan
c.
d.
keperawatan
sebelum
memberikan
praktek
22
Rumah
Sakit
melakukan
uji
kompetensi
sesuai
Kasus
Tn.T
dan
kelalaian
perawat
diatas,
harus
memperhatikan berbagai hal baik dari segi pasien dan kelurga, perawat secara
perorangan, Rumah Sakit sebagai institusi dan juga bagaimana padangan dari
organisasi profesi.
Pasien dan keluarga perlu untuk dikaji dan dilakukan testomoni atas
kejadian tersebut, bila dilihat dari kasus bahwa Tn.T dan kelurga telah diberikan
penjelasan oleh perawat sebelum, bila membutuhkan sesuatu dapat memanggil
perawat dengan menggunakan alat bantu yang ada. Ini menunjukkan juga bentuk
kelalaian atau ketidakdisiplinan dari pasien dan keluarga atas jatuhnya Tn.T.
23
Segi perawat secara perorangan, harus dilihat dahulu apakah perawat tersebut
kompeten dan sudah memiliki Surat ijin perawat, atau lainnya sesuai ketentuan
perudang-undangan yang berlaku, apa perawat tersebut memang kompete dan
telah sesuai melakukan praktek asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke,
seperti Tn.T.
Tetapi bagaimanapun perawat harus dapat mempertanggung jawabkan
semua bentuk kelalaian sesuai aturan perundangan yang berlaku.
Bagi pihak Rumah Sakit, harus juga memberikan penjelasan apakah perawat
yang dipekerjakan di Rumah Sakit tersebut telah memenuhi syarat-syarat yang
diperbolehkan oleh profesi untuk mempekerjakan perawat tersebut. Apakah RS
atau ruangan tempat Tn.T dirawat mempunyai standar (SOP) yang jelas. Dan
harus diperjelas bagaimana Hubungan perawat sebagai pemberi praktek asuhan
keperawatan di dan kedudukan RS terhadap perawat tersebut.
Hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-undang nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan. Pasal 14 UU tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang
berhak untuk mendapatkan kesehatan optimal. Pasal 53 menyebutkan bahwa
setiap pasien berhak atas informasi, rahasia kedokteran, dan hak opini kedua.
Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti rugi karena
kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
4.
2.
25
26
dari setiap tindakannya dan secara kemampuan, telah mendapat pelatihan dan
pendidikan untuk itu. Artinya seorang perawat yang menyadari bahwa
tindakannya dapat merugikan pasien, ketiga; adanya kesalahan (schuld) berupa
kesengajaan (dolus) atau karena kealpaan (culpa), ketiga; tidak adanya alasan
pembenar atau alasan pemaaf; dalam hal ini tidak ada alasan pemaaf seperti tidak
adanya aturan yang mengijinkannya melakukan suatu tindakan, ataupun tidak ada
alasan pembenar.
Secara prinsip, pertanggungjawaban hukum administrasi lahir karena
adanya
terhadap
BAB III
27
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dengan perubahan paradigma perawat dari yang dulunya vokasional
menjadi professional maka perawat dan mahasiswa sebagai calon perawat harus
memahami betapa pentingnya standart praktik keperawatan sehingga membantu
dalam kelancaran memberikan asuhan keperawatan
Dan dengan konsekuensi tersebut perawat dan mahasiswa harus mampu
mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotornya serta juga mengerti
dengan hokum hokum yang berkaitan dengan pelayanan keperawatan, sehingga
bias terhindar dari kesalahan dan dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan
standart, sehingga menghasilkan pelayann yang bermutu.
3.2 Saran
Perawat dan mahasiswa harus lebih mampu untuk megembangkan dirinya
sehingga dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta mampu melaksanakan
standart praktik dengan baik sehingga dengna perubahan paradigma tersebut dan
pembagian tugas dan tanggung jaawab membuat seorang perawaat selalu siap.
DAFTAR PUSTAKA
28
29