Kurang Protein
Kurang Protein
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anak usia di bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang rentan
terhadap kesehatan dan gizi. Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah
satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia.
Dalam Repelita VI, pemerintah dan masyarakat berupaya menurunkan
prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun saat ini di Indonesia sedang
dilanda krisis ekonomi yang berdampak juga pada status gizi balita, dan
diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan
pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP
berat/gizi buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk
kesiapan sarana pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit Umum,
Puskesmas perawatan, puskesmas, balai pengobatan (BP), puskesmas
pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
Agar upaya penanggulangan KEP di puskesmas dan rumah tangga dapat
mencapai sasaran yang diharapkan secara optimal diperlukan adanya Buku
Pedoman sebagai acuan.
B. PENGERTIAN, KLASIFIKASI
ENERGI PROTEIN
DAN
GEJALA
KLINIS
KURANG
2. Klasifikasi KEP
2.1.KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak
pada pita warna kuning
2.2.KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak
di Bawah Garis Merah (BGM).
2.3.KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku
median WHO-NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP
berat/Gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP
berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku Median WHO-NCHS
(lampiran 1)
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar
dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmickwashiorkor. Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang
bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe
kwasiorkor.
a. Kwashiorkor
-
b. Marasmus:
-
c. Marasmik-Kwashiorkor:
-
C. PENEMUAN KASUS
Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari :
BAB II
MEKANISME PELAYANAN GIZI
BALITA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. Tingkat Rumah Tangga
- Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur
setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya
- Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
- Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun
- Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak
sesuai anjuran pemberian makanan (lampiran 5)
- Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggauta keluarga
lainnya
- Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila
balita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan
- Ibu menerapkan nasehat yang dianjurkan petugas
B. Tingkat Posyandu
- Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta
mencatat hasil penimbangan pada KMS
- Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk memberikan
hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan dan tetap memberikan ASI
sampai usia 2 tahun
- Kader memberikan penyuluhan pemberian MP-ASI sesuai dengan
usia anak dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu
- Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggauta
keluarga lainnya
- Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan
penyuluhan gizi seimbang dan PMT Penyuluhan
- Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan
tidak naik 3 kali (3T) dan berat badan di bawah garis merah
(BGM)
- Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan
penyakit penyerta lain
- Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan
kesehatan balita
Bila anak berat badan nya tidak naik atau tetap maka berikan
penyuluhan gizi seimbang untuk dilaksanakan di rumah
Bila anak sakit dianjurkan untuk memeriksakan anaknya ke
puskesmas
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah
garis merah (BGM) pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan
Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan
diberikan setiap hari.
Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama,
makanan tersebut diberikan satu hari dalam bentuk matang
selebihnya diberikan dalam bentuk bahan makanan mentah
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS
teruskan pemberian PMT pemulihan sampai 90 hari
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita
warna hijau pada KMS kader merujuk anak ke puskesmas untuk
mencari kemungkinan penyebab lain
Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS,
kader menganjurkan pada ibu untuk mengikuti pelayanan di
posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran gizi dan
kesehatan yang telah diberikan
Ibu memperoleh penyuluhan gizi/kesehatan serta demontrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP
Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan nasehat
yang diberikan tentang gizi dan kesehatan
Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau perkembangan
kesehatan dan gizi anak
D. Puskesmas
-
Apabila berat badan anak mulai naik, anak dapat dipulangkan dan
dirujuk ke posyandu/PPG serta dianjurkan untuk pemantauan
kesehatan setiap bulan sekali
BAB III
TATA LAKSANA
PELAYANAN KEP BERAT/GIZI BURUK
DI PUSKESMAS
A.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase
stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus
trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk setiap fase.
FASE
1
2
3
4
5
6
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Elektrolit
Infeksi
MulaiPemberian
makanan
Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
Mikronutrien
Stimulasi
Tindak lanjut
8
9
10
STABILISASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7
B. SEPULUH
LANGKAH
BERAT/GIZI BURUK
TRANSISI
Minggu ke-2
Tanpa Fe
UTAMA
REHABILITASI
Minggu ke 3-7
dengan Fe
PADA
TATA
LAKSANA
KEP
10
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan
meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu
dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa penghangatan ini
dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur (bukan ketiak) setiap
setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil, tetap
dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh
kembali pada keadaan hipothermia.
Tidak dibenarkan
penghangatan anak dengan menggunakan
botol berisi air panas
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP berat/Gizi
buruk dengan dehidrasi adalah :
Ada riwayat diare sebelumnya
Anak sangat kehausan
Mata cekung
Nadi lemah
Tangan dan kaki teraba dingin
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
Cuprum
Mangan
Magnesium
Kalium
:
:
:
:
:
12
2 sampai 4 bulan
(4 - < 6 kg)
4 sampai 12 bulan
(6 - < 10 Kg)
12 bln s/d 5 thn
(10 - < 19 Kg)
KOTRIMOKSASOL
(Trimetoprim + Sulfametoksazol)
Beri 2 kali sehari selama 5 hari
AMOKSISILIN
Beri 3 kali
sehari untuk
5 hari
Sirup
Tablet dewasa
80 mg trimeto
prim + 400 mg
sulfametok
sazol
Tablet Anak
20 mg trimeto
prim + 100 mg
sulfametok
sazol
Sirup/5ml
40 mg trimeto
prim + 200 mg
sulfametok
sazol
125 mg
per 5 ml
2,5 ml
2,5 ml
5 ml
5 ml
7,5 ml
10 ml
Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai
9 bulan
Catatan :
14
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2
jam)
Bila
pasien
tidak
dapat
menghabiskan
Formula
WHO
75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan
petugas )
Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari
Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap
4 jam
Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara berlahanlahan untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi
bila anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara
mendadak.
15
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per
100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan
protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam.
Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat digunakan asalkan dengan
kandungan energi dan protein yang sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30
ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari).
16
MAKANAN KELUARGA
17
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet
besi folat atau sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi
UMUR
DAN
BERAT BADAN
6 sampai 12 bulan
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5 tahun
TABLET BESI/FOLAT
Sulfas ferosus 200 mg + 0,25
mg Asam Folat
Berikan 3 kali sehari
tablet
SIRUP BESI
Sulfas ferosus 150 ml
Berikan 3 kali sehari
tablet
5 ml (1 sendok teh)
PIRANTEL PAMOAT
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
tablet
tablet
1 tablet
1 tablet
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
1 kapsul
Kapsul Vitamin A
100.000 IU
1 kapsul
-
18
19
BAB IV
TATA LAKSANA DIET
PADA KEP BERAT/GIZI BURUK
A. Tingkat Rumah Tangga
1. Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan sering
kepada anak sesuai dengan kebutuhan ( lihat lampiran 5)
2. Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
B. Tingkat Posyandu /PPG
1. Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah sesuai usia
anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti anjuran makanan
(lampiran 5)
2. Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak, perlu
mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan komposisi gizi
mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan 1 hari, yaitu :
Energi
Protein
20
4. Lama PMT-P
pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan setiap hari
kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
5. Cara penyelenggaraan
a.
b.
C. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk
memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin
mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal. Ada 4
(empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian diet,
pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
I. Pemberian diet balita KEP berat/gizi buruk harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi
b. Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
c. Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
21
Tabel 1 :
KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN
ZAT GIZI
Energi
Protein
Vitamin A
Asam Folat
Zink
Cuprum
Fe
Cairan
STABILISASI
100 Kkal/kgbb/hr
1-1,5 g/kgbb/hr
Lihat langkah 8
Idem
Idem
Idem
Idem
130 ml/Kgbb/hr
atau
100 ml/kgbb/hr
bila ada edema
FASE
TRANSISI
150 Kkal/kgbb/hr
2-3 g/kgbb/hr
Lihat langkah 8
Idem
Idem
Idem
Idem
150 ml/Kgbb/hr
REHABILITASI
150-200 Kkal/kgbb/hr
4-6 g/kgbb/hr
Lihat langkah 8
Idem
Idem
Idem
Idem
150-200 ml/Kgbb/hr
22
Tabel 2
JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN
FASE
Stabilisasi
WAKTU
PEMBERIAN
JENIS
MAKANAN
FREKWENSI
Hari 1-2
F75/modifika
si/Modisco
12 x ( dg ASI )
12 x ( tanpa
ASI)
45
45
65
65
90
110
Hari 3-4
F75/modifika
si/Modisco
8 x ( dg ASI)
8 x (tanpa
ASI)
65
65
100
100
130
160
Hari 5-7
F75/Modifika
si/Modisco
90
90
130
130
175
220
Transisi
Minggu 2-3
130
90
195
130
175
220
Rehabilita
Si
Minggu 3-6
F100/modifi
kasi/Modisco
I
Atau II
F135/modifi
kasi/Modisco
III, ditambah
6 x (dg ASI)
6 x (Tanpa
ASI)
4 x ( dg ASI )
6 x ( tanpa
ASI)
3 x ( dg/tanpa
ASI )
90
100
150
175
Makanan
lumat/makan
lembik
sari buah
3 x 1 porsi
1x
100
100
100
100
Makanan
lunak/makan
An biasa
Buah
3 x 1 porsi
1 2 x 1 buah
BB < 7 Kg
BB >7 Kg
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan :
Energi : 1200 Kkal
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali
makanan lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah
23
Tabel 3
FORMULA WHO
Bahan
FORMULA WHO
Per 100 ml
F 75
F 100
F 135
g
g
g
Ml
Ml
25
100
30
20
1000
85
50
60
20
1000
90
65
75
27
1000
Kalori
g
g
Mmol
Mmol
Mmol
Mg
Mg
Mosm/l
750
9
13
36
6
4.3
20
2.5
5
36
413
1000
29
42
59
19
7.3
23
2.5
12
53
419
1350
33
48
63
22
8
30
3.4
10
57
508
NILAI GIZI
Energi
Protein
Lactosa
Potasium
Sodium
Magnesium
Seng
Copper
% energi protein
% energi lemak
Osmolality
Tabel 4
MODIFIKASI FORMULA WHO
FASE
STABILISASI
Bahan Makanan
Susu skim bubuk (g)
Susu full cream (g)
Susu sapi segar (ml)
Gula pasir (g)
Tepung beras (g)
Tempe (g)
Minyak sayur (g)
Margarine (g)
Lar. Elektrolit (ml)
Tambahan air (L)
F75
I
25
70
35
27
20
1
F75
II
35
70
35
17
20
1
F75
III
300
70
35
17
20
1
TRANSISI
REHABILITASI
F100
M1
MII
F135
MIII
100
50
25
1
110
50
30
20
1
100
50
50
1
100
50
50
1
25
75
50
150
60
27
1
120
75
50
1
*) M : Modisco
24
Keterangan :
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga
kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang
mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan
modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian
Formula WHO 135 sampai makanan biasa
CARA MEMBUAT
1. Larutan Formula WHO75
Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit,
diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum
Larutan modifikasi :
Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula, tepung, minyak.
Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7
menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan
(blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus
disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras,
minyak, dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak
hingga mendidih selama 5-7 menit.
3. Larutan elektrolit
Bahan untuk membuat 2500 ml larutan elektrolit mineral, terdiri atas :
KCL
224 g
Tripotassium Citrat
81 g
MgCL2.6H2O
76 g
Zn asetat 2H2O
8,2 g
Cu SO4.5H2O
1,4 g
Air sampai larutan menjadi 2500 ml (2,5 L)
25
26
Daftar Kepustakaan
1.
2.
3.
4.
5.
WHO.
Guideline for the Inpatient Treatment
Malnourished Children, WHO Searo, 1998.
6.
7.
Medicine.
Dietary
of Severely
Edward Arnold ,
27
Penasehat :
Dr. Dini Latief MSc
(Kepala Direktorat Bina Gizi Masyarakat)
Dr. Muharso SKM
(Kepala Pusat Data Dep.Kesehatan)
Dr. Bambang G. Hamurwono SpM (Kepala Direktorat RS Umum dan Swasta)
Tim Penyusun
1. Dr. Sri S. Nasar, SpAK
2. Dr. Emelia Soeroto Hamzah, SpAK
3. Budi Hartati SKM, Mkes
4. Dr.Endang Peddyawati, MSc
5. Bambang Harianto, SKM. M.Sc.
6. Nursiah A. Ganie, M.Sc
7. Ir. Martini, MCN
8. Rita Kemalawati, MCN
9. Dr. Kirana Pritasari, M.Sc
10. Dr. Anie Kurniawan M.Sc
11. Ida Pasaribu MPH
12. Drs. Arizal, MCN
13. Minarto, MPS
14. Dr. Wistianto, MPH
15. Sunawang, M.Sc
16. Evarini Ruslina, SKM
17. Ichwan Arbie, SKM
18. UKK dan UK Gizi
19. Ferina Darmarini, DCN
IDAI
IDAI
Persagi
PDGMI
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit. Bina Kesehatan Keluarga
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit. Bina Upaya Kes. Puskesmas
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit Bina Gizi Masyarakat
Pusat Data Kesehatan
Unicef
Dit Bina Gizi Masyarakat
Dit Bina Gizi Masyarakat
IDAI
RSCM
28