Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN

PENCEGAHAN DAN TATA LAKSANA


GIZI BURUK PADA BALITA

Direktorat Gizi Masyarakat

Disampaikan pada:
Pertemuan Sosialisasi Uji Coba Aplikasi PELITA KESMAS Tahun 2021
Bogor, 8 – 10 September 2021
1
Kurang gizi akut berdasarkan klasifikasi WHO

• Balita dengan indeks • Balita dengan indeks BB/PB


BB/PB atau BB/TB di BALITA atau BB/TB kurang dari -3 SD
antara -3 SD sampai GIZI atau
Balita
kurang dari -2 SD • Usia 6-59 bulan:
gizi atau
BURUK Pengukuran LiLA < 11,5 cm
kurang • Usia 6-59 bulan: atau
Pengukuran LiLA berada • Edema bilateral yang bersifat
di antara 11,5 cm sampai pitting (tidak kembali setelah
kurang dari 12,5 cm ditekan)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Besaran Masalah
Gizi Buruk pada Balita
di Dunia dan di Indonesia

❑ Global Nutrition Report (2018): beban kasus


kurang gizi akut (wasting) mencapai 7,5%
atau 50,5 juta anak balita di tahun 2017

❑ Situasi status gizi kurang (wasting) dan gizi


buruk (severe wasting) pada balita di wilayah
Asia Tenggara dan Pasifik, Indonesia
menempati urutan kedua tertinggi untuk
prevalensi wasting diantara 17 negara di
wilayah tersebut, yaitu 12,1% (Riskesdas Berdasarkan data dari 54 negara berkembang,
malnutrisi pada anak diawali dengan weight faltering
2013) → 10,2 % (Riskesdas 2018) → 7,44% yang umumnya terjadi pada usia sekitar 3-4 bulan
(SSGBI, 2019) (Victoria et al, 2010)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 4
0
2
3
4
5
6

1
DI Yogyakarta
Kalimantan Utara
Bangka Belitung
Bali
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Riskesdas 2018, SSGBI 2019


Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Banten
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
JawaTimur
Sumatera Barat
Kalimantan Barat
DKI Jakarta
Bengkulu
Sulawesi Tengah
RKD 2018 Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
INDONESIA
1,7
3,5

Jawa Barat
SSGBI 2019

Gorontalo
Tahun 2018 -2019

Lampung
Nusa Tenggara Timur
Maluku Utara
Kalimantan Tengah
Sumatera Selatan
Riau
Jambi
Sulawesi Tenggara
Aceh
Prevalensi Gizi Buruk Pada Balita Menurut Provinsi

Papua
Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Papua Barat
Maluku
Komitmen Internasional dan Nasional
Sustainable Development Goal butir kedua:
Pentingnya Mengakhiri kelaparan,
mencapai ketahanan pangan dan
perbaikan gizi, serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan

Indikator IKP dan IKK RPJMN 2020-2024:


1. Persentase bumil KEK (target 10% tahun 2024)
2. Persentase kabupaten/ kota yang melaksanakan SASARAN RPJMN 2020-2024:
Surveilans Gizi (target 100% tahun 2024) • STUNTING 14%
3. Persentase Puskesmas mampu Tata Laksana Gizi
Buruk pada Balita (target 60% tahun 2024) • WASTING 7%
4. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat
ASI Eksklusif (target 60% tahun 2024)
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
TARGET INDIKATOR RPJMN - RENSTRA 2020 -2024
TARGET 2020-2024
RPJMN
No INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024 /RENSTRA

1 Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) 24,1 21,1 18,4 16,0 14,0 RPJMN
pada Balita
2 Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 8.1 7.8 7.5 7.3 7.0 RPJMN
balita.
Sesuai dengan PMK No 2/2020 istilah kurus dan
sangat kurus menjadi gizi kurang dan gizi buruk

3 Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 16 14,5 13 11,5 10 RPJMN
RENSTRA
4 Persentase Kabupaten/kota yang Melaksanakan 51 70 80 100 100 RPJMN
Surveilans Gizi RENSTRA
5 Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana 10 20 30 45 60 RENSTRA
Gizi Buruk pada Balita
6 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan 40 45 50 55 60 RPJMN
mendapat ASI Eksklusif RENSTRA

Perpres Stunting: Persentase anak berusia di bawah lima tahun Tatalaksana Rawat Inap
(balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk, Tatalaksana Rawat Jalan
target 90% tahun 2024
Jumlah Puskesmas di Indonesia : 10.134
Komitmen Pemerintah dalam
Penanggulangan Gizi Buruk pada Balita

Peningkatan kapasitas petugas dalam tata laksana balita gizi buruk

Peningkatan Cakupan Penimbangan Balita (untuk deteksi dini)

Komunikasi/ Informasi/ Edukasi Gizi

Pemberian makanan tambahan (PMT)


bagi balita dengan gizi kurang

Pelayanan gizi buruk melalui Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan


Community Feeding Centre (CFC) sebagai pusat pemulihan gizi
Upaya Kementerian Kesehatan
dalam Penanganan Gizi Buruk pada Balita
NO INDIKATOR SPM
1 Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pemantauan pertumbuhan dan 2 Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
perkembangan balita secara rutin 3 Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
di masyarakat, sebagai salah satu upaya 4 Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

dalam pelayanan kesehatan pada balita 5 Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
yang terdapat dalam Standar Pelayanan 6 Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar.
Minimal (SPM)
7 Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar.
8 Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
9 Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan pelayanan kesehatan
Rujuk ke pelayanan kesehatan untuk sesuai standar.
dilakukan konfirmasi status gizi dan 10 Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar.
intervensi lebih lanjut untuk balita dengan 11 Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.
indikasi gagal tumbuh 12 Setiap orang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV
sesuai standar.

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita


Strategi Operasional dan
Alur Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Pemberdayaan keluarga Penguatan sistem
01 dan masyarakat termasuk
pelibatan lintas sektor dan 04 kewaspadaan dini melalui
surveilans kesehatan dan gizi
dunia usaha

Meningkatkan kualitas dan Meningkatkan kerjasama

02 cakupan deteksi dini di


tingkat masyarakat sebagai 05 dengan lintas program, lintas
sektor, mitra pembangunan
upaya pencegahan gizi dan masyarakat
buruk
Meningkatkan dukungan dan

03 Meningkatkan kualitas
dan akses pelayanan
kesehatan dan gizi
06 peran serta Pemerintah
Daerah dalam dukungan
kebijakan dan pembiayaan

Menjadikan pencegahan dan tata laksana gizi kurang dan gizi buruk
07 pada balita sebagai salah satu prioritas intervensi spesifik dalam
program penurunan stunting
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Empat komponen Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT)

1 Penggerakan peran serta aktif masyarakat

Layanan rawat jalan bagi balita (6-59 bulan)


Komplikasi Medis :
2 dengan gizi buruk tanpa komplikasi medis,
dilakukan di fasilitas kesehatan primer
1. Anorexia
2. Dehidrasi berat (muntah terus
menerus, diare)
Layanan rawat inap untuk gizi buruk : 3. Letargi atau Penurunan
kesadaran
▪ Bayi usia < 6 bulan (dengan/ tanpa komplikasi medis),
3 ▪ Balita 6-59 bulan dengan komplikasi medis
4. Demam tinggi
5. Pneumonia Berat (sulit
▪ Balita > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg bernafas atau bernafas cepat)
6. Anemia Berat

4 Layanan balita dengan gizi kurang

Selain empat komponen tersebut, PGBT juga didukung oleh pelayanan dan program untuk
mencegah kekurangan gizi serta mengobati penyakit infeksi pada balita, seperti program pemberian
vitamin A, imunisasi, dan pemberian obat cacing.
Manajemen Tata Laksana Gizi Buruk

12
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Alur penapisan
balita gizi buruk

13
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
Tim Asuhan Gizi
Dokter Bidan/ Perawat Nutrisionis/ Dietisien Laboratorium, Farmasi
Radiologi
Anamnesa, pemeriksaan Melakukan tindakan dan Melakukan Proses Asuhan Melakukan pemeriksaan Melaksanakan permintaan
fisik →diagnosa perawatan (infus, NGT) Gizi (PAG) laboratorium sesuai kondisi obat dan cairan parenteral
berdasarkan klinis, atas instruksi dokter pasien atas instruksi dokter berdasarkan resep dokter
antropometri & dgn sarana yg ada (Hb
laboratorium, dll meter cyanmeth, gula darah,
telur cacing, malaria, dll)
Menentukan tindakan dan Membantu distribusi Membuat formula WHO Melakukan pemeriksaan Menyediakan vitamin A,
perawatan makanan (F75, F100), ReSoMal dan radiologi sesuai kondisi mineral mix untuk pembuatan
menyusun menu makanan pasien atas instruksi dokter F75, F100 & ReSoMal (oralit,
sesuai kondisi anak mineral mix, gula pasir), obat-
obatan sesuai kondisi kilinis
dan penyakit penyerta
Menentukan terapi obat & Membantu pemantauan Memberikan konseling gizi Mengawasi interaksi obat dan
terapi diet dan evaluasi pemberian makanan
makan kepada pasien
Memberikan konseling Bertanggung jawab pada Memantau & evaluasi Membantu memantau &
penyakit, asuhan medis asuhan keperawatan pemberian makan pada evaluasi pemberian obat
pasien kepada pasien
Melakukan pemantauan & Bertanggung jawab terhadap
evaluasi terhadap asuhan gizi &
perkembangan medis & penyelenggaraan makanan
status gizi pasien
Bertanggung jawab pada
pasien secara keseluruhan
Pemantauan dan evaluasi di pelayanan kesehatan

Peningkatan berat badan (> 50 g/ kgBB/ minggu selama 2 minggu


1
berturut-turut)

2 Lamanya hari rawat/ lama berobat

Case Fatality Rate (CFR) < 5% masih bisa ditolerir,


3 CFR > 20% tidak dapat diterima

4 Kunjungan rumah untuk tindak lanjut setelah perawatan di


RS/ Puskesmas → Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat
Pemantauan dan evaluasi di wilayah
Pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
1 Anak yg tidak naik BB 1 kali, BGM, dgn tanda-tanda klinis gizi buruk.

2 Laporan kasus gizi buruk oleh masyarakat, LSM maupun mass media.

SKD dan KLB Gizi buruk: manajemen kasus, penyelidikan kasus &
3 faktor penyebabnya, upaya penanggulangan & pencegahan meluasnya kasus,
surveilans ketat dan penanggulangan melibatkan LP/ LS.
Pemantauan status gizi tahunan tingkat kecamatan oleh Dinkes Kab/ Kota
4 setiap tahun.

Pemantauan Status Gizi nasional tiga tahun sekali melalui Susenas,


5 data rutin setiap tahun (eppgbm) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia
(SSGBI).
PENYESUAIAN INDIKATOR RENSTRA
PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA
(PANDEMI COVID 19)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 17


TARGET INDIKATOR RPJMN - RENSTRA 2020 -2024
TARGET 2020-2024
RPJMN
No INDIKATOR
2020 2021 2022 2023 2024 /RENSTRA

1 Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) 24,1 21,1 18,4 16,0 14,0 RPJMN
pada Balita
2 Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada 8.1 7.8 7.5 7.3 7.0 RPJMN
balita.
Sesuai dengan PMK No 2/2020 istilah kurus dan
sangat kurus menjadi gizi kurang dan gizi buruk

3 Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 16 14,5 13 11,5 10 RPJMN
RENSTRA
4 Persentase Kabupaten/kota yang Melaksanakan 51 70 80 100 100 RPJMN
Surveilans Gizi RENSTRA
5 Persentase Puskesmas Mampu Tatalaksana 10 20 30 45 60 RENSTRA
Gizi Buruk pada Balita
6 Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan 40 45 50 55 60 RPJMN
mendapat ASI Eksklusif RENSTRA

Perpres Stunting: Persentase anak berusia di bawah lima tahun Tatalaksana Rawat Inap
(balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk, Tatalaksana Rawat Jalan
target 90% tahun 2024
Jumlah Puskesmas di Indonesia : 10.134
PROSENTASE PUSKESMAS MAMPU
TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA

1. Indikator:
Prosentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita
2. Definisi Operasional:
Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita adalah Puskesmas dengan kriteria:
• Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi.
• Memiliki SOP Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
3. Dampak Pandemi Covid 19:
Terkendalanya pelaksanaan kegiatan workshop (pusat) dan pelatihan (end user) Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita (dekon dan DAK Non fisik)

Terdapat penyesuaian definisi operasional indikator selama pada masa


Bagaimana dengan pandemi Covid-19 → pelaksanaan pencapaian dilaksanakan bertahap
pencapaian target dimulai dari pemenuhan tersedianya SOP Tata Laksana Gizi Buruk pada
indikator tersebut ? Balita di Puskesmas
KONDISI PANDEMI 2020-2021
TAHAPAN PENCAPAIAN INDIKATOR PUSKESMAS
MAMPU TATA LAKSANA GIZI BURUK Peningkatan Kapasitas 2

Workshop “TOT” Bagi Tim Fasilitator 2019-2021


1
Ketersediaan SPO (sudah tersedia tim fasilitator di 34 provinsi)
Penyusunan dan Tetap
Penyediaan Contoh SPO diupayakan Pelatihan end user 2020-2021:
tim asuhan gizi di Puskesmas dan RS
Puskesmas menyusun SPO
sesuai sumber daya
Terkendala Pelaksanaan Pelatihan End User
( unggah ke sigiziterpadu)

Inovasi Perluasan Akses Pelatihan


1. Metode Daring (varian klasikal)
2. LJJ/ distance Learning (varian baru)

LJJ/ DISTANCE LEARNING


Sosialisasi 8-9 Juli 2021
Puskesmas mempunyai :
Prosentase puskesmas mampu tatalaksana gizi - tim asuhan gizi terlatih
STUNTING 14% buruk pada balita - Mempunyai SOP Tatalaksana
WASTING 7%

Persentase anak berusia di bawah lima tahun


(balita) gizi buruk yang mendapat pelayanan tata
laksana gizi buruk,
Bagaimana
Pencapaian Workshop dan pelatihan end user
Pandemi Covid 19 sejak Maret 2020 :
Target Renstra ?? pencegahan dan tata laksana gizi
refocusing dan PSBB
buruk pada balita
Puskesmas melakukan identifikasi
DIT GIZI
- Penyusunan Buku Saku
sumber daya (SDM, sarpras, obat , SPO Gibur
anggaran, dll)
- Tidak ada Tatalaksana Gizi Buruk
perubahan nama Rawat Jalan
Workshop Pelatihan Pencegahan
Indikator - Penyusunan Buku dan Tata Laksana Gizi Buruk
Pelatihan Luring
- Tidak ada Kumpulan Contoh SOP
perubahan target - Sosialisasi Contoh SOP dan
- Penyesuaian buku saku di setiap level Workshop penyelenggaraan Pelatihan daring
tahapan definisi - Pengembangan pelatihan pelatihan daring mengacu pada
operasional daring dan e learning / LJJ kurmod klasikal
(dimulai dari Pelatihan e- learning
ketersediaan SOP di
Puskesmas)
Pencatatan dan
Pelaporan sigiziterpadu
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENCEGAHAN
DAN TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA
1. Tersedia 5 contoh SPO
a. penetapan dan kasifikasi kasus
b. Deteksi Dini dan Rujukan kasus
c. Tata Laksana Rawat Jalan
d. Tata Laksana Rawat Inap
e. Pasca Rawap Inap
2. Sudah disosialisasikan ke Dinkes prov dan kab
/ kota serta Puskesmas
3. Puskesmas menindaklanjuti dengan membuat
SPO Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk
sesuai sumber daya Puskesmas
4. Melaporkan dan mengupload ke dalam sigizi
terpadu
ENTRY DATA INDIVIDU

ENTRY/SINKRONISASI DATA
LAPORAN AGREGAT
(TERMASUK INDIKATOR
PUSKESMAS MAMPU GIBUR)

UPLOAD BAST BAPB

MANAJEMEN USER
DAN TABEL

PPGBM VERSI OFFLINE

TATALAKSANA KASUS
GIZI BURUK
PElaporan kasus baLITA gizi buruk di pusKESMAS
(PELITA KESMAS):
FORMULIR PELAPORAN KASUS
• Modul di dalam aplikasi SIGIZI Terpadu, berfungsi
sebagai alat bantu memonitor secara online BALITA GIZI BURUK DI PUSKESMAS
cakupan pelayanan kasus balita gizi buruk di (PELITA KESMAS)
Puskesmas baik rawat jalan maupun rawat inap
sesuai pedoman pencegahan dan tata laksana gizi
buruk pada balita. Pelaporan Kasus Balita Gizi Buruk di Layanan
• Pelaporan kasus sesuai kriteria global (WHO) yaitu Rawat Jalan dan Rawat Inap
usia 0-6 bulan dan 6-59 bulan, kasus balita gizi
buruk yang sembuh dan yang meninggal serta I. Identitas Balita
kendala dalam pelayanan kasus di Puskesmas. II. Penapisan Gizi
III. Riwayat Gizi
IV. Penyakit Penyerta/Penyulit
V. Penanganan yang Diberikan
(usia 0 – < 6 bulan dan 6 – 59 bulan)
I. Hasil Pengobatan dan Rujukan Kasus
(usia 0 – < 6 bulan dan 6 – 59 bulan)
→ sembuh, meninggal, drop-out, dirujuk ke
RS, rawat inap pindah ke rawat jalan
VII. Pembiayaan (JKN, pembiayaan khusus
Modul hal 110 dan 116:
lampiran 1.2 dan 1.3
untuk gizi buruk, mandiri)

Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita 24


NSPK PENCEGAHAN DAN TATA LAKSANA GIZI BURUK BAGI BALITA
https://bit.ly/pedomanpencegahan
Rangkuman
Akar masalah kurang gizi terkait dengan ketahanan pangan dan gizi, kemiskinan,

1 pendidikan, keamanan, ketersediaan air bersih, higiene dan sanitasi lingkungan, serta terkait
dengan situasi darurat atau bencana.

Bentuk komitmen pemerintah dalam penanggulangan gizi buruk pada balita dan tindak
lanjutnya melalui upaya:
• Penyuluhan gizi
• Peningkatan cakupan penimbangan balita
2 • Pemberian makanan tambahan (MT) pemulihan bagi balita dengan gizi kurang
• Peningkatan kapasitas petugas dalam pencegahan dan tata laksana gizi buruk pada balita
• Pembentukan Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre (CFC)
sebagai pusat pemulihan gizi.
Strategi operasional penanganan gizi buruk:
• Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
• Meningkatkan kualitas dan cakupan deteksi dini
3 • Meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan dan gizi
• Penguatan sistem kewaspadaan dini melalui surveilans kesehatan dan gizi
• Meningkatkan kerja sama dengan LP/LS, mitra pembangunan dan masyarakat
• Meningkatkan dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah
• Menjadikan pencegahan dan tata laksana gizi kurang dan gizi buruk pada balita sebagai
salah satu prioritas intervensi spesifik
Pencegahan dan dalam
Tata Laksana Gizi Burukprogram
pada Balita penurunan stunting

Anda mungkin juga menyukai