Anda di halaman 1dari 9

Revisi Amdal Mal Paragon Dinilai Kurang

SEMARANG- Revisi amdal proyek Mal dan Hotel Paragon City Jalan Pemuda masih diminta
untuk diperbaiki. Dalam pembahasan dokumen amdal yang diajukan kembali itu, Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) meminta agar kegiatan yang sudah
terlaksana, termasuk keluhan pihak-pihak lain dimasukkan.
Kasubid Pemulihan Kualitas Lingkungan Bapedalda, Sapto Tjahjono mengatakan, revisi amdal
Paragon diharapkan tidak hanya memuat rencana-rencana yang akan dilakukan. Hasil kegiatan
yang sudah berlangsung hingga kini juga diminta disertakan. Tujuannya agar mudah diketahui
pihak-pihak terkait yang mengkaji dokumen tersebut.
Setelah kami kaji dokumen revisi, masih ada tahapan proyek yang tertulis akan dikerjakan.
Padahal, sebagian tahapan seperti pembangunan konstruksi sudah terlaksana, katanya Selasa
(25/11).
Ia mencontohkan salah satu keterangan dokumen yang masih memerlukan penjelasan lebih
lanjut, yakni pemasangan ground anchor. Teknik penahan tanah di sekitar proyek tersebut tidak
mendapat penjelasan dengan porsi yang mencukupi.
Kelanjutan
Rapat pembahasan dokumen amdal Paragon merupakan kelanjutan dari pembatalan dokumen
terdahulu. Dokumen baru itu dibuat karena banyak perubahan dalam pengerjaan proyek yang
menyimpang dari amdal. Di samping itu, pelaksanaan pembangunan juga mendapat protes warga
dan instansi sekitar lokasi proyek.
Rapat juga dihadiri warga Sekayu, kelurahan, kecamatan, konsultan, pelaksana proyek PT
Cakrawala Sakti Kencana, serta narasumber ahli. Narasumber ahli dari Unika Soegijapranata,
Djoko Suwarno mengkritisi pengelolaan drainase.
Diharapkan proyek itu juga memiliki tandon air buangan sebagai penahan sebelum dialirkan ke
saluran umum. Air buangan dari kegiatan mal dan hotel terarah pada saluran Jl Tanjung, Jl
Pemuda, dan paling banyak Jl Thamrin. Bila tidak ada tandon, dikhawatirkan air di saluran cepat
meluap. Kami juga meminta proyek ini memerhatikan ketersediaan ruang terbuka hijau
(RTH), katanya.
Business Development Manager Paragon City, Dance Aquarianto menilai teknik pembangunan
yang dikerjakan benar, termasuk ground anchor. Ia mengatakan, kesalahan yang ada bersifat
nonteknis, seperti pemasangan ground anchor di bawah lahan Pertamina tanpa izin resmi.
Kami sudah menyampaikan permohonan maaf ke pihak terkait.
Salah satu warga yang ikut pertemuan, Hermanto menilai, Paragon kurang berikhtikat baik. Hal

itu dapat dilihat ketika merevisi amdal setelah ada protes dari Pertamina. Dia berharap setelah ini
tidak terjadi kesalahan lagi. (H22,H9-37)

Mal Paragon Pernah Usul Dirikan


Bangunan 60 Meter
Selasa, 22 Juni 2010 | 22:30 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Panitia kerja Mal Paragon DPRD Kota Semarang menemukan data
bahwa pengelola mal yang berada di Jalan Pemuda tersebut pernah mengajukan usulan mendirikan
bangunan setinggi 60 meter.
"Saat itu, mal Paragon pernah mengajukan usulan ketinggian gedung mencapai 60 meter melalui
Dirjen Penerbangan Udara," kata anggota Panja Mal Paragon DPRD Kota Semarang, Gunadi
Susetyo, di Semarang, Selasa.
Gunadi menjelaskan, data tersebut muncul pada saat dewan mengundang sejumlah satuan kerja
perangkat daerah (SKPD) terkait, seperti Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika; Dinas
Kebersihan dan Pertamanan; Dinas Tata Kota dan Perumahan (DTKP); Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP), dan Badan Lingkungan Hidup (BLH), Selasa (22/6). "Kita masih menghimpun masukan
dari semua pihak, termasuk rekomendasi apa saja yang sudah dikeluarkan," katanya.
Terkait usulan ketinggian gedung tersebut, lanjut Gunadi, pengelola mal Paragon tidak mendapatkan
jawaban pasti karena tidak ada rekomendasi. Pengelola mal Paragon kemudian diminta
berkoordinasi dengan pihak Bandara Ahmad Yani dan pilot yang melintas di Kota Semarang. Hal itu
terkait dengan aturan kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP).
"Alasan mal Paragon adalah di samping mal ada antena milik PT Pertamina. Padahal, antena berdiri
sebelum ada peraturan soal KKOP dibuat. Undang-undang tidak berlaku surut," katanya.
Selain ketinggian gedung, dalam rapat Panja Mal Paragon dengan sejumlah SKPD terkait juga
menggali soal area parkir. Saat ini di mal Paragon sudah tersedia 1,2 hektare lahan parkir untuk
mobil dan sepeda motor. Terkait parkir perlu ada koordinasi dengan tingkat kecamatan agar
masyarakat sekitar bisa bekerja sebagai petugas parkir.
"Dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan menegaskan agar pohon yang telah dipotong diganti dan
pihak Mal Paragon mengganti lima pohon yang ditebang menjadi 50 pohon, termasuk membuatkan
tempat bendera. Untuk surat analisis dampak lingkungan (Amdal) dan Amdal lalu lintas (Amdal
Lalin) sudah lengkap. Untuk perizinan telah komplit," katanya.
Gunadi menambahkan, panitia kerja Mal Paragon belum mengeluarkan rekomendasi, karena akan
memanggil pengelola mal Paragon terlebih dahulu. "Kita belum ada rekomendasi, karena kita masih
mengumpulkan data. Kita akan memanggil pihak pengelola mal Paragon," katanya.

Paragon: Iktikad Berbagi Tumpeng


Manajemen Paragon berhasil melakukan media relations ataupun customer relations, kita yakin
mereka mau membina community relations dengan lebih baik
MAL Paragon hadir di Semarang dengan kampanye public relations (PR) yang nyaris sempurna.
Audiensi manajemen dengan pimpinan media, konferensi pers, ekspose fasilitas serta tenant
terkemuka yang mengobral diskon, iklan ucapan selamat dari relasi hingga pembukaan satu gerai
oleh Wali Kota Sukawi Sutarip yang dipuncaki dengan grand launching oleh Gubernur Bibit
Waluyo. Satu yang mungkin terlupa: berbagi tumpeng dengan warga sekitar.
Kampanye PR selalu berangkat dari analisis situasi yang diawali dengan identifikasi pemangku
kepentingan, yakni pihak-pihak yang perannya berpengaruh terhadap keberadaan, kelangsungan,
dan masa depan subjek PR. Konsumen, pemasok, media, dan pemerintah memang merupakan
stakeholders strategis bagi sebuah mal, seperti Paragon. Sayang, ada yang luput dari perhatian,
yakni warga sekitar. Inilah benih masalah yang kemudian melebar dan bereskalasi, yang
berpotensi menimbulkan krisis citra.

Menyusul ekpose dan publisitas usai grand launching, permasalahan nyata mengemuka dan
menjadi headline media: kemacetan lalu-lintas sekitar lokasi, kesemrawutan parkir kendaraan
pengunjung mal, maraknya PKL, unjuk rasa warga sekitar kepada pengelola untuk bisa
mendapatkan manfaat (baca: dipekerjakan), pertanyaan tentang amdal, izin ketinggian bangunan
(63 m) yang melampaui kawasan keselamatan pperasional penerbangan/ KKOP (45 m), hingga
bergulirnya wacana dan akhirnya pembentukan Panitia Kerja (Panja) DPRD Kota Semarang
tentang keberadaan mal itu.
Analisis situasi mestinya diletakkan dalam konteks ekonomis, sosial, dan kultural yang lebih
luas. Kehadiran Paragon sebagai pusat perbelanjaan modern tidak bisa diisolasi dari fakta makin
terpuruknya pasar-pasar tradisional. Paragon adalah kontras dari sandyakalaning Pasar Johar,
ikon Semarang, yang dengan terengah-engah sedang coba diinfus untuk kembali memperoleh
darah segar dan kehidupan baru.
Paragon, di tengah kelangkaan kesempatan kerja bagi warga sekitar niscaya juga merupakan
paradoks antara harapan untuk mendapatkan peluang kerja, atau setidaknya akses berusaha
(dengan menjadi PKL, misalnya) terbentur fakta yang jauh panggang dari api. Manajemen
Paragon, bergeming atas aspirasi mereka.
Krisis Citra Dalam pusaran labirin persoalan seperti ini, bisa dipahami, kehadiran Paragon sarat
dengan prasangka sosial yang pada gilirannya melebar dan bereskalasi. Prasangka sosial
memang menjadi fokus perhatian dan harus diantisipasi setiap perencana PR, terlebih ketika
mereka harus mengawal kehadiran produk baru dengan skala dampak sosial besar seperti
Paragon.
Prasangka sosial pula, yang biasanya menjadi akar atas community issue, yang bila tidak segera
ditangani dengan bijak dan cepat, bisa bereskalasi dan memicu terjadinya krisis citra, dan bahkan
krisis kepercayaan publik terhadap subjek PR.
Teori dasar inilah yang mendorong subjek PR secara sistematik dan berkesinambungan
melakukan program serta kegiatan berbasis masyarakat (community based activity) - sebagai
bagian dari upaya yang lebih melembaga, dan dikenal sebagai corporate social responsibility
(CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Legal formal, tanggung jawab sosial perusahaan
ini juga telah mempunyai pijakan hukum, bukan hanya hidup dalam ranah etika bisnis.
Kesediaan berbagi tum-peng atau nilai kemanfaatan kepada warga sekitar, juga mendapatkan
pembenaran filosofis, karena filosofi dasar PR adalah dedikasi kepada stakeholders. Warga
sekitar, adalah bagian penting dari stakeholders yang sejauh ini justru masih luput dari perhatian
dan kepedulian manajemen mal. Logika ini pula yang mungkin mendorong kalangan DPRD
Kota Semarang mewacanakan dan merealisasikan pembentukan panja tentang keberadaan
Paragon. Bila legislatif telah berinisiatif, publik berharap bahwa eksekutif akan menjadi
fasilitator dalam dialog untuk mempertemukan kepentingan warga sekitar dengan Paragon.
Media bisa mendorong percepatan proses dialog itu.

Manajemen Paragon telah berhasil dengan baik melakukan government relations, media
relations, maupun customer relations, kita yakin mereka akan mampu dan mau membina
community relations dengan lebih baik lagi. Paragon memang harus berbagi tumpeng dengan
warga sekitar. Masalahnya, bagaimana membaginya? (10)

Paragon City Sanggup Perbaiki Lingkungan yang Rusak


SEMARANG- Pihak Paragon City menyatakan kesanggupannya memperbaiki lingkungan yang
rusak, jika diakibatkan pembangunan gedung di bekas areal GRIS Semarang itu. Dalam waktu
dekat, akan mendata lokasi untuk lingkungan yang perlu diwaspadai rawan kerusakan.
Penegasan itu disampaikan Sigit Sandjojo dari Paragon City, kepada warga Sekayu dalam
pertemuan di Balai Kelurahan, kemarin.
Sebagai fasilitator pertemuan itu, Kepala Kelurahan Supriyanto SIP. Hadir tokoh masyarakat dan
warga terdekat lokasi pembangunan. Sigit mengatakan, semua yang berkaitan dengan dampak
pembangunan akan menjadi tugasnya untuk memperjuangkan memperoleh penggantian
sebagaimana layaknya. Dicontohkan, jika terjadi kerusakan atau pengurangan air sumur milik
warga, maka segara dicarikan jalan terbaik untuk menyelesaikannya. ''Terpenting di sini, semua
pihak tidak dirugikan,''katanya.
Sebelumnya, dilakukan sosialisasi mengenai dampak lingkungan pembangunan hotel dan mal
itu. Beberapa keinginan warga sudah diutarakan dan ditampung antara lain, dampak sumur
kering, kerusakan bangunan rumah, kebisingan, lowongan pekerja, dan lainnya. Namun
demikian, keinginan warga tersebut belum mendapat kepastian. Sejumlah warga sudah
bermaksud menghadap Kepala Kelurahan untuk mendapatkan kepastian, namun belum
terlaksana, pihak kelurahan mendahului mengadakan pertemuan itu.
Dari resume sosialisasi Amdal, diketahui beberapa harapan warga, antara lain warga diberi
kesempatan pertama untuk direkrut sebagai karyawan, pemrakarsa diminta bertanggung jawab
jika ada kerusakan rumah warga, dan Paragon juga diminta untuk tidak sekedar janji.
Dijelaskan Sigit, dalam waktu dekat akan mendata sumur dan rumah warga. Dari pendataan itu
dapat diketahui, apakah benar-benar sumur kering akibat pembangunan atau tidak. Begitu pula
bangunan, apakah rusak akibat pembangunan. Jika kerugian muncul, akan dicari jalan keluarnya.
Begitu pula untuk kebutuhan karyawan, pihak Paragon akan mengutamakan warga sekitar.
Kepala Kelurahan Supriyanto mengatakan, dia tak akan mencampuri urusan pembelian rumah
dan lain sebagainya. Jika ada persoalan, maka akan saya panggil kedua belah pihak untuk
bertemu langsung. ''Saya tak mau ada yang ngrasani Pak Lurah nyambi makelar,'' katanya. (A1456)

Warga Ingatkan soal Lingkungan

SEMARANG - Warga Kelurahan Sekayu yang bermukim di sekitar eks Gedung Gris
mengingatkan investor Paragon City Semarang agar serius memperhatikan kerusakan lingkungan
yang nanti diakibatkan pembangunan hotel dan mal tersebut.
Permintaan warga itu dikemukakan sehubungan rencana pembangunan gedung berlantai 13 dan
mal di lahan kosong, Jl Pemuda 116 itu, dalam waktu dekat ini. Akhir-akhir ini, Bappedalda Kota
Semarang telah melakukan pertemuan dan sosialisasi dengan warga sekitar. Bappedalda juga
menampung masukan dan saran warga.
Beberapa poin yang diajukan warga dalam pembahasan analisa mengenai dampak lingkungan
(amdal) kompleks yang berdekatan dengan Hotel Novotel itu, di antaranya persoalan air, tempat
pembuangan sampah (TPS), pengerukan dan getaran. Selain itu, warga juga menuntut agar
perekrutan tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar.
Lurah Sekayu, Supriyanto SIP kepada Suara Merdeka mengatakan, keinginan warga telah
disampaikan pada penanam modal yang dilibatkan dalam pertemuan tersebut. ''Sejak awal,
investor sudah memperhitungkan penempatan TPS dan pengolahan limbahnya.''
Diusahakan jangan sampai mendekat ke permukiman, karena masalah bau saja sudah
menimbulkan persoalan. ''Juga tentang air, harus dipertimbangkan pengambilan air tanah, jangan
sampai gara-gara ada hotel dan mal, sumur warga di sekitar kering,'' katanya.
Pada pertemuan di Bappedalda Kota Semarang beberapa waktu lalu, pihak Pemkot
mengingatkan agar penggunaan air bersih dikonsultasikan dengan PDAM. Karena permukaan air
tanah setiap tahun mengalami penurunan 12 cm, investor disarankan tidak menggunakan air
bawah tanah (ABT).
Untuk menangani limbah cair dan limpasan air hujan, keduanya harus dipisah sebelum
dimasukkan ke instalasi pengolahan air limbah (IPAL). ''Pihak hotel waktu itu sudah siap
memfasilitasi,'' kata Supriyanto.
Rusak Lingkungan
Sementara itu Hermanto, seorang warga mengaku, pihaknya sudah beberapa kali melakukan
pertemuan dengan Pemkot dan pihak kelurahan untuk membahas rencana pembangunan hotel
tersebut. Menurut dia, pembangunan gedung berlantai 13 itu akan berdampak langsung, terutama
warga yang rumahnya berdekatan dengan gedung baru tersebut.
Warga, kata dia, pada dasarnya mendukung pembangunan hotel dan mal tersebut, namun
masyarakat sekitar minta proses pembangunannya tidak mengganggu atau bahkan merusak
lingkungan sekitar Sekayu. Warga minta mata air atau sumurnya tidak terganggu, karena hotel
biasanya menggunakan sumur dalam atau artesis.
Penggunaan sumur dalam biasanya akan mengganggu sumur-sumur di sekitar lokasi
pembangunan hotel tersebut. Kalau nanti merusak mata air atau sumur, pihak hotel harus
bertanggung jawab. Misalnya, warga terdekat mendapat fasilitas air bersih atau PDAM yang
dijamin oleh pihak hotel.

Selain itu, warga mengingatkan agar pemasangan tiang pancang tidak mengganggu atau merusak
bangunan rumah warga sekitar, terutama yang berdekatan dengan hotel tersebut.
Getaran-getaran saat pemasangan tiang harus diperhitungkan sejak awal agar nanti dampaknya
bisa diminimalisasi.
Jika ternyata menimbulkan kerusakan, dalam pertemuan itu, warga minta ada semacam
kompensasi sebagai bentuk tanggung jawab pihak hotel terhadap lingkungan tersebut.
''Warga juga minta dilibatkan dalam proses pembangunan hotel tersebut, misalnya menjadi
tenaga kerja atau tukang,'' tuturnya.
Sementara untuk menjaga ketertiban lalu lintas warga, Hermanto minta pihak hotel tidak
menggunakan akses jalan Sekayu untuk kepentingan pihak hotel, terutama untuk pintu keluar
masuk.
Kondisi jalan tersebut biarkan seperti sekarang, sehingga pintu keluar masuk hotel atau mal
harus dari depan, yakni Jalan Pemuda. (H12-18d)

Paragon Akui Kesalahan


SEMARANG- Pengelola proyek Paragon City, PT Bauer Pratama Indonesia, sudah mengajukan
permintaan maaf secara terbuka kepada warga Kelurahan Sekayu. Bahkan surat pernyataan itu
telah diajukan kepada Lurah Sekayu, Kamis (6/9).
Dalam keterangannya, mereka terpaksa melakukan itu karena ada longsoran di salah satu lubang
bor.
''Yang kami lakukan selama ini, setiap ada longsor kecil, kami harus melakukan pengecoran.
Kejadian ini di luar dugaan kami, karena faktor alam, tiba-tiba ada kebocoran. Agar aman, kami
'menambal' dengan cor supaya tidak terjadi runtuh. Tapi sama sekali bukan aktivitas pengeboran,
karena kami melanjutkan pagi harinya,'' kata Anang Hidayat, Koordinator Proyek PT Bauer
Pratama Indonesia, kemarin.
Menurut dia, apa yang dilakukan adalah terpaksa untuk menghindari bahaya. Mereka juga
mengklaim, bila yang dilakukan selama ini hanya saat itu saja, yakni Kamis (6/9) pukul 00.30
hingga 00.45. Anang yang datang bersama manajemen Paragon City membantah, pihaknya
melakukan aktivitas pengeboran rutin di malam hari, sebagaimana dikatakan warga sekitar.
Lurah Sekayu Supriyanto SIP mengatakan, pihaknya menerima permintaan maaf Paragon. Surat
itu, kata dia, sudah ditandatangani dan disebarkan ke LPMK, KIM, ketua RT dan RW Kelurahan
Sekayu yang dekat dengan lokasi proyek.
''Begitu surat turun, saya langsung sebarkan,'' jelas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Paragon City dinilai melanggar kesepakatan sehubungan
pengerjaan proyek mal di Jalan Pemuda Semarang.

Hasil kesepakatan yang dijembatani Kepala Kelurahan Sekayu Supriyanto, mulai bekerja pukul
08.00 sampai pukul 23.00. Namun belakangan ini, pekerjaan selesai hingga pukul 01.30 dini
hari.
PT Paragon City dinilai melanggar kesepakatan sehubungan pengerjaan proyek mal di Jalan
Pemuda Semarang.
Hasil kesepakatan yang dijembatani Kepala Kelurahan Sekayu Supriyanto, mulai bekerja pukul
08.00 sampai dengan pukul 23.00. Namun belakangan pekerjaan proyek selesai hingga pukul
01.30. (H12-56)

Warga Protes Proyek Paragon City

Khawatir Jalan Sekayu Raya Ditutup

SEMARANG- Warga Kampung Sekayu, Semarang Tengah, memprotes pembangunan mal


Paragon City di bekas lahan GRIS, Jalan Pemuda. Selain menimbulkan gangguan, dikhawatirkan
pembangunan mal tersebut akan mencaplok Jalan Raya Sekayu.
Ketua RT 2 RW 1 Kelurahan Sekayu Zaenal Abidin mengatakan, warga selama ini tidak setuju
dengan proyek Paragon City. Meski demikian, pemilik mal itu tetap melanjutkan
pembangunannya. ''Dulu, kami pernah dikumpulkan oleh mereka. Tapi waktu diminta
menandatangani surat persetujuan, tidak ada yang tanda tangan. Sebab, kami khawatir proyek
tersebut akan menimbulkan gangguan. Sekarang kekhawatiran itu terbukti,'' kata Zaenal, Senin
(20/8).
Gangguan yang dirasakan warga yakni gangguan suara. Pemasangan tiang pancang dilakukan
selama 24 jam, sehingga mengganggu waktu warga beristirahat. Setelah diprotes warga lewat
kelurahan, pembangunan itu berhenti sementara.
''Kemudian ada kesepakatan pembangunan hanya sampai pukul 23:00. Namun sekarang
dilanggar lagi,'' tuturnya.
Dikatakannya, pertemuan antara warga, pihak kelurahan, dan Paragon yang diwakili Sigit
Suryanto, tidak membuahkan hasil memuaskan. Undangan yang disampaikan ke warga adalah
pembahasan dampak lingkungan, namun yang dibicarakan justru rencana pembelian rumahrumah di RT 1 Sekayu.
''Hal ini membuat warga resah, khawatir ada paksaan untuk menjual rumahnya. Warga juga
pernah menerima tawaran dengan harga Rp 2,5 juta per meter, namun tawaran itu diduga
dilakukan oleh makelar,'' ungkapnya.
Ditambahkannya, warga juga mengkhawatirkan ditutupnya Jl Sekayu Raya oleh pengembang.
Sebab, santer berkembang informasi, jalan tersebut akan ditutup. ''Padahal, jalan itu kan fasilitas
umum, masa bisa ditutup seenaknya.''
Tidak Ditutup

Terpisah, Project Manager (PM) Senior Mal Paragon City, Arwi Yaldi didampingi Asisten PM
Andreanto menjelaskan, pihaknya tidak pernah merencanakan menutup Jl Sekayu. Meski jalan
itu telah dikelilingi lahan yang dimiliki Paragon, akses jalan itu tetap bisa dilewati oleh warga.
''Kami tidak mungkin menutup Jl Sekayu karena area itu milik publik. Jadi, masyarakat tidak
perlu khawatir adanya isu tersebut,'' kata dia.
Pihaknya juga membuka dialog apabila ada keluhan dari warga. Selama ini, pihaknya terus
menjalin komunikasi melalui pihak kelurahan. Terkait pertemuan yang membahas pembelian
rumah warga antara Lurah Supriyanto dan Sigit Suryanto, pihaknya mengaku tidak tahu-menahu.
Ditegaskannya, Sigit sendiri bukanlah staf Paragon. Bila ada pembelian rumah, pihaknya tidak
akan memaksa warga untuk menjualnya. Meski demikian ia mengakui bila saat ini banyak
bermunculan makelar-makelar tanah.
''Untuk waktu pembangunan, kami bersepakat dengan kelurahan 16 Agustus lalu bahwa
pembangunan mal akan berhenti pada pukul 23:00,'' katanya. (H9,H6,H22-56)

Paragon City sendiri terdiri atas pusat belanja bertema lifestyle and entertainment mall
dengan total luas bangunan mencapai 120.000 m2 (1,2 ha). Dari historisnya, Mall ini
didirikan di tanah yang dulunya pernah digunakan sebagai Gedung Rakyat Indonesia
Semarang (GRIS). Paragon City yang berlokasi di jalan Pemuda Semarang memiliki area
yang luasnya kurang lebih 2 hektar (ada yg bilang 1,5 ha atau 1,7 ha). Gedung ini
direncanakan akan dibangun 12 lantai, dengan total luas tiap lantai kurang lebih 120.000
m2 . Mall Paragon City direncanakan akan memiliki 200 tennant dengan luas total tennant
yang disewakan mencapai 32.000 m2 . Paragon City direncanakan tidak hanya mall saja
tetapi juga terdapat hotel berbintang lima (Holiday Inn Hotel) dengan jumlah kamar 270
kamar dan convention hall berkapasitas 2.300 orang. Paragon City yang proses
pembangunannya direncanakan selesai pada bulan Desember tahun 2009 berpotensi
menghasilkan tarikan perjalanan yang cukup besar, sehingga akan membuat
permasalahan di kawasan tersebut semakin kompleks, terutama ketika ada kendaraan
yang akan masuk maupun keluar Paragon City. Paragon City yang terletak pada
persimpangan jalan Pemuda - Pierre Tendean Tanjung Depok M.H.Thamrin akan
sangat berpengaruh terhadap lalu lintas di persimpangan tersebut. Di samping itu,
banyaknya orang yang berlalu lalang menyebrang jalan, angkutan umum yang berhenti di
sembarang tempat di pinggir jalan, aktifitas kendaraan dan orang-orang di DP Mall juga
memberi andil terhadap timbulnya permasalahan lalu lintas di wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai