Anda di halaman 1dari 19

BRONKOESOFAGOLOGI

EMIL ANWAR
BAGIAN THT FK UNSRI
PALEMBANG

Anatomi
I. TRAKEA
- Dimulai dari tepi bawah Kartilago Krikoid.
Bentuk seperti tabung, panjang
10-12 cm pada orang dewasa.
- Dinding Anterior dan Lateral tersusun
dari cincin tulang rawan (putih) dan
diantara-nya mukosa (merah muda).
- Dinding Posterior merupakan serat otot
polos dan elastik, dan ditutupi mukosa.
- Bagian Proksimal berbentuk oval
(tertekan kelenjar tiroid).
- Bagian Distal (Karina) bercabang dua:
Bronkus utama kanan dan kiri

II. BRONKUS
- Bronkus utama kanan (BuKa) membentuk sudut 30
30 dengan sumbu trakea.
- Bronkus utama kiri (BuKi) membentuk sudut 45 dengan sumbu trakea.
- Orifisium BuKa lebih besar daripada Orifisium BuKi.
- BuKa bercabang tiga, BuKi bercabang dua.

III. ESOFAGUS
- Bagian dari saluran cerna, berbentuk pipa otot tubuler yang menghubungkan faring dan lambung.

Panjang pada dewasa 25 cm, diameter dalam keadaan istirahat 2 cm,


dalam keadaan teregang 3 cm.
Terdapat 4 tempat penyempitan yang
normal:
1. Sfingter esofagus atas (15 cm
dari gigi insisivus atas)
2. Persilangan dengan arkus aorta
(23 cm dari gigi insisivus atas)
3. Persilangan dengan bronkus
utama kiri (27 cm dari gigi insisivus atas)
4. Sfingter esofagus bawah (40cm
dari gigi insisivus atas)

FISIOLOGI
I. TRAKEOBRONKIAL
1. Ventilasi

Pasase udara dari laring sampai ke bronkus terminalis.


2. Drainase Paru

a. Ciliary Wofting
b. Tussive Squeeze
c. Bechic Blast
3. Daya Perlindungan Paru
a. Mukus
b. Mekanisme Mukosiliar

c. Kontraksi otot bronkus


d. Refleks batuk

II. ESOFAGUS
- Fungsi utama mengangkut bolus makanan dari faring ke lambung, dengan adanya
gerakan peristaltik esofagus (proses menelan).

- Merupakan satu-satunya bagian saluran cerna yang tidak mengadakan penyerapan.


- Proses menelan dibagi dalam 3 fase:
1. Fase oral (secara sadar)
a. Pembentukan bolus makanan
b. Pengangkutan bolus makanan
2. Fase faringal (secara refleks)
Perpindahan bolus makanan dari faring ke esofagus.
3. Fase esofagal (secara tidak sadar)
Perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung.

ENDOSKOPI
- Endo
Dalam (alat/organ)
- Skopi
Melihat secara langsung
- Skop
Alat yang digunakan ada dua jenis
- Rigid (Kaku)
- Fleksibel (lentur)
- Sumber Cahaya (Light Sources)

I. Trakeobronkoskopi
Rigid VS Fleksibel >>> Fleksibel : - dapat dilakukan dengan anastesi lokal (nyeri minimal)
- dapat dimasukkan melalui hidung dan mulut
- dapat dimasukkan sampai ke cabang-cabang bronkus
(subsegmen)
>>> Rigid
: - pada anak-anak (glotis & trakea masih sempit)
- pada pendarahan masif di paru
- mengisap sekret kental dari trakeobronkus

- untuk mengeluarkan bronkolit atau benda asing


- untuk eksterpasi adenoma bronkus
- fotografi
Indikasi
A. Diagnostik
1. Gejala trakeobronkial : Hemoptisis, batuk kronis, mengi (wheezing)
2. Kelainan radiologik
: Yang jelas maupun tidak jelas
3. Kelainan ekstra torakal : - Pembesaran KGB leher dan aksial
- Sumbatan vena kava superior
- Eritema nodosum
- Karsinoma esofagus
B. Terapeuitik
1. Benda asing
2. Mengisap sekret dan pus di trakeobronkial
3. Bronkial washing
4. Businase
5. Eksterpasi tumor jinak
6. Menyemprotkan obat ke dalam lumen bronkus pada kasus bronkiektasis

Kontra Indikasi
A. Relatif
1. Kasus dengan prognosis buruk
2. Pasien yang lemah dan tua
3. Hipertensi pulmonum
4. Status jantung paru buruk
5. Anerisma aorta
6. Kelainan vertebrae servikal
7. Trismus
B. Absolut
1. Kelainan darah
2. Hipoksemia
3. Hiperkapnia akut
4. Aritmia jantung
5. Infarkmiokard akut
6. Payah jantung berat
7. Radang akut saluran napas

C. Resiko tinggi
1. Asma bronkial
2. Uremia
3. Hemoptisis
4. Akses paru
5. Imunosupresi
6. Obstruksi venakaval superior
Komplikasi
- Gigi goyang atau copot
)
- Laserasi dinding trakeobronkial
)>>> bronkoskop kaku
- Edema subglotik
)
- Akibat obat premedikasi dan anastesi : - depresi pernapasan
- apnoe
- sinkope
- reaksi alergi
- spasme laring dan bronkus

II. Esofagoskopi
- Tujuan : Melihat secara langsung isi dan bentuk lumen esofagus serta dinding (mukosa
esofagus)
- Kelainan esofagus dapat ditentukan dengan pemeriksaan
- radiologi (esofagogram)
- esofagus kopi
- manometri
- anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Gejala utama kelainan esofagus
1. Disfagia
2. Regurgitasi
3. Penurunan berat badan
4. Heart burn substernal-epigastrium
5. Hematemesis
6. Suara serak
Indikasi
A. Diagnostik
1. Evaluasi keluhan esofagus
2. Evaluasi perjalanan penyakit esofagus
3. Evaluasi pasca operasi esofagus
4. Evaluasi kelainan esofagus

B. Indikasi Terapeutik
1. Ekstraksi benda asing
2. Dilatasi esofagus
3. Skleroterapi
4. Pemasangan prostesis esofagus
5. Miotomi endoskopik
Kontra Indikasi
- Tidak ada kontra indikasi absolut >>> Keadaan syok dan infarkmiokart yang baru >>>
Perbaiki keadaan umum
- Kontra indikasi relatif : - Aneurisma aorta
- Kantong faring yang besar
- Resiko tinggi : - Pasca operasi esofagus
- Suspek perforasi esofagus
Komplikasi
- Tindakan ini jarang menimbulkan komplikasi
- Patah gigi
- Laserasi mukosa esofagus
- Pendarahan
- Perforasi

BENDA ASING DI SALURAN


CERNA DAN NAPAS
Faktor Predisposisi
1. Usia
>> Anak-anak dan orang tua
2. Status mental
3. Kondisi kesadaran >> Tidur, mabuk (minuman keras), epilepsi
4. Kelalaian
>> Kebiasaan makan dan minum dengan terburu-buru, atau anak kecil
dibiarkan bermain sambil makan
5. Meletakkan benda/barang yang tidak seharusnya di dalam mulut
6. Memberikan kacang atau permen pada anak balita

Tempat Favorit
- Saluran napas
- Saluran makan

: Bronkus utama kanan


: Sepertiga proksimal esofagus

Gejala dan Tanda


A. Benda Asing Trakea
1. Mengi asmatoid
2. Audible slap
3. Palpatori thud

4. Dispnoe
5. Batuk
6. Sianosis

B. Benda Asing Bronkus


1. Terbatasnya pengembangan sisi paru yang terdapat benda asing
2. Berkurangnya suara napas distal dari benda asing
3. Gangguan perkusi
4. Ada gambaran radiologi: - Emfisema
- Atelektasis
C. Benda Asing Eksofagus
1. Rasa tercekik dan tersumbat
2. Odinofagia dan disfagia/afagia
3. Muntah dan banyak air liur
4. Rasa tidak enak di retrosternal dan substernal
5. Hematemesis

6. Gejala paru, disebabkan oleh:


- aspirasi cairan atau sekret
- penekanan pada trakea
- penyebaran proses radang dari eksofagus ke laring dan trakea
- pada kasus benda asing yang tajam atau berujung lancip, bisa terjadi perforasi
ulseratif dari esofagus ke bronkus utama kiri

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan:

- Anamesis
- Gambaran klinis dengan gejala dan tanda
- Pemeriksaan radiologik
- Pemeriksaan endoskopik

Pemeriksaan Radiologik
Foto roentgen thorax PA dan lateral
Pada benda asing di trakeobronkial:
- Yang radio opak akan tampak segera setelah kejadian
- Yang radio lusen baru menunjukkan tanda-tanda patologik pada gambaran
roentgen setelah 24 jam kejadian.

Pada benda asing di esofagus


- Yang radio opak akan langsung terlihat
- Yang radio lusen dapat dilakukan pemeriksaan dengan kontras barium,
menggunakan bola kapas.
catatan: tanpa bukti radiologik, belum dapat menyingkirkan adanya
benda asing
Penatalaksanaan
Pengangkatan benda asing di saluran napas dan saluran cerna umumnya dilakukan secara
endoskopik. Teknik pengangkatan endoskopik pada dasarnya sama, namun ada beberapa
perbedaan yang harus dipertimbangkan.
1. Esofagus dengan dindingnya yang tipis, trauma ringan saja dapat berakibat fatal.
Sedangkan, pada trakeobronkial dindingnya lebih tebal.

2. Benda asing di esofagus dapat terlewatkan karena dindingnya yang tipis.

3. Pada bronkoskopi, lama tindakan harus secepatnya karena problem pernapasan.


Pada kasus-kasus dimana tindakan endoskopi gagal, ada beberapa alternatif tindakan:
1. Mendorong benda asing ke lambung seperti daging
2. Faringotomi lateral pada kasus gigi palsu dengan pengait logam
3. Torakotomi pada kasus benda asing di bronkus perifer

Kelainan Esofagus
I. Kelainan Motilitas Esofagus
1. Akalasia Esofagus
- Kelainan neuromuskuler yang berhubungan dengan degenarasi sel ganglion di pleksus
auerbach
- Terdapat aperistaltik, dilatasi esofagus dan kegagalan sfingter esofagus bagian distal
untuk relaksasi
- Gejala:
Disfagia hilang timbul
Nyeri epigastrium
Regurgitasi -> aspirasi -> batuk, pneumonitis, abses paru
Lesi di dinding esofagus
2. Spasme Difus Esofagus
- Konstriksi otot polos 1/3 proksimal esofagus yang bukan peristaltik dan tidak
terkoordinasi
- Penyebab tidak diketahui, ada hubungan dengan trauma emosional

- Gejala:
Disfagia hilang timbul
Nyeri substernal
Tersedak dan batuk
Muntah

II. Esofagitis
Radang selaput lendir esofagus yang disebabkan oleh faktor fisik, kimiawi dan infeksi
1. Refluks Esofagitis
- Biasanya diprofokasi oleh beberapa manuver seperti Valsava manuver, batuk, posisi
trendelenburg
- Gejala yang menonjol terasa panas di dada dan regurgitasi. Disfagia terjadi pada
keadaan yang kronis
2. Infeksius Esofagitis
- Penyebab paling sering ialah candidal albicans
- Pengobatan ditujukan langsung kepada faktor penyebab
3. Esofagitis Korosif
- Tertelan zat kimia yang bersifat korosif seperti basa kuat, asam kuat, dan zat
organik

- Berat ringannya tergantung pada jenis zat korosif yang tertelan, konsentrasi zat
tersebut, jumlah zat yang tertelan dan lamanya zat itu kontak dengan dinding
esofagus
- Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakit, dibagi dalam tiga fase:
Fase akut
Fase laten
Fase kronis
- Penanganan tergantung pada ketiga fase tersebut.

III. Tumor Esofagus


- Tumor jinak jarang ditemukan, umumnya keganasan terutama pada orang tua diatas
50 tahun
- Gejala klasik berupa disfagia yang progresif dan regurgitasi karena sumbatan lumen
esofagus
- Diagnosis dini tumor ganas esofagus biasanya sulit ditegakkan karena disfagia timbul
pada keadaan lanjut
- Pengobatan terutama operasi terjadi pada kasus unoperable dilakukan radioterapi

Anda mungkin juga menyukai