Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN PANCASILA

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

Disusun oleh:
1. Ageng Syofiyanda

- 10114433

2. Agus Maulana

- 10114500

3. Agus Winata

- 10114515

4. Tatas Fachrul

- 1A114675

5. Ulil Luthfi

- 1A114932

6. Wahyu Apri

- 1C114123

Kelas:
1KA25
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA
2014/2015

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................... 1


Daftar Isi................................................................................................................................ 2

BAB I: PENDAHULUAN................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................................................... 4

BAB II: PEMBAHASAN.................................................................................................... 5


A. Studi Kasus .............................................................................................................. 5
B. Landasan Pancasila .................................................................................................. 8
C. Tujuan Pendidikan Pancasila ................................................................................... 12

BAB III: PENUTUP............................................................................................................ 13


A. Kesimpulan ............................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945 dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945, kemudian diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.
7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Pancasila adalah ideologi dasar Negara Indonesia. Pancasila berasal dari
bahasa Sansekerta dimana Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip/asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Lima Asas berdasarkan pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatakan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Pancasila yang memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
Berbeda-beda tetapi tetap satu yang menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari atas beraneka
ragam budaya, bahasa, ras, suku, agama, dan kepercayaan.

B. Rumusan Masalah
-

Pengertian landasan historis, kultural, yuridis, dan filosofis.

Tujuan pendidikan nasional & pendidikan pancasila dalam perguruan


tinggi.

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu
untuk memahami arti penting Pancasila beserta landasan landasan Pancasila.
Dan keterkaitannya terhadap kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Studi Kasus
a. Tragedi Sampit
Konflik Sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis
di Indonesia, berawal pada Februari 2001 dan berlangsung sepanjang
tahun itu. Konflik ini dimulai di kota Sampit,Kalimantan Tengah dan
meluas ke seluruh provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya. Konflik
ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau
Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua
warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit
mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000
warga Madura kehilangan tempat tinggal. Banyak warga Madura yang
juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.

Gambar 1.3 Tragedi Sampit

Konflik Sampit tahun 2001 bukanlah insiden yang terisolasi,


karena telah terjadi beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak
dan Madura. Konflik besar terakhir terjadi antara Desember 1996 dan
Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas. Penduduk
Madura pertama tiba di Kalimantan tahun 1930 di bawah program
transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintah kolonial Belanda dan
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Tahun 2000, transmigran
membentuk 21% populasi Kalimantan Tengah. Suku Dayak merasa
tidak puas dengan persaingan yang terus datang dari warga Madura
yang semakin agresif. Hukum-hukum baru telah memungkinkan
warga Madura memperoleh kontrol terhadap banyak industri
komersial di provinsi ini seperti perkayuan, penambangan dan
perkebunan.
Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun
2001. Satu versi mengklaim bahwa ini disebabkan oleh serangan
pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor mengatakan bahwa
kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian
sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di
permukiman Madura.
Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim
bahwa

pembantaian

oleh

suku

Dayak

dilakukan

demi

mempertahankan diri setelah beberapa anggota mereka diserang.


Selain itu, juga dikatakan bahwa seorang warga Dayak disiksa dan
dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di desa
Kerengpangi pada 17 Desember 2000.
Versi lain mengklaim bahwa konflik ini berawal dari
percekcokan antara murid dari berbagai ras di sekolah yang sama.

b. Tragedi Sampit dan hubungannya dengan landasan Pancasila.


Konflik Sampit membuktikan bahwa begitu cepatnya bangsa
Negara Indonesia terprovokasi. Ada berbagai macam latar belakang
yang beredar mengenai pecahnya konflik Sampit salah satunya pejabat
lokal yang membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan di
Sampit.
Konflik Sampit merupakan konflik antar 2 suku yang berbeda
antara suku Dayak dan Madura. Dimana hal ini Bhinneka Tunggal
Ika yang berarti berbeda beda tetapi satu tujuan. Karena Indonesia
terdiri dari berbagai macam Suku, Ras, Agama, Bahasa, dan Budaya
maka dari itu kita wajib menjaga kesatuan bangsa Indonesia.
Dalam perang sumpit ini banyak korban korban yang
berjatuhan dan diantara mereka banyak yang tidak bersalah. Suku
Dayak dengan gencarnya memenggal suku Madura tanpa memandang
umur dan jenis kelamin. Mereka tidak segan segan untuk memenggal
anak kecil atau perempuan dari suku Madura yang tidak bersalah.

B. Landasan Pancasila
a. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang mulai
jaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya
penjajah. Bangsa Indonesia berjuang untuk menemukan jati dirinya
sebagai bangsa yang merdeka dan memiliki suatu prinsip yang
tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat hidup, di dalamnya
tersimpul ciri khas, sifat karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa
lain. Oleh para pendiri bangsa kita (the founding father) dirumuskan
secara sederhana namun mendalam yang meliputi lima prinsip (sila)
dan diberi nama Pancasila.
Dalam era reformasi bangsa Indonesia harus memiliki visi dan
pandangan hidup yang kuat (nasionalisme) agar tidak terombangambing di tengah masyarakat internasional. Hal ini dapat terlaksana
dengan kesadaran berbangsa yang berakar pada sejarah bangsa.
Secara historis nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila
Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara
Indonesia secara obyektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri. Sehingga asal nilai nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah
dari bangsa Indonesia sendiri, atau bangsa Indonesia sebagai kausa
materialis Pancasila.

b. Landasan Kultural
Bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas kultural yang
dimiliki dan melekat pada bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan
dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
bukanlah merupakan hasil konseptual seseorang saja melainkan
merupakan suatu hasil karya bangsa Indonesia sendiri yang diangkat
8

dari nilai-nilai kultural yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis


para pendiri negara. Oleh karena itu generasi penerus terutama
kalangan intelektual kampus sudah seharusnya untuk mendalami serta
mengkaji karya besar tersebut dalam upaya untuk melestarikan secara
dinamis dalam arti mengembangkan sesuai dengan tuntutan jaman.

c. Landasan Yuridis
Yuridis memili arti hukum/peraturan. Kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang
sudah disahkan oleh pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapat
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula.
Hukum atau aturan baku di atas tidak selalu dalam bentuk
tertulis. Seringkali aturan itu dalam bentuk lisan, tetapi diakui dan
ditaati olah masyarakat. Misalnyahukum adat . tetapi yang dibahas kali
ini adalah hukum yang tertulis.
Jadi, landasan yuridis dapat diartikan sebagai peraturan baku
sebagai tempat berpijak / acuan dalam melaksanakan kegiatankegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan mengenai hal-hal
yang penting seperti komponen struktur, kurikulum, pengelolaan,
pengawasan dan ketenagaan.
Landasan yuridis (hukum) perkuliahan Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi diatur dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 39 menyatakan : Isi kurikulum setiap jenis,
jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan.
Demikian

juga

berdasarkan

SK

Mendiknas

RI,

No.232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan


Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, pasal 10 ayat 1
dijelaskan

bahwa

kelompok
9

Mata

Kuliah

Pendidikan

Kewarganegaraan, wajib diberikan dalam kurikulum setiap program


studi, yang terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan
Pendidikan Kewarganegaraan.
Sebagai pelaksanaan dari SK tersebut, Dirjen Pendidikan
Tinggi mengeluarkan Surat Keputusan No.38/DIKTI/Kep/2002,
tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK). Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi
kelompok mata kuliah MPK bertujuan menguasai kemampuan
berfikir, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai
manusia intelektual. Adapun rambu-rambu mata kuliah MPK
Pancasila adalah terdiri atas segi historis, filosofis, ketatanegaraan,
kehidupan berbangsa dan bernegara serta etika politik. Pengembangan
tersebut dengan harapan agar mahasiswa mampu mengambil sikap
sesuai dengan hati nuraninya, mengenali masalah hidup terutama
kehidupan rakyat, mengenali perubahan serta mampu memaknai
peristiwa sejarah, nilai-nilai budaya demi persatuan bangsa.

d. Landasan Filosofis
Pancasila dikenal sebagai filosofi Negara Indonesia. Nilai-nilai
yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila adalah landasan
filosofis yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu
(kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai sebagai dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Prof. Mr. Drs. Notonagoro dalam pidato Dies Natalis
Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 10 November 1955 :
Susunan Pancasila itu adalah suatu kebulatan yang bersifat
hierrarchies dan piramidal yang mengakibatkan adanya hubungan
organis di antara 5 sila negara kita. Pernyataan dan pendapatnya
10

tersebut kemudian diterima dan dikukuhkan oleh MPRS dalam


Ketetapan No. XX/MPRS/1960 jo. Ketetapan No. V/MPR/1973.
Pernyataan tersebut diperkuat juga oleh Ketetapan MPR No.
XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan
utuh dari kelima silanya. Dikatakan demikian, karena masing-masing
sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara
sendiri-sendiri. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara
terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang
keliru tentang Pancasila.
Adapun bentuk Filsafat Pancasila sendiri digolongkan sebagai
berikut :
-

Bersifat religius yang berarti dalam hal kebijaksanaan dan


kebenaran mengenal adanya kebenaran mutlak yang berasal dari
Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran religius) dan sekaligus
mengakui keterbatasan kemampuan manusia.

Memiliki arti praktis yang berarti dalam proses pemahamannya


tidak sekedar mencari kebenaran dan kebijaksanaan, serta hasrat
ingin tahu, tapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of
life / weltanschaung) agar mencapai kebahagiaan lahir dan bathin,
dunia maupun akhirat (Pancasilais).

Fungsi Utama Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara Indonesia.

1. Filsafat Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.


2. Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia.

11

C. Tujuan Pendidikan Pancasila


Dengan

mempelajari

pendidikan

Pancasila

diharapkan

untuk

menghasilkan peserta didik dengan sikap dan perilaku :


1. Beriman dan takwa kepada Tuhan YME.
2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mendukung persatuan bangsa.
4. Mendukunag kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
diatas kepentingan individu/golongan.
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan social dalam
masyarakat.

Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik


yang beragama dengan sikap dan perilaku yang memiliki tanggung jawab
sesuai dengan hati nuraninya, mampu mengenali masalah hidup dan cara
pemecahannya, mengenali perubahan dan perkembangan ilmu pendididian,
memiliki rasa persatuan yang tinggi. Melalui pendidikan Pancasila, warga
negara Republik Indosesia diharapkan mempu memahami, menganalisis, dan
mengimplememasikan
menjawab

masalah

Pancasila
yang

dalam

dihadapi

kehidupan

oleh

bangsa

sehari-hari

dalam

Indonesia

secara

berkesinambungan dan konsistan berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa


Indonesia.

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu isu dan konflik konflik yang bernuansa suku, ras, golongan, dan
agama masih marak terjadi di Indonesia ini menunjukan mudahnya bangsa
Indonesia tersulut. Banyak fanatisme yang berlebihan akan suatu hal.
Perubahan baik karena reformasi dan globalisasi ini merupakan
kenyataan yang tak terelakkan. Maka dari itu semangat Pancasila harus
ditanamkan secara terus menerus sehingga bangsa Indonesia tidak kehilangan
arah.
Diharapkan dengan Pendidikan Pancasila ini bias membangun semangat
jiwa Pancasila didalam diri setiap individu. Diharapkan dengan adanya
Pendidikan Pancasila ini bertujuan untuk mengembangkan jati diri dan sifat
nasionalisme dan menjadi manusia yang beriman, berakhlak, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

13

DAFTAR PUSTAKA
Kompasiana, 2014, Pendidikan dan Perkembangan Isis di Indonesia
http://edukasi.kompasiana.com/2014/10/18/pendidikan-dan-perkembangan-isis-di-indonesia696515.html

Tribun, 2015, Akibat tawuran antar pelajar seorang ibu tewas terkena lemparan batu
http://www.tribunnews.com/regional/2015/01/27/akibat-tawuran-antar-pelajar-seorang-ibutewas-terkena-lemparan-batu

Wikipedia, 2014, Konflik Sampit http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit

DR. Iriyanto, Dra. Ana, Dra. Sri, dan Ellen (2007). Buku Pendidikan Pancasila, Semarang

14

Anda mungkin juga menyukai