Anda di halaman 1dari 65

KONTRAK PEMBELAJARAN

Manajemen Ternak Potong 3 SKS


2 sks Kuliah, yang terdiri dari :
50 menit x 2 : tatap muka
60 menit x 2 : Tugas Terstruktur
60 menit x 2 : Tugas Mandiri
Per minggu !
1 sks Praktikum

: 3 4 jam per minggu


1 semester : 12 minggu ( 36 48 jam/semester )

Dosen :
Dr. Ir. DosoSarwanto, MP
Ir. Eko Nurwantini
Ir. Sari Eko Tuswati, MP
Komponen Penilaian :
Kuiz &/ Tugas Terstruktur

: 10 %

Praktikum

: 20 %

Ujian Sisipan

: 35 %

Ujian Utama

: 35 %

Bonus :
Hadir kuliah > 75 %

: 10

Hadir kuliah 50 75 %

:5

Hadir kuliah < 50 %

:0

Pokok Bahasan :
I.

Pendahuluan

II.

Pengaruh Iklim Tropis terhadap Ternak Potong

III.

Pemilihan Lokasi & Jenis Usaha

IV.

Pemilihan Bibit

V.

Perkandangan

VI.

Pemberian Pakan

VII.

Pemeliharaan / Pengelolaan

VIII.

Peningkatan Mutu Genetik

IX.

Pengendalian Penyakit

X.

Perkembangbiakan Ternak

I. PENDAHULUAN

A. Pengertian
Pengertian Manajemen menurut :
1. KBBI : Proses penggunaan sumber daya manusia secara efektif untuk
mencapai sasaran
Dalam bidang Peternakan, yang dimaksud
sumber daya : sumber daya ternak
sasaran
2.

: keuntungan / pendapatan/ penghasilan

Haimann : Fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain


dan mengawasi usaha-uasaha individu untuk mencapai tujuan
bersama
Orang lain staff (pegawai) yang membantu manajer
Tujuannya adalah : keuntungan / pelayanan

3. Manulang : Seni dan ilmu perencaaan, pengorganisasian, penyusunan,


pengarahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan
Seni berkaitan dengan persaan, ilmu terkait dengan rasio.
Manajer dalam melaksanakan tugas tidak hanya
mengandalkan ilmunya, tetapi juga seni
Manajemen meliputi :
1.

Perencanaan

2.

Pengorganisasian

3.

Penyusunan

4.

Pengarahan

5.

Pengawasan

Jadi pengertian Manajemen meliputi:


-

Adanya tujuan

Mempergunakan kegiatan orang lain

Dibimbing dan diawasi

Dalam beberapa hal, Manajemen sering diartikan sebagai Tatalaksana


TATALAKSANA : Cara mengurus / menjalankan / mengelola suatu usaha /
perusahaan.
Manajer :
Pejabat yang bertanggungjawab atas terselenggaranya aktivitas manajemen
agar tujuan tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain
Jadi Manajer harus bisa mengelola orang, barang, ternak
Manajer harus bisa mengelola bidang-bidang yang ada, juga proses produksi
yang berjalan secara periodik dan kontinyu yang merupakan siklus
berkesinambungan
Untuk itu seorang Manajer harus mempunyai Sarana :
Sarana Manajemen (6M)
1. Man

: fungsi manajer

2. Money

: upah/gaji, sapronak dll

3. Materials

: lahan, ternak, pakan dll

4. Machines

: peralatan

5. Method

: cara melakukan pekerjaan

6. Markets

: mempertahankan pasar dan mencari pasar baru

Karakteristik Manajer

The Manager : ( I 5 C )

(P 3 )

I 1 : Integrity

P1

: Preparation

I 2 : Industry

P2

: Performance

I 3 : Imagination

P3

: Profil Oriented

I 4 : Initiative
I 5 : Intelligence

: Communication

I 1 : Kejujuran
I 2 : Seorang manajer harus amempunyai orientasi menghasilkan barang / jasa
I 3 : Mempunyai imajinasi (impian/cita-cita/dream)
I 4 : Mempunyai inisiatif (prakarsa)
I 5 : Mempunyai kecerdasar
P 1 : Punya persiapan yang baik
P 2 : Punya penampilan fisik maupun penampilan kerja / hasil yang
berkualitas
P 3 : Berorientasi pada keuntungan
C

: Harus bisa berkomunikasi baik ke dalam maupun ke luar

Pengertian TERNAK :
Hewan piara, yang kehidupannya meliputi tempat, perkembangbiakan serta
manfaatnya diatur dan diawasi manusia serta dipelihara khusus sebagai
penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan manusia.
Hewan piara Ternak Potong adalah :
- Sapi
- Kerbau
- Domba
- Kambing
- Babi
Tempat

: kandang, padang gembala

Perkembangbiakan : perkawinan, bunting, lahir


Manfaat

: penghasil daging

Dipelihara

: pakan, kesehatan

Bahan dan Jasa Ternak Potong


Bahan :
- Ternak
- Karkas (daging, tulang, lemak)
- Kulit
- Wool
- Pupuk
Jasa :
- Tenaga Kerja
- Qurban
- Sesaji

- Karapan
- Makepung
- Adu domba
- Adu sapi
- Adu kerbau
- Mapasongla (Toraja)

B. Segitiga Produksi
Produktivitas (Fenotipe) ternak dipengaruhi oleh : Faktor keturunan (genetik)
& Lingkungan
P=G+E
P

: Performance (penampilan)

: Genetic (kemampuan / bakat)

: Environment (lingkungan / kesempatan)

Fenotipe = Penampilan / prestasi / produksi


Dalam ternak potong, fenotip bisa berupa :
-

Bobot badan

Pertambahan Bobot Badan Harian

Konversi pakan

Bobot lahir

Bobot sapih

Bobot potong

Bobot karkas

Persentase karkas

Meat bone ratio

Jadi Penampilan = Kemampuan + Kesempatan


P = K + L
P

: Penampilan

: Kemampuan

: Lingkungan

Faktor Genetik
(= faktor keturunan) Adalah : Faktor yang diturunkan dari tetuanya (Pejantan
dan Induk) melalui ovum dan spermatozoa.
Ditentukan oleh susunan gen pada setiap sel (gen ada di dalam kromosom)
Gen/bakat ada sejak terjadinya pembuahan (bersatunya spermatozoa & Ovum)
Pengaruhnya baka (tetap).
Dapat diturunkan (diwariskan).
-

Angka pewarisan (heritability) koefisien heritabilitas : h2

Angka pengulangan (repetability)

Makin besar angka h2 dari suatu sifat, maka sifat tersebut akan semakin mudah
diturunkan kepada anaknya.
Umumnya h2 yang tinggi adalah pada sifat-sifat produksi, sedangkan sifat-sifat
reproduksi (seperti : selang beranak, siklus berahi) nilai h2 adalah rendah,
artinya tidak banyak dipengaruhi oleh bakat.
Pengulangan; misalnya produksi susu pada laktasi I : 15 liter, laktasi I : 20 liter
per hari diwariskan!
Pemuliabiakan : suatu usaha untuk meningkatkan mutu genetic ternak
Mutu genetic : gen-gen yang dibawa oleh ternak dalam kromosom
Kromosom ada dalam ovum dan spermatozoa

Usaha peningkatan mutu genetik :


a. Seleksi : memilih ternak-ternak yang akan diakembangkan
(dipelihara) untuk dikembangbiakan
b. Persilangan : meningkatkan mutu genetik lewat pemanfaatan
heterosis, missal A (BB maks 600 kg); B (BB maks. 800 kg)
turunan dari A X B bisa mencapai BB 600- 800 kg atau > 800 kg,
bisa juga BB , 600 kg, tetapi performansnya baik

Faktor Lingkungan : Pakan, tatalaksana


-

Selain faktor genetik

Tidak baka bisa berubah-ubah

Tidak diwariskan

Gen akan muncul kalau lingkungannya memadai; atau dapat dikatakan bahwa
Bakat akan keluar kalau lingkungan memungkinkan !
Lingkungan ternak meliputi :
-

Pemeliharaan (tatalaksana)

Pakan

Iklim

Yang termasuk faktor lingkungan :


1. Sosial (antar ternak, antar jenis ternak)
2. Manusia (pemberian pakan, perkandangan)
3. Luar (iklim : tropis, sub tropis)
Jadi Produksi Ternak dipengaruhi oleh :
Genetik (Breeding)
Pakan (Feeding)
Pemeliharaan (Management)

Disebut : Segitiga Produksi


Pemeliharaan
(manajemen)

Produksi

Genetik

Pakan

(Breeding)

(Feeding)

Jadi ketiga-tiganya harus diperhatikan dan mempunyai kontribusi yang sama


serta tidak ada yang paling penting; semuanya penting
Produksi ternak akan optimal apabila peternak menggunakan bibit yang
mempunyai mutu genetk tinggi disertai dengan pemberian pakan dan
tatalaksana pemeliharaan yang memadai.
Kalau ketiga-tiganya tidak seimbang, produksi tidak optimum
Misal :
Kita memelihara sapi impor yang mempunyai mutu genetik tinggi (misalnya :
Hereford / Shorthorn); tetapi kalau tidak diberi pakan yang baik maka
prstasinya tidak akan baik, bahkan mungkin dapat lebih rendah dari pada sapisapi lokal.
Ayam Broiler, diberi pakan dedak/katul produksinya bisa lebih rendah dari
pada ayam kampung.

Pakan harus cukup dari segi kualitas & kuantitasnya.


Kualitas pakan; yang diukur adalah gizinya, yang meliputi:
-

karbohidrat

protein

lemak

mineral

vitamin

TDN

Vitamin, pada ternak Ruminansia tidak begitu penting,


karena bisa membuat sendiri
Jadi pakan dikatakan berkualitas tinggi, bila :
-

TDN tinggi

Mineral tinggi (terutama Ca, P)

Kuantitas Tinggi :
Jumlah pakan; hubungannya dengan Bahan Kering (BK = 2-3% BB)
BK : Bobot Bahan setelah dihilangkan airnya
(dengan dioven, dengan suhu 105oC, selama 24 jam)
Misal :
Berat sebelum dioven X
Berat setelah dioven Y
BK = Y/X x 100%
X = 100 mg
Y = 20 mg
BK = 2/ 100 X 100%
= 20 %

Daun singkong BKnya : 25%, maka kadar airnya : 75%


Misal butuh 4 kg BK
100/25 x 4 kg = 16 kg

Tatalaksana
Bagaimana cara mengelola agar pakan dan genetik yang baik dapat
menghasilkan produksi yang baik.
-

Pakan baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya; harus disajikan dengan
baik agar bisa terkonsumsi semua; misalnya : rumput dicacah, kalau terlalu
kering ditambah air garam

Pakan yang terdiri dari Konsentrat dan Hijauan diberikan dengan cara
bagaimana agar dapat terkonsumsi, misalnya konsentrat dulu, sehingga
konsentrat dapat terkonsumsi dan tidak difermentasi, langsung ke abdomen.

Perkawinan : kalau ternak dari jenis baik jangan disilangkan dengan


ternak lokal; ternak yang jenisnya kurang baik dikawinkan dengan
ternak yang baik

Kesehatan : walau pakan baik dan genetik baik; kalau sapinya tidak sehat
maka produksi akan turun

Kandang : Pakan baik, genetik baik, kandang terlalu terbuka banyak


angin, ternak sakit, maka produksi akan turun.

II. PENGARUH IKLIM TROPIS TERHADAP TERNAK POTONG

A. Iklim Tropis
Daerah tropis : 23 o LU 23 o LS
Iklim TRopis :
1. Iklim Khatulistiwa (super humid)
- Curah hujan : 2032 3048 mm
- Suhu Rataan : 27 o C ( 20 43 o C)
- Kelembaban tinggi ( > 60 o C)
- 5 o C 7 o LU s/d 5 o 7 o LS
- Vegetasi

: - hutan hujan tropik


- selalu hijau

- Kesuburan semu hutan direbang : kurus harus banyak pemupukan


2. Iklim Basah (humid)
- Suhu tinggi
- Curah hujan Tinggi
- Kelembaban TInggi
- Sebelah utara dan selatan khatulistiwa
3. Iklim Agak Basah (sub humid)
4. Iklim Agak Kering (semi arid)
5. Iklim Kering (arid)

menyebabkan ternak stress

B. Pengaruh Iklim Tropis terhadap ternak


Pengaruh Langsung
1. Termoregulasi

( pengaturan panas tubuh)

Termo

: panas

Regulasi

: pengaturan

Faktor yang berpengaruh :


- Suhu tinggi

: 20 32 oC ( rata-rata : 27 oC)

- Kelembaban tinggi : > 70 %


- Curah hujan tinggi : 2000 3000 mm / tahun
Ternak kita termasuk ternak mamalia yang bersifat homoiterm, maka ternak
berusaha mempertahankan suhu tubuh agar tetap (konstan).
Suhu tubuh harus konstan, supaya fungsi-fungsi fisiologis tubuh ( pernapasan,
pencernaan, metabolisme, reproduksi) berjalan dengan normal.
Ternak harus mengadakan termoregulasi untuk mempertahankan suhu tubuh
agar tetap hidup.
A. Regulasi Fisik
- Berkeringat : mengeluarkan panas tubuh penguapan ; suhu tubuh
turun
Terutama pada ternak sapi, kambing dan domba.
Ternak potong yang paling efektif membuang panasnya lewat keringat
adalah ternak sapi, karena jumlah kelenjar keringat banyak; permukaan
tubuhnya luas
Yang paling tidak efektif adalah ternak kerbau; karena : jumlah kelenjar
keringat sedikit

- Pernapasan
Bernapas : membuang panas tubuh
- Berkubang menyentuh benda lain yang lebih dingin (air, lumpur)
terutama pada ternak kerbau & babi
- Aliran darah
B. Regulasi Kimia
Dilakukan dengan : Termolisis dan Termogenesis
- Termolisis : pengurangan / pembuangan panas
Pada saat suhu lingkungan tinggi; melakukan termolisis (mengurangi
produksi
panas : menghentikan termogenesis) sambil melakukan pembuangan panas
- Termogenesis : pembuatan panas ( usaha tubuh untuk membuat energi)
Pada saat suhu lingkungan dingin : membakar karbohidrat, protein dan
lemak
sehingga cepat lapar konsumsi pakan meningkat.
2. Pakan
- Feed Intake ( konsumsi pakan ) rendah; karena banyak panas
- Water Intake tinggi
- Feed Efisiensi ( pbbh/kg pakan) rendah pakan yang menjadi tubuh kecil
- Zat makanan hilang lewat lkeringat tinggi (terutama mineral dan zat besi)

3. Pertumbuhan rendah
4. Produksi susu rendah pertumbuhan anak juga rendah

5. Reproduksi : fertilitas (tingkat kesuburan) rendah


Produksi hormon rendah, karena feed efisiensi rendah Hormon mengandung
zat-zat makanan (karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin)
Produksi ovum dan sperma rendah fertilitas rendah

Pengaruh Tidak Langsung


1. Kualitas daan kuantitas pakan
Hubungannya dengan kualitas konsentrat dan hijauan, terutama hijauan
Andungan gizi yaitu : protein, serat kasar (karbohidrat) lemak, mineral, vitamin
dan air
Dari segi kualitas, bahan pakan di daerah tropis : kadar airnya tinggi, sehingga
Bahan keringnya rendah
Cara menghitung BK
Bobot awal

: X kg

Oven pengering 105 oC selama 12-24 jam


Bobot akhir

: Y kg

Kadar Air = X-Y / X x 100 %


Kualitas pakan rendah
-

Kadar air tinggi Bahan Kering rendah

Protein Kasar rendah serat kasar (karbohidrat) tinggi

Mineral rendah banyak hujan erosi pencucian tanah mineral


rendah
Mineral tanah rendah mineral pakan juga rendah

Kuantitas pakan
-

Persediaan pakan fluktuatif antara musim kemarau dan musim penghujan


Pada musim penghujan : tinggi

Pada musim kemarau : rendah


Mengapa Protein kasar rendah ?
Protein terdiri dari Nitrogen; Nitrogen mudah menguap
Karena di daerah tropis suhunya tinggi N menguap
Kandungan N dalam tanah rendah diserap tanaman kandungan N pakan
rendah !
2. Parasit dan Penyakit
- Suhu tinggi;
- Kelembaban Tinggi
Cocok untuk internal dan eksternal parasit, jamur, cacing, vektor penyakit
Di daerah tropis banyak parasit dan penyakit, sedangkan di daerah sub tropis
hamper tidak ada;
Karena parasit tidak dapat hidup pada : suhu rendah dan kelembaban rendah
3. Penanganan Hasil ternak
Hasil ternak cepat rusak,
Suhu dan kelembaban tinggi banyak mikroba bahan makanan cepat
rusak
Harus dilakukan penyimpanan &/ penanganan yang membutuhkan biaya tinggi
-

Penyimpanan : harus disimpan dalam kulkas / freezer

Penanganan : harus dilakukan prosesing (penanganan) dibuat abon,


dendeng, korned dll.

Di aderah tropis produk hasil ternak mahal, karena butuh biaya tinggi untuk
penyimpanan dan prosesing; agar produk tidak cepat rusak.
Sedangkan di daerah sub tropis produk hasil ternak tidak cepat rusak, karena
suhu rendah dan kelembaban rendah, sehingga parasit dan penyakit tidak dapat
hidup pada suhu dan kelembaban yang rendah.

III. PEMILIHAN JENIS DAN LOKASI USAHA


A. Pemilihan Jenis Usaha
1. Sapi Potong
Kelebihan :
1. Populer (tidak asing) bagi petani peternak, termasuk di daerah trans &
kering
2. Dapat dipelihara dari skala usaha kecil sampai besar
3. Dapat memanfaatkan pakan kualitas rendah; seperti : rumput gajah, jerami,
kulit (kakao, kopi, nanas), ampas tebu (bagas), bungkil (kapuk, kedelai,
jarak); karena sapi mempunyai mikroba rumen yang sangat banyak
4. Respon terhadap perbaikan pakan cukup tinggi (jika diberi pakan cukup
baik, cepat menjadi gemuk). Respon ini pada ternak: Babi > Sapi >
kambing/domba
5. Mudah beradaptasi dengan lingkungan; walau panas/dingin
6. Konsumen sangat luas (tak ada batas)
Kekurangan :
1. Sebagian besar dipelihara petani peternak; dengan manajemen tradisional,
sehingga potensi yang sesungguhnya kurang optimal
2. Relatif butuh modal dan lahan yang cukup besar bila diusahakan sebagai
persh
3. Pakan (hijauan) tergantung musim
4. Pengadaan bibit dan bakalan terbatas (bibit : untuk perkembangbiakan =
calon induk/pejantan; bakalan : untuk penggemukan).

2. Kambing & Domba


Kelebihan :
1. Akrab dengan petani peternak
2. Modal relatif kecil
3. Siklus reproduksi lebih singkat (beranak kembar; beranak 3x / 2 tahun)
4. Pakan dapat dipenuhi dari sekitar kandang
5. Mudah beradaptasi dengan lingkungan
6. Peluang ekspor tinggi, terutama ke Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia
(menjelang musim haji; tiap tahun butuh sekitar dua juta. Syarat min. 20
kg; Indonesia sangat dipercaya karena penduduknya sebagian besar
muslim).

Kelemahan :
1. Manajemen sebagian besar secara tradisional
2. Investor kurang tertarik (respon terhadap perbaikan pakan kurang baik dan
segmen konsumen terbatas)
3. Kurang dapat memanfaatkan limbah
(mikroba rumen tidak segera merespon jika ada pakan baru).

3. Babi
Kelebihan :
1. Sangat produktif (litter size: 7-11 ekor, beranak 2x/tahun)
2. Konversi pakan sangat efisien : 2,4 4,0 kg / kg BB
3. Persentase karkas tinggi : 75 80 %
4. Pengembalian modal cepat

5. Biaya dan tenaga kerja relatif kecil


6. Bibit mudah didapat
Kelemahan :
1. Hambatan faktor religius (Islam : makan & pendapatan dari babi haram)
2. Segmen konsumen terbatas
3. Kebutuhan air cukup banyak (tidak tahan panas)
4. Adanya monopoli pemasaran

B. Pemilihan Lokasi
Pertimbangan :
1. Faktor input : bibit, pakan, tenaga kerja
2. Faktor output : penjualan produk
Lokasi :
1. Faktor Teknis : suhu, curah hujan, kelembaban, arah angin; ini semua bisa
teratasi bila ternak mudah beradaptasi
Lahan : harus cukup untuk kandang & perlengkapan, kebun/padang
gembala
Ketersediaan air
Ketersediaan pakan
Ketersediaan bibit
Ketersediaan tenaga kerja
Lahan untuk kandang :
-

lebih tinggi dari daerah sekitar

tanah menyerap air / dekat sungai

luas cukup untuk perluasan

2. Faktor Ekonomi
1. Biaya input
2. Transportasi
3. Pemasaran
3. Faktor Sosial
1. Religius
2. Adat
3. Konflik Sosial
4. Keamanan
5. Tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah (perencanaan wilayah)

IV. PEMILIHAN BIBIT


A. Pengertian Bibit dan Benih
Dalam suatu usaha peternakan, pemilihan bibit unggul merupakan suatu
keharusan yang harus dilakukan karena bibit merupakan salah satu kunci
keberhasilan dari usaha peternakan. Bibit yng baik didukung pakan yang
baik dan tatalaksana yang baik akan mendapatkan produksi yang optimal
Ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada
sifat-sifat produksi tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.
Untuk menjamin mutu produksi yang sesuai dengan permintaan
konsumen diperlukan bibit ternak yng bermutu, oleh karena itu diperlukan
pengaturan

mengenai standar mutu atau kualitas bibit ternak dan

produksinya.
Tujuan utama standarisasi adalah untuk meningkatkan daya saing hasil
peternakan di pasaran dalam dan luar negeri yang diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan petani.
Bagi ternak-ternak tertentu, standar mutu bibit diatur dalam Standar
Pertanian Indonesia Bidang Peternakan (SPINAK) No. 01/43/1988 yang
dituangkan dalam SK Meteri Pertanian No. 3568/Kpts/TN.410/5/1988.
sedangkan bagi ternak yang belum diatur dalam Standarisasi Mutu diatur
dalam Kesepakatan Teknis.
Bibit Ternak : semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau
ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
dikembangkan dan atau produksi
Benih : calon bibit ternak yang mempunyai kemampuan persyaratan tertentu
untuk dikembangbiakan seperti : mani (semen), sel telur (oocyt),
telur tetas dan embrio

Sumber : Pedoman Pembibitan Ternak Nasional


Hardjosubroto (1994):
Bibit Sapi : pedet/sapi muda yang dipelihara untuk menjadi sapi potong baik
jantan maupun betina
Sapi Bibit : Sapi yang memenuhi persyaratan tententu dan dibudidayakan
untuk reproduksi dengan tujuan utama produksi daging dan atau
tenaga kerja
Mani dan embrio termasuk didalam artian sapi bibit
Mani : untuk IB : mani cair (segar) & mani beku (frozen semen)
Oocyt : untuk embrio transfer (transfer embrio.
Di Indonesia, semen beku berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) :
-

Ungaran

Lembang

Singosari (Jawa Timur)

Cara thawing semen yang berasal dari container bersuhu 196 oC


Rendam dalam air tenggelam : masih bagus; terapung : kosong/bocor

Prinsip IB :
Ada pejantan unggul menghasilkan banyak semen ; bisa mengawini
banyak betina
Jadi, IB adalah untuk memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin
Misal : untuk kawin alam ; satu ekor sapi jantan bisa mengawini 75-100
betina
Tetapi dengan IB, satu ekor sapi bisa untuk 7.500 10.000 betina (100x)

Prinsip Embrio Transfer :


Untuk memberdayakan betina unggul
Misal : secara alami, betina bisa menghasilkan anak setiap tahun satu ekor
Tetapi dengan embrio transfer bisa menghasilkan anak lebih banyak
Caranya betina disuntik dengan hormon agar terjadi super ovulasi, sehingga
bisa mengahasilkan ovum lebih dari satu (bisa sampai 10)
Ovum tersebut diambil, di IB, sehingga menghasilkan banyak embrio.
Embrio diambil dititipkan pada betina lain (resipien) yang sudah siap
bunting (caranya : disuntik dengan hormon penyerentakan berahi)
Penentuan Umur sapi :
Pedet

< 1 tahun : gigi belum ada yang berganti

Sapi Muda

: 1 3 tahun : 1-2 pasang gigi berganti (poel)

Sapi Dewasa

> 3 tahun : 3-4 pasang gigi berganti

Dasar Pemilihan Bibit


A. Berdasarkan Silsilah (pedigree)
Silsilah : catatan prestasi produksi tetua (induk dan pejantan)
Catatan dilakukan oleh perusahaan-perushaan besar (di Indonesia biasa
dilakukan
pada ternak perah; ternak potong masih jarang)
Catatan pada ternak potong :
-

Berat lahir

Berat dewasa

Berat sapih

Bobot potong

Pbbh

(kalau tidak ada timbangan untuk mengukur BB penaksiran menggunakan


LD

Rumus yang sangat terkenal untuk menaksir BB adalah Rumus Schrool, yaitu :
BB = (LD + 22) 2
100
untuk sapi-sapi Bos Taurus (sapi-sapi di Eropa)
Kalau digunakan untuk sapi-sapi di Indonesia (sapi tropis) Bos Indicus
biasanya terlalu berat;
Misal : LD = 100 cm
BB = (100+22)2
100

= (122)2
100

= 148,86 kg
Kalau ditimbang kurang dari 148,86 kg
yang cocok :
BB = (LD+5)2
100
BB = (100+5)2
100
= 110,25 kg
Selisih : 38 kg
untuk sapi-sapi gemuk; untuk sapi-sapi kurus lebih kecil lagi; lebih-lebih
untuk pedet

Hasil dari seleksi berdasarkan silsilah :


a. sapi potong :
- Bobot pada umur tertentu (bobot lahir, bobot sapih, bobot dewasa)
- Kecepatan pertumbuhan (pbbh)
- Ukuran tubuh tertentu (tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan)
b. Kambing & Domba :
- Bobot pada umur tertentu
- Kecepatan pertumbuhan
- Produksi dan karakteristik wool
- Indeks fertilitas induk
c. Babi :
- Seleksi Indeks
Indeks Induk = 100 + 6,5 ( L L ) + 1.0 (W W)
L : Jumlah anak hidup
L : Rata-rata jumlah anak hidup
W : Bobot anak (21 hari)
W : Rata-rata bobot 21 hari
Pemilihan bibit berdasarkan Pedigree masih jarang dilakukan;
Yang banyak dilakukan adalah seleksi berdasarkan Eksterior.

B. Berdasarkan Eksterior (bentuk luar)


Berdasarkan pengamatan, yaitu dengan :
- melihat
- memegang / meraba

Ciri-ciri umum bibit yang baik :


1. Sesuai dengan bangsanya
- Sapi Ongole : putih abu-abu
- Sapi Bali

: merah bata

- Sapi Bos Indicus : mempunyai punuk


Misal : Sapi Bali
- Warna pedet : merah bata
- Menjelang dewasa : betina : merah bata; jantan : kehitaman
- Dilihat dari belakang, bokongnya ada lingkaran putih
Bos Indicus (sapi-sapi Asia) : tinggi, ramping, berpunuk, bergelambir
- tinggi agar jauh dari tanah, sehingga tidak panas
- berpunuk & bergelambir untuk memperluas permukaan tubuh; agar
tempat untuk membuang panas lebih luas
Bos Taurus (sapi-sapi Eropa) :
- pendek agar dekat dengan tanah, sehingga tidak kedinginan
- permukaan tubuh sempit agar kontak dengan udara luar sesedikit
Mungkin

2. Sesuai dengan tujuan pemeliharaan , misalnya :


- Penghasil daging :
- Penghasil wool :
Pejantan : gagah, scrotum kenyal
Induk : ambing simetris
3. Sehat; dengan cirri-ciri :
- mata bersinar
- bulu halus dan mengkilap
- kulit elastis
- sikap berdiri tegak
- lincah, riang, kuat
- nafsu makan baik
4. Sesuai dengan standar (bila ada)
Contoh standar
Standar Umum Bibit Sapi (SPINAK 01/43/1988)
* Sapi Madura
1. Sifat Kualitatif
a. Warna : merah bata / merah coklat bercampur putih dengan batas
yang tidak jelas pada bagian paha
b. Tanduk : kecil, pendek serta memngarah ke bagian luar
c. Bentuk badan : tubuh kecil, kaki pendek ; betina tidak berpunuk,
jantan punuk berkembang baik dan jelas
2. Sifat Kuantitatif
a. Tinggi gumba :

Betina : minimal 105 cm, maksimal 108 cm


Jantan : minimal 115 cm, maksimal 125 cm
b. Umur ternak :
Betina : 18 24 bulan (maksimal punya 1 pasang gigi seri tetap)
Jantan : 24 36 bulan (min. punya 1 ps. gigi tetap, max punya 2 ps.)
Standar untuk Babi Parent Stock
Standar Umum
a. Babi bibit Parent Stock harus mempunyai surat keterangan atau jaminan
dari perusahaan Babi Bibit Grand Parent Stocknya;
mengenai : warna, bentuk badan dan kualitasnya sebagai babi bibit
b. Babi bibit Parent Stock harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti :
cacat mata (kebutaan), pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta
tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya
c. Semua bibit Parent Stock betina harus bebas dari cacat alat reproduksi.
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemabdulan
d. Babi bibit Parent stock jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak
menderita cacat pada alat kelaminnya, terutama testis harus satu pasang
Standar Khusus :
1. Umur Dewasa kelamin :
- Betina : 5 bulan
- Jantan : 5 bulan
2. Babi bibit Parent Stock dapat mencapai BB dewasa kelamin :

- Betina : 80 90 kg
- Jantan : 80 90 kg
3. Berasal dari tetua Induk dengan jumlah anak lahir hidup per kelahiran :
- Dari jalur jantan : + 7 ekor
- Dari jalur betina : 8 9 ekor
4. Bobot Lahir Anak :
- Dari jalur jantan : + 1,3 kg
- Dari jalur betina : 1,2 1,4 kg
5. Rataan pbbh :
- Dari jalur jantan : + 685 gr
- Dari jalur betina : 740 70 gr

5. Calon Pejantan
- Dada dalam dan lebar
- Testis normal
- Nafsu berahi tinggi
6. Calon induk
- Tidak terlalu gemuk
- Letak vulva normal
- Ambing normal
- Puting normal (jumlah dana bentuk), missal : sapi 4, babi 12
- Sifat mengasuh anak (mothering ability) baik

Ciri khusus Ternak Bibit


Sapi Potong
Standar Mutu Bibit (SK Mentan 358/TN410/88)
-

Sapi Madura

Sapi Bali

Sapi Ongole

Sapi Peranakan Ongole (PO)

Sapi Brahman Lokal

Kerbau

Sapi Kupang : sapi bali yang telah beradaptasi (dan mengalami perubahan)
terhadap lingiungan yang ada di Kupang (NTT); yaitu : lingkungan lebih berat
warnanya lebih kasar
Sifat kualitatif :
-

Warna

Tanduk

Bentuk Badan

Sifat Kuantitatif :
-

tinggi Gumba

Umur

Warna sapi Brahman tidak Uniform , karena terbentuk dari empat (4) bangsa,
yaitu :
-

Sapi Gir

Sapi Krishna Valley

Sapi Nellore

Sapi Gujarat

Sapi PO
-

Sekarang sudah tidak begitu disukai, karena penggunaan sebagai tenaga


kerja sudah berkuarang (diganti dengan traktor)

Yang lebih disukai adalah Simmental, karena hasil daging baik;


tetapi pakan harus lebih baik

Sapi Jantan :
- Testi Simetria kanan dan kiri
- Testis kenyal dan elastis
Sapi Betina :
- Putting : empat buah dan simetris
- Ambing : besar dan simetris
- Vulva

: tidak terlalu ke atas

Kambing dan Domba :


- Sama dengan sapi, hanya ditambah : Jantan dan betina dari keturunan kembar !
Babi :
Standar Mutu Bibit Impor
1. Standar Mutu Bibit babi Grand Parent Stock (GPS)
2. Standar Mutu Bibit babi Parent Stock (PS)
3. Standar Mutu Bibit babi Lokal (babi Jawa, babi Sumatra, babi Bali)
Standar Umum :
-

SK dari perusahaan di atasnya

Bebas dari cacat fisik dan reproduksi

Standar Khusus
-

Bobot ternak

Dari induk dengan litter size tertentu

Ambing baik; putting 6 pasang dan simetris

Klasifikasi Bibit
1. Secara Umum
a. Bibit Dasar (Foundation Stock) bibit hasil pemuliaan
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit induk
b. Bibit Induk (Breeding Stock)
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit sebar
c. Bibit Sebar (bibit niaga = Commercial Stock)
- Spesifikasi ternentu
- Untuk digunakan dalam proses produksi
yang komplit pada ternak ayam dan babi !

2. Secara Khusus (pada unggas dan babi)


a. Bibit Galur Murni (pure line / PL)
- Spesifikasi tertentu

- Menghasilkan bibit nenek Grand Parent Stock = GPS)


b. Grand Parent Stock (GPS) = Bibit Nenek
- Sesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit induk (Parent Stock = PS)
c. Parent Stock (PS) = Bibit Induk
- Spesifikasi tertentu
- Menghasilkan bibit sebar (bibit niaga) = Final Stock (FS)
d. Final Stock (FS) = Bibit sebar (bibit Niaga)
- Spesifikasi tertentu
- Untuk dipelihara hingga menghasilkan daging / telur
yang dipelihara langsung oleh peternak
Perusahaan di Indonesia baru sampai dengan : GPS
Untuk galur Murni biasanya masih impor
Betina PO

><

Pejantan Simmental

F1
-

Jantan : untuk digemukkan; dipotong

Betina >< Simmental


F2

Jantan : digemukkan; dipotong

Betina >< Simmental


F3

Keturunan persilangan sapi Simmental jantan harus digemukkan untuk dipotong;


jangan smpai untuk mengawini betina; karena akan mennurunkan mutu genetic;
karena gen Simmental sudah turun !

Betina hasil persilangan sebaiknya dibeli oleh pemerintah; digunakan untuk bibit;
jangan sampai keluar dari kawasan tesebut
A. Pemilihan Bibit sapi dan Kerbau
Secara umum pada pemilihan bibit ternak, harus diperhatikan sehat
tidaknya ternak calon bibit. Adapun tanda-tanda ternak sehat adalah :
a. Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik
b. Bulu halus dan mengkilap
c. Kulit tampak elastis
d. Sikap berdiri tegak, kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh
keempat kaki dengan teracak yang rata
e. Gerak lincah dan kuat
f. Nafsu makan cukup baik, bila diberi ransum lain cepat menyesuaikan
Standar Umum Mutu Bibit Sapi
a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan bulu abnormal
b. Sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing
serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya

Contoh standar mutu bibit sapi berdasarkan SPINAK/01/43/1988 adalah :


Standar Mutu Bibit Sapi Peranakan Ongole (PO)
Sifat Kualitatif :
a. Warna : putih kelabu atau kehitam-hitaman
b. Tanduk : relatif pendek, pada yang betina lebih pendek dibanding jantan

c. Bentuk badan : kepala relatif pendek dengan profil melengkung. Punuk


besar mengarah ke leher, lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah perut
dan leher menuju ke arah leher, kaki panjang dan kokoh
Sifat Kuantitatif :
a. Tinggi gumba : betina 112 - 118 cm.
jantan 118 - 125 cm
b. Umur : betina 18 - 24 bulan ( maksimal ganti gigi 1 pasang )
Jantan 24 36 bulan (ganti gigi 1 2 pasang )

Standar Umum Mutu Bibit Kerbau (berdasarkan Kesepakatan Teknis)


a. Kerbau bibit harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti cacat
mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal
serta tidak terdapat kelainan tulang
b. Semua Kerbau bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi,
abnormal ambing serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Kerbau bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita
cacat pada alat kelaminnya
Contoh standar mutu bibit kerbau berdasar Kesepakatan Teknis
Standar Mutu Bibit Kerbau Lumpur (Swamp buffalo)
Sifat Kualitatif :
a. Warna : kulit berwarna abu-abu, hitam serta bulu berwarna abu-abu
sampai hitam
b. Tanduk : mengarah ke belakang horizontal, bentuk bulat panjang dengan
bagian ujung yang meruncing serta membentuk setengah lingkaran

c. Bentuk badan : kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot
yang berkembang, leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang
sebanding dengan badan dana kepala, ambing berkembang dan simetris

Sifat Kuantitatif :
a. Tinggi gumba : betina 120 125 cm, jantan 125 130 cm
b. Umur : betina 24 36 bulan (maksimal ganti gigi 1 pasang),
jantan 30 40 bulan ( ganti gigi 1 2 pasang )
c.

Berat badan : betina 250 300 kg, jantan 300 350 kg

B. Pemilihan Bibit Domba dan Kambing


Produktivitas induk domba dan kambing sangat ditentuka oleh kelahiran
anaknya. Induk muda yang mampu melahirkan anak kembar pada kelahiran
pertama ada kecenderungan melahirkan kembar pula pada waktu selanjutnya.
Induk-induk inilah yang dikehendaki dalam memilih bibit karena dapat
menurunkan kembar, walaupun kemungkinan peluang hanya 15%.
Kriteria pemilihan bibit yang biasa digunakan sebagai pedoman dalam
rangka melakukan seleksi terhadap ternak domba dan kambing adalah :
a.

Sehat; tanda-tanda domba dan kambing yang sehat antara lain : mata
bersinar dan bersih, bulu mengkilat dan bersih, selaput lendir mata
dan kulit tidak pucat, gerakannya aktif, hidung dan mulut tidak
mengeluarkan cairan, dan anus tampak bersih

b.

Bangsa; menurut kesukaan peternak dan konsumen, dengan memilih


bangsa domba/kambing yang biasa diternakkan di daerah sekitar.

c.

Kesuburan; induk yang subur adalah yang memliki banyak anak


setiap melahrikan

d.

Temperamen; induk yang mempunyai temperamen yang baik yaitu


induk yang mau merawat anaknya dengan rajin dan selalu menyusui
anaknya

e.

Produksi susu tinggi; untuk memberikan jaminan hidup dan


pertumbuhan anak yang baik sampai disapih, diharapkan induk
mampu mensuplai susu yang cukup.

1. Pemilihan Bibit Berdasarkan Silsilah (Pedigree)


Silsilah adalah suatu catatan tertulis dari keadaan yang lampau, serta
suatu estimasi akan penampilan seekor ternak. Sebagai contoh seekor pejantan
yang telah menurunkan anak-anak dengan bobot sapih tinggi serta mempunyai
anak yang kualitas wool atau karkas yang bagus, maka dapat diharapkan pejantan
itu memang mampu meneruskan sifat-sifat baik tersebut kepada keturunannya.
Pemilihan bibit dengan menggunakan silsilah merupakan cara yang
terbaik, karena dari silsilah ini akan dapat diketahui prestasi produksi dari induk
dan pejantannya.
2. Pemilihan Bibit dengan cara Melihat Bagian Tubuh Luar (Eksterior)
Penilaian penampilan atau performance domba dan kambing diamati
pada keadaan tubuh luar, yaitu dengan memegang/meraba ataupun melakukan
pengamatan. Penilaian terhadap domba dengan pengamatan lebih sulit dibanding
dengan kambing, karena pada umumnya domba memiliki bulu yang tebal.
Agar diperoleh hasil yang baik pada penilaian dengan pengamatan, maka
perlu dilakukan pengamatan dari samping, muka dan belakang.
a. Pengamatan dari samping
Secara umum tubuh tampak besar, bagian atas dan bawah tubuh rata, kaki
pendek, lurus dan kuat
b. Pengamatan dari depan
Moncong besar berbentuk segi empat dengan lubang hidung cukup lebar, mata
besar, dada dalam dan jarak kedua kaki depan relatif lebar
c. Pengamatan dari belakang

Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi
d. Menilai dengan memegang/meraba
Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai pantat.

3. Pemilihan Domba dan Kambing Calon Bibit


Tanda-tanda Pejantan Calon Bibit :
a. Sehat, tubuh besar (sesuai umur), relatif panjang dan tidak cacat
b. Dada dalam dan lebar
c. Kaki lurus dan kuat
d. Tumit tinggi
e. Penampilan gagah
f. Aktif dan besar nafsu kawinnya
g. Testis normal (2 buah, sama besar dan kenyal)
h. Alat kelamin kenyal dan dapat ereksi
i. Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
j. Bulu bersih dan mengkilat
Tanda-tanda betina calon bibit :
a. Sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat
b. Kaki lurus dan kuat
c. Alat kelamin normal
d. Mempunyai sifat mengasuh anak yang baik
e. Ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi/pembengkakan)
f. Sebaiknya berasal dari keturunan kembar
g. Bulu bersih dan mengkilap.

C. Pemilihan Bibit Ternak babi


Prinsip-prinsip dasar Pemilihan Ternak
Pada umumnya para ahli dalam memilih ternak babi untuk dipelihara dapat
menggunakan 4 (empat) dasar pemilihan, yaitu :
a. Judging; yaitu pemilihan berdasar visual; biasanya digunakan pada
arena lomba
b. Pedigree; yaitu pemilihan didasarkan pada prestasi yang
ditunjukkan oleh nenek moyangnya
c. Penampilan ternak
d. Pengujian atau tes produksi seperti yang diatur dalam kesepakatan
teknis
Sifat-sifat ternak babi ditinjau dari kepentingan ekonomi dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 (tiga) golongan, yaitu produktif, reproduktif dan struktural.
Karena setiap sifat yang diamati pada ternak sebagian ditentukan oleh faktor
genetik dan sebagian oleh lingkungan, maka memilih ternak untuk bibit
hendaknya memilih individu-individu yang berpotensi variasi genetik yang baik
dipandang dari sudut ekonomi.
Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut tujuan
pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2(dua) golongan, yaitu :
a. Pemilihan bibit babi bakalan (jantan dan betina) untuk tujuan produksi
anak
b. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukkan, kemudian dijual.
Pemilihan bibit babi ditekankan pada :
- Sifat-sifat genetic dari tetuanya
- Penampakan sifat-sifat kelamin sekunder
- Laju pertumbuhan dan efisiensi dalam penggunaan pakan

- Kesehatan ternak
Pemilihan babi bakalan ditekankan pada :
-

Laju pertumbuhan

Efisiensi pakan

Kesehatan ternak

Memilih Babi Dara dan Pejantan Muda


Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus sebaik keduanya
(induk/pejantannya) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan
performance yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya dikelak
kemudian hari.
Sifat-sifat yang baik dari calon babi dara :
a. Berasal dari tetua yang berkualitas genetik yang baik
b. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, serta berat
badannya sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis
ternak
c. Mempunyai minimal 6 pasang puting susu yang simetris dan mampu
menghasilkan air susu yang cukup untuk anak yang diasuh
d. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus sehingga mampu menopang beban dari
berat pejantan waktu kawin maupun berat masa bunting
e. Mempunyai sifat keibuan
f. Mempunyai sifat performans seperti laju pertumbuhan dan koefisien pakan
yang lebih baik dari ternak biasa atau rata-rata ternak
Sifat-sifat yang baik dari pejantan muda :
a. Berasal dari tetua atau nenek moyang yang berkualaita genetik baik
b. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, gerakannya lincah, berat badannya
sesuai dengan standar berat badan masing-masing bangsa/jenis babi
c. Memiliki kaki yang kuat dan tegak serta letaknya baik agar bebas bergerak

d. Mempunyai sifat performance yang baik, misalnya laju pertumbuhan serta


koefisien penggunaan pakan
e. Sifat kejantanannya terlihat nyata dan agresif

V. PERKANDANGAN
Kandang sebagai tempat tinggal ternak sepanjang waktu harus
diperhatikan oleh peternak. Peternak harus sadar bahwa kehidupan ternak
sepenuhnya berada dibawah pengawasan manusia, dan segala kebutuhan hidup
mereka juga dibawah pengaturan dan tanggung jawab peternak itu sendiri.
Perlindungan terhadap lingkungan yang mereka hadapi seperti terik matahari,
hujan, angin kencang dan sebagainya yang menimpa ternak harus menjadi
pemikiran peternak.
Bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak
harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sesuai dengan
tuntutan hidup mereka. Jadi bangunan kandang diupayakan pertama-tama adalah
untuk melindungi ternak dari gangguan kuar yang merugikan, baik terhadap
sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, tiupan angin kencang dan lainlain.
Selain itu, kandang yang dibangun harus bisa menunjang peternak, baik
dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Dengan
demikian diharapkan bahwa dengan adanya bangunan kandang ini ternak tidak
berkeliaran di sembarang tempat dan kotorannyapun dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.
Fungsi kandang dalam usaha peternakan pada umumnya adalah :
1.

Untuk menghindari ternak terhadap lingkungan yang merugikan dari


angin kencang, air hujan dan terik matahari

2.

Untuk mempertahankan kehangatan di dalam kandang pada waktu


malam hari atau pada waktu cuaca dingin

3.

Mempermudah tatalaksana

4.

Mempermudah pengawasan dalam penggunaan pakan

5.

Mempermudah pengawasan terhadap gangguan keamanan seperti


prdator dan pencurian

Suatu bangunan kandang untuk keperluan ternak dan dalam tipe apapun
haruslah dapat memenuhi kebutuhan struktural yang memadai sesuai dengan
peruntukannya, disamping adanya kebutuhan arsitektural.
Kebutuhan struktural dari sebuah kandang adalah sebagai berikut :
1. Keamanan (safety); kandang dibuat sesuai dengan jumlah ternak yang
dipelihara, tanpa menimbulkan adanya bahaya terhadap peternak maupun
ternak yang dipelihara
2. Keawetan (durability); kandang yang dibuat harus tahan lama terhadap
gangguan lingkungan yang merusakkan.
3. Pelayanan (service ability); kandang harus mampu menampung bahanbahan dan melayani kegiatan yang telah direncanakan.
Menurut Direktorat Bina Produksi Dirjen Peternakan (1991), standar
pembuatan kandang harus menurut ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak berdekatan dengan fasilitas umum seperti masjid, sekolah,
puskesmas
b. Perlu mendapatkan persetujuan tetangga
c. Letak kandang terpisah, di belakang rumah
d. Drainase baik, tersedia cukup air
e. Ketinggian lantai 20 cm sampai 30 cm dari tanah sekitar
f. Memungkinkan perluasan sampai sejumlah pemilikan lima ekor.
Dalam pembuatan kandang, faktor lingkungan hendaknya memperoleh
perhatian utama. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah :

1. Lingkungan fisik seperti cahaya. Bunyi dll.


2. lingkungan sosial seperti populasi ternak tiap kandang/pen, tingkah laku
hewan beserta ciri-ciri khususnya, rumah penduduk dll
3. lingkungan ternak seperti suhu udara, kelembaban, angin, radiasi matahari
dll

Lokasi untuk mendirikan bangunan kandang harus amemenuhi persyaratan


persyaratan sebagai berikut :
1. Memenuhi persyaratan peraturan pemerintah atau peraturan daerah
setempat
2. Terdapat sumber air
3. Mudah mencapai daerah pemasaran dan dekat dengan tenaga kerja
4. Mendukung iklim kikro ternak seperti suhu dan kelembaban
5. Kemiringan tanah yang ideal 2o-6o
6. Jarak dari pemukiman penduduk cukup jauh (minimal 250 m untuk sapi
potong)
7. Drainase di sekitar kandang cukup baik
Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis dalam pembuatan kandang, saat
memilih bahan-bahan bangunan yang digunakan, perlu dipertimbangkan halhal :
1. Harus dipilih bahan bangunan yang awet dan kuat
2. Harus banyak terdapat di lokasi usaha peternakan, sehingga harganya
murah
3. Bahan bangunan harus mudah dikerjakan, tidak membahayakan ternaknya
maupun peternak
4. Setelah dibuat, bahan bangunan tersebut mudah dibersihkan, tahan air dan
mudah disucihamakan
Persyaratan yangharus dipenuhi untuk mendirikan bangunan kandang antara lain :

1. Dekat dengan sumber air


2. Tidak memberikan dampak atau pengaruh yang mengganggu lingkungan
3. Adanya sarana transportasi yang baik
4. Menimbulkan situasi yang menyenangkan baik terhadap peternak maupun
ternakya sendiri
5. Mempunyai nilai ekonomis
6. Mempunyai syarat sanitasi (cukup sinar matahari, ventilasi yang baik,
drainase, bentuk kandang dsb)
Pada dasarnya sanitasi meliputi :
1. Usaha penjagaan kesehatan ternak
2. Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitar
3. Usaha pengawasan terhadap manusia yang mungkin atau selalu
berhubungan dengan ternaknya
Diupayakan agar sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang,
sebab sinar matahari pagi mengandung lebih banyak sinar ultra violet yang
berfungsi sebagai desinfektan dan membantu pembentukan vitamin D.
Ventilasi berguna untuk mengluarkan udara kotor dalam kandang dan
menggantikannya dengan udara segar dari luar. Tujuan utama dibuatnya ventilasi
adalah untuk menghilangkan kelebihan kelembaban dan bau-bauan yang busuk.
Dengan ventilasi yang baik, temperatur kandang akan dijaga seminimal mungkin.
Ventilasi kandang harus dibuat dan diatur sesuai dengan tempat dan kebutuhan
ternak (Blakely dan Bade, 1991).
Kebutuhan ventilasi di dataran rendah lebih besar dan lebih banyak
dibanding dataran tinggi atau pegunungan, karena di dataran rendah umumnya
udara lebih panas dibanding di dataran tinggi atau pegunungan.
Usaha kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya diantaranya adalah
dengan membuat kandang yang khusus untuk mengisolasi ternak yang sakit atau
dianggap sakit (kandang isolasi) dan untuk sempurnanya dilengkapi dengan
kolam dipping bagi perusahaan peternakan yang berskala besar.

Pemeliharaan dan kebersihan kandang mempunyai peranan penting dalam


menunjang keberhasilan usaha peternakan, oleh karena itu perlu adanya
penanganan dan pemeliharaan yang baik (Minish dan Fox, 1979). Salah satu
faktor penting dalam pemeliharaan adalah kebersihan kandang dan
perlengkapannya, maupun kebersihan ternaknya sendiri.
Saluran air yang ada dalam kandang juga merupakan saluran pembuangan
kotoran, dapat dialirkan ke kebun rumput tempat pembuangan kotoran yang telah
dibuat/dipersiapkan. Tempat pembuangan kotoran dapat berbentuk kolam atau
bak yang tertutup atau terbuka. Pembuangan kotoran ke sungai sebaiknya
dihindarkan.
Salah stu faktor untuk menjaga agar suasana dalam kandang pada siang
hari tidak terlalu panas dapat dilakukan dengan memberi naungan di sekitar
kandang. Naungan dapat dibuat dari pohon bambu, palem dan pohon rinang
lainnnya. Tempat berteduh atau naungan yang dibuat dari pohonpohon rindang
akan lebih efektif bila dibandingkan dengan naungan yang dibuat dari besi
maupun bambu (Sihombing, 1997).

A. Kandang Sapi Potong


Untuk menentukan model kandang yang akan dibuat, pada dasarnya
tergantung pada :
a. Keadaan iklim tempat kandang didirikan
b. Jumlah ternak sapi yang akan dipelihara
c. Selera peternak
Terdapat beberapa model bangunan kandang yang cocok dipergunakan
untuk ternak sapi potong, yaitu :
1. Kandang tunggal atau individu
2. Kandang ganda
3. Kandang kelompok

Pada model kandang tunggal, penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu


baris, sedangkan pada kandang ganda terdapat dua baris yang saling berhadapan
(head to head) atau saling bertolak belakang (tail to tail). Di antara kedua baris
atau jajaran sapi-sapi tersebut dibuat jalur untuk jalan.
Apabila jumlah sapi yang akan dipelihara kurang dari 10 ekor, maka akan
lebih baik apabila digunakan model kandang tunggal, sebaliknya apabila lebih
dari 10 ekor maka kandang gandalah yang cocok. Kandang ganda tail to tail atau
saling bertolak belakang merupakan model kandang yang efisien dalam
penggunan tenaga kerja (BPTP Ungaran, 2001).
Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut :
a.

Panjang dan lebar lantai adalah 2,10 x 1,45 m


untuk sapi lokal dan 2,10 x 1,50 m untuk sapi-api impor

b.

Panjang tempat ransum beserta air minum adalah


selebar tempat sapi, yaitu 1,45 -1,50 m. Diantara tempat ransum dengan
air minum dibuat penyekat setebal 7,5 10 cm

c.

Panjang tempat ransum 95 100 cm, lebar 50 cm


dan kedalaman 40 cm

d.

Panjang tempat air minum 45 55 cm, lebar 50 cm


dan kedalaman 40 cm

e.

Pada belakang sapi dibuat selokan dengan lebar 25


30 cm

f.

Jalan samping atau jalan antara kedua baris sapi


pada kandang ganda dibuat selebar 1 m.

B.

Kandang Domba dan Kambing

Pembuatan kandang domba/kambing berjarak minimal lima meter dari


rumah, sehingga tidak menimbulkan bau ke dalam rumah.

Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah ternak yang dipoelihara, yaitu


sebagai berikut :
a. Jantan dewasa (umur > 12 bulan)

: 1,2 m2

b. Betina dewasa (umur > 12 bulan)

: 1,0 m2

c. Induk menyusui

: 1,0 m2

d. Tambah 0,5 m2 untuk tiap anak


e. Jantan /betina muda (umur 7-12 bulan)

: 0,75 m2

f. Sapihan (umur 3-7 bulan)

: 0,50 m2

Fasilitas yang perlu disediakan pada kandang diantaranya adalah tempat


pakan dan tempat air minum, tangga dan tempat penampungan kotoran. Tempat
pakan berfungsi untuk tempat hijauan, sedangkan konsentrat biasanya
ditempatkan dalam ember. Tempat pakan dibuat dari papan, belahan atau
anyaman bambu, akan lebih baik lagi bila dapat disetel (dengan engsel) agar
mudah membersihkannya. Perlu pula dibuat tempat penyimpanan/persediaan
pakan, yang berfungsi untuk menyimpan hijauan untuk sementara sebelum
diberikan kepada ternak. Letaknya tidak boleh terlalu dekat dengan kandang yang
ditempati ternak, untuk menghindari kontaminasi dari kotoran atau air kencing.
Tempat air minum sebaiknya menggunakan bahan yang mudah dibersihkan, selain
itu juga tidak membahayakan ternak.
Pada dasarnya bentuk kandang untuk ternak domba dan kambing di
daerah tropis ada dua, yaitu kandang panggung (berkolong) dan kandang
lemprakan.

VI. TATALAKSANA KESEHATAN


A. Pendahuluan
Penyakit adalah sesuatu penyimpangan atau variasi keadaan kesehatan
normal atau suatu keadaan abnormal dari struktur atau fungsi yang berubah pada
jaringan tubuh. Karena kondisi bagian tubuh ini tidak normal maka ternak tidak
dapat menjalankan fungsi produksi maupun reproduksinya.
Seekor ternak dikatakan sakit apabila sel-sel dan jaringan tubuh tidak
dalam keadaan normal baik fungsi maupun strukturnya. Apabila sel dan jaringan
tubuh tidak menyimpang dari fungsi dan strukturnya, maka ternak tersebut
dikatakan sehat.
Berbagai jenis penyakit ternak sering berjangkit di Indonesia, baik yang
menular maupun yang tidak menular. Penyakit menular yang berjangkit pada
umumnya menimbulkan kerugian besar bagi peternak, bisa mencapai jutaan
rupiah. Penyakit menular sungguh merupakan ancaman bagi peternak. Walaupun
penyakit menular tidak langsung mematikan, akan tetapi bisa merusakkan
kesehatan ternak secara berkepanjangan, mengurangi pertumbuhan, dan bahkan
menghentikan pertumbuhan sama sekali.
Penyakit menular timbul karena serangan jasad renik atas tubuh hewan.
Kebanyakan jasad renik ini mengeluarkan racun (toksin), yang tentu saja bisa
merusakkan jaringan tubuh penderita, menghancurkan alat-alat tubuh dan

menimbulkan kematian. Jasad renik tadi pada umumnya masuk ke dalam tubuh
hewan melalui lubang-lubng tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang
luka, lecet atau akibat gigitan serangga dan kutu.
Dalam hal ini peternak dituntut harus tahu masalah-masalah kedokteran
hewan. Mereka perlu ditumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan
pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit di daerahnya sesuai
petunjuk dinas yang terkait, sebab kesemuanya menyangkut kepentingan umum,
bukan kepentingan pribadi semata.
Dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangannya maka
ternak harus dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyakit serta adanya beberapa penyakit ternak yang dapat menular ke tubuh
manusia. Dalam usaha pengembangbiakan ternak, perawatan ternak merupakan
salah satu unsur yang tidak boleh diabaikan termasuk di dalamnya pencegahan,
penjagaan dan pengobatan penyakit. Demikian pula untuk ternak yang dibesarkan
sampai siap dipotong.
Perlu ditanamkan pengertian bahwa mencegah timbulnya penyakit
merupakan tindakan yang bijaksana daripada mengobatinya.
Usaha mencegah penyakit mutlak harus dilakukan demi keberhasilan suatu
usaha peternakan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi
kandang dan lingkungan, pemberian pakan yang berkualitas dan kuantitas sesuai
kebutuhan ternak dan vaksinasi.
Berdasarkan sifatnya penyakit dapat digolongkan menjadi penyakit
menular dan tidak menular. Penyebab penyakit menular adalah organisme seperti
virus, ricketsia, bakteri dan jamur. Penyakit yang tidak menular terutama
berhubungan dengan makanan seperti kurang mineral, tanaman beracun dan
racun. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kemungkinan cara-cara
penularan penyakit secara umum. Vaksinasi merupakan pencegahan penyakit
yang terbaik bagi penyakit-penyakit menular. Kita harus hati-hati dalam membeli
dan meninjau ternak. Ternak harus sehat secara klinis dan dari sejarahnya, dan
berasal dari kelompok ternak yang sehat-sehat.
Jalur pemindahan penyakit pada ternak antara lain melalui :

1. Kontak langsung antara ternak yang sakit dengan ternak yang sehat
(misalnya : kudis)
2. Kontak melalui makann dan air minum (misalnya : keracunan)
3. Kontak dengan benda mati yang strukturnya terkontaminasi akibat ternak sakit
(misalnya : lantai kandang yang kotor dapat menyebabkan mencret/disentri)
4. Kontak dengan tanah (misalnya Ascaris suis)
5. Infeksi melalui udara (misalnya : pneumonia)
6. Kontak dengan hewan lain (misalnya : leptospirosis)
Pencegahan penyakit pada ternak secara umum dapat dilakukan antara lain
dengan cara :
1.

Meminimalkan penambahan stok ternak dari luar

2.

Hindari pembelian ternak dari berbagai sumber industri peternakan yang


belum diketahui status kesehatan ternaknya

3.

Pengunjung ke peternakan seminimal mungkin, bila diijinkan masuk ke


peternakan harus memakai sepatu bot dan baju penutup yang telah bebas dari
kuman penyakit

4.

Kotoran ternak tidak menumpuk di kandang

5.

Ternak yang mati segera dibakar atau dikubur yang dalam dan ditutup
dengan kapur

6.

Kandang sebelum ditempati ternak harus didesinfektan dahulu.

Dalam usaha pengembangan peternakan perlu diperhatikan faktor-faktor yang erat


kaitannya dengan kesehatan ternak, antara lain :
1. Tatalaksana atau manajemen pemeliharaan. Hal yang berkaitan dengan ini
adalah perlu menentukan pola peternakan yang seusai dengan keadaan
lingkungan yaitu sistem ketatalaksanaan, pakan, kesehatan, penyediaan air
minum dsb
2. Pemberian pakan. Pemberia pakan yang kurang dari segi kualitatif maupun
kuantitatif dapat mempengaruhi ternak yang berfifat :

a. Langsung : akan menyebabkan penyakit defisiensi


b. Tidak langsung : menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
3. Keturunan. Dapat mempengaruhi munculnya penyakit, misalnya : penyakit
Abortus bang (keguguran)
4. Isolasi/karantina. Dapat membantu mencegah menularnya suatu penyakit
5. Vaksinasi. Dapat membantu mencegah tertularnya suatu penyakit
6. Pengobatan . Perlu dihindari pemakaian obat dengan dosis berlebihan
7. Diagnosa. Untuk membuat diagnosa perlu diketahui :
a. Riwayat ternak
b. Tanda-tanda penyakit
c. Pemeriksaan /bedah bangkai
8. Lingkungan. Mempunyai efek yang menguntungkan atau sebaliknya yang
merugikan agen penyekit, menambah atau mengurangi stress
9. Tindakan kebersihan atau hygiene. Dijaga agar kandang :
a. Selalu kering
b. Tidak dingin
c. Cukup sinar matahari
d. Peralatan harus bersih
10. Pemusnahan hewan pembawa penyakit. Hewan yang diperkirakan tidak dapat
diobati sebaiknya dimusnahkan saja.

B. Jenis-jenis Penyakit
Penyakit yang menerang ternak pada dasarnya disebabkan oleh :
a. Virus
b. Bakteri
c. Parasit :
1. Ekto parasit
2. Endo parasit

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus :


1.

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)


Disebut juga Foot and Mouth Disease (FMD) atau

Apthae

epizooticae (AE)
Penyakit ini disebabkan oleh Picorna virus dan penularannya dapat terjadi
dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka.
Penyakit ini mempunyai masa inkubsi 3-4 hari.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam sampai 40-41oC
b. Selaput lendir yang terdapat pada mulut, ppi, gusi dan permukaan lidah
melepuh berisi cairan jernih. Mulut kuku dan gusinya luka.
Pencegahan penyakit :
a. Ternak yang sakit jangan dicampur dengan ternak yang sehat
b. Alat dan benda yang tercemar harus disuci hamakan
c. Dilakukan vaksinasi secara teratur setiap 6 bulan sekali.

2. Rinder Pest
Penyakit ini disebabkan oleh Paramycxo virus dan penularannya dapat terjadi
dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka. Masa
inkubasi 3-9 hari.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam tinggi
b. Terdapat bintik merah dalam kulit
c. Sering diarrhea
Pencegahan penyakit : vaksinasi rutin
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Bakteri :

1. Penyakit ngorok
= Septicaemia epizooticae (SE) / Haemorhagic Septicaemia (HS)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurrela multicida dan penularannya dapat
terjadi karena kontak langsung melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Defisiensi vitamin, mineral, cacingan dan kelelahan dapat menyebabkan
penyakit ini. Tenak yang kondisi tubuhnya lemah muda terserang penyakit
ini. Penyakit ini dapat terjadi secara akut atau kronis.
Tanda-tanda penyakit :
a. Kepala, leher, anus dan vulva membengkak
b. Mata meradang dan air mata keluar berlebihan
c. Demam dan terjadi gangguan pencernaan
d. Mengeluarkan suara ngorok
Pencegahan penyakit :
a. Vaksinasi secara tertatur
b. Pakan yang cukup
c. Pemberantasan parasit di tubuh ternak
2. Anthrax (radang limpha)
Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthraxis dan penularannya melalui
kontak langsung dengan air minum dan makanan tercemar, ekskresi, udara.
Disamping itu juga dapat melalui serangga penghisap, mamalia ataupun
burung. Sumber penyakit ini adalah tanah dan rumput yang
tercemar/terkontaminasi spora Bacillus anthraxis. Masa inkubasi : 1-2
minggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan kekebalan akan
timbul 10-15 hari yang berlangsung selama satu tahun.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan :
a. Vaksinasi pada saat tidak sedang berjangkit penyakit anthrax
b. Ternak yang diduga sakit disuntuk serum, setelah 14 hari divaksin
c. Ternak yang sakit diberi suntikan serum
d. Ternak yang mati, dikubur dalam-dalam dan ditaburi kapur.

Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif pada stadium penularan atau


pada kasus-kasus yang tidak aktif.
3. Keguguran (keluron)
= Contagion Abortus/Abortus Bangs/Bangs Desease
Penyakit ini disebabkan oleh Brucella multicida.
Penularannya melalui :
a. Makanan dan minuman yang tercemar getah radang vagina
b. Kelenjar mamae
c. Perkawinan
Keguguran biasaanya terjadi pada 2-4 bulan setelah infeksi dan terjadi pada
bunting ke 3 kalinya.
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan : vaksinasi dan kekebalan
akan timbul sempurna 1 bulan setelah vaksinasi untuk jangka waktu 2-3 kali
masa bunting.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Parasit:
1. Distomatosis (Fasciolasis)
Penyakit ini disebabkan oleh cacing yang disebut Fasciola hepatica atau
Distonum hepatica.
Tanta-tanda penyakit :
a. Kondisi badan ternak jelek, bulu kasar dan diarrhea
b. Bila perut diraba terasa sakit
c. Ternak selalu memisahkan diri dari kelompoknya
d. Ternak cepat lelah, kurus, selaput lendir pucat.
Tindakan pencegahan :
Dilakukan pemberantasan siput air tawar, karena siput sebagai hospes
intermedier atau vektor atau induk semang. Pemusnahan hospes intemedier
ini dimaksudkan untuk memutuskan siklus hidupnya.
Pemberantasan dapat dilakukan dengan cara :
a. menjaga dan memperbaiki pengairan

b. kebersihan kandang
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Memperhatikan dan meneliti tanda-tanda infeksi cacing hati secara teratur
pada setiap ternak
b. Dilakukan pemeriksaan faeces ternak secara rutin di setiap kelompoknya
c. Dilakukan Pengontrolan siput air tawar secara rutin
d. Drainage kandang harus baik
e. Mengeringkan air yang tergenang di kandang
f. Setiap pemasukan atau pembelian terbak harus diuji faecesnya untuk
mengetahui ada tidaknya cacing hati.
2. Surra
Penyakit ini bersifat akut atau menahun (kronis).
Penyebabnya adalah Trypanosoma evansi.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam pada awal sakit
b. Kulit di bawah perut bengkok
c. Ternak berputar-putar
d. Air kencing berwarna kehitam-hitaman
Pencegahan :
a. Memusnahkan caplak dari semak-semak
b. Mengeringkan tempat-tempat yang lembab
3. Kudis (buduk)
Adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit.
Tanda-tanda klinis adalah kerak-kerak pada kulit. Ternak selalu menggesekgesekkan bagian tubuh yang terkena kudis. Bulu rontok serta kult menjadi
tebal dan kaku. Pada infeksi yang ringan biasanya kudis terlihat local pada
daerah kaki, ambing dan telinga. Pada infeksi yang berat, seluruh permukaan
tubuh dapat terserang kudis.

Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat suntikan IVOMEC, atau


belerang campur oli bekas atau insektisida. Sebelum diobati, ternak
dimandikan agar bersih, digosok dengan sabun dan dijemur. Ternak
ditempatkan pada kandang terpisah. Pengobatan diulang setiap 3 hari sampai
sembuh. Insektisida diencerkan menjadi 0,1 % (1 ml basudin ditambah 1 liter
air). Bila kudis pada seluruh tubuh, ternak dapat diredam secara hati-hati,
kemudian dijemur.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak tubuh dengan ternak
kudisan, dan kandang bekas ternak kudisan dibersihkan/dosemprot dengan
insektisida.
Kasus-kasus penyakit pada sapi :
1. Penyakit kembung (bloat)
Bloat adalah salah satu penyakit yang sering menyerang ternak sapi. Penyakit
ini ditandai dengan keadaan rumen yang mengembang, membesar akibat
kelebihan gas yang tidak bsa cepat keluar. Kasus bloat semacam ini banya
dialami oleh sapi yang merumput di lapangan penggembalaan yang masih
basah karena embun pagi, sapi yang makan bji-bijian gilingan terlalu banyak
tetapi kurang mendapat hijauan yang berserat kasar tinggi, serta sapi yang
terlalu banyak makan hijauan jenis leguminosa.
Tanda-tanda bloat :
a. Lambung sebelah kiri membesar dan kencang
b. Lambung kiri tersebut bila diketuk dengan jari berbunyi seperti drum
c. Pernafasan terganggu dan bekerja berat
Tindakan yang perlu dilakukan :
a. Tidak amemberi pakan leguminosa berlebihan (maksimal 50%)
b. Tidak menggembalakan ternak terlalu pagi atau di lapangan basah
c. Tidak memberi pakan biji-bijian tanpa diimbangi hijauan berserat kasar
tinggi.
2. Belatungan (miasis)

Miasis adalah akibat luka yang diinfeksi oleh lalat, sehingga lalat berkembang
biak (bertelur) dan menghasilkan larva (belatung). Tanda klinis terlhat jelas
adanya belatung.
Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan belatung dengan
insektisida. Dapat juga dengan obat gusaneks, kapur barus yang
dihancurkandan tembakau, kemudian luka diperban dan pengobatan diulang
2-3 kali. Pemberian yodium tentur dapat dipakai untuk mempercepat
peyembuhan.
Pencegahan dilakukan dengan mengurangi adanya lalat di kandang dan
menghindarimluka. Adanya darah mengundan lalat untuk hinggap dan
bertelur, sehingga bila ada darah harus dibersihkan, mislnya darah setelah
melahirkan.
3. Radang susu (Mastitis)
Disebabkan infeksi kuman pada sel kelenjar susu. Tanda klinis yaitu ambing
mebengkak dan kemerahan, panas dan kesakitan. Bila diperah, air susu dapat
berwarna pucat, kuning tua, kehijauan atau kemerahan. Pengobatan dengan
cara memberikan anti biotik suntikan ke dalam otot/ambing melalui putting
susu. Sebelum menyuntikkan antibiotik, air susu diperah dulu smapai habis.
Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang sebelum dan
setelah pemerahan. Daerah di sekitar ambing/putting dibersihkan.
4. Demam susu (milk fever)
Adalah kelainan pada induk bunting yang ada hubungannya dengan proses
kelahiran dimana tingkat ion kalsium darah ada di bawah batas normal.
Tanda klinis berupa gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (berjalan kaku,
sempoyongan, tubuh bergetar), lemah, gelisah dan pernafasan cepat. Ternak
biasanya berbaring sambil menengokkan kepala ke arah anggota tubuh bagian
belakang. Suhu tubuh biasanya normal. Bila tidak dilakukan pertolongan
dapat mengakibatkan kematian.

Dari tahun ke tahun ribuan ternak menjadi korban penyakit radang


limpha (anthrax), ribuan ternak lainnya terkena serangan penyakit mulut dan
kuku, penyakit surra dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal itu peternak harus mengetahui penyebab gejala,
dan serangan berbagai jenis penyakit, serta tata cara pencegahan dan
pembasmiannya. Beberapa penyakit yang biasa berjangkit di Indonesia antara
lain sebagai berikut :
1. Radang Limpa (Anthrax)
Gejala :
-

Suhu tubuh biasanya sangat tinggi, tetapi sesudah tiga hari turun

Nafsu makan hilang sama sekali

Pada awalnya penderita sulit buang kotoran (konstipasi), tetapi kemudian


menjadi diare, kotoran bercampur air dan darah

Kadang-kadang darah juga keluar dari mulut, hidung dan vulva

Kematian ternak akibat anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada
sembarang waktu.

Penyebab :
Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bentuknya panjang,
terbungkus kapsul. Pada kondisi kurang menguntungkan, bakteri ini akan
membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehingga ia mampu bertahan
hidup dalam segala cuaca dalam waktu bertahun-tahun. Ia juga bisa hidup
pada suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam dalam lapisan
tanahpun tetap bisa bertahan hidup; pada saat tanah tergenang air, dicangkul
atau dibajak, mereka akan terangkat ke atas.

Bakteri ini kecuali berinfeksi pada hewan, juga bisa mnular pada manusia,
sebab bakteri ini termasuk zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular
dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Untuk membasmi spora ini, diperlukan
panas bersuhu 90oC selama 45 menit dan 100oC selama 10 menit.

VII. TATALAKSANA PERKAWINAN


A. Pubertas
Proses reproduksi pada ternak baru dapat berlangsung sesudah ternak
tersebut mencapai dewasa kelamin, atau biasa disebut dengan pubertas. Pubertas
adalah suatu indikator bahwa hewan sudah mempunyai kemampuan untuk kawin.
Pubertas terjadi sebelum seekor ternak mencapai dewasa tubuh atau body
maturity yang dicapai apabila bobot badan sudah mencapai 50-70 persen dari
bobot badan dewasa.
Pada ternak jantan, pubertas dicapai apabila androgen dan sperma telah
diproduksi, organ-organ reproduksi telah masak, penis telah terbebas dari
selubung dan ternak tersebut mengawini betina dan betina tersebut dapat bunting.
Pada ternak betina pubertas adalah umur dimana terjadi berahi pertama
disertai dengan ovulasi secara spontan. Satu atau lebih ovulasi tenang dapat
terjadi sebelum ternak betina menunjukkan tanda-tanda berahi yang berhubungan
dengan ovulasi. Frekuensi ovulasi tenang ini sangat tergantung dari efisiensi
estrus secara luas. Umur berahi pertama pada ternak betina bervariasi, pada
umumnya disebabkan karena perkawinan dan perbedaan laju pertumbuhan.
Diantara banyak faktor yang mempengaruhi umur tercapainya pubertas
adalah bangsa ternak dan keadaan pakan atau nutrisi. Pada tingkat nutrisi yang
rendah dan laju pertumbuhan yang lambat, pubertas dapat terhambat beberapa
minggu, sedang tingkat konsumsi nutrisi yang tinggi akan mempercepat pubertas.
Musim dapat pula mempengaruhi tercapainya umur pubertas.

Pada sapi-sapi potong yang ada di Indonesia, pubertas terjadi pada umur
antara 11 15 bulan. Untuk sapi-sapi Zebu biasanya terjadi pada umur 18 24
bulan, pada sapi-sapi Eropa dicapai pada umur 16 18 bulan.
Pubertas babi jantan dicapai pada umur 5 8 bulan, babi jantan muda
sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini
betina. Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur sekitar 5 -8 bulan, dan
umur yang dianjurkan untuk perkawinan pertamanya adalah 8-10 bulan.
Domba dan kambing mencapai pubertas tergantung pada bangsanya, pada
umumnya umur 6 8 bulan. Ternak jantan sebaiknya mulai dipakai sebagai
pemacek diatas satu tahun.
B. Estrus atau berahi pada ternak
Sejak tercapainya pubertas, terjadilah berahi pada ternak yang tidak
bunting, menurut suatu siklus yang ritmis dan khas bagi jenis-jenis ternak tertentu.
Interval antara satu periode estrus ke periode berikutnya disebut siklus estrus.
Sapi, kerbau, domba, kambing dan babi termasuk hewan poli estrus, karena siklus
estrusnya berkesinambungan; musim atau iklim tidak mempengaruhi terjadinya
siklus estrus ini. Pada ternak jantan, siklus berahi tidak ada, pada umumnya
pejantan selalu bersedia menerima ternak betina untuk aktivitas reproduksi.
Perkawinan dapat berhasil apabila ternak betina yang dikawinkan dalam
keadaan berahi (estrus). Estrus adalah suatu fase dalam siklus berahi dimana
ternak betina bersedia atau mau menerima pejantan untuk aktifitas reproduksi.
Adapun tanda-tanda munculnya estrus pada ternak adalah :
a. Ternak tampak gelisah
b. Nafsu makan turun
c. Mencoba menunggangi dan diam bila dinaiki ternak lain
d. Sering mengibas-ngibaskan ekor dan sering kencing
e. Vulva kelihatan bengkak, merah dan hangat
f. Keluar lendir transparan dari servik yang mengalir melalui vulva dan
vagina.

Dibandingkan dengan ternak sapi, tanda-tanda berahi pada kerbau hampir


tidak diketahui dan sulit ditentukan. Cara yang paling tepat untuk menentukan
apakah berbau betina tersebut berahi atau tidak dapat digunakan kerbau jantan
untuk mendeteksinya. Tanda-tanda berahi yang tidak nyata tersebut tidak
menyulitkan peternak, karena perkawinan kerbau pada umumnya berlangsung di
padang penggembalaan dimana kerbau jantan leluasa memilih betina-betina yang
sedang berahi.
Lama berahi dan siklus berahi pada berbagai jenis ternak berbeda-beda.
Untuk ternak sapi siklus berahi datang sekali dalam 18-24 hari, dengan rata-rata
21 hari, sedang lama berahi berkisar 6-30 jam, dengan rata-rata 17 jam dan
ovulasi terjadi 9-11 jam setelah selesainya estrus.
Kerbau betina memperlihatkan siklus berahi yang normal selama kurang
lebih tiga minggu. Di Indonesia, siklus berahi pada kerbau Lumpur berkisar
antara 17-29 hari, dengan rata-rata 21,53 hari. Lama berahi ternak kerbau lebih
lama daripada sapi, yaitu berkisar antara 24-36 jam, dengan rata-rata 17,65 jam.
Lama siklus berahi normal pada domba berkisar antara 14-19 hari, dengan
rata-rata 17 hari, lama berahi pada domba-domba lokal di Indonesia berkisar
antara 24-48 jam, dengan rta-rata 35,5 jam.
Lama berahi pada kambing 24-45 jam. Berahi akan terulang lagi sekitar
19 hari kemudian (apabila tidak dikawinkan atau gagal bunting).
Siklus berahi pada babi mencapai 19-23 hari, dengan rata-rata 21 hari,
berahi berlangsung antara 1-4 hari, dengan rata-rata 2-3 hari.
Salah satu faktor yang penting dalam perkawinan adalah deteksi berahi,
oleh karena itu pengetahuan tentang tanda-tanda berahi, siklus berahi dan ovulasi
menjadikan hal yang penting untuk dikuasai.
Secara umum deteksi berahi pada ternak dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu :
a. Tradisional; yaitu pengamatan berahi didasarkan pada timbulnya berahi
secara alami, tanpa adanya campur tangan manusia

b. Semi tradisional; telah ada campur tangan manusia, misalnya


menggunakan pejantan pengusik. Umumnya dilakukan oleh peternak
yang memiliki jumlah ternak diatas 10 ekor.
c. Modern; pengamatan telah menggunakan peralatan dan telah
mengikutsertakan manusia dalam pengamatannya.

C. Perkawinan
Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses
reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam
alat kelamin betina.
Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :
a. Perkawinan Alam
Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina
yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan
alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan
tanpa pengenceran dan didesposisikan pada portiovaginalis services atau
mulut servic.
b. Perkawinan buatan (kawin suntik /IB)
Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan
alat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa
dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan
betina agar perkawinan tepat pada waktunya.
Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu:
a. In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yang
mempunyai hubungan keturunan dekat
b. Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi
lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan

c. Cross breeding, adalah perkawinan antara dua bangsa yang telah


diketahui dengan seksama masing-masing kemampuan produksinya.
Cara pengaturan perkawinan dapat dilakukan dengan pengaturan sepenuhnya
oleh manusia yang disebut hand matting, yaitu pemeliharaan sapi jantan dan
betina dipisah, apabila ada betina yang berahi baru diambilkan pejantan untuk
mengawininya, atau dilakukan Inseminasi Buatan (IB). Cara lain adalah pastura
matting, yaitu sapi-sapi jantan dan betina dewasa pada musim kawin dilepas
bersama-sama. Apabila terdapat sapi yang berahi, tanpa campur tangan manusia
atau pemilik akan terjadi perkawinan.
Untuk melaksanakan perkawinan perlu diperhatikan waktu yang setepattepatnya agar sapi betina dapat menjadi bunting atau terjadi konsepsi. Saat
optimum untuk terjadinya konsepsi pada ternak sapi adalah pertengahan estrus
sampai akhir estrus.
Jika terlihat gejala berahi pagi hari, maka inseminasi/perkawinan harus
dilakukan paling lambat sore hari itu juga. Apabila terlihat gejala berahi pada sore
hari, maka perkawinan paling lambat dilakukan esok hari berikutnya. Waktu
perkawinan/inseminasi pada sapi dianjurkan tidak melebihi 4 jam sebelum
ovulasi berakhir.
Sistem perkawinan pada ternak domba/kambing selama ini adalah
perkawinan secara alam, sedangkan perkawinan secara IB belum lazim
dilaksanakan. Secara ekonomis perbandingan jumlah ternak jantan sebaiknya
setiap ekor pejantan untuk 20-25 ekor betina.
Dengan manajeman perkawinan yang baik, ternak domba dan kambing
dapat melahirkan setiap 8 atau 9 bulan sekali. Hal ini dapat dicapai dengan
penyapihan anak pada umur 3-4 bulan, walaupun pada umur dua bulan induk
sudah dapat dikawinkan kembali.
Waktu yang baik untuk mengawinkan domba/kambing adalah 12-18 jam
setelah terlihat tanda-tanda pertama berahi. Betina yang berahi disarankan

dicampur dengan pejantaan dalam satu kandang, untuk menghindari kegagalan


perkawinan.
Pada babi betina, perkawinan dapat dilakukan antara 12-30 jam setelah
tampak estrus, tetapi untuk babi induk yang durasi estrus sampai terjadinya
ovulasi lebih panjang, maka saat perkawinan dapat dilakukan 18-36 jam setelah
estrus tampak.
Babi jantan dewasa (umur lebih dari 10 bulan) dapat dikawinkan 6 kali
perminggu tanpa menunjukkan kejelekan fertilitas, sedangkan pada pejantan
muda (umur 6-7 bulan) dimana testisnya masih kecil dikawinkan 2 kali
perminggu.
Babi induk setelah anaknya disapih dapat dipercepat estrusnya bila kontak
langsung dengan pejantan. Pengandangan induk yang menyusui dekat pejantan
juga dapat mempercepat estrus.
Setelah pejantan muda mencapai pubertas (umur 6-10 bulan) harus
dikandangkan dekat dengan kandang babi dara atau induk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa babi jantan yang terisolir dari babi dara atau induk
menyebabkan service performannya tertekan dan akhirnya penggunaan pejantan
untuk mengawini betina juga terlambat. Oleh karena itu disarankan pemeliharaan
babi pejantan muda bersama-sama dengan babi dara atau induk yang dalam
kategori aktif untuk tujuan dipotong.

Anda mungkin juga menyukai