Manajemen Ternak Potong Ok
Manajemen Ternak Potong Ok
Dosen :
Dr. Ir. DosoSarwanto, MP
Ir. Eko Nurwantini
Ir. Sari Eko Tuswati, MP
Komponen Penilaian :
Kuiz &/ Tugas Terstruktur
: 10 %
Praktikum
: 20 %
Ujian Sisipan
: 35 %
Ujian Utama
: 35 %
Bonus :
Hadir kuliah > 75 %
: 10
Hadir kuliah 50 75 %
:5
:0
Pokok Bahasan :
I.
Pendahuluan
II.
III.
IV.
Pemilihan Bibit
V.
Perkandangan
VI.
Pemberian Pakan
VII.
Pemeliharaan / Pengelolaan
VIII.
IX.
Pengendalian Penyakit
X.
Perkembangbiakan Ternak
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian
Pengertian Manajemen menurut :
1. KBBI : Proses penggunaan sumber daya manusia secara efektif untuk
mencapai sasaran
Dalam bidang Peternakan, yang dimaksud
sumber daya : sumber daya ternak
sasaran
2.
Perencanaan
2.
Pengorganisasian
3.
Penyusunan
4.
Pengarahan
5.
Pengawasan
Adanya tujuan
: fungsi manajer
2. Money
3. Materials
4. Machines
: peralatan
5. Method
6. Markets
Karakteristik Manajer
The Manager : ( I 5 C )
(P 3 )
I 1 : Integrity
P1
: Preparation
I 2 : Industry
P2
: Performance
I 3 : Imagination
P3
: Profil Oriented
I 4 : Initiative
I 5 : Intelligence
: Communication
I 1 : Kejujuran
I 2 : Seorang manajer harus amempunyai orientasi menghasilkan barang / jasa
I 3 : Mempunyai imajinasi (impian/cita-cita/dream)
I 4 : Mempunyai inisiatif (prakarsa)
I 5 : Mempunyai kecerdasar
P 1 : Punya persiapan yang baik
P 2 : Punya penampilan fisik maupun penampilan kerja / hasil yang
berkualitas
P 3 : Berorientasi pada keuntungan
C
Pengertian TERNAK :
Hewan piara, yang kehidupannya meliputi tempat, perkembangbiakan serta
manfaatnya diatur dan diawasi manusia serta dipelihara khusus sebagai
penghasil bahan dan jasa yang berguna bagi kepentingan manusia.
Hewan piara Ternak Potong adalah :
- Sapi
- Kerbau
- Domba
- Kambing
- Babi
Tempat
: penghasil daging
Dipelihara
: pakan, kesehatan
- Karapan
- Makepung
- Adu domba
- Adu sapi
- Adu kerbau
- Mapasongla (Toraja)
B. Segitiga Produksi
Produktivitas (Fenotipe) ternak dipengaruhi oleh : Faktor keturunan (genetik)
& Lingkungan
P=G+E
P
: Performance (penampilan)
Bobot badan
Konversi pakan
Bobot lahir
Bobot sapih
Bobot potong
Bobot karkas
Persentase karkas
: Penampilan
: Kemampuan
: Lingkungan
Faktor Genetik
(= faktor keturunan) Adalah : Faktor yang diturunkan dari tetuanya (Pejantan
dan Induk) melalui ovum dan spermatozoa.
Ditentukan oleh susunan gen pada setiap sel (gen ada di dalam kromosom)
Gen/bakat ada sejak terjadinya pembuahan (bersatunya spermatozoa & Ovum)
Pengaruhnya baka (tetap).
Dapat diturunkan (diwariskan).
-
Makin besar angka h2 dari suatu sifat, maka sifat tersebut akan semakin mudah
diturunkan kepada anaknya.
Umumnya h2 yang tinggi adalah pada sifat-sifat produksi, sedangkan sifat-sifat
reproduksi (seperti : selang beranak, siklus berahi) nilai h2 adalah rendah,
artinya tidak banyak dipengaruhi oleh bakat.
Pengulangan; misalnya produksi susu pada laktasi I : 15 liter, laktasi I : 20 liter
per hari diwariskan!
Pemuliabiakan : suatu usaha untuk meningkatkan mutu genetic ternak
Mutu genetic : gen-gen yang dibawa oleh ternak dalam kromosom
Kromosom ada dalam ovum dan spermatozoa
Tidak diwariskan
Gen akan muncul kalau lingkungannya memadai; atau dapat dikatakan bahwa
Bakat akan keluar kalau lingkungan memungkinkan !
Lingkungan ternak meliputi :
-
Pemeliharaan (tatalaksana)
Pakan
Iklim
Produksi
Genetik
Pakan
(Breeding)
(Feeding)
karbohidrat
protein
lemak
mineral
vitamin
TDN
TDN tinggi
Kuantitas Tinggi :
Jumlah pakan; hubungannya dengan Bahan Kering (BK = 2-3% BB)
BK : Bobot Bahan setelah dihilangkan airnya
(dengan dioven, dengan suhu 105oC, selama 24 jam)
Misal :
Berat sebelum dioven X
Berat setelah dioven Y
BK = Y/X x 100%
X = 100 mg
Y = 20 mg
BK = 2/ 100 X 100%
= 20 %
Tatalaksana
Bagaimana cara mengelola agar pakan dan genetik yang baik dapat
menghasilkan produksi yang baik.
-
Pakan baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya; harus disajikan dengan
baik agar bisa terkonsumsi semua; misalnya : rumput dicacah, kalau terlalu
kering ditambah air garam
Pakan yang terdiri dari Konsentrat dan Hijauan diberikan dengan cara
bagaimana agar dapat terkonsumsi, misalnya konsentrat dulu, sehingga
konsentrat dapat terkonsumsi dan tidak difermentasi, langsung ke abdomen.
Kesehatan : walau pakan baik dan genetik baik; kalau sapinya tidak sehat
maka produksi akan turun
A. Iklim Tropis
Daerah tropis : 23 o LU 23 o LS
Iklim TRopis :
1. Iklim Khatulistiwa (super humid)
- Curah hujan : 2032 3048 mm
- Suhu Rataan : 27 o C ( 20 43 o C)
- Kelembaban tinggi ( > 60 o C)
- 5 o C 7 o LU s/d 5 o 7 o LS
- Vegetasi
Termo
: panas
Regulasi
: pengaturan
: 20 32 oC ( rata-rata : 27 oC)
- Pernapasan
Bernapas : membuang panas tubuh
- Berkubang menyentuh benda lain yang lebih dingin (air, lumpur)
terutama pada ternak kerbau & babi
- Aliran darah
B. Regulasi Kimia
Dilakukan dengan : Termolisis dan Termogenesis
- Termolisis : pengurangan / pembuangan panas
Pada saat suhu lingkungan tinggi; melakukan termolisis (mengurangi
produksi
panas : menghentikan termogenesis) sambil melakukan pembuangan panas
- Termogenesis : pembuatan panas ( usaha tubuh untuk membuat energi)
Pada saat suhu lingkungan dingin : membakar karbohidrat, protein dan
lemak
sehingga cepat lapar konsumsi pakan meningkat.
2. Pakan
- Feed Intake ( konsumsi pakan ) rendah; karena banyak panas
- Water Intake tinggi
- Feed Efisiensi ( pbbh/kg pakan) rendah pakan yang menjadi tubuh kecil
- Zat makanan hilang lewat lkeringat tinggi (terutama mineral dan zat besi)
3. Pertumbuhan rendah
4. Produksi susu rendah pertumbuhan anak juga rendah
: X kg
: Y kg
Kuantitas pakan
-
Di aderah tropis produk hasil ternak mahal, karena butuh biaya tinggi untuk
penyimpanan dan prosesing; agar produk tidak cepat rusak.
Sedangkan di daerah sub tropis produk hasil ternak tidak cepat rusak, karena
suhu rendah dan kelembaban rendah, sehingga parasit dan penyakit tidak dapat
hidup pada suhu dan kelembaban yang rendah.
Kelemahan :
1. Manajemen sebagian besar secara tradisional
2. Investor kurang tertarik (respon terhadap perbaikan pakan kurang baik dan
segmen konsumen terbatas)
3. Kurang dapat memanfaatkan limbah
(mikroba rumen tidak segera merespon jika ada pakan baru).
3. Babi
Kelebihan :
1. Sangat produktif (litter size: 7-11 ekor, beranak 2x/tahun)
2. Konversi pakan sangat efisien : 2,4 4,0 kg / kg BB
3. Persentase karkas tinggi : 75 80 %
4. Pengembalian modal cepat
B. Pemilihan Lokasi
Pertimbangan :
1. Faktor input : bibit, pakan, tenaga kerja
2. Faktor output : penjualan produk
Lokasi :
1. Faktor Teknis : suhu, curah hujan, kelembaban, arah angin; ini semua bisa
teratasi bila ternak mudah beradaptasi
Lahan : harus cukup untuk kandang & perlengkapan, kebun/padang
gembala
Ketersediaan air
Ketersediaan pakan
Ketersediaan bibit
Ketersediaan tenaga kerja
Lahan untuk kandang :
-
2. Faktor Ekonomi
1. Biaya input
2. Transportasi
3. Pemasaran
3. Faktor Sosial
1. Religius
2. Adat
3. Konflik Sosial
4. Keamanan
5. Tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah (perencanaan wilayah)
produksinya.
Tujuan utama standarisasi adalah untuk meningkatkan daya saing hasil
peternakan di pasaran dalam dan luar negeri yang diharapkan dapat
meningkatkan penerimaan devisa negara dan pendapatan petani.
Bagi ternak-ternak tertentu, standar mutu bibit diatur dalam Standar
Pertanian Indonesia Bidang Peternakan (SPINAK) No. 01/43/1988 yang
dituangkan dalam SK Meteri Pertanian No. 3568/Kpts/TN.410/5/1988.
sedangkan bagi ternak yang belum diatur dalam Standarisasi Mutu diatur
dalam Kesepakatan Teknis.
Bibit Ternak : semua ternak hasil proses penelitian dan pengkajian dan atau
ternak yang memenuhi persyaratan tertentu untuk
dikembangkan dan atau produksi
Benih : calon bibit ternak yang mempunyai kemampuan persyaratan tertentu
untuk dikembangbiakan seperti : mani (semen), sel telur (oocyt),
telur tetas dan embrio
Ungaran
Lembang
Prinsip IB :
Ada pejantan unggul menghasilkan banyak semen ; bisa mengawini
banyak betina
Jadi, IB adalah untuk memanfaatkan pejantan unggul semaksimal mungkin
Misal : untuk kawin alam ; satu ekor sapi jantan bisa mengawini 75-100
betina
Tetapi dengan IB, satu ekor sapi bisa untuk 7.500 10.000 betina (100x)
Sapi Muda
Sapi Dewasa
Berat lahir
Berat dewasa
Berat sapih
Bobot potong
Pbbh
Rumus yang sangat terkenal untuk menaksir BB adalah Rumus Schrool, yaitu :
BB = (LD + 22) 2
100
untuk sapi-sapi Bos Taurus (sapi-sapi di Eropa)
Kalau digunakan untuk sapi-sapi di Indonesia (sapi tropis) Bos Indicus
biasanya terlalu berat;
Misal : LD = 100 cm
BB = (100+22)2
100
= (122)2
100
= 148,86 kg
Kalau ditimbang kurang dari 148,86 kg
yang cocok :
BB = (LD+5)2
100
BB = (100+5)2
100
= 110,25 kg
Selisih : 38 kg
untuk sapi-sapi gemuk; untuk sapi-sapi kurus lebih kecil lagi; lebih-lebih
untuk pedet
: merah bata
- Betina : 80 90 kg
- Jantan : 80 90 kg
3. Berasal dari tetua Induk dengan jumlah anak lahir hidup per kelahiran :
- Dari jalur jantan : + 7 ekor
- Dari jalur betina : 8 9 ekor
4. Bobot Lahir Anak :
- Dari jalur jantan : + 1,3 kg
- Dari jalur betina : 1,2 1,4 kg
5. Rataan pbbh :
- Dari jalur jantan : + 685 gr
- Dari jalur betina : 740 70 gr
5. Calon Pejantan
- Dada dalam dan lebar
- Testis normal
- Nafsu berahi tinggi
6. Calon induk
- Tidak terlalu gemuk
- Letak vulva normal
- Ambing normal
- Puting normal (jumlah dana bentuk), missal : sapi 4, babi 12
- Sifat mengasuh anak (mothering ability) baik
Sapi Madura
Sapi Bali
Sapi Ongole
Kerbau
Sapi Kupang : sapi bali yang telah beradaptasi (dan mengalami perubahan)
terhadap lingiungan yang ada di Kupang (NTT); yaitu : lingkungan lebih berat
warnanya lebih kasar
Sifat kualitatif :
-
Warna
Tanduk
Bentuk Badan
Sifat Kuantitatif :
-
tinggi Gumba
Umur
Warna sapi Brahman tidak Uniform , karena terbentuk dari empat (4) bangsa,
yaitu :
-
Sapi Gir
Sapi Nellore
Sapi Gujarat
Sapi PO
-
Sapi Jantan :
- Testi Simetria kanan dan kiri
- Testis kenyal dan elastis
Sapi Betina :
- Putting : empat buah dan simetris
- Ambing : besar dan simetris
- Vulva
Standar Khusus
-
Bobot ternak
Klasifikasi Bibit
1. Secara Umum
a. Bibit Dasar (Foundation Stock) bibit hasil pemuliaan
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit induk
b. Bibit Induk (Breeding Stock)
- Spesifikasi tertentu
- Mempunyai silsilah
- Untuk menghasilkan bibit sebar
c. Bibit Sebar (bibit niaga = Commercial Stock)
- Spesifikasi ternentu
- Untuk digunakan dalam proses produksi
yang komplit pada ternak ayam dan babi !
><
Pejantan Simmental
F1
-
Betina hasil persilangan sebaiknya dibeli oleh pemerintah; digunakan untuk bibit;
jangan sampai keluar dari kawasan tesebut
A. Pemilihan Bibit sapi dan Kerbau
Secara umum pada pemilihan bibit ternak, harus diperhatikan sehat
tidaknya ternak calon bibit. Adapun tanda-tanda ternak sehat adalah :
a. Mata bersinar, tidak terdapat kondisi patologik
b. Bulu halus dan mengkilap
c. Kulit tampak elastis
d. Sikap berdiri tegak, kuat dan semua bagian tubuh didukung oleh
keempat kaki dengan teracak yang rata
e. Gerak lincah dan kuat
f. Nafsu makan cukup baik, bila diberi ransum lain cepat menyesuaikan
Standar Umum Mutu Bibit Sapi
a. Sapi harus sehat dan bebas dari segala cacat fisik seperti : cacat mata
(kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan bulu abnormal
b. Sapi bibit betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing
serta tidak menunjukkan gejala kemandulan
c. Sapi bibit jantan harus siap sebagai pejantan serta tidak menderita cacat
pada alat kelaminnya
c. Bentuk badan : kondisi badan baik, bagian belakang penuh dengan otot
yang berkembang, leher kompak dan kuat serta mempunyai proporsi yang
sebanding dengan badan dana kepala, ambing berkembang dan simetris
Sifat Kuantitatif :
a. Tinggi gumba : betina 120 125 cm, jantan 125 130 cm
b. Umur : betina 24 36 bulan (maksimal ganti gigi 1 pasang),
jantan 30 40 bulan ( ganti gigi 1 2 pasang )
c.
Sehat; tanda-tanda domba dan kambing yang sehat antara lain : mata
bersinar dan bersih, bulu mengkilat dan bersih, selaput lendir mata
dan kulit tidak pucat, gerakannya aktif, hidung dan mulut tidak
mengeluarkan cairan, dan anus tampak bersih
b.
c.
d.
e.
Mulai dari bahu sampai ke ujung pantat cukup lebar, padat dan berisi
d. Menilai dengan memegang/meraba
Perabaan dimulai dari leher, punggung, pinggang sampai pantat.
- Kesehatan ternak
Pemilihan babi bakalan ditekankan pada :
-
Laju pertumbuhan
Efisiensi pakan
Kesehatan ternak
V. PERKANDANGAN
Kandang sebagai tempat tinggal ternak sepanjang waktu harus
diperhatikan oleh peternak. Peternak harus sadar bahwa kehidupan ternak
sepenuhnya berada dibawah pengawasan manusia, dan segala kebutuhan hidup
mereka juga dibawah pengaturan dan tanggung jawab peternak itu sendiri.
Perlindungan terhadap lingkungan yang mereka hadapi seperti terik matahari,
hujan, angin kencang dan sebagainya yang menimpa ternak harus menjadi
pemikiran peternak.
Bangunan kandang sebagai salah satu faktor lingkungan hidup ternak
harus bisa memberikan jaminan hidup yang sehat dan nyaman, sesuai dengan
tuntutan hidup mereka. Jadi bangunan kandang diupayakan pertama-tama adalah
untuk melindungi ternak dari gangguan kuar yang merugikan, baik terhadap
sengatan terik matahari, kedinginan, kehujanan, tiupan angin kencang dan lainlain.
Selain itu, kandang yang dibangun harus bisa menunjang peternak, baik
dalam segi ekonomis maupun segi kemudahan dalam pelayanan. Dengan
demikian diharapkan bahwa dengan adanya bangunan kandang ini ternak tidak
berkeliaran di sembarang tempat dan kotorannyapun dapat dimanfaatkan seefisien
mungkin.
Fungsi kandang dalam usaha peternakan pada umumnya adalah :
1.
2.
3.
Mempermudah tatalaksana
4.
5.
Suatu bangunan kandang untuk keperluan ternak dan dalam tipe apapun
haruslah dapat memenuhi kebutuhan struktural yang memadai sesuai dengan
peruntukannya, disamping adanya kebutuhan arsitektural.
Kebutuhan struktural dari sebuah kandang adalah sebagai berikut :
1. Keamanan (safety); kandang dibuat sesuai dengan jumlah ternak yang
dipelihara, tanpa menimbulkan adanya bahaya terhadap peternak maupun
ternak yang dipelihara
2. Keawetan (durability); kandang yang dibuat harus tahan lama terhadap
gangguan lingkungan yang merusakkan.
3. Pelayanan (service ability); kandang harus mampu menampung bahanbahan dan melayani kegiatan yang telah direncanakan.
Menurut Direktorat Bina Produksi Dirjen Peternakan (1991), standar
pembuatan kandang harus menurut ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak berdekatan dengan fasilitas umum seperti masjid, sekolah,
puskesmas
b. Perlu mendapatkan persetujuan tetangga
c. Letak kandang terpisah, di belakang rumah
d. Drainase baik, tersedia cukup air
e. Ketinggian lantai 20 cm sampai 30 cm dari tanah sekitar
f. Memungkinkan perluasan sampai sejumlah pemilikan lima ekor.
Dalam pembuatan kandang, faktor lingkungan hendaknya memperoleh
perhatian utama. Adapun faktor lingkungan yang dimaksud adalah :
b.
c.
d.
e.
f.
B.
: 1,2 m2
: 1,0 m2
c. Induk menyusui
: 1,0 m2
: 0,75 m2
: 0,50 m2
menimbulkan kematian. Jasad renik tadi pada umumnya masuk ke dalam tubuh
hewan melalui lubang-lubng tubuh, seperti mulut, hidung, alat kelamin, kulit yang
luka, lecet atau akibat gigitan serangga dan kutu.
Dalam hal ini peternak dituntut harus tahu masalah-masalah kedokteran
hewan. Mereka perlu ditumbuhkan minatnya dalam usaha pencegahan dan
pembasmian penyakit-penyakit yang biasa berjangkit di daerahnya sesuai
petunjuk dinas yang terkait, sebab kesemuanya menyangkut kepentingan umum,
bukan kepentingan pribadi semata.
Dalam usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangannya maka
ternak harus dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
penyakit serta adanya beberapa penyakit ternak yang dapat menular ke tubuh
manusia. Dalam usaha pengembangbiakan ternak, perawatan ternak merupakan
salah satu unsur yang tidak boleh diabaikan termasuk di dalamnya pencegahan,
penjagaan dan pengobatan penyakit. Demikian pula untuk ternak yang dibesarkan
sampai siap dipotong.
Perlu ditanamkan pengertian bahwa mencegah timbulnya penyakit
merupakan tindakan yang bijaksana daripada mengobatinya.
Usaha mencegah penyakit mutlak harus dilakukan demi keberhasilan suatu
usaha peternakan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi
kandang dan lingkungan, pemberian pakan yang berkualitas dan kuantitas sesuai
kebutuhan ternak dan vaksinasi.
Berdasarkan sifatnya penyakit dapat digolongkan menjadi penyakit
menular dan tidak menular. Penyebab penyakit menular adalah organisme seperti
virus, ricketsia, bakteri dan jamur. Penyakit yang tidak menular terutama
berhubungan dengan makanan seperti kurang mineral, tanaman beracun dan
racun. Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kemungkinan cara-cara
penularan penyakit secara umum. Vaksinasi merupakan pencegahan penyakit
yang terbaik bagi penyakit-penyakit menular. Kita harus hati-hati dalam membeli
dan meninjau ternak. Ternak harus sehat secara klinis dan dari sejarahnya, dan
berasal dari kelompok ternak yang sehat-sehat.
Jalur pemindahan penyakit pada ternak antara lain melalui :
1. Kontak langsung antara ternak yang sakit dengan ternak yang sehat
(misalnya : kudis)
2. Kontak melalui makann dan air minum (misalnya : keracunan)
3. Kontak dengan benda mati yang strukturnya terkontaminasi akibat ternak sakit
(misalnya : lantai kandang yang kotor dapat menyebabkan mencret/disentri)
4. Kontak dengan tanah (misalnya Ascaris suis)
5. Infeksi melalui udara (misalnya : pneumonia)
6. Kontak dengan hewan lain (misalnya : leptospirosis)
Pencegahan penyakit pada ternak secara umum dapat dilakukan antara lain
dengan cara :
1.
2.
3.
4.
5.
Ternak yang mati segera dibakar atau dikubur yang dalam dan ditutup
dengan kapur
6.
B. Jenis-jenis Penyakit
Penyakit yang menerang ternak pada dasarnya disebabkan oleh :
a. Virus
b. Bakteri
c. Parasit :
1. Ekto parasit
2. Endo parasit
Apthae
epizooticae (AE)
Penyakit ini disebabkan oleh Picorna virus dan penularannya dapat terjadi
dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka.
Penyakit ini mempunyai masa inkubsi 3-4 hari.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam sampai 40-41oC
b. Selaput lendir yang terdapat pada mulut, ppi, gusi dan permukaan lidah
melepuh berisi cairan jernih. Mulut kuku dan gusinya luka.
Pencegahan penyakit :
a. Ternak yang sakit jangan dicampur dengan ternak yang sehat
b. Alat dan benda yang tercemar harus disuci hamakan
c. Dilakukan vaksinasi secara teratur setiap 6 bulan sekali.
2. Rinder Pest
Penyakit ini disebabkan oleh Paramycxo virus dan penularannya dapat terjadi
dengan cara kontak langsung dengan bagian tubuh ternak yang terluka. Masa
inkubasi 3-9 hari.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam tinggi
b. Terdapat bintik merah dalam kulit
c. Sering diarrhea
Pencegahan penyakit : vaksinasi rutin
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh Bakteri :
1. Penyakit ngorok
= Septicaemia epizooticae (SE) / Haemorhagic Septicaemia (HS)
Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurrela multicida dan penularannya dapat
terjadi karena kontak langsung melalui makanan dan minuman yang tercemar.
Defisiensi vitamin, mineral, cacingan dan kelelahan dapat menyebabkan
penyakit ini. Tenak yang kondisi tubuhnya lemah muda terserang penyakit
ini. Penyakit ini dapat terjadi secara akut atau kronis.
Tanda-tanda penyakit :
a. Kepala, leher, anus dan vulva membengkak
b. Mata meradang dan air mata keluar berlebihan
c. Demam dan terjadi gangguan pencernaan
d. Mengeluarkan suara ngorok
Pencegahan penyakit :
a. Vaksinasi secara tertatur
b. Pakan yang cukup
c. Pemberantasan parasit di tubuh ternak
2. Anthrax (radang limpha)
Penyakit ini disebabkan oleh Bacillus anthraxis dan penularannya melalui
kontak langsung dengan air minum dan makanan tercemar, ekskresi, udara.
Disamping itu juga dapat melalui serangga penghisap, mamalia ataupun
burung. Sumber penyakit ini adalah tanah dan rumput yang
tercemar/terkontaminasi spora Bacillus anthraxis. Masa inkubasi : 1-2
minggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi dan kekebalan akan
timbul 10-15 hari yang berlangsung selama satu tahun.
Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan :
a. Vaksinasi pada saat tidak sedang berjangkit penyakit anthrax
b. Ternak yang diduga sakit disuntuk serum, setelah 14 hari divaksin
c. Ternak yang sakit diberi suntikan serum
d. Ternak yang mati, dikubur dalam-dalam dan ditaburi kapur.
b. kebersihan kandang
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a. Memperhatikan dan meneliti tanda-tanda infeksi cacing hati secara teratur
pada setiap ternak
b. Dilakukan pemeriksaan faeces ternak secara rutin di setiap kelompoknya
c. Dilakukan Pengontrolan siput air tawar secara rutin
d. Drainage kandang harus baik
e. Mengeringkan air yang tergenang di kandang
f. Setiap pemasukan atau pembelian terbak harus diuji faecesnya untuk
mengetahui ada tidaknya cacing hati.
2. Surra
Penyakit ini bersifat akut atau menahun (kronis).
Penyebabnya adalah Trypanosoma evansi.
Tanda-tanda penyakit :
a. Demam pada awal sakit
b. Kulit di bawah perut bengkok
c. Ternak berputar-putar
d. Air kencing berwarna kehitam-hitaman
Pencegahan :
a. Memusnahkan caplak dari semak-semak
b. Mengeringkan tempat-tempat yang lembab
3. Kudis (buduk)
Adalah penyakit akibat infeksi parasit kulit.
Tanda-tanda klinis adalah kerak-kerak pada kulit. Ternak selalu menggesekgesekkan bagian tubuh yang terkena kudis. Bulu rontok serta kult menjadi
tebal dan kaku. Pada infeksi yang ringan biasanya kudis terlihat local pada
daerah kaki, ambing dan telinga. Pada infeksi yang berat, seluruh permukaan
tubuh dapat terserang kudis.
Miasis adalah akibat luka yang diinfeksi oleh lalat, sehingga lalat berkembang
biak (bertelur) dan menghasilkan larva (belatung). Tanda klinis terlhat jelas
adanya belatung.
Pengobatan dilakukan dengan cara membersihkan belatung dengan
insektisida. Dapat juga dengan obat gusaneks, kapur barus yang
dihancurkandan tembakau, kemudian luka diperban dan pengobatan diulang
2-3 kali. Pemberian yodium tentur dapat dipakai untuk mempercepat
peyembuhan.
Pencegahan dilakukan dengan mengurangi adanya lalat di kandang dan
menghindarimluka. Adanya darah mengundan lalat untuk hinggap dan
bertelur, sehingga bila ada darah harus dibersihkan, mislnya darah setelah
melahirkan.
3. Radang susu (Mastitis)
Disebabkan infeksi kuman pada sel kelenjar susu. Tanda klinis yaitu ambing
mebengkak dan kemerahan, panas dan kesakitan. Bila diperah, air susu dapat
berwarna pucat, kuning tua, kehijauan atau kemerahan. Pengobatan dengan
cara memberikan anti biotik suntikan ke dalam otot/ambing melalui putting
susu. Sebelum menyuntikkan antibiotik, air susu diperah dulu smapai habis.
Pencegahan dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang sebelum dan
setelah pemerahan. Daerah di sekitar ambing/putting dibersihkan.
4. Demam susu (milk fever)
Adalah kelainan pada induk bunting yang ada hubungannya dengan proses
kelahiran dimana tingkat ion kalsium darah ada di bawah batas normal.
Tanda klinis berupa gerakan-gerakan yang tidak terkontrol (berjalan kaku,
sempoyongan, tubuh bergetar), lemah, gelisah dan pernafasan cepat. Ternak
biasanya berbaring sambil menengokkan kepala ke arah anggota tubuh bagian
belakang. Suhu tubuh biasanya normal. Bila tidak dilakukan pertolongan
dapat mengakibatkan kematian.
Suhu tubuh biasanya sangat tinggi, tetapi sesudah tiga hari turun
Kematian ternak akibat anthrax bisa terjadi di mana saja dan pada
sembarang waktu.
Penyebab :
Penyebabnya adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini bentuknya panjang,
terbungkus kapsul. Pada kondisi kurang menguntungkan, bakteri ini akan
membentuk spora untuk melindungi dirinya, sehingga ia mampu bertahan
hidup dalam segala cuaca dalam waktu bertahun-tahun. Ia juga bisa hidup
pada suasana anaerob, sehingga apabila mereka terbenam dalam lapisan
tanahpun tetap bisa bertahan hidup; pada saat tanah tergenang air, dicangkul
atau dibajak, mereka akan terangkat ke atas.
Bakteri ini kecuali berinfeksi pada hewan, juga bisa mnular pada manusia,
sebab bakteri ini termasuk zoonosis, yakni jenis penyakit yang bisa menular
dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Untuk membasmi spora ini, diperlukan
panas bersuhu 90oC selama 45 menit dan 100oC selama 10 menit.
Pada sapi-sapi potong yang ada di Indonesia, pubertas terjadi pada umur
antara 11 15 bulan. Untuk sapi-sapi Zebu biasanya terjadi pada umur 18 24
bulan, pada sapi-sapi Eropa dicapai pada umur 16 18 bulan.
Pubertas babi jantan dicapai pada umur 5 8 bulan, babi jantan muda
sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini
betina. Seekor babi betina mencapai pubertas pada umur sekitar 5 -8 bulan, dan
umur yang dianjurkan untuk perkawinan pertamanya adalah 8-10 bulan.
Domba dan kambing mencapai pubertas tergantung pada bangsanya, pada
umumnya umur 6 8 bulan. Ternak jantan sebaiknya mulai dipakai sebagai
pemacek diatas satu tahun.
B. Estrus atau berahi pada ternak
Sejak tercapainya pubertas, terjadilah berahi pada ternak yang tidak
bunting, menurut suatu siklus yang ritmis dan khas bagi jenis-jenis ternak tertentu.
Interval antara satu periode estrus ke periode berikutnya disebut siklus estrus.
Sapi, kerbau, domba, kambing dan babi termasuk hewan poli estrus, karena siklus
estrusnya berkesinambungan; musim atau iklim tidak mempengaruhi terjadinya
siklus estrus ini. Pada ternak jantan, siklus berahi tidak ada, pada umumnya
pejantan selalu bersedia menerima ternak betina untuk aktivitas reproduksi.
Perkawinan dapat berhasil apabila ternak betina yang dikawinkan dalam
keadaan berahi (estrus). Estrus adalah suatu fase dalam siklus berahi dimana
ternak betina bersedia atau mau menerima pejantan untuk aktifitas reproduksi.
Adapun tanda-tanda munculnya estrus pada ternak adalah :
a. Ternak tampak gelisah
b. Nafsu makan turun
c. Mencoba menunggangi dan diam bila dinaiki ternak lain
d. Sering mengibas-ngibaskan ekor dan sering kencing
e. Vulva kelihatan bengkak, merah dan hangat
f. Keluar lendir transparan dari servik yang mengalir melalui vulva dan
vagina.
C. Perkawinan
Perkawinan merupakan bagian dari rentetan kegiatan dalam proses
reproduksi. Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukkan sperma ke dalam
alat kelamin betina.
Perkawinan yang lazim digunakan pada ternak ada dua, yaitu :
a. Perkawinan Alam
Perkawinan hanya mungkin terjadi antara ternak jantan dengan ternak betina
yang berahi, dimana ternak betina mau menerima ternak jantan. Perkawinan
alam ini tidak diragukan keberhasilannya, karena semen yang diejakulasikan
tanpa pengenceran dan didesposisikan pada portiovaginalis services atau
mulut servic.
b. Perkawinan buatan (kawin suntik /IB)
Semen dimasukkan kedalam saluran reproduksi betina dengan menggunakan
alat buatan manusia. Perkawinan memungkinkan pertemuan spermatozoa
dengan sel telur, sehingga perlu diperhatikan saat-saat ovulasi pada hewan
betina agar perkawinan tepat pada waktunya.
Ada tiga macam perkawinan yang dapat terjadi pada ternak, yaitu:
a. In breeding, adalah perkawinan yang dilakukan antar saudara yang
mempunyai hubungan keturunan dekat
b. Grading up, adalah perkawinan antara pejantan unggul dengan sapi
lokal yang diarahkan pada keturunan pejantan