Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KASUS

Impetigo Vesikobulosa pada Bayi


Ervinaria Uly Imaligy
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Maranatha,
Bandung, Jawa Barat, Indonesia

ABSTRAK
Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfisial, disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, dan bersifat sangat menular. Dilaporkan kasus seorang bayi perempuan 10 bulan dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh, koreng
dan terkelupas di daerah punggung. Pada regio punggung ditemukan beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas,
sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi.
Gambaran tersebut mengarah pada impetigo vesikobulosa. Pasien diterapi dengan kompres terbuka, antibiotik oral, dan antibiotik topikal.
Kata kunci:

ABSTRACT
Vesicobulous impetigo is an acute pyogenic skin infection of the superficial layers of epidermis, caused by Staphylococcus aureus, and
highly contagious. This is a report of a 10-month old infant with crust and vesicles on her back. Physical examination in region of the
back revealed some discrete, numular, circumscript, mostly dry lesions. There are hypopion bullae, serous crust, erythematous plaque with
collarette scaling, and erosion. Those findings confirmed the diagnosis of vesicobulous impetigo. Patient treated with open wound dressing,
oral and topical antibiotics. Ervinaria Uly Imaligy. Vesicobullous Impetigo in an Infant: Case report
Keywords:

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Impetigo vesikobulosa adalah penyakit
infeksi piogenik akut kulit yang mengenai
epidermis superfisial, bersifat sangat
menular. Impetigo sering menyerang anakanak terutama di tempat beriklim panas dan
lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion.1,2,4,5
Epidemiologi
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih
sering dijumpai pada laki-laki, dan pada usia
2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling
sering dijumpai pada neonatus dan bayi,
90% kasus anak di bawah 2 tahun.2,4,5
Etiologi
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, paling sering tipe
71. Strain ini memiliki toksin yang dapat
menyebabkan Staphylococcal scalded skin
syndrome (SSSS).2
Alamat korespondensi

280

Faktor predisposisi antara lain higiene buruk,


malnutrisi, lingkungan kotor dan musim
panas dengan banyak debu, serta kerusakan
epidermis.1
Patofisiologi
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh
eksotoksin Staphylococcus aureus yang
masuk melalui kulit terluka menyebabkan
lepasnya adhesi dermis superfisial yang
menimbulkan lepuh dan menyebabkan terkelupasnya kulit dengan membelahnya sel
granular epidermis.2

Gambaran Klinis
Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering
ditemukan di daerah selangkangan, ekstremitas, dada, punggung, dan daerah yang
tidak tertutup pakaian.2 Kelainan kulit diawali
dengan makula eritematosa yang dengan
cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula
hipopion.3
Impetigo bulosa berisi cairan jernih kekuningan berisi bakteri S.aureus dengan
halo eritematosa. Bula bersifat superfisial
di lapisan epidermis, mudah pecah karena

Gambar 1. Tampak vesikel dan bula hipopion berisi cairan

Gambar 2. Tampak erosi eritematosa ukuran plakat

kekuningan yang disebabkan Staphylococcus aureus

berbatas tegas

email: drervinaria@gmail.com

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

LAPORAN KASUS
letaknya subkorneal, meninggalkan skuama
anular dengan bagian tengah eritema
(koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat
melebar membentuk gambaran polisiklik.3,4,5
Sering kali bula sudah pecah saat berobat,
sehingga yang tampak ialah lesi koleret
dengan dasar eritematosa. Pasien berusia
di bawah 1 tahun atau bayi, akan tampak
rewel karena rasa nyeri di kulit membuat
pasien merasa tidak nyaman. Keadaan umum
biasanya baik.2,3,4

3 dosis; atau cephalexin 2 x 500 mg pada


dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi
4 dosis

Diagnosis Banding
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya
terdapat koleret dan eritema, akan tampak
mirip dermatofitosis. Pada anamnesis
hendaknya ditanyakan riwayat adanya lepuh,
yang mengarah pada diagnosis impetigo
bulosa. Impetigo vesikubulosa juga terkadang mirip dengan pemfigus vulgaris.
Etiologi pemfigus ialah autoimun, sehingga
tidak ditemukan kuman pada pemeriksaan
gram. Penyakit ini juga mirip varisela; akan
tetapi pada stadium awal varisela terdapat
gejala demam tinggi sebelum muncul
vesikel, dan bila vesikel pecah tidak menimbulkan koleret seperti pada impetigo
bulosa.1-4

KASUS
Impetigo vesikobulosa merupakan salah
satu pioderma yang paling sering ditemukan di masyarakat pada anak di bawah
2 tahun, pembahasan kasus ini untuk
membantu diagnosis dan tatalaksana pada
pasien impetigo di bawah 2 tahun.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pewarnaan Gram: adanya bakteri S. aureus,
tampak kuman coccus berkelompok seperti
anggur
2. Kultur Cairan: adanya Staphylococcus beta
hemolyticus grup A
3. Histopatologi: vesikel formasi subkorneum atau stratum granulosum, sel
akantolisis, edema papila dermis, serta
infiltrat limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah pada pleksus superfisial.2,3,4
Tatalaksana
Non-medikamentosa:1-4
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuh
2. Menghindari faktor predisposisi
3. Memperkuat daya tahan tubuh
Medikamentosa:1-4
1. Topikal: mupirocin krim 2%, asam fusidat
krim 2%, atau tetrasiklin krim atau salep,
kompres NaCl 0,9%
2. Oral: eritromisin 2 x 500 mg pada dewasa,
pada anak 40 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis;
atau amoksisilin-klavulanat 3 x 500 mg pada
dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

Prognosis
Impetigo vesikobulosa bukan penyakit
yang mengancam nyawa jika faktor risiko dihindari dan segera diobati. Jika ada faktor
risiko seperti higiene atau daya tahan tubuh
rendah, angka kekambuhan cukup tinggi.
Prognosis umumnya baik.2,4

Bayi perempuan usia 10 bulan, suku Melayu,


tinggal di Bandung dibawa oleh ibunya
dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh,
koreng, juga kulit terkelupas di daerah
punggung.
Satu minggu sebelumnya, pasien pergi ke
luar kota. Pasien dimandikan menggunakan
air PAM yang ada di desa itu. Menurut ibu
pasien, air tersebut membuat tanaman
layu jika digunakan untuk menyirami.
Satu hari kemudian muncul banyak lepuh
seukuran jarum pentul berisi cairan di
bagian punggung pasien. Kira-kira tiga
hari berikutnya lepuh membesar menjadi
seukuran jagung. Lalu lepuh pecah dengan
sendirinya. Tidak ada demam. Pasien
pergi ke dokter, diberi sirup amoksisilin,
salep nistatin, salep betametason, dan
salep mometason furoat. Ibu pasien juga
memberikan obat salep tradisional Cina
yang tidak diketahui namanya. Akan tetapi
keluhan memburuk, timbul koreng-koreng
kehitaman. Riwayat menggaruk badan,
riwayat luka kulit, dan riwayat digigit nyamuk
disangkal. Pembesaran di daerah leher, ketiak,
dan selangkangan juga disangkal.

lahir 3,4 kg, panjang 50 cm, dan belum


pernah menderita penyakit serupa. Kakak
pasien berusia 4 tahun menderita gatal-gatal
setelah mandi tetapi tidak keluar lepuh.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran compos mentis, tampak sakit
ringan, afebris, berat badan: 8 kg, panjang
badan: 74 cm. Gizi baik, tidak teraba
pembesaran kelenjar getah bening. Pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Status Dermatologis
Pada regio punggung terdapat beberapa lesi
diskret berukuran kira-kira numular dengan
batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat
bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta
serosa, plak eritema dengan skuama kolaret,
dan erosi (gambar 3).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pewarnaan Gram: Ditemukan kuman coccus
berkelompok seperti anggur
DIAGNOSIS KERJA
Impetigo vesikobulosa
DIAGNOSIS BANDING
Impetigo vesikobulosa + Impetigo krustosa
TATALAKSANA
Nonmedikamentosa
1. Menjaga higiene tubuh dengan baik,
seperti mengganti baju tiap berkeringat dan
mandi dengan air bersih
2. Memperkuat daya tahan tubuh, seperti
mengonsumsi buah-buahan, multivitamin,
dan beristirahat cukup
3. Menjaga agar kulit pasien tidak terluka

Saat ini kulit pasien tampak merah, bersisik,


mengelupas di tepi, mengering, dan timbul
koreng hitam. Pasien juga tampak rewel
karena penyakitnya.
Pasien lahir cukup bulan di usia kehamilan
ibu 40 minggu, persalinan spontan, posisi
kepala, langsung menangis dengan berat

Gambar 3. Lesi kulit

281

LAPORAN KASUS
agar terhindar dari infeksi sekunder pada
kulit pasien
Medikamentosa
1. Amoksisilin-klavulanat tetes 3 x 66 mg
2. Kompres NaCl 0,9% setiap 10 menit
3. Asam fusidat krim 2% 2 kali sehari setelah lesi kering
PROGNOSIS
Quo ad vitam: bonam; quo ad functionam:
bonam; quo ad sanationam: dubia ad
bonam.
PEMBAHASAN KASUS
Pasien bayi perempuan RM berusia 10
bulan didiagnosis impetigo vesikobulosa
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Impetigo
bulosa paling sering dijumpai pada neonatus dan bayi, dapat mengenai laki-laki
ataupun perempuan; 90% kasus ialah anak
di bawah 2 tahun. Di kulit bagian punggung
didapatkan beberapa lesi diskret berukuran
kira-kira numular dengan batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion,
krusta medikamentosa, krusta serosa, plak
eritema dengan skuama kolaret, dan erosi.
Tidak ada demam. Riwayat menggaruk

badan disangkal.
Pemeriksaan penunjang pewarnaan gram
menunjukkan adanya kuman coccus yang
berkelompok seperti anggur.
Diagnosis diferensial kasus ini ialah impetigo
vesikobulosa disertai impetigo krustosa.
Pada pasien ini terdapat lesi kulit berupa
krusta medikamentosa, yaitu krusta akibat
pemberian obat topikal, sedangkan pada
impetigo krustosa, krusta tebal berwarna
kuning disebabkan oleh pecahnya vesikel di
kulit.
Pasien diberi kompres NaCl 0,9% terbuka
dan asam fusidat sebagai antiseptik topikal
setelah lesi kering. Pengobatan sistemik
berupa amoksisilin-klavulanat 25 mg/kg/hari
dibagi 3 dosis karena waktu paruh obat ini
berkisar 8 jam, obat ini diberikan karena dapat
membunuh bakteri gram positif. Orangtua
pasien juga diedukasi untuk menjaga higiene
pasien dengan baik, seperti mengganti baju
tiap berkeringat dan mandi dengan air
bersih.
Prognosis pasien ini, ad vitam baik karena
penyakit ini tidak mengancam nyawa, ad

sanationam dubia ad bonam karena penyakit


ini dapat kambuh bila keadaan kesehatan
menurun, higiene buruk, atau adanya luka
yang merusak epidermis. Ad functionam
pasien ini adalah bonam karena fungsi kulit
pasien tidak terganggu saat remisi.
SIMPULAN
Impetigo vesikobulosa merupakan pioderma
yang kerap dijumpai pada anak di bawah
usia 2 tahun. Telah dilaporkan satu kasus
impetigo vesikobulosa pada seorang bayi
perempuan. Faktor predisposisi berperan
penting dalam patogenesis infeksi tersebut,
pada pasien ini ialah higiene buruk dan
kemungkinan ada bagian kulit yang tidak
intak. Ciri ciri lesi sesuai dengan impetigo
vesikobulosa, yaitu bula hipopion, krusta
medikamentosa, krusta serosa, plak eritema
dengan skuama kolaret, dan erosi. Pasien
diberi obat topikal kompres NaCl, asam
fusidat krim, serta pengobatan sistemik
dengan amoksisilin-klavulanat. Ibu pasien
juga diedukasi untuk menjaga kebersihan,
memperkuat daya tahan tubuh, dan mencegah luka kulit agar terhindar dari infeksi
sekunder. Dengan prinsip tersebut penyakit
impetigo vesikobulosa dapat diobati dan dijaga agar tidak kambuh.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.p.57-63.

2.

Lewis LS. Impetigo [Internet]. 2014 Sept 10. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a0156.

3.

Harahap M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp. 46-9.

4.

Craft N. Superficial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell DJ, et al (eds). FitzPatricks dermatology in general medicine. 7th ed..

5.

Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology. 7th ed. USA: McGraw Hill Co. pp.525-29.

USA: McGraw Hill Co; 2007.pp.1694-8.

282

CDK-227/ vol. 42 no. 4, th. 2015

Anda mungkin juga menyukai