12 - 227laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi PDF
12 - 227laporan Kasus-Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi PDF
ABSTRAK
Impetigo vesikobulosa adalah penyakit infeksi piogenik akut kulit yang mengenai epidermis superfisial, disebabkan oleh Staphylococcus
aureus, dan bersifat sangat menular. Dilaporkan kasus seorang bayi perempuan 10 bulan dengan keluhan kelainan kulit berupa lepuh, koreng
dan terkelupas di daerah punggung. Pada regio punggung ditemukan beberapa lesi diskret berukuran kira-kira numular dengan batas tegas,
sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion, krusta medikamentosa, krusta serosa, plak eritema dengan skuama kolaret, dan erosi.
Gambaran tersebut mengarah pada impetigo vesikobulosa. Pasien diterapi dengan kompres terbuka, antibiotik oral, dan antibiotik topikal.
Kata kunci:
ABSTRACT
Vesicobulous impetigo is an acute pyogenic skin infection of the superficial layers of epidermis, caused by Staphylococcus aureus, and
highly contagious. This is a report of a 10-month old infant with crust and vesicles on her back. Physical examination in region of the
back revealed some discrete, numular, circumscript, mostly dry lesions. There are hypopion bullae, serous crust, erythematous plaque with
collarette scaling, and erosion. Those findings confirmed the diagnosis of vesicobulous impetigo. Patient treated with open wound dressing,
oral and topical antibiotics. Ervinaria Uly Imaligy. Vesicobullous Impetigo in an Infant: Case report
Keywords:
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Impetigo vesikobulosa adalah penyakit
infeksi piogenik akut kulit yang mengenai
epidermis superfisial, bersifat sangat
menular. Impetigo sering menyerang anakanak terutama di tempat beriklim panas dan
lembap. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion.1,2,4,5
Epidemiologi
Impetigo dapat terjadi pada semua ras. Lebih
sering dijumpai pada laki-laki, dan pada usia
2 sampai 5 tahun. Impetigo bulosa paling
sering dijumpai pada neonatus dan bayi,
90% kasus anak di bawah 2 tahun.2,4,5
Etiologi
Impetigo vesikobulosa disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, paling sering tipe
71. Strain ini memiliki toksin yang dapat
menyebabkan Staphylococcal scalded skin
syndrome (SSSS).2
Alamat korespondensi
280
Gambaran Klinis
Pada bayi, impetigo vesikobulosa sering
ditemukan di daerah selangkangan, ekstremitas, dada, punggung, dan daerah yang
tidak tertutup pakaian.2 Kelainan kulit diawali
dengan makula eritematosa yang dengan
cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula
hipopion.3
Impetigo bulosa berisi cairan jernih kekuningan berisi bakteri S.aureus dengan
halo eritematosa. Bula bersifat superfisial
di lapisan epidermis, mudah pecah karena
berbatas tegas
email: drervinaria@gmail.com
LAPORAN KASUS
letaknya subkorneal, meninggalkan skuama
anular dengan bagian tengah eritema
(koleret), dan cepat mengering. Lesi dapat
melebar membentuk gambaran polisiklik.3,4,5
Sering kali bula sudah pecah saat berobat,
sehingga yang tampak ialah lesi koleret
dengan dasar eritematosa. Pasien berusia
di bawah 1 tahun atau bayi, akan tampak
rewel karena rasa nyeri di kulit membuat
pasien merasa tidak nyaman. Keadaan umum
biasanya baik.2,3,4
Diagnosis Banding
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya
terdapat koleret dan eritema, akan tampak
mirip dermatofitosis. Pada anamnesis
hendaknya ditanyakan riwayat adanya lepuh,
yang mengarah pada diagnosis impetigo
bulosa. Impetigo vesikubulosa juga terkadang mirip dengan pemfigus vulgaris.
Etiologi pemfigus ialah autoimun, sehingga
tidak ditemukan kuman pada pemeriksaan
gram. Penyakit ini juga mirip varisela; akan
tetapi pada stadium awal varisela terdapat
gejala demam tinggi sebelum muncul
vesikel, dan bila vesikel pecah tidak menimbulkan koleret seperti pada impetigo
bulosa.1-4
KASUS
Impetigo vesikobulosa merupakan salah
satu pioderma yang paling sering ditemukan di masyarakat pada anak di bawah
2 tahun, pembahasan kasus ini untuk
membantu diagnosis dan tatalaksana pada
pasien impetigo di bawah 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pewarnaan Gram: adanya bakteri S. aureus,
tampak kuman coccus berkelompok seperti
anggur
2. Kultur Cairan: adanya Staphylococcus beta
hemolyticus grup A
3. Histopatologi: vesikel formasi subkorneum atau stratum granulosum, sel
akantolisis, edema papila dermis, serta
infiltrat limfosit dan neutrofil di sekitar pembuluh darah pada pleksus superfisial.2,3,4
Tatalaksana
Non-medikamentosa:1-4
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan
tubuh
2. Menghindari faktor predisposisi
3. Memperkuat daya tahan tubuh
Medikamentosa:1-4
1. Topikal: mupirocin krim 2%, asam fusidat
krim 2%, atau tetrasiklin krim atau salep,
kompres NaCl 0,9%
2. Oral: eritromisin 2 x 500 mg pada dewasa,
pada anak 40 mg/KgBB/hari dibagi 4 dosis;
atau amoksisilin-klavulanat 3 x 500 mg pada
dewasa, pada anak 25 mg/KgBB/hari dibagi
Prognosis
Impetigo vesikobulosa bukan penyakit
yang mengancam nyawa jika faktor risiko dihindari dan segera diobati. Jika ada faktor
risiko seperti higiene atau daya tahan tubuh
rendah, angka kekambuhan cukup tinggi.
Prognosis umumnya baik.2,4
281
LAPORAN KASUS
agar terhindar dari infeksi sekunder pada
kulit pasien
Medikamentosa
1. Amoksisilin-klavulanat tetes 3 x 66 mg
2. Kompres NaCl 0,9% setiap 10 menit
3. Asam fusidat krim 2% 2 kali sehari setelah lesi kering
PROGNOSIS
Quo ad vitam: bonam; quo ad functionam:
bonam; quo ad sanationam: dubia ad
bonam.
PEMBAHASAN KASUS
Pasien bayi perempuan RM berusia 10
bulan didiagnosis impetigo vesikobulosa
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Impetigo
bulosa paling sering dijumpai pada neonatus dan bayi, dapat mengenai laki-laki
ataupun perempuan; 90% kasus ialah anak
di bawah 2 tahun. Di kulit bagian punggung
didapatkan beberapa lesi diskret berukuran
kira-kira numular dengan batas tegas, sebagian besar kering. Terdapat bula hipopion,
krusta medikamentosa, krusta serosa, plak
eritema dengan skuama kolaret, dan erosi.
Tidak ada demam. Riwayat menggaruk
badan disangkal.
Pemeriksaan penunjang pewarnaan gram
menunjukkan adanya kuman coccus yang
berkelompok seperti anggur.
Diagnosis diferensial kasus ini ialah impetigo
vesikobulosa disertai impetigo krustosa.
Pada pasien ini terdapat lesi kulit berupa
krusta medikamentosa, yaitu krusta akibat
pemberian obat topikal, sedangkan pada
impetigo krustosa, krusta tebal berwarna
kuning disebabkan oleh pecahnya vesikel di
kulit.
Pasien diberi kompres NaCl 0,9% terbuka
dan asam fusidat sebagai antiseptik topikal
setelah lesi kering. Pengobatan sistemik
berupa amoksisilin-klavulanat 25 mg/kg/hari
dibagi 3 dosis karena waktu paruh obat ini
berkisar 8 jam, obat ini diberikan karena dapat
membunuh bakteri gram positif. Orangtua
pasien juga diedukasi untuk menjaga higiene
pasien dengan baik, seperti mengganti baju
tiap berkeringat dan mandi dengan air
bersih.
Prognosis pasien ini, ad vitam baik karena
penyakit ini tidak mengancam nyawa, ad
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.p.57-63.
2.
Lewis LS. Impetigo [Internet]. 2014 Sept 10. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview#a0156.
3.
Harahap M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates. pp. 46-9.
4.
Craft N. Superficial Cutaneous Infection and Pyodermas. In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffell DJ, et al (eds). FitzPatricks dermatology in general medicine. 7th ed..
5.
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology. 7th ed. USA: McGraw Hill Co. pp.525-29.
282