Bronkopneumonia Pada Anak
Bronkopneumonia Pada Anak
KATA PENGANTAR
Kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Makalah ini.
Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
akan dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan banyak kekurangannya,
walaupun demikian penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan pada penulis pada khususnya.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat
menghasilkan makalah yang lebih baik lagi. Permohonan maaf penulis ucapkan jika ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa,
para dosen dan pembaca lainnya.
Bandar Lampung,
Penulis
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .
KATA PENGANTAR.......
DAFTAR ISI..
BAB I PENDAHULUAN..
A.
Latar belakang...................
B.
Rumusan masalah....................
C.
Tujuan..........
BAB II PEMBAHASAN..........................
A.
Pengertian.
B.
Etiologi...
C.
Patofisiologi...
D.
Menifestasi klinik....................
H.
Pemeriksaan diagnostik..
I.
Penatalaksanaan medik..
J.
Pencegahan..
K.
Komplikasi.
A.
Kesimpulan
B.
Saran.
DAFTAR PUSTAKA..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan , anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya
mengalami bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3
tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah
maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab
kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut
termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun
2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab
kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa
tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali
merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di negara itu.
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung
udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber
utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
B. Rumusan masalah
a) pengertian bronkopneumonia pada anak?
b) Bagaimana etiologi bronkopnemumonia ?
c) Bagaimana patofisiologi bronkopneumonia ?
d) Bagaimana Bagaimana tanda dan gejala bronkopneumonia ?
e) Bagaimana pemeriksaan diagnostik bronkopneumonia ?
f) Bagaimana penatalaksanaan medik pada anak dengan bronkopneumonia ?
g) Bagaimana pencegahan bronkopneumonia ?
h) Bagaimana komplikasi pada anak dengan bronkopneumonia ?
i) Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia ?
C. Tujuan
a. Tujuan umum
1) Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia.
2) Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai penyakit bronkopneumonia
b. Tujuan khusus :
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, anatomi fisiologi,
Pathofisiologi, tanda dan gejala, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medik, penatalaksanaan keperawatan, pencegahan
dan komplikasi bronkopneumoni.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bronkopneumonia
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah
berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke
parenkim paru (Brunner dan Suddarth, 2001).
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paruparu yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda
dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G.
Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Dari beberapa penngertian tersebut dapat disimpulkan,Bronkopneumonia adalah radang paruparu yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercakbercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur dan benda asing
2. Etiologi
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab
Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus
Influenza,
Basilus
Friendlander
(Klebsial
Pneumoni),
Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
-gizi buruk/kurang
-berat badan lahir rendah (BBLR)
-tidak mendapatkan ASI yang memadai
-imunisasi yang tidak lengkap
-polusi udara
-kepadatan tempat tinggal
3. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus dan jaringan sekitarnya. . Inflamasi pada bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah
itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu :
A. Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas
kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan
dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur
komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan
otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan
edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan
gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
B. Stadium II/hepatisasi (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
C. Stadium III/hepatisasi kelabu (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
D. Stadium IV/resolusi (7 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisasisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual.
Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berfungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan
terjadinya gagal napas.
4. Manifestasi Klinik
Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas
Demam (390 400C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
Anak sangat gelisah,dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh
bernapas dan batuk
Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare
Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.
Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis
absorbsi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan
diagnosis diantaranya yaitu :
1) Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercakbercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat
2)
3)
4)
5)
yang ada.
Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus
6)
7) Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami
imunodefiensi.
8) Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
9)
6. Penatalaksanaan Medik
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi
antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai
anak bebas demam selama 4 5 hari.
Pengobatan dan penatalaksaannya meliputi
1) Bed rest
Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan inta vena dan oksigen (1 2 l/mnt). Jenis
cairan yang digunakan adalah campuran Glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl
10 mEq/500 ml botol infus.
Vaksinasi Pneumokokus
Vaksinasi H. influenza
Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
8. Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa, seringkali juga terjadi
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
A. Pengkajian
1) Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang menurun
akibat KEP, penyakit menahun,
III.
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga
bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
4)
Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi
saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk melawan infeksi sekunder.
5)
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
6)
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
7)
Pemeriksaan persistem.
a.Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada
asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
c.Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua
yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara
pemberian makanan/cairan personde.
d.Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami
alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas
minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
1)
RENCANA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran
gas berhubungan dengan produksi mukus pada paru dn ketidak efektifan batuk.
Tujuan : Bersihkan jalan nafas, pola nafas, perubahan pola nafas, kerusakan pertukaran gas
efektif dengan kriteria pernafsan spontan suara nafas Vesikuler, frekuensi pernafasan normal
(30-60 X/menit pada bayi dan 15-30 X/menit pada anak). Tidak sesak dan tidak sianosis, batuk
spontan, AGD normal (Pa O2 80 100 dan CO2 35 45).
Intervensi
-
Berikan posisi kepala lebih tinggi dari posisi badan dan kaki.
R/ penurunan diafragma dapat membantu ekspansi paru lebih maximal.
yang diberikan.
Lakukan pemijatan dinding dada dan perut serta pemberian nebulizer hati. Hati pada anak
yang sesak dan suhu tubuh yang tinggi.
R/ getaran dan pemijatan membantu melepaskan sekret yang menempel pada dinding
saluran nafas, nebulizer merangkang batuk efektif klien.
-
bernafas, deteksi sejauh mana kebutuhan O2 dapat diberikan dengan pemeriksaan penunjang.
(2) Hipertermi berhubungan dengan adanya bakteri dan infeksi virus
Tujuan : Suhu tubuh dan tanda vital dalam batas normal dengan kriteria suhu tubuh
normal 365 375 o C (bayi) 36-37 (anak) nadi normal 120 140 X/menit (bayi) 100-120 X/menit
(anak) Respirasi normal 30-60 X/ment (bayi) 30-40X/menit (anak).
Intervensi :
Monitor suhu tubuh tiap 2-4 Jam
R/ perubahan suhu tubuh dapat mengetahui adanya infeksi.
-
dengan obyek.
-
(3)
pengeluaran oksigen
Tujuan :
(4)
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
(5)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah
meradang. Kantung-
kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh
tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita
bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber
utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.
B. Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya
pada penderita Bronchopneumonia. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan
terjadinya Bronchopneumonia dengan cara :
1.
Berhenti merokok
2.
3.
4.
5.
6.
Istirahat cukup
7.
8.
9.
Tetap beraktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Martin tucker, Susan. 2000. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis, Dan
Evaluasi halaman 247.EGC: Jakarta.
Mansjoer,
Arif.2000.
Kapita
Selekta
Kedokteran.
Edisi
ke
Jilid
ke
2.
Media