Identitas Pasien
Nama : Ny. SF
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan Otista III dalam Rt
Cempedak.
Jakarta Timur
No RM : 03488871
Tanggal masuk : 29 Maret 2015
Tanggal pemeriksaan : 30 Maret2015
Tanggal operasi : 30 Maret 2015
04/03 Cipinang
Keluhan Utama
Benjolan pada leher kanan sejak 2 tahun SMRS
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
TD
Nadi
RR
Suhu
: 130/80 mmHg
: 88x/menit
: 20x/menit
: 36,20C
KEPALA
Bentuk : Normocephaly
Rambut : Lebat, hitam, tidak mudah rontok.
Wajah : Simetris
Kulit : Kecoklatan, terasa hangat.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil isokor, reflek cahaya +/+, sekret -/-.
Exophthalmos -/-, pergerakan simetris.
LEHER
Inspeksi : Trakea terletak di tengah. leher tidak
simetris, nampak massa, kemerahan (-). massa nampak
bergerak pada saat menelan.
Palpasi : Teraba massa pada sisi medial dextra
anterior colli. konsistensi kenyal, ukuran diamter 5
cm, permukaan rata, berbatas tegas, mobile, nyeri tekan
(-). Pembesaran KGB (-)
Perkusi : Tidak dilakukan.
Auskultasi : Bruit (-)
THORAX
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi
: Iktus kordis teraba
pada garis
midklavikularis kiri intercostal
5.
Perkusi
: Tidak dilakukan.
Auskultasi : S1S2 murni, murmur (-), gallop
(-).
ABDOMEN
Inspeksi : Datar, pergerakan simetris.
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tidak ditemukan
adanya massa, hepar dan limpa tidak teraba.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
ANUS/GENITALIA
Tidak dilakukan pemeriksaan.
EKSTREMITAS
Tremor (-), deformitas, akral hangat, edema (-),
capilarry refill < 2 detik.
Pemeriksaan Laboratorium
Nama
Hasil
Nilai normal
Lekosit
6,8 ribu/uL
5 - 10 ribu/uL
Hemoglobin
11,6 g/dL
12 - 14 g/dL
Hematokrit
31,80 %
37 - 47 %
Trombosit
199 ribu/uL
PT
15,9 detik
12 - 18 detik
APTT
33,8 detik
20 - 40 detik
93 mg/dL
60 - 110 mg/dL
Pemeriksaan penunjang
Foto Thoraks : Normal
USG Tiroid : Struma nodusa soliter dextra
degenerasi kistik multiple bersepta ukuran
6x4,7x3,5 cm dan vaskularisasi minimal.
Tiroid kiri dbn.
Resume
Seorang perempuan 29 tahun datang ke poli bedah
RSUD Bekasi dengan keluhan benjolan pada leher kanan
sejak 2 tahun SMRS. Saat pertama muncul, benjolan
seukuran 1 cm, benjolan terus menerus dan tidak nyeri.
Benjolan terus membesar sampai sekarang dengan
diamter 5 cm teraba lunak tidak terasa nyeri dan tidak
terasa panas.
Diagnosis
Diagnosis Kerja : Struma Nodusa Non-Toksik
Dextra
Diagnosis Banding : Hashimoto tiroiditis
Penatalaksanaan
Operatif
: Isthmolobektomi
Terapi post operatif :
keterolac 3x1
ranitidin 3x1
Tinjauan Pustaka
Anatomi
Terletak pada leher bagian bawah disebelah
anterior trakea
Terdiri dari 2 lobus lateral yang dihubungkan
oleh sebuah isthmus
Ukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 11,5 cm, dan berkisar10-20 gr
Menghasilkan hormon Tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)
Kalsitonin
Anatomi
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. Thyroidea superior
2. A. Thyroidea inferior
3. Terkadang masih pula terdapat A.thyroidea ima cabang
langsung dari aorta atau A.anonyma
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
4. V. Thyroidea superior (bermuara di V.jugularis interna)
5. V. Thyroidea medialis (bermuara di V.jugularis interna)
6. V. Thyroidea inferior (bermuara di V.anonyma kiri)
Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar yang disebabkan
oleh kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan
morfologinya.
Berdasarkan fisiologis
Eutiroidisme
Klasifikasi Struma
Menurut American Society for Study of Goiter membagi :
Struma Non Toxic Nodusa
Struma Non Toxic Diffusa
Struma Toxic Nodusa
Struma Toxic Diffusa
*Istilah toksik dan non toksik dipakai karena adanya perubahan
dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan
hipotiroid, sedangkan istilah nodusa dan diffusa lebih kepada
perubahan bentuk anatomi.
Berdasarkan klinis
Struma Difusa Toksik
Diagnosis
FAAL
Eutiroid
Hipotiroid
Hipertiroid
: Eutiroid/hipotiroid
: Hipertiroid
Anamnesis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien
bisa berupa benjolan di leher yang sudah berlangsung lama,
maupun gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya.
Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus
digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif
atau lamban, disertai dengan gangguan menelan, gangguan
bernafas dan perubahan suara.
Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper
dan hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu juga ditanyakan
tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk mengetahui
apakah ada kecendrungan ke arah struma endemik.
Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejalagejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih
jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior,
yang paling pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah
pembesaran simetris atau tidak, timbul tanda-tanda gangguan
pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan atau tidak.
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan
tersebut benar adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah
bening. Perbedaannya terasa pada saat pasien diminta untuk
menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan akan
ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak
maka harus dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar
getah bening leher.
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalis :
Pada pemeriksaan fisik nodul harus dideskripsikan:
Lokasi : lobus kanan, lobos kiri, ismus
Ukuran : dalam sentimeter, diameter
panjang
Jumlah nodul : satu (uninodosa) atau lebih dari
satu (multinodosa)
Konsistensinya : kistik, lunak, kenyal, keras
Nyeri : ada nyeri atau tidak pada saat
dilakukan
palpasi
Mobilitas: ada atau tidak perlekatan
terhadap
trakea, muskulus
sternokleidomastoidea
Pembesaran KGB di sekitar tiroid: ada atau tidak.
Pemeriksaan Fisik
Dibagi ke dalam derajat:
Derajat 0 : tidak teraba pada pemeriksaan
Derajat 0a : tidak terlihat atau teraba tidak besar dari
normal
Derajat 0b : jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi
tidak terlihat bila kepala ditegakkan
Derajat I : teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau
kepala ditegakkan
Derajat II : mudah terlihat pada posisi kepala normal
Derajat III : terlihat pada jarak jauh
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboratorium
yang
digunakan
dalam
mendiagnosis penyakit tiroid terbagi atas :
Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan
untuk mengetahui kadar T3 dan T4 serta TSH paling sering
menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA
dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total
pada orang dewasa adalah 50-120 ng/dl. Kadar normal
untuk T3 pada orang dewasa adalah 0,65-1,7 ng/dl.
Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan
tiroid. Antibodi terhadap macam-macam antigen tiroid
yang ditemukan pada serum penderita dengan penyakit
tiroid autoimun. Seperti antibodi tiroglobulin dan thyroid
stimulating hormone antibody.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea
atau pembesaran struma retrosternal yang pada
umumnya secara klinis pun sudah bisa diduga. Foto
rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi
pilihan.
USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah
nodul, membedakan antara lesi kistik maupun padat,
mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak
menangkap iodium dan bisa dilihat dengan scanning
tiroid.
FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal
ini perlu diingat agar jangan sampai menentukan terapi
definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
Penatalaksanaan
Tindakan Pembedahan
Indikasi operasi pada struma adalah :
Struma difus toksik yang gagal dengan terapi
medikamentosa
Struma uni atau multinodosa dengan
kemungkinan keganasan
Struma dengan gangguan kompresi
Kosmetik
Thank you