Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER LAMBUNG

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Albertus Sianipar
Jainal Lumban Toruan
Imelsa Napitu
Mawarta Tarigan
Stefani Priscilla S.
Timo Rauli L. G.

Dosen: Ledy Gresia Sihotang, S.Kep.,Ns

PRODI NERS TAHAP AKADEMIK


STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
2014/2015
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer Facts
and Figures, 1991). Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul
stelah usia 40 tahun. Penyebab kanker lambung tidak diketahui, tetapi dikenal faktorfaktor predisposisi tertentu. Faktor genetik tampaknya penting, karena kanker lambung
lebih sering pada orang dengan golongan darah A. Faktor geografis

dan

lingkungantampaknya penting, karena kanker lambung sangat sering terdapat di Jepang,


Chili, dan Islandia. Karen alas an yang tidak diketahui, kanker lambung di Amerika sudah
berkurang selama 60 tahun terakhir. Kanker lambung sering terdapat pada golongan sosial
ekonomi rendah. Salah satu faktor predisposisi yang paling penting adalah adanya
gastritis atrofik atau anemia pernisiosa.
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tujuan Praktik
Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostic intervensi kemoterapi,
radiasi dan kedaan prabedah
Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
Terjadi penurunan respons nyeri
Tidak terjadi infeksi pascabedah
Kecemasan pasien berkurang

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar Medik

2.1.
2.1.1. Defenisi
Kanker Lambung adalah suatau keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah leiomisarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu
terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker lambung

pada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker paru dan
kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat keempat
setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker kolorektal (Christian,
1999).
Secara umum, kanker lambung lebih sering gerjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 2:1 pada kanker kardiak lambung, insidensi pada laki-laki tujuh
kali lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia
50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35
tahun dan 1% kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2.1.2. Etiologi
Faktor predisposisi yang bisa meningkatkan perkembangan kanker
lambung, diliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akan memeperlambat
pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi
nitrosamines di dalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya
kanker lambung (Yarbro, 2005)
2. Inspeksi H.pylori. H.pylor. adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007). Mekanisme utama
bakteri ini dalam menginisiasi pembentuian luka adalah melalui produksi
racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel
tepi lambung melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan
fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori
dalam mebran plasma, atau apoptosin (pengktifan bunuh diri sel). Bila
kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih
luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus di daerah badan lambung, tetapi
juga meningkatkan kondisi kanker lambung. Infeksi H.pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding
atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (Santacroce, 2008)
3. Sosioekonomi. Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, kondisi
sosioekonomi yang rendah dihubungkan dengan factor-faktor asupan diet,
kondisi lingkungan miskin dengan sanitasi buruk. Berbagai kondisi
tersebut

memfasilitasi

transmisi

inspeksi

H.pylori

yang

menajdi

predisposisi penting peningkatan terjadinya kanker lambung (Yarbro,


2005)
4. Mengkonsumsi rokok dan alcohol. Pasien dengan konsumsi rokok lebih
dari 30 batang sehari dan dikombinasi dengan konsumsi alcohol kronik
akan meningkat resiko kanker lambung (Gonzalez, 2003)
5. NSAIDs. Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dan hal ini (polip
lambung) dapat menjadi precursor kanker lambung. Kondisi polip lambung
berulang akan meningkatkan resiko kanker lambung (Houghton, 2006)
6. Faktor Genetik. Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung
memilik hubungan genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami,
tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker
lambung. Adany riwayat keluarga anemia, pernisosa dan polip adenomatus
juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani,
2003)
7. Anemia pernisiosa. Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan
absorpsi kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor
instrinsik sekresi lambung. Kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi
H.pylori memberikan kontribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada
dinding lambung. (Santacroce, 2008)
2.1.3. Anatomi Fisiologi
1. Gambar

2. Fisiologi
Rongga Mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut (cavum oris) terdiri dari pipi dan bibir, lidah
(lingua), gigi (dentis), dan kelenjaar ludah (glandula salivary)
o Pipi dan bibir
Tersusun oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengunyah dan berbicara. Di sebelah luar, pipi dan
bibir diselaputi oleh kulit.
o Lidah (Lingua)
Daerah sensitif rasa manis terdapat pada ujung lidah,
rasa asin pada bagian depan, rasa asam, ada pada sisi
kiri dan kanan lidah, dan ras pahit pada bagian
belakang.
o Gigi (Dentis)
Rumus gigi anak-anak (rumus gigi susu)
M
2
2
Ket:

C
1
1

I
I
C
M
2
2
1
2
2
2
1
2
M = Molar (gigi graham tetap)
C = Caninus (gigi taring)
I = Incicivus (gigi seri)

Rumus gigi dewasa (rumus gigi sulung)


M P
C I
I
C P
M
3
2
1
2
2
1
2
3
3
2
1
2
2
1
2
3
Ket: P = Premolar (gigi graham pertama )
Kelenjar ludah (Glandula Salivary)
o Kelenjar parotis
o Kelenjar sublingual
o Kelenjar submadibularis
Kerongkongan (Esophagus)
Makanan yang telah dicerna dalam rongga mulut masuk ke
kerongkongan (esophagus) melalui proses menelan atau
deglutasi.
Lambung (Ventrikulus/Gaster)

Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esofagus dan usus halus,
sebelah kiri abdomen, di bawah diafragma bagian depan bagian pankreas dan limpa.
Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic
terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan
yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain, dan postur tubuh. Lambung
terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.
Fungsi Lambung:
1. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan makanan
dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung.
a. Mekanis: menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus
b. Kimiawi Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzimenzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan. Antara lain:

Pepsin

: memecah putih telur menjadi asam amino (albumin, dan

pepton) agar dapat diabsorpsi di intestinum minor.

Asam garam (HCl) : mengasamkan makanan sebagai antiseptic dan


disinfektan yang masuk ke dalam makanan.

Renin

: sebaga ragi yang membekukan susu; membentuk kasein dan

kasinogen dari protein

Lapisan lambung : memecah lemak menjadi asam lemak untuk


merangsang sekresi getah lambung

2. Fungsi bakterisid : oleh asam lambung

3. Membantu proses pembentukan eritrosit: lambung menghasilkan zat faktor intrinsik


bersama dengan faktor ekstrinsik dari makanan.
Tabel 1. Sekret sel- Jenis Sel

Sekret

Fungsi

sel lambung No
1.

Lendir

Melindungi

Sel Lendir

dinding
2.

Sel zymogen

Pepsinogen

lambung

dari pepsidan HCl.


Dalam
suasana
asam

(HCl)

pepsinogen
3.

Sel parietal

HCL,
Intrinsik

menjadi pepsin.
Vaktor, Mengubah
pepsinogen
menjadi

pepsin

berikatan

dengan

vitamin
sehingga

B12
vitamin

B12
4.

Sel endokrin

Gastrin

dapat

diabsorpsi.
Meningkatkan
sekresi

getah

lambung,
memperkuat
kontraksi otot-otot
lambung,
merelaksasi
sphincter pylorus
Kantung Empedu
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Pankreas
Pankreas menghasilkan enzim pencernaan sbb:

o Tripsinogen,

diaktifkan

oleh

enzim

enterokinase

menjadi tripsin. Senyawa protein diubah oleh tripsin


menjadi dipeptida.
o Kimotripsinogen,

diaktifkan

oleh

tripsin

menjadi

kimotripsin untuk membantu tripsin.


o Peptidase, berperan mengubah senyawa peptida menjadi
asam amino.
o Lipase, berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol.
o Amilase, berfungsi mengubah amilum menjadi maltosa.
o Nuklease, berfungsi memecah asam nukleat menjadi
nukleotida.
o NaHCO3/KHCO3

atau

ion

bikarbonat

HCO3-,

berfungsi menetralkan suasana asam yang berasal dari


lambung.
Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum). Di dalam usus dua belas jari, dihasilkan enzim:
o Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang
dihasilkan pankreas;
o Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida
atau pepton menjadi asam amino;
o Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa;
o Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa;
o Disakarase,

mengubah

disakarida

menjadi

monosakarida;
o Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino;
o Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak;
o Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan
glukosa.
Usus Besar

Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.


Rektum dan Anus
fungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

2.1.4. Patofisiologi
Sekitar 95% kanker lambung adalh jenis adenokarsinoma, dan 5 % nya
bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut
Fuccio, 2009, adenokarsinoma lambung terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe intestinal
(tipe struktur glandular ) dan tipe difus (tipe infiltrative pada dinding
lambung).
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvansi
muskularis propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening
regional. Lesi pada kanker lambung, memberikan berbagai macam keluhan
yang timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien biasnya jika sudah padat
fase prigresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dyspepsia,
anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta
muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.

2.1.5. Pathway
Merokok
& alkohol

Faktor
genetik

Kontak agen
karsinogenik
Mutasi
gen Ecadherin

Konsumsi
OAINS
Polip
lambung
berulang

Kondisi
sosioekono
mi rendah

Infeksi
Helicobacter
pylori
Limfoma
MALT

Anemia
perinisios
a

Konsumsi
makanan yang
disinkan, diasap,
diawetkan
Carcinogenik
nitrosamines di
dalam lambung

Perubahan metaplasia pada


epithelium dinding lambung

Kanker
Lambung

Invasi jaringan dan


ekfek kompresi oleh
tumor
Kompresi saraf lokal
Nyeri
retrosternal
Nyeri

Disfagia
anoreksia

Intervensi
radiasi dan
kemoterapi

Asupan
nutrisi tidak
adekuat
Actual/risiko

Kecemasan
pemenuhan
informasi

ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Respon
serabut lokal

Respons
psikologis

Perubahan
intake nutrisi

Risiko tinggi
injuri

Intervensi
bedah
gastrektomi
preoperati
f

pascabedah
Luka
pascabedah

Kerusakan
jaringan lunak
pascabedah
Penurunan kemampuan batuk
efektif
Actual/risiko ketidak efektifan
bersihan jalan napas

Port de
entre
pascabedah
Risiko infeksi

2.1.6. Manisfestasi Klinik


Kanker lambung sering

tidak

ada tanda

dan gejala

awal yang

spesifik.keluhan yang paling sering adalah rasa tidaknyaman epigastrik,tidak


dapat makan (dispepsi),dan perasaan kembung setelah makan.gejala tersebut
merupakan

gejala

semu

yang

sering

dikaitkan

dengan

kegagalan

lambung,stress atau makan makanan yang merangsang seperti makanan


pedas.seringkali gejala tersebut telah muncul beberapa bulan dan dokter
memberikan obat antasida atau obat pencegah ulkus karena klien tidak dapat
menjelaskan secara akurat lamanya gejala itu menetap.gejala lanjut kanker
lambung

meliputi

penurunan

berat

badan,nyeri

abdomen,nyeri

punggung,anemia,anoreksia,mual,muntah,cepat kenyang,disfagia,konstipasi
dan malaise serta hematemesis.
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi setelah pembedahan meliputi:
1. steatorea,syndrome dumping,mual,muntah.
2. penurunan berat badan,defisiensi vitamin,dan diare.
3. kebocoran daerah anastomosa.
4. terjadinya kumpulan massa dari residu makan yang mungkin
menyebeabkan obstruksi usus yang disebut benzoar
5. metastase dengan cepat karena lambung adalah organ dngan banyak
pembuluh limfatik dan pembuluh darah.
2.1.8. Prognosis
Prognosis kanker lambung disesuaikan dengan stadiumnya. Penilaian untuk
menentukan stadium kanker lambung dilakukan dengan menggunakan sistem
TNM yang telah disepakati (Hasan, 2009). Tabel ini menggambarkan
stadium patologis dari kanker lambung dengan menggunakan penilaian
sistem TNM.

Kelenjar Getah Bening (KGB)

Tumor Primer (T)


Tis Carcinoma

in

Metastasis Jauh (M)


Regional (N)
situ. N0
Kelenjar Getah bening M0
Tidak

ada

Tumor intraepital
T1

T2

Ekstensi

tumor

submukosa
Ekstensi tumor

regional tidak terlihat


ke

N1

ke

propia muskular dan N2


serosa

T3
T4

Penetrasi ke serosa
Invasi

ke

N3

Metastasis

pada

metastasis
1-6

nodus limfe regional


Metastasis

pda

M1

Ada

metastasis

jauh

7-15

nodus limfe regional


Metastasis

pada

>15

nodus limfe regional

strukur

sekitar
2.1.9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyakan tumor lambung
tidak dapat diraba. Asites mungkin muncul bila terdapat metastasis pada
hepar. Endoskopi untuk biopsy dan pencucian sitologis adalah pemeriksaan
diagnostic umum. Pemeriksaan sinar-X terhadap saluran GI atas dengan
barium juga dilakukan. Karena metastase sering terjadi sebelum tanda
peringatan ada, pemindai tomografi computer, pemindai tulang, dan
pemindai hepar dilakukan dengan menentukan luasnya metastasis. Tidak
dapat makan (dyspepsia) lebih dari 4 minggu pada individu berusia lebih dari
40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar-X lengkap terhadap saluran GI.
2.1.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tu mor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah
tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan endoskopi bila karsinoma
ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk
mencoba menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung diangkat
(gastrektomi) dan kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila
karsinoma telah menyebar ke luar lambung, tujuan pengobatan yang
dilakukan adalah untuk megurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien. Kemoterapi dan terapi penyinaran, bisa meringankan gejala. Di
dapatkan hasil kemoterapi dalam terapi penyinaran pada limfoma lebih baik
pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat toleransi yang baik akan
bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total

2.2. Konsep Dasar Keperawatan


2.2.1. Pengkajian Keperawatan
Perawat mendapatkan

riwayat

diet

dari

pasien,yang

mempokuskan pada isu seperti masukan tinggi makanan asap atau


diasinkan dan masukan buah dan sayuran yang rendah. Apakah
pasien mengalami penurunan berat badan; bila demikian seberapa
banyak?
apakah pasien merokok? Bila emikian, seberapa banyak
seharinya

dan

berapa

lama?

Apakah

pasien

mengeluhkan

ketidaknyamanan lambung selama atau setelah merokok? Apakah


pasien minum alkohol? Bila demikian seberapa banyak?
Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang
kanker bila demikian anggota keluarga dekat atau langsung atau
kerabat jauh yang terkena? Apakah status perkawinan pasien?
Adakah seseorang yang dapat memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi
massa. Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain
diperiksa untuk nyeri tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan
gejala lambat.
2.2.2. Diagnosis Keperawatan
1) Pemenuhan informasi b.d. adanya evaluasi diagnostic
intervesnsi

kemoterapi,

radioterapi,

rencana

pembedahan (gastrektomi), dan rencana perawatan


rumah.
2) Risiko injuri b.d. pasca prosedur bedah gastrektomi
3) Aktual atau risiko ketidakefektifan jalan nafas b.d.
kemampuan batuk menurun, nyeri pascabedah.
4) Aktual/risiko tinggi ketidak seimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan
tidak edekuat.
5) Nyeri b.d. iritasi

mukosa

lambung,

respons

pembedahan.
6) Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port the entre luka
pascabedah.
7) Kecemasan b.d. prognosis penyakit, salah interpretasi
mengenai informasi, dan rencana pembedahan.

2.2.3. Rencana keperawatan


No

Diagnosa
1. Pemenuhan
informasi
adanya

NOC
Tujuan:

NIC
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien

b.d. dalam waktu 1 x 24 jam


evaluasi informasi

diagnostik

terpenuhi

intervesnsi

Kriteria evaluasi:

kemoterapi,

tentang

kesehatan

Pasien

prosedur

intervensi, kemoterapi, radiasi,


pembedahan

mamapu

diagnostik,

esofagus

dan

rencana perawatan rumah.


2) Cari sumber yang meningkatkan
penerimaan informasi.
3) Jelaskan dan lakukan intervensi

radioterapi,

menjelaskan

rencana

kembali

pembedahan

pendidikan

(gastrektomi), dan

kesehatan

rencana perawatan

prosedur kemoterapi.
diberikan
Pasien termotivasi 5) Jelaskan tentang terapi radiasi.
6) Jelaskan dan lakukan pemenuhan
untuk
atau persiapan pembedahan:
melaksanakan
o Diskusikan jadwal pembedahan
penjelasan
yang o Diskusikan lamanya proses

rumah.

prosedur diagnostik radiografi


dengan barium.
4)
Jelaskan tentang
yang

telah diberikan

terapi

dan

pembedahan
o Lakukan pendidikan kesehatan
praoperatif
o Penyuluhan
pada

7)
o
o
o
o
o

yang

didasarkan

kebutuhan

individu,

rencanakan

implementasikan

pada

dan
waktu

yang tepat.
Persiapan pembedahan :
Persiapan intestinal
Persiapan kulit
pencukuran ukuran area operasi
persiapan istirahat dan tidur
persiapan
administrasi
dan

informed consent
8) Ajarkan
aktivitas

pada

postoperasi
o Latihan nafas diafragma
o Latihan tungkai
9) Beritahu pasien dan keluarganya

kapan pasien bisa dikunjungi


10) Beri
informasi
tentang
manajemen diri
11) Beritahu pasien dan keluarga
dengan hati-hati bahwa pada
pascabedah

pasien

akan

mendapat perawatan intensif


12) Berikan informasi pada pasien
yang akan menjalani perawatan
rumah meliputi:
o Hindari merokok
o Hindari
aktivitas

berat

pascaoperasi
o Hindari minum kopi, the, coklat,
minuman

kola,

minuman

beralkohol dan makanan yang


sulit dicerna.
o Anjurkan pasien untuk minum
setiap akan menelan makanan
o Hindari makan 3 jam sebelum
tidur.
o Anjurkan

untuk

semampunya

melakukan manajemen nyeri non


farmakologi pada

saat nyeri

muncul
13) Berikan motivasi dan dukungan
moral.
2. Risiko injuri b.d. Tujuan: Dalam waktu 2 x 1) Lakukan perawatan di ruang
pasca

prosedur 24 jam pasca intervensi

bedah gastrektomi

reseksi esofagus, pasien


tidak mengalami injuri
Kriteria evaluasi:
TTV
normal
Kondisi

dalam

intensif
2) Kaji

kepatenan

selang dada optimal


Tidak terjadi infeksi

yang

meningkatkan risiko injuri


3) Kaji status neurologi
laporkan

batas

faktor-faktor

apabila

dan

terdapat

perubahan status neurologi


4) Pertahankan status hemodinamik
yang optimal
o Pantau kondisi status cairan

pada daerah insisi

sebelum

memberikan

cairan

kristaloid atau komponen darah


o Pantau pengeluaran urine rutin
o Evaluasi secara hati-hati dan
dokumentasikan

intake

output cairan
5) Monitor
kondisi

dan
selang

nasogastrik
6) Monitor dan cegah terjadinya
Gastric Dumping Syndrome
7) Lakukan intervensi menurunkan
injuri pada sistem pernapasan
o Monitor adanya komplikasi
pascagastrektomi

pada sistem

pernapasan
o Monitor adanya tanda dan gejala
ARDS
8) Monitor

adanya

kebocoran
pascabedah

komplikasi
anastomosis

dan

lakukan

intervensi untuk mencegah atau


menurunkan kondisi tersebut
9) Kolaborasi untuk pemberian
antibiotic pascabedah
3. Aktual atau risiko Tujuan:

1) Kaji dan monitor jalan napas


2) Beri oksigen 3 liter/menit
ketidakefektifan
Dalam waktu 2x 24 jam
3) Instruksikan pasien untuk napas
jalan nafas b.d. pascabedah
gatrektomi,
dalam dan melakukan batuk
kemampuan batuk kebersihan jalan napas
efektif
menurun,
nyeri pasien tetap optimal.
4) Lakukan fisioterapi dada
Tetapkan lokasi dari setiap
pascabedah.
Kriteria Evaluasi:
-

Jaln napas bersih,


tidak
akumulais

ada

darah

pada jalan napas

Suara
napas
normal, tidak ada

segmen paru
Jaga posisi pasien jangan sampai
jatuh, gunakan pagarv pengaman
di sisi tempat tidur
Lakukan diskusi dengan pasien
tentang teknik pelaksanaan dan
demonstrasikan langkah demi

bunyi

napas

tambahan
-

4. Risiko

langkah prosedur yang akan

seperti

dilaksanakan

Lakukan vibrasi dan perkusi


stridor
Tidak
ada 5) Lakukan nebulizer
6) Bersihkan secret pada jalan
penggunaan
otot
napas dan lakukan suctioning
bantu pernapasan
apabila kemampuan evakuasi
RR dalam batas
secret todak efektif
normal
127) Evaluasi
dan
monitor
20x/menit
keberhasilan
intervensi
pembersihan jalan napas
Intervensi nonbedah:

tinggi Tujuan:

ketidakseimbangan Setelah 3 x 24 jam pada 1) Anjurkan pasien makan dengan


nutrisi: kurang dari pasien non bedah

dan

kebutuhan

tubuh setelah

jam

b.d.

intake pascabedah asupan nutrisi

makanan
adekuat

24

tidak dapat

optimal

Kriteria evaluasi:
dapatmenunjukkan

menelan

yang tepat
Terjadi penurunan
gejala

refluks

esofagus,

melputi

odinofagia
berkurang, pirosis
berkurang,

RR

dalam batas normal


-

mengunyah

makanan dengan seksama


2) Evaluasi adanya alergi makanan
dan

kontraindikasi

yang menarik
4) Fasilitasi pasien

Pasien
metode

dan

terhadap

makanan
3) Sajikan makanan dengan cara

dilaksanakan
-

perlahan

memperoleh

diet biasa yang disukai pasien


5) Pantau intake dan output,
anjurkan untuk timbang berat
badan secara periodic (sekali
seminggu)
6) Lakukan dan ajarkan perawatan
mulut

sebelum

makan

serta

dan

sesudah

sebelum

dan

sesudah intervensi/pemeriksaan
peroral

Intervensi pascabedah:
12-20x/menit
Berat badan pada 1) Kaji kondisi dan toleransi
hari

ke-7

pascabedah
meningkat 0,5 kg

gastrointestinal
2) Lakukan perawatan mulut
3) Masukkan 10-20 ml cairan
sodium klorida setiap sif melalui

selang nasogastrik
4) Berikan nutrisi cair
selang

melalui

nasogastrik

atau

atas

induksi medis
5) Kolaborasi dengan

ahli

gizi

mengenai jenis nutrisi yang akan


digunakan pasien
6) Hindari makan 3 jam sebelum
tidur
1) Jelaskan

5. Nyeri b.d. iritasi Tujuan:


mukosa lambung, Dalam waktu 7 x 24 jam
respons

pascabedah,

pembedahan.

berkurang atau teradaptasi


-

nyeri

Secara

subyektif

menyatakan

bantu

pasien

dengan tindakan pereda nyeri


nonfarmakologi dan noninvasif
2) Lakukan manajemen nyeri
Kaji nyeri dengan pendekatan

nyeri
atau

berkurang

dan

teradaptasi
Skala nyeri

(dari sekala 0-4)


TTV dalam batas

0-1

PQRST
Istirahatkan pasien ketika nyeri
muncul
Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam pada saat nyeri muncul
Ajarkan teknik distraksi pada

saat nyeri
normal,
wajah Rawat pasien di ruang intensif
Lakukan manajemen sentuhan
terlihat rileks
3) Tingkatkan pengetahuan pasien
mengenai sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan

berapa

lama

nyeri akan berlangsung


4) Tindakan kolaborasi: analgetik
6. Risiko

intravena
1) Kaji jenis pembedahan, waktu

tinggi Tujuan:

infeksi b.d. adanya Dalam waktu 2 x 24 jam

pembedahan dan apakah adanya

port de entre luka terjadi

instruksi khusus dari tim dokter

pascabedah.

perbaikan

pada

integritas jaringan lunak


dan tidak terjadi infeksi.
Kriteria evaluasi:
-

Jahitan
pada
tanpa

dalam

melakukan

perawatan luka
2) Jaga kondisi balutan

dalam

keadaan bersih dan kering


3) Lakukan perawatan luka
ke-12 Lakukan perawatan luka steril

dilepas
hari

bedah

adanya

tanda-tanda infeksi

pada hari ke-2 pascabedah dan

dan

diulang setiap 2 hari seklai pada

peradangan

pada area luka


Leukosit
dalam

luka abdomen
Lakukan perawatan luka pada

batas normal
TTV dalam batas
normal

area sekitar drain


Bersihkan luka dan drain dengan
cairan antiseptik jenis iodine
providum dengan cara swabbing

dari arah dalam keluar


Bersihkan bekas sisa

iodine

providum dengan alcohol 70%


atau normal salin dengan cara

swabbing dari arah dalam keluar


Tutup luka dengan kassa steril
dan tutup seluruh permukaan

kassa dengan plester adhesif


4) Angkat drain pascabedah sesuai
instruksi medis
5) Kolaborasi
7. Kecemasan
prognosis
penyakit,

antibiotik
1) Monitor respons fisik seperti

b.d. Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam
salah pasien

secara

interpretasi

melaporkan

mengenai

berkurang

informasi,

dan Kriteria evaluasi:

rencana

pembedahan

subjektif

rasa

cemas

Pasien

mampu

persaannya kepada
perawat
Pasien

dapat

mendemonstrasika
n

kelemahan,
vital,

atau

perubahan

tanda

gerakan

yang

berulang-ulang. Catat kesesuaian


respons verbal nonverbal selama

mengungkapkan

penggunaan

keterampilan

pemecahan
masalahnya

dan

perubahan koping

komunikasi
2) Anjurkan pasien dan keluarga
untuk

mengungkapkan

dan

mengekspresikan rasa takutnya


3) Beri dukungan prabedah
4) Berikan privasi untuk pasien dan
orang terdekat
5) Beri kesempatan pada pasien
untuk

mengungkapakan

ansietasnya
6) Kolaborasi:
sesuai

beri

anticemas

indikasi,

contohnya

ya ng digunakan
sesuai situasi yang
-

dihadapi
Pasien

Diazepam
7) Catat reaksi dari pasien/keluarga

dapat

mencatat
penurunan
kecemasan/ketakut
-

an dibawah standar
Pasien dapat rileks
dan

tidur/istirahat

dengan baik

2.2.4. Implementasi
Implementasi pada pasien ca lambung sesuai dengan
intervensi yang dirancang sebelumnya
2.2.5. Evaluasi
Kriteria evaluasi yang diharapkan pada pasien kanker
lambung setelah mendapat intervensi keperawatan adalah
sebagai berikut:
Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostik

2.2.6.

intervensi kemoterapi, radiasi dan keadaan prabedah


Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
Terjadi penurunan respons nyeri
Tidak terjadi infeksi pascabedah
Kecemasan pasien berkurang

Discharge Planning
Beriakan informasi pada pasien yang akan menjalani
perawatan rumah meliputi:
o Hindari merokok
o Hindari aktivitas berat pascaoperasi
o Hindari minum kopi, the, coklat, minuman kola,
minuman beralkohol dan makanan yang sulit dicerna.
o Anjurkan pasien untuk minum setiap akan menelan
makanan
o Hindari makan 3 jam sebelum tidur.
o Anjurkan untuk semampunya melakukan manajemen
nyeri non farmakologi pada saat nyeri muncul

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif. 2013. Gangguan Gastrointestinal.Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine, M. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit vol 1 edisi 4. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai