D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Albertus Sianipar
Jainal Lumban Toruan
Imelsa Napitu
Mawarta Tarigan
Stefani Priscilla S.
Timo Rauli L. G.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling sering
terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker (Cancer Facts
and Figures, 1991). Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul
stelah usia 40 tahun. Penyebab kanker lambung tidak diketahui, tetapi dikenal faktorfaktor predisposisi tertentu. Faktor genetik tampaknya penting, karena kanker lambung
lebih sering pada orang dengan golongan darah A. Faktor geografis
dan
Tujuan Praktik
Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostic intervensi kemoterapi,
radiasi dan kedaan prabedah
Tidak mengalami injuri dan komplikasi pascabedah
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
Terjadi penurunan respons nyeri
Tidak terjadi infeksi pascabedah
Kecemasan pasien berkurang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konsep Dasar Medik
2.1.
2.1.1. Defenisi
Kanker Lambung adalah suatau keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung
lainnya adalah leiomisarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker
lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu
terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun (Osteen, 2003). Kanker lambung
pada pria merupakan keganasan terbanyak ketiga setelah kanker paru dan
kanker kolorektal, sedangkan pada wanita merupakan peringkat keempat
setelah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker kolorektal (Christian,
1999).
Secara umum, kanker lambung lebih sering gerjadi pada laki-laki dengan
perbandingan 2:1 pada kanker kardiak lambung, insidensi pada laki-laki tujuh
kali lebih banyak dari wanita. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia
50-70 tahun, tetapi sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35
tahun dan 1% kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2.1.2. Etiologi
Faktor predisposisi yang bisa meningkatkan perkembangan kanker
lambung, diliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Kandungan garam yang masuk ke dalam lambung akan memeperlambat
pengosongan lambung sehingga memfasilitasi konversi golongan nitrat
menjadi carcinogenic nitrosamines di dalam lambung. Gabungan kondisi
terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan komposisi
nitrosamines di dalam lambung memberikan konstribusi terbentuknya
kanker lambung (Yarbro, 2005)
2. Inspeksi H.pylori. H.pylor. adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus
duodenum dan 80% tukak lambung (Fuccio, 2007). Mekanisme utama
bakteri ini dalam menginisiasi pembentuian luka adalah melalui produksi
racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan sel-sel
tepi lambung melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan
fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori
dalam mebran plasma, atau apoptosin (pengktifan bunuh diri sel). Bila
kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih
luas yang tidak hanya memengaruhi ulkus di daerah badan lambung, tetapi
juga meningkatkan kondisi kanker lambung. Infeksi H.pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding
atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (Santacroce, 2008)
3. Sosioekonomi. Menurut hasil penelitian di Amerika Serikat, kondisi
sosioekonomi yang rendah dihubungkan dengan factor-faktor asupan diet,
kondisi lingkungan miskin dengan sanitasi buruk. Berbagai kondisi
tersebut
memfasilitasi
transmisi
inspeksi
H.pylori
yang
menajdi
2. Fisiologi
Rongga Mulut (Cavum Oris)
Rongga mulut (cavum oris) terdiri dari pipi dan bibir, lidah
(lingua), gigi (dentis), dan kelenjaar ludah (glandula salivary)
o Pipi dan bibir
Tersusun oleh otot-otot yang berfungsi untuk
mengunyah dan berbicara. Di sebelah luar, pipi dan
bibir diselaputi oleh kulit.
o Lidah (Lingua)
Daerah sensitif rasa manis terdapat pada ujung lidah,
rasa asin pada bagian depan, rasa asam, ada pada sisi
kiri dan kanan lidah, dan ras pahit pada bagian
belakang.
o Gigi (Dentis)
Rumus gigi anak-anak (rumus gigi susu)
M
2
2
Ket:
C
1
1
I
I
C
M
2
2
1
2
2
2
1
2
M = Molar (gigi graham tetap)
C = Caninus (gigi taring)
I = Incicivus (gigi seri)
Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esofagus dan usus halus,
sebelah kiri abdomen, di bawah diafragma bagian depan bagian pankreas dan limpa.
Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic
terutama di daerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan
yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain, dan postur tubuh. Lambung
terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.
Fungsi Lambung:
1. Fungsi penampung makanan yang masuk melalui esofagus, menghancurkan makanan
dan menghaluskan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan getah lambung.
a. Mekanis: menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan mengeluarkan
kimus ke dalam usus
b. Kimiawi Bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzimenzim bergantung jenis makanan enzim yang dihasilkan. Antara lain:
Pepsin
Renin
Sekret
Fungsi
sel lambung No
1.
Lendir
Melindungi
Sel Lendir
dinding
2.
Sel zymogen
Pepsinogen
lambung
(HCl)
pepsinogen
3.
Sel parietal
HCL,
Intrinsik
menjadi pepsin.
Vaktor, Mengubah
pepsinogen
menjadi
pepsin
berikatan
dengan
vitamin
sehingga
B12
vitamin
B12
4.
Sel endokrin
Gastrin
dapat
diabsorpsi.
Meningkatkan
sekresi
getah
lambung,
memperkuat
kontraksi otot-otot
lambung,
merelaksasi
sphincter pylorus
Kantung Empedu
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Pankreas
Pankreas menghasilkan enzim pencernaan sbb:
o Tripsinogen,
diaktifkan
oleh
enzim
enterokinase
diaktifkan
oleh
tripsin
menjadi
atau
ion
bikarbonat
HCO3-,
mengubah
disakarida
menjadi
monosakarida;
o Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino;
o Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam
lemak;
o Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan
glukosa.
Usus Besar
2.1.4. Patofisiologi
Sekitar 95% kanker lambung adalh jenis adenokarsinoma, dan 5 % nya
bisa berupa limfoma, leimiosarkoma, karsinoid, atau sarkoma. Menurut
Fuccio, 2009, adenokarsinoma lambung terdiri atas 2 tipe, yaitu tipe intestinal
(tipe struktur glandular ) dan tipe difus (tipe infiltrative pada dinding
lambung).
Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvansi
muskularis propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening
regional. Lesi pada kanker lambung, memberikan berbagai macam keluhan
yang timbul, gangguan dapat dirasakan pada pasien biasnya jika sudah padat
fase prigresif, dimana berbagai kondisi akan muncul seperti dyspepsia,
anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen, konstipasi, anemia, mual serta
muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai masalah keperawatan.
2.1.5. Pathway
Merokok
& alkohol
Faktor
genetik
Kontak agen
karsinogenik
Mutasi
gen Ecadherin
Konsumsi
OAINS
Polip
lambung
berulang
Kondisi
sosioekono
mi rendah
Infeksi
Helicobacter
pylori
Limfoma
MALT
Anemia
perinisios
a
Konsumsi
makanan yang
disinkan, diasap,
diawetkan
Carcinogenik
nitrosamines di
dalam lambung
Kanker
Lambung
Disfagia
anoreksia
Intervensi
radiasi dan
kemoterapi
Asupan
nutrisi tidak
adekuat
Actual/risiko
Kecemasan
pemenuhan
informasi
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
Respon
serabut lokal
Respons
psikologis
Perubahan
intake nutrisi
Risiko tinggi
injuri
Intervensi
bedah
gastrektomi
preoperati
f
pascabedah
Luka
pascabedah
Kerusakan
jaringan lunak
pascabedah
Penurunan kemampuan batuk
efektif
Actual/risiko ketidak efektifan
bersihan jalan napas
Port de
entre
pascabedah
Risiko infeksi
tidak
ada tanda
dan gejala
awal yang
gejala
semu
yang
sering
dikaitkan
dengan
kegagalan
meliputi
penurunan
berat
badan,nyeri
abdomen,nyeri
punggung,anemia,anoreksia,mual,muntah,cepat kenyang,disfagia,konstipasi
dan malaise serta hematemesis.
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi setelah pembedahan meliputi:
1. steatorea,syndrome dumping,mual,muntah.
2. penurunan berat badan,defisiensi vitamin,dan diare.
3. kebocoran daerah anastomosa.
4. terjadinya kumpulan massa dari residu makan yang mungkin
menyebeabkan obstruksi usus yang disebut benzoar
5. metastase dengan cepat karena lambung adalah organ dngan banyak
pembuluh limfatik dan pembuluh darah.
2.1.8. Prognosis
Prognosis kanker lambung disesuaikan dengan stadiumnya. Penilaian untuk
menentukan stadium kanker lambung dilakukan dengan menggunakan sistem
TNM yang telah disepakati (Hasan, 2009). Tabel ini menggambarkan
stadium patologis dari kanker lambung dengan menggunakan penilaian
sistem TNM.
in
ada
Tumor intraepital
T1
T2
Ekstensi
tumor
submukosa
Ekstensi tumor
N1
ke
T3
T4
Penetrasi ke serosa
Invasi
ke
N3
Metastasis
pada
metastasis
1-6
pda
M1
Ada
metastasis
jauh
7-15
pada
>15
strukur
sekitar
2.1.9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyakan tumor lambung
tidak dapat diraba. Asites mungkin muncul bila terdapat metastasis pada
hepar. Endoskopi untuk biopsy dan pencucian sitologis adalah pemeriksaan
diagnostic umum. Pemeriksaan sinar-X terhadap saluran GI atas dengan
barium juga dilakukan. Karena metastase sering terjadi sebelum tanda
peringatan ada, pemindai tomografi computer, pemindai tulang, dan
pemindai hepar dilakukan dengan menentukan luasnya metastasis. Tidak
dapat makan (dyspepsia) lebih dari 4 minggu pada individu berusia lebih dari
40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar-X lengkap terhadap saluran GI.
2.1.10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis disesuaikan dengan penentuan stadium (staging) dan
pengelompokan stadium tu mor. Intervensi yang lazim dilakukan adalah
tindakan endoskopi, kemoterapi, radioterapi dan intervensi bedah.
Pada polip lambung jinak, diangkat dengan endoskopi bila karsinoma
ditemukan di dalam lambung, pembedahan biasanya dilakukan untuk
mencoba menyembuhkannya. Sebagian besar atau semua lambung diangkat
(gastrektomi) dan kelenjar getah bening di dekatnya juga ikut diangkat. Bila
karsinoma telah menyebar ke luar lambung, tujuan pengobatan yang
dilakukan adalah untuk megurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup
pasien. Kemoterapi dan terapi penyinaran, bisa meringankan gejala. Di
dapatkan hasil kemoterapi dalam terapi penyinaran pada limfoma lebih baik
pada karsinoma. Beberapa pasien dengan tingkat toleransi yang baik akan
bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total
riwayat
diet
dari
pasien,yang
dan
berapa
lama?
Apakah
pasien
mengeluhkan
kemoterapi,
radioterapi,
rencana
mukosa
lambung,
respons
pembedahan.
6) Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port the entre luka
pascabedah.
7) Kecemasan b.d. prognosis penyakit, salah interpretasi
mengenai informasi, dan rencana pembedahan.
Diagnosa
1. Pemenuhan
informasi
adanya
NOC
Tujuan:
NIC
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien
diagnostik
terpenuhi
intervesnsi
Kriteria evaluasi:
kemoterapi,
tentang
kesehatan
Pasien
prosedur
mamapu
diagnostik,
esofagus
dan
radioterapi,
menjelaskan
rencana
kembali
pembedahan
pendidikan
(gastrektomi), dan
kesehatan
rencana perawatan
prosedur kemoterapi.
diberikan
Pasien termotivasi 5) Jelaskan tentang terapi radiasi.
6) Jelaskan dan lakukan pemenuhan
untuk
atau persiapan pembedahan:
melaksanakan
o Diskusikan jadwal pembedahan
penjelasan
yang o Diskusikan lamanya proses
rumah.
telah diberikan
terapi
dan
pembedahan
o Lakukan pendidikan kesehatan
praoperatif
o Penyuluhan
pada
7)
o
o
o
o
o
yang
didasarkan
kebutuhan
individu,
rencanakan
implementasikan
pada
dan
waktu
yang tepat.
Persiapan pembedahan :
Persiapan intestinal
Persiapan kulit
pencukuran ukuran area operasi
persiapan istirahat dan tidur
persiapan
administrasi
dan
informed consent
8) Ajarkan
aktivitas
pada
postoperasi
o Latihan nafas diafragma
o Latihan tungkai
9) Beritahu pasien dan keluarganya
pasien
akan
berat
pascaoperasi
o Hindari minum kopi, the, coklat,
minuman
kola,
minuman
untuk
semampunya
saat nyeri
muncul
13) Berikan motivasi dan dukungan
moral.
2. Risiko injuri b.d. Tujuan: Dalam waktu 2 x 1) Lakukan perawatan di ruang
pasca
bedah gastrektomi
dalam
intensif
2) Kaji
kepatenan
yang
batas
faktor-faktor
apabila
dan
terdapat
sebelum
memberikan
cairan
intake
output cairan
5) Monitor
kondisi
dan
selang
nasogastrik
6) Monitor dan cegah terjadinya
Gastric Dumping Syndrome
7) Lakukan intervensi menurunkan
injuri pada sistem pernapasan
o Monitor adanya komplikasi
pascagastrektomi
pada sistem
pernapasan
o Monitor adanya tanda dan gejala
ARDS
8) Monitor
adanya
kebocoran
pascabedah
komplikasi
anastomosis
dan
lakukan
ada
darah
Suara
napas
normal, tidak ada
segmen paru
Jaga posisi pasien jangan sampai
jatuh, gunakan pagarv pengaman
di sisi tempat tidur
Lakukan diskusi dengan pasien
tentang teknik pelaksanaan dan
demonstrasikan langkah demi
bunyi
napas
tambahan
-
4. Risiko
seperti
dilaksanakan
tinggi Tujuan:
dan
kebutuhan
tubuh setelah
jam
b.d.
makanan
adekuat
24
tidak dapat
optimal
Kriteria evaluasi:
dapatmenunjukkan
menelan
yang tepat
Terjadi penurunan
gejala
refluks
esofagus,
melputi
odinofagia
berkurang, pirosis
berkurang,
RR
mengunyah
kontraindikasi
yang menarik
4) Fasilitasi pasien
Pasien
metode
dan
terhadap
makanan
3) Sajikan makanan dengan cara
dilaksanakan
-
perlahan
memperoleh
sebelum
makan
serta
dan
sesudah
sebelum
dan
sesudah intervensi/pemeriksaan
peroral
Intervensi pascabedah:
12-20x/menit
Berat badan pada 1) Kaji kondisi dan toleransi
hari
ke-7
pascabedah
meningkat 0,5 kg
gastrointestinal
2) Lakukan perawatan mulut
3) Masukkan 10-20 ml cairan
sodium klorida setiap sif melalui
selang nasogastrik
4) Berikan nutrisi cair
selang
melalui
nasogastrik
atau
atas
induksi medis
5) Kolaborasi dengan
ahli
gizi
pascabedah,
pembedahan.
nyeri
Secara
subyektif
menyatakan
bantu
pasien
nyeri
atau
berkurang
dan
teradaptasi
Skala nyeri
0-1
PQRST
Istirahatkan pasien ketika nyeri
muncul
Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam pada saat nyeri muncul
Ajarkan teknik distraksi pada
saat nyeri
normal,
wajah Rawat pasien di ruang intensif
Lakukan manajemen sentuhan
terlihat rileks
3) Tingkatkan pengetahuan pasien
mengenai sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan
berapa
lama
intravena
1) Kaji jenis pembedahan, waktu
tinggi Tujuan:
pascabedah.
perbaikan
pada
Jahitan
pada
tanpa
dalam
melakukan
perawatan luka
2) Jaga kondisi balutan
dalam
dilepas
hari
bedah
adanya
tanda-tanda infeksi
dan
peradangan
luka abdomen
Lakukan perawatan luka pada
batas normal
TTV dalam batas
normal
iodine
antibiotik
1) Monitor respons fisik seperti
b.d. Tujuan:
Dalam waktu 1 x 24 jam
salah pasien
secara
interpretasi
melaporkan
mengenai
berkurang
informasi,
rencana
pembedahan
subjektif
rasa
cemas
Pasien
mampu
persaannya kepada
perawat
Pasien
dapat
mendemonstrasika
n
kelemahan,
vital,
atau
perubahan
tanda
gerakan
yang
mengungkapkan
penggunaan
keterampilan
pemecahan
masalahnya
dan
perubahan koping
komunikasi
2) Anjurkan pasien dan keluarga
untuk
mengungkapkan
dan
mengungkapakan
ansietasnya
6) Kolaborasi:
sesuai
beri
anticemas
indikasi,
contohnya
ya ng digunakan
sesuai situasi yang
-
dihadapi
Pasien
Diazepam
7) Catat reaksi dari pasien/keluarga
dapat
mencatat
penurunan
kecemasan/ketakut
-
an dibawah standar
Pasien dapat rileks
dan
tidur/istirahat
dengan baik
2.2.4. Implementasi
Implementasi pada pasien ca lambung sesuai dengan
intervensi yang dirancang sebelumnya
2.2.5. Evaluasi
Kriteria evaluasi yang diharapkan pada pasien kanker
lambung setelah mendapat intervensi keperawatan adalah
sebagai berikut:
Terpenuhinya informasi mengenai pemeriksaan diagnostik
2.2.6.
Discharge Planning
Beriakan informasi pada pasien yang akan menjalani
perawatan rumah meliputi:
o Hindari merokok
o Hindari aktivitas berat pascaoperasi
o Hindari minum kopi, the, coklat, minuman kola,
minuman beralkohol dan makanan yang sulit dicerna.
o Anjurkan pasien untuk minum setiap akan menelan
makanan
o Hindari makan 3 jam sebelum tidur.
o Anjurkan untuk semampunya melakukan manajemen
nyeri non farmakologi pada saat nyeri muncul
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanna C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Mutaqqin, Arif. 2013. Gangguan Gastrointestinal.Jakarta: Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine, M. 2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit vol 1 edisi 4. Jakarta :EGC.