PENCEMARAN LAUT Uda Paling Bener
PENCEMARAN LAUT Uda Paling Bener
PENCEMARAN LAUT
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
LAPORAN PRAKTIKUM
PENCEMARAN LAUT
KELOMPOK 3 :
ARIANTO CHOIRON
(115080601111066)
ERWAN TEDY P.
(105080600111031)
ADHIMAS HARYO P.
(115080600111021)
DWI RETNOWATI
(115080601111081)
(115080601111039)
ARI WINARNO
(115080601111063)
SUCI ALISAFIRA
(115080601111085)
TOPANDI
(115080613111004)
SILVI FITRIA
(115080613111009)
RAMA SEPTIAN N.
(115080601111082)
DARIEL VARAGHI
(115080601111034)
DANANG ADI P.
(115080601111062)
(115080613111006)
MARUFAH
(115080600111015)
RIVIA RELEN
(115080601111060)
MAMIK MELANI
(115080601111033)
ELPIN YULIANTI
(115080613111008)
NUURIN ZAKIYAH F.
(115080600111017)
M. QOWI FIKRI
(115080600111019)
RAHMAN ARIF M.
(115080601111080)
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PENCEMARAN LAUT
Menyetujui,
Menyetujui,
Koordinator Asisten
Asisten Kelompok
Maria Fransisca
NIM. 105080613111009
NIM. 105080600111006
Mengetahui,
Dosen Pengampuh
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
bahwa penulis telah menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Pencemaran laut
tanpa suatu halangan apapun.
Dalam laporan praktikum Pencemaran Laut ini membahas tentang Analisa
Parameter Lingkungan dan Kandungan sampel air laut yang diamati. Setiap bab
disusun secara sistematis, berisi landasan teori, alat dan bahan yang digunakan
dalam praktik, metode kerja serta analisis data yang didapatkan saat melaksanakan
praktikum.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
2.
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1
1.2
1.3
2.1.1
2.1.2
2.2
2.2.1
Suhu .................................................................................................... 4
2.2.2
2.2.3
Salinitas ............................................................................................... 6
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
METODOLOGI ................................................................................................ 11
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4
3.2
iii
3.2.1
3.2.2
5.
3.3.1
3.3.2
PEMBAHASAN ................................................................................................ 34
4.1
4.2
4.3
4.3.1
Suhu .................................................................................................. 35
4.3.2
4.3.3
Salinitas ............................................................................................. 37
4.3.4
4.3.5
4.3.6
4.3.7
4.3.8
PENUTUP ....................................................................................................... 45
5.1
Kesimpulan ............................................................................................... 45
5.2
Saran ........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 47
LAMPIRAN ............................................................................................................. 50
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap perairan memiliki kapasitas terima (receving capacity) yang terbatas
terhadap bahan pencemar. Dengan adanya peningkatan buangan air limbah yang
mengandung senyawa logam berat beracun, cepat atau lambat hal tersebut akan
mengakibatkan kerusakan ekosistem perairan. Hal ini karena logam berat sukar
mengalami proses pelapukan, baik secara kimia, fisika dan biologis (taftazani, 2002).
Pembangunan ekonomi kelautan Indonesia menghadapi tiga persoalan
penting, yaitu tekanan sosial ekonomi, persoalan kelembagaan, dan kerusakan
lingkungan. Salah satu bentuk kerusakan lingkungan adalah pencemaran laut, yaitu
kondisi masuknya atau dimasukkannya polutan yang berupa zat, organisme atau
energi ke dalam lingkungan laut, yang menyebabkan turunnya kualitas air laut dan
menyebabkan air laut tersebut tidak dapat berfungsi sesuai alokasi pemanfaatannya
(mukhtasor, 2010).
Kerusakan pesisir Pantai Kenjeran dipicu oleh pencemaran yang berasal dari
pembuangan limbah industri, rumah tangga, maupun sampah yang dibuang
sembarangan disekitar pantai. Pembuangan sampah cair misalnya dari industri
berdampak pada matinya organisme didalam air apabila parah dapat menyebabkan
dekomposisi anaerobik. Sampah yang banyak menimbulkan permukaan pantai
tertutup
sehingga
menutupi
penetrasi
matahari
dan
mempersulit
proses
pengambilan oksigen yang berguna dalam proses fotosintesa oleh akar. Akibatnya
mangrove menjadi mati, belum lagi matinya kecambah atau bibit mangrove juga mati
akibat sampah plastik yang tidak bisa diurai. Dapat pula menyebabkan perembesan
bahan-bahan pencemar
dalam
sampah padat
yang
larut dalam
perairan
(Indriasetyana, 2012).
Lokasi ini dipilih untuk melakukan praktikum Pencemaran Laut karena di
duga bahwa di kenjeran ini telah terkandung bahan logam berat yang berasal dari
pemukiman yang mengalir ke pantai ini, sehingga lokasi ini sangat cocok sebagai
tempat Praktikum Pencemaran Laut tentang parameter kimia dan Parameter Fisika.
1.2
ra pengambilan sampel air serta mampu menguji kadar kandungan bahan kimia
perairan yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tujuan dari praktikum Pencemaran Laut ini adalah untu mengetahui tingkat
pencemaran dan kadar bahan-bahan kimia pencemar perairan dari pantai Kenjeran
1.3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pencemaran Laut
2.1.1
Parameter Lingkungan
2.2.1
Suhu
termometer.
kenaikan suhu sehingga permukaan air dan air yang lebih dalam tidak dapat
tercampur dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi
suhu (themal stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan
air yaitu : epilimnion, hypolimnion dan thermocline. Epilimnion adalah lapisan
atas yang suhunya tinggi.
Pada kondisi
pH (Power of Hydrogen)
Pada
dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,5,
tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd,
2002).
Salinitas
DO (Dissolved Oxygen)
organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae
untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan
data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air
pada 25C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh
fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen
terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar
organisme. Keberadaan logam berta yang berlebihan di perairan akan
mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar
oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi,
organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003).
2.2.5
banyaknya
oksigenyang
digunakan
oleh
organisme
Selama pemeriksaan BOD, contoh yangdiperiksa harus bebas dari udara luar
untukrnencegah kontaminasi dari oksigen yang adadi udara bebas. Konsentrasi
air buangan/sampeltersebut juga harus berada pada suatu tingkatpencemaran
tertentu,
hal
ini
untuk
menjagasupaya
oksigen
terlarut
selalu
ada
COD
adalah
jumlah
oksigen
(mg
O2)
yang
dibutuhkan
Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah
semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bezena, bila sampel air
dalam bezena tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat Padat Total terdiri
dari Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis
dan inorganic. Total padatan (residu) merupakan bahan-bahan tersuspensi
(diameter > 1 m) yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori
0,45 m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke
badan air (Effendi,2003).
Kenaikan dari total padatan yang ditangguhkan konstan dengan konten
larut padat. Menurut UU A.S [25] tentang badan perlindungan lingkungan,
semakin tinggi kandungan mineral di dalam air, total ditangguhkan lebih padat
akan dibentuk. Analisis yang dilakukan pada sampel membuktikan bahwa e1
terkandung kurang TSS dibandingkan sebelum menyaring treatment ( e2 ) dan
lebih efektif daripada yang lain sistem filter. Sebagian besar sistem filter hanya
mampu menyaring TSS hingga 0.0001mg / l (Chan, 2007).
Temperatur dan zat padat pada air limbah adalah faktor penting untuk
proses pengolahan air limbah. Temperatur mempengaruhi reaksi kimia dan
aktivitas biologi. Zat padat , seperti Total Suspended Solid (TSS), Volatile
Suspended Solid (VSS), settleable solid, mempengaruhi teknik pengoperasian
dan ukuran unit pengolahan. Zat padat terdiri dari material tersuspensi dan
terlarut dalam air dan air limbah. Zat padat terbagi kedalam beberapa fraksi
dengan konsentrasi tertentu yang dapat berguna bagi proses (Mukimin, 2006).
2.2.8
10
3.1
METODOLOGI
Botol polietilen
Cool box
DO meter
Salinometer
Thermometer
pH meter
Beaker glass 50 ml
3.1.2
Tissue
Alcohol 70%
3.1.3
11
Botol Winkler
DO meter
Standar BOD
Standar Glukosa
Gelas Ukur
Beaker Glass
Pipet
Erlenmeyer
Labu destilasi
Corong
ke
tempat lain
Labu pemisah
Oven
Desilator
Neraca analitik
Hot plate
3.1.4
Kertas label
MgSO4 1ml
CaCl2 1ml
FeCl3 1ml
12
1 ml K2Cr2O7 - HgSO4
2 ml H2SO4 AgSO6
kertas label
13
3.2
Skema Kerja
3.2.1
Penggunaa GPS
Disiapkan Alat
Datang ke lokasi objek titik yang akan diukur (kondisi terbuka)
Dinyalakan receiver dengan menggunakan tombol ON/OFF
Ditunggu beberapa saat hingga muncul satelit dan informasi
koordinat
Ditekan tombol MARK
Dipilih AVG/rata - rata menggunakan tombol Rocker
Ditekan tombol enter
Ditekan kembali tombol enter setelah perkiraan akurasi terpenuhi
Diberi nama pada titik koordinat dengan menggunakan tombol
Rocker kearah baris paling atas
Dipindahkan kursor ke tombol OK
Ditekan tombol enter
Dicatat tiap - tiap lokasi dan titik kordinat
Hasil
14
Persiapan Sampel
Disiapkan Botol Polietilen
Dicuci menggunakan sabun
Dikeringkan botol polietilen
Dimasukkan Aquades
Ditutup botol dan dikocok
Dibuang Aquades
Dimasukkan Alkohol 70%
Ditutup botol dan dikocok
Dibuang Alkohol 70%
Dikeringkan
Dilabeling
Hasil
DO (Dissolved Oxygen)
Disiapkan alat dan Bahan
Dikalibrasi sensor DO meter dengan aquades
Dimasukkan sensor DO meter hingga terendam air
Ditekan tombol on/power kemudian dialihkan ke O2
Tekan tombol call sampai menunjukkan angka 20,9
Dimatikan dengan menekan tombol Power lalu pilih mg/L
Dinyalakan tekan tombol Power lagi
Ditunggu beberapa menit hingga nilai DO stabil
Ditekan hold
Dicatat nilai DO
Hasil
Salinitas
Disiapkan alat dan Bahan
Dikalibrasi sensor salinometer dengan aquades
Dikeringkan dengan tisu
Ditekan tombol start, keluar O dan ditunggu beberapa menit
Ditekan tombol zero dan akan keluar tombol AAA
Diteteskan 3-5 tetes pada sensor salinometer, hingga sensor
tertutupi
Ditekan tombol start
Dicatat nilai salinitas yang tertera
Ditekan tombol start kembali untuk mematikan
Hasil
16
Suhu
Disiapkan Alat dan Bahan
Dimasukkan termometer ke dalam perairan, dengan
membelakangi matahari
Ditunggu 3 menit hingga air raksa pada termometer berhenti
pada skala tertentu
Diangkat termometer dari perairan
Dibaca skala termometer dengan cepat agar tidak
terkontaminasi dengan suhu didarat
Hasil
17
3.2.2
Persiapan
DO Meter
Verifikasi
Air Pengencer
Standar BOD
Standar Glukosa
Tambahkandalam 1 liter
1.
2.
3.
4.
5.
Memenuhi
Persyaratan
MgSO4
CaC12
FeC13
BuferPhospat
Larutan Seed
1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
2-3 ml
Catatan
Apabila air pengencer tidak langsung
digunakan, maka penambahan Buffer
Phosphat dilakukan pada saat
digunakan
Siap Digunakan
A
18
Rendah
Tinggi
Tanpa pengencer
Catat
Inkubasi 20 C
Selesai
19
Pengenceran
25%-100%
1-4
terkontaminasi
2
5%-25%
20-4
Industri
1%-5%
100-20
Industri berat
0%-1%
>100
20
Persiapan alat
Masukkan kertas
saring dan cawan
untuk TSS/VSS dalam
oven 103-105C
selama 1
jam.pindahkan dalam
muffle 550-552C
selama 15 menit
Masukkan
cawan untuk
TDS kedalam
oven 180-185C
selama 1jam
Masukkan 25 ml
filtrate kedalam
cawan TDS
Letakkan kertas
saring diatas
cawan TSS yang
telah diketahui
berat tetapnya
Masukkan cawan
kedalam oven 180185C minimal 1 jam
Masukkan cawan
kedalam oven 103105C minimal 1 jam
A
21
Selesai
22
Pelaksanaan kalibrasi
Tidak
diterima
Ya
Blanko
Larutan standar
Pipet :
1. 2,5 ml Blanko, Contoh uji air, Larutan standar
2. 1,5 ml K2Cr2O7 HgSO4
3. 3,5 ml H2SO4 AgSO6 Kocok
Dipanaskan 150 C
2 jam
Selesai
Tidak
Ya
diterima
Perhitungan COD
Laporan
Selesai
24
Persiapan alat
Fraksi organic
terdapat
Y
Tambahkan
alcohol
secukupnya
3.3
Analisa Prosedur
3.3.1
Suhu
pengukuran
dilakukan
dengan
pH
26
Salinitas
Pada pengukuran nilai salinitas digunakan alat digital yang kita sebut
salinometer. Cara penggunaan alat ini yaitu dengan cara yang pertama
dikalibrasi terlebih dahulu sensornya dengan aquades dan di lap dengan tisu.
Setelah itu di ambil air sampel (air laut) dengan menggunakan pipet tetes dan
diteteskan pada sensornya sampai penuh. Kemudian pada salinometer ditekan
tompol start untuk menyalakan sampai muncul angka 000 kemudian tekan
tombol zero sampai muncul AAA. Tekan lagi tombol start setelah muncul AAA
dan tunggu sampai nilai atau angka menunjukkan konstan. Setelah diketahui
nilai tersebut catat sebagai nilai salinitas dan kemudian sensor dikalibrasi lagi.
Selain menggunaka salinometer juga digunakan refraktometer yang
mana nilai salinitas ditunjukkan pada skala sebelah kanan. Pertama kalibrasi
sensor refraktometer dengan aquades dan di usap dengan tisue secara
searah. Setelah itu diambil air laut secara langsung dengan menggunakan
pipet tetes dan diteteskan ke sensor refraktometer. Setelah selesai kemudian
tutup rekfrakto dengan sudut 45o agar tidak tebentuk gelembung. Diarahkan ke
cahaya refraktometernya untukmempermudak pembacaan skala dan dicatat
skala yang menunjukkan nilai salinitas (skala sebelah kanan). Setelah itu
dikalibrasi kembali sensor refraktometer.
3.3.1.4
DO (Dissolve Oxygen)
27
udaranya atau pada displau DO meter menunjukkan angka 20,9 sebagai nilai
kelembapan. Untuk mendapatkannya sambil ditekan tombol call. Setelah
didapat, matikan DO meter dengan menekan kembali tombol power dan uang
awalnya O2 diganti ke DO(mg/L). setelah selesai nyalakan kembali dengan
menekan tombol power dan mencari nilai DO dari nilai yang paling konstan.
Nilai yang didapat kemudian dicata sebagai nilai DO pada perairan.
Setelah dilakukan pengukuran nilai parameter fisika, pengambilan
sampel laut dimulai. Cara pengambilannya ini uaitu dnegan membagi 2 botol
polietilen, satu sebagai botol pengulangan dan satunya sebagai botol
komposit. Pengambilan dilakukan sebanyak 5 kali dan dicampur dalam ember.
Pertama botol pengulangan dan komposit disterilkan dengan cara dicuci
dengan sabun dan dibilas sampai bersih terus dikeringkan. Setelah kering,
botol polietilen tersebut disterilkan dengan alcohol 70% dan dikocok sampi
sempai semua terkena alcohol kemudin diberi aquades yang berfungsi sebagai
penetral dan dikocok ulang. Setelah selesai kemudian alcohol 70% dan
aquadest tersebut di buang dan dikeringkan dengan mengibaskan botol sekali
atau lebih untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa alcohol maupun
aquades dalam botol polietilen. Setelah itu labeling kedua botol tesebut, satu
sebagai botol pengulangan dan satunya sebagai botol komposit (tempat
sampel). Air sampel diambil dengan botol pengulangan, caranya dimasukkan
botol ke dalam air laut sedalam 15 cm ditunggu sampai air memenuhi botol
dan ditutup di dalam air jika sudah penuh, usahakan tidak ada udara dalam
botol. Air sampel tadi dimasukkan ke dalam ember pelan-pelan agar tidak
merubah kondisi awalair sampel dan usahakan air dalam ember tetap tenang.
Setelah itu cuci lagi botol dengan alcohol 70% dan aquades dan buanghasil
cucian tersebut ke dalam ember satunya (bukan untuk yang komposit). Setelah
itu ambil lagi sampel air langsung ke laut seperti halnya yang dilakukan pada
pengambilan sampel pertama. Perlakuan ini sama dengan pada pengambilan
sampel air berikutnya sampai yang ke lima, setiap pengambilan disteril dulu
dengan alcohol 70% dan aquades. Hal ini karena untuk menapatkan kondisi
perairan yang berbeda pada setiap pengambilan sampel. Setelah selesai
pengambilan yang ke 5 dan di masukkan ke dalam ember, air sampel dalam
ember tersebut dimasukkan ke dalam botol polietilen yang untuk komposit
28
dengan cara memasukan botol komposit ke dalam ember dan ditutup dalam air
dan hindari terbentuk udara dalam botol. Setelah diisi, sampel tersebut lagsug
dimasukkan ke dalam cool box berisi es untuk menghindri agar tidak terjadi
perubahan metabolisme mikroorganisme yang ada dalam air sampel dan
mengawetkan materi organic. Setelah itu air sampel yang diawetkan dengan
es diuji kandungan COD, BOD, TSS, minyak dan lemak ke Jasa Tirta.
3.3.2
3.3.2.1
29
netral yaitu 6-8, beri tanda +Asam jika contoh uji air pH basah dan +Basah jika
contoh uji air pH asam. Lalu prakiraan pengenceran BOD pada contoh uji air
dan standar, bahwa blanko sama dengan air pengencer. Kemudian jika pada
pengenceran BOD rendah, maka prose selanjutnya tidak akan menggunakan
larutan pengencer, sedangkan jika pengenceran BOD tinggi contohnya pada
uji air dan standar di encerkan dengan air pengencer, maka akan dilakukan
variasi pengenceran minimal 2 kali. Selanjutnya pengenceran BOD yang
rendah dan tinggi tersebut diukur kandungan DO yang belum diinkubasi
dengan menggunakan DO meter yang telah di kalibrasi sebelumnya dengan
menggunakan aquades , lalu catat hasilnya . Setelah diinkubasi pada suhu
20 C, selama 5 hari. Kemudian ukur DO yang telah diinkubasi selama 5 hari
tersebut dengan menggunakan DO meter yang telah dikalibrasi sebelumnya
dengan aquades, lalu catat dan hitung kadar BOD dengan rumus
BOD =
3.3.2.2
alat-alat
dan
bahan-bahan
penunjang
analisa
telah
sudah sampai 2 jam maka dinginkan larutan pada suhu kamar , lalu
tambahkan H2SO4 pekat, 1-3 tetes indikator ferroin, dan titrasi dengan larutan
30
31
menimbang massa suatu zat. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kertas
saring untuk menyaring sampel air.
Selanjutnya dicuci kertas saring dan cawan dan masukkan kertas
saring dan cawan untuk TSS atau VSS dalam oven dengan suhu 103-105C
selama kurang lebih satu jam kemudian dipindahkan dalam muffle dengan
suhu 550-552C selama kurang lebih 15 menit. Cawan yang lain juga
dimasukkan untuk pengamatan TDS ke dalam oven dengan suhu 180-185C
selama kurang lebih satu jam. Kemudian, didinginkan dan disimpan dalam
desikator
selama
belum
digunakan.
Langkah
selanjutnya
ditimbang
32
skala kecil, Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan dari
satu tempat ke tempat lain, Labu pemisah Untuk membuat dan atau
mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi, Oven berfungsi Untuk
mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan dan setelah digunakan,
Desikator Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan
mengeringkan zat-zat dalam laboratorium, Neraca analitik berfungsi Untuk
menimbang massa suatu zat.
Dikeringkan labu destilasi, pipet corong dan labu pemisah dalam oven.
Dianginkan dalam desikator selama minimal satu jam sampai dengan berat
stabil kecuali pipet dan corong. Selanjutnya ditimbang dengan neraca analitik
dan ditemtukan berat kosong labu destilasi. Sementara itu disiapkan contoh uji,
dan diambil beberapa ml contoh uji air dan dimasukkan dalam labu pemisah.
Diteteskan 0,2 ml HCl dan 6 ml n-Hexane kedalam contoh uji air dalam labu
pisah dan dikocok selama dua menit lalu dibuang fraksi air bagian bawah.
Setelah terdapat fraksi organic, dilakukan dua perlakuan yaitu sebagian
ditambahkan alkohol secukupnya dan sebagian disaring fraksi organic bagian
atas dengan kertas saring yang sudah diberi Na2SO4 dan ditampung dalam
labu destilasi yang sudah diketahui berat kosongnya. Kemudian, bilas labu
pisah dengan kurang lebih 6 ml n-Hexane. Disaring kembali dan bilas kertas
saring dengan Hexane dan dijadikan satu ekstrak afiltrat ke dalam labu
destilasi lalu dilakukan proses destilasi dengan hot plate pada suhu kurang
lebih 70-90C sampai dengan menguap sempurna atau stabil. Langkah
selanjutnya adalah didinginkan labu destilasi yang berisi contoh uji dalam
desikator minimal satu jam kemudian ditimbang dengan neraca analitik yang
sudah distabilkan kurang lebih 15 menit dan sudah dikalibrasi. Setelah itu,
dicatat dan dihitung konsentrasi minyak dan lemaknya dan diperoleh hasilnya.
33
4.1
PEMBAHASAN
titik
4.2
Hasil Pengamatan
Dari hasil praktikum pencemaran yang
34
pengukuran yaitu 8,8 dan didapatkan suhu 30,8C. Selain itu dilakukan pengukuran
suhu dengan termometer dengan hasil 30C. Pengukuran parameter salinitas
dilakukan satu kali dengan salinometer didapatkan hasil salinitas 26 dan pengukuran
dengan refraktometer didapatkan hasil 21 dan 22.
4.3
Analisa Hasil
4.3.1
Suhu
35
4.3.2
pH (Power of Hydrogen)
meter yaitu 7,35 dan memiliki suhu 33,5oC. Kondisi daerah disekitar
pH
seperti
buangannya. Perubahan
buangan
berbeda-beda
tergantung
jenis
air
(pH diatas 7) maupun ke arah asam (pH dibawah 7), akan sangat mengganggu
kehidupan didalam perairan tersebut. Nilai pH suatu perairan menggambarkan
keseimbangan antara asam dan basa dalam air
36
4.3.3
Salinitas
37
4.3.4
DO (Dissolved Oxygen)
38
4.3.5
Sampel
Satuan
Hasil
1.
Kelompok I Komposit
mg/L
211,9
2.
Kelompok II Komposit
mg/L
224,4
3.
mg/L
104,4
4.
Kelompok IV Komposit
mg/L
121,9
5.
Kelompok V Komposit
mg/L
331,9
6.
Kelompok VI Komposit
mg/L
261,9
7.
mg/L
321,9
8.
mg/L
326,9
Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai BOD pada tiap sampel berbedabeda yaitu kelompok I sebesar 211,9 mg/L, kelompok II sebesar 224,4 mg/L,
kelompok III sebesar 104,4 mg/L, kelompok IV sebesar 121,9 mg/L, kelompok V
sebesar 331,9 mg/L, kelompok VI sebesar 261,9 mg/L, kelompok VII sebesar
321,9 mg/L, dan kelompok VIII sebesar 326,9 mg/L. Dengan demikian diperoleh
nilai rata-rata dari kedelapan sampel yaitu sebesar 238,15 mg/L dengan nilai
tertinggi pada sampel kelompok V sebesar 331,9 mg/L dan nilai terendah pada
sampel kelompok III sebesar 104,4 mg/L.
Berdasarkan data hasil pengujian terhadap biological oxygen demand
(BOD) dalam suatu perairan, hasil sampel kelompok 3 sebesar 104,4 mg/L.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, baku mutu
yang baik adalah <20 mg/L sedangkan BOD kelompok 3 adalah 104,4 mg/L.
Sehingga dapat dianalisa bahwa perairan di daerah mangrove di Pantai
Kenjeran memiliki kadar BOD yang terlalu tinggi untuk kehidupan organisme
perairan.
Pada sungai dengan tingkat BOD yang tinggi, bakteri aerobik
mengkonsumsi banyak oksigen terlarut. Organisme yang lebih toleran terhadap
kadar oksigen terlarut rendah mungkin muncul dan menjadi banyak, seperti ikan
39
mas, larva nyamuk dan limbah cacing. Organisme yang tidak toleran terhadap
kadar oksigen rendah, seperti larva dan nimfa lalat capung Caddisfly dan
stonefly, tidak akan bertahan. Seiring dengan peningkatan pencemaran organik,
hubungan ekologis yang stabil dan kompleks hadir di perairan yang
mengandung keragaman yang tinggi dari organisme digantikan oleh keragaman
rendah organisme polusi toleran dengan populasi meningkat (Laep, 2013).
Biological oxygen demand ( BOD) adalah jumlah oksigen, dinyatakan
dalam mg / l atau bagian per juta ( ppm ), bakteri mengoksidasi bahan organik
seperti karbohidrat ( selulosa, pati, sugars ), protein, minyak bumi hidrokarbon
dan bahan lain yang terdiri dari bahan organik yang masuk ke air dari sumber
alam dan dari pencemaran. Bahan organik dapat dioksidasi ( dikombinasikan
dengan oksigen ) dengan membakarnya menjadi digested dalam tubuh hewan
dan manusia atau oleh biochemical tindakan bakteri. Karena bahan organik
selalu mengandung karbon dan hidrogen, oksidasi menghasilkan karbon
dioksida
Sampel
Satuan
Hasil
1.
Kelompok I Komposit
mg/L
794.8
2.
Kelompok II Komposit
mg/L
768.5
3.
mg/L
507.6
4.
Kelompok IV Komposit
mg/L
336.1
5.
Kelompok V Komposit
mg/L
774.0
6.
Kelompok VI Komposit
mg/L
261,9
7.
mg/L
1110
8.
mg/L
1120
40
didapatkan COD sebesar 768.5 mg/L. Pada kelompok 3 diperoleh hasil COD
sebesar 507.6 mg/L, pada kelompok 4 diperoleh hasil COD sebesar 336.1
mg/L, pada kelompok 5 diperoleh hasil COD sebesar 774.0 mg/L, pada
kelompok 6 diperoleh hasil COD sebesar 1110 mg/L, pada kelompok 7
diperoleh hasil COD sebesar 1070 mg/L, pada kelompok 8 diperoleh hasil COD
sebesar 1120 mg/L.
Berdasarkan data tersebut, hasil sampel kelompok 3 sebesar 507.6
mg/L. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, baku
mutu yang baik adalah <20 mg/L sedangkan COD kelompok 3 adalah 104,4
mg/L. Sehingga dapat dianalisa bahwa perairan di daerah mangrove di Pantai
Kenjeran memiliki kadar COD yang terlalu tinggi untuk kehidupan organisme
perairan.
Bakteri mendekomposisi bahan-bahan organik dengan menggunakan
oksigen terlarut, sehingga mengurangi DO hadir untuk ikan. Biochemical
oxygen
demand
(BOD)
adalah
ukuran
jumlah
oksigen
yang
akan
Sampel
Kelompok I Komposit
Satuan
Hasil
mg/L
311,9
41
No.
Sampel
Satuan
Hasil
2.
Kelompok II Komposit
mg/L
202,1
3.
mg/L
231,2
4.
Kelompok IV Komposit
mg/L
177,3
5.
Kelompok V Komposit
mg/L
701,4
6.
Kelompok VI Komposit
mg/L
634,2
7.
mg/L
2019
8.
mg/L
49,7
Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai TSS pada tiap sampel berbedabeda yaitu kelompok I sebesar 311,9 mg/L, kelompok II sebesar 202,1 mg/L,
kelompok III sebesar 231,2 mg/L, kelompok IV sebesar 177,3 mg/L, kelompok V
sebesar 701,4 mg/L, kelompok VI sebesar 634,2 mg/L, kelompok VII sebesar
2019 mg/L, dan kelompok VIII sebesar 49,7 mg/L. Dengan demikian diperoleh
nilai rata-rata dari kedelapan sampel yaitu sebesar 540,85 mg/L dengan nilai
tertinggi pada sampel kelompok VII sebesar 2019 mg/L dan nilai terendah pada
sampel kelompok VIII sebesar 49,7 mg/L.
Berdasarkan data hasil pengujian terhadap total suspended solid (TSS)
dalam suatu perairan, hasil sampel kelompok 3 sebesar 231,2 mg/L. Menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, baku mutu yang baik
adalah <20 mg/L sedangkan TSS kelompok 3 adalah 231,2 mg/L. Sehingga
dapat dianalisa bahwa perairan di daerah mangrove di Pantai Kenjeran memiliki
kadar TSS yang terlalu tinggi untuk kehidupan organisme perairan.
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan
air, tidak terlarut, dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikelpartikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah
liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya.
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai. TSS
sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg L-1 yang yang paling ekstrem 30.000
mg
L-1
di beberapa sungai. TSS tidak hanya menjadi ukuran penting erosi di alur
42
4.3.8
Sampel
Satuan
Hasil
1.
Kelompok I Komposit
mg/L
11,5
2.
Kelompok II Komposit
mg/L
6,0
3.
mg/L
4,0
4.
Kelompok IV Komposit
mg/L
3,3
5.
Kelompok V Komposit
mg/L
>1,9
6.
Kelompok VI Komposit
mg/L
4,2
7.
mg/L
7,2
8.
mg/L
2,0
Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai kandungan minyak dan lemak
pada tiap sampel berbeda-beda yaitu kelompok I sebesar 11,5 mg/L, kelompok
II sebesar 6 mg/L, kelompok III sebesar 4 mg/L, kelompok IV sebesar 3,3 mg/L,
kelompok V kurang dari 1,9 mg/L, kelompok VI sebesar 4,2 mg/L, kelompok VII
sebesar 7,2 mg/L, dan kelompok VIII sebesar 2 mg/L. Diketahui nilai kandungan
minyak dan lemak tertinggi yaitu pada sampel kelompok I sebesar 11,5 mg/L
dan nilai terendah pada sampel kelompok V yaitu >1,9 mg/L.
Berdasarkan data hasil pengujian terhadap kadar minyak dan lemak
dalam suatu perairan, hasil sampel kelompok 3 sebesar 4 mg/L. Menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004, standar baku mutu
yang baik untuk minyak dan lemak pada biota dan pariwisata adalah 1 mg/L
sedangkan minyak kelompok 3 adalah 4 mg/L. Sehingga dapat dianalisa bahwa
perairan di daerah mangrove di Pantai Kenjeran memiliki kadar minyak dan
lemak yang terlalu tinggi untuk kehidupan organisme perairan.
Minyak adalah lemak yang bersifat cair. Keduanya mempunyai
komponen utama karbon dan hidrogen yang mempunyai sifat tidak larut dalam
air. Bahan-bahan tersebut banyak terdapat pada makanan, hewan, manusia,
dan bahkan ada dalam tumbuh-tumbuhan sebagai minyak nabati. Sifat lainnya
43
44
5.
5.1
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Praktikum Pencemaran Laut tentang Analisa Parameter Lingkungan
mangrove
diperoleh nilai
pH
7,35 yang
diukur
Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 DO terlalu tinggi dan tidak sesuai
dengan baku mutu.
Pada kelompok III diperoleh hasil BOD sebesar 104.4 mg/L, menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 BOD terlalu tinggi
dan tidak sesuai dengan baku mutu.
Pada kelompok III diperoleh hasil COD sebesar 507.6 mg/L, menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 COD terlalu tinggi
dan tidak sesuai dengan baku mutu.
45
Saran
Dalam praktikum Pencemaran laut tentang Analisa Parameter Lingkungan dan
46
DAFTAR PUSTAKA
Abuzar, Suarni S. et all. 2012. Penyisihan Minyak dan Lemak Limbah Cair
Hotel Menggunakan Serbuk Kulit Jagung. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND
9 (1) :13-25. ISSN 1829-6084
Bowden, K.R 1980. Physical Oceanography of Estuaries. Englewood Ltd.: 476 pp.
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond Fish
Culture. Auburn University, Auburn.
Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Department of Fisheries
and
Allied
Aquacultures.
Auburn
University,
Alabama,
USA
Microbiological And
47
Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi air dan Udara. Penerbit KANISIUS (Anggota IKAPI).
Yogyakarta
Fisheries and Allied Aquacultures. Auburn University, Alabama, USA
Folk R.L. & Ward W.C., 1957, Brazos river bar : a study of significance of grain size
parameters. Journal of Sedimentary Petrolology. 27 : 3-26
G, Alaerts dan S.S. Santika, 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya:Usaha Nasional.
Garno. 2004. Macam Bahan Pencemar. http://unhas.lecture.ac.id. Diakses tanggal
23 Mei 2013 pukul 15.30 WIB.
Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hardiningtyas,
Nadia
Minyak,Nitrat,
et
all.
2009.
Nitrit,
Parameter
Fosfat,
Udara
Nox.
dan
Air
Fakultas
Lemak,
Kesehatan
Magister
Ilmu
2009: 1-8
Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for
Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Rahim S.W., 1998.
Proyek
Penelitian
IPTEK
Kelautan
Pusat
Penelitian
48
Sawyer, C.N and P.L.,Mc Carty, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd
ed. McGraw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.
Siti, Latifah . 2010. Pengelolaan Dan Pengendalian Pencemaran Laut Dan Pesisir..
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Warlina, Lina, 1985, Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah, FMIPA
Universitas Indonesia, Jakarta.
49
LAMPIRAN
50
51
52
53