Anda di halaman 1dari 3

Veyourisme

DEFINISI
Voyeurism adalah kondisi dimana seseorang memiliki prefensi tinggi untuk
mendapatkan kepuasan seksual dengan melihat orang lain yang tanpa busana atau
sedang melakukan hubungan seksual. Gangguan ini juga dikenal sebagai skopofilia.
Masturbasi sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa.Voyeurisme
ini merupakan kegiatan mengintip yang menggairahkan dan bukan merupakan
aktivitas seksual dengan orang yang dilihat. Sebagian besar pelaku voyeurisme adalah
pria. Voyeurisme adalah preokupasi rekuren dengan khayalan dan tindakan yang
berupa mengamati orang lain yang telanjang atau sedang berdandan atau melakukan
aktivitas seksual. Gangguan ini juga dikenal sebagai skopofilia. Masturbasi sampai
orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa (Kaplan & Saddock, 2010).
Voyeurisme ialah keadaan seseorang yang harus mengamati tindakan sexual
atau ketelanjangan (orang lain) untuk memperoleh rangsangan dan pemuasan seksual
(Maramis, W.F. 2009)
EPIDEMIOLOGI
Orang dengan voyeurisme jarang ditangkap karena voyeurisme sifatnya tidak
menyakiti orang lain dan dilakukan secara tersembunyi. Pada sebagian kalangan,
kebiasaan ini dianggap lazim untuk anak remaja, mereka mulai dapat menikmati
gambar yang berbau pornografi sampai mengintip percumbuan dari orang lain secara
terang-terangan atau tersembunyi (Rusdi, Maslim. 2001).
ETIOLOGI
Ada beberapa etiologi dari Veyourisme, antara lain (Rusdi, Maslim. 2001;
Norman, Cameron. 2001) :
1. Rasa ingin tahu yang sangat mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
2. Penyebab voyeurisme mencakup faktor psikososial. Menurut teori
psikoanalitik

klasik

dikatakan

(voyeurism)

dikarenakan

bahwa

kegagalan

pasien

penyimpangan

seksual

dalam

menyelesaikan

proses

perkembangan normal menuju penyesuaian heteroseksual.

3. Ketidak-adekuatan relasi dengan lawan jenis dan rasa ingin tahu yang sangat
mendominasi dirinya tentang aktivitas seksual.
4. Pernah mengalami trauma psikologis dari perlakuan jenis kelamin lain yang
menambah kadar rasa kurang percaya diri.
5. Adanya informasi dari berbagai media yang menyumbang pada kebebasan
pornografi.
6. Adanya rauma pada usia anak.
7. Ketidaksengajaan melihat orang sedang telanjang, sedang melepas pakaian,
atau orang yang sedang melakukan hubungan seksual.
Kriteria voyeurism pada DSM-IV(Kaplan & Saddock, 2010).
1. Berulang intens dan terjadi selama periode 6 bulan, fantasi, dorongan atau
perilaku yang menimbulkan dorongan seksual yang berkaitan dengan tindakan
mengintip orang lain yang sedang tanpa busana atau sedang melakukan hubungan
seksual tanpa diketahui orang yang bersangkutan.
2. Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan tersebut
menyebabkan. Orang tersebut mengalami distress atau mengalami masalah
interpersonal.
Menurut PPDGJ-III, pedoman diagnostik pada voyeurism adalah;
1. Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang
sedang berhubungan seksual atau berprilaku intim seperti sedang menanggalkan
pakaian
2. Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan masturbasi, yang
dilakukan tanpa orang yang diintip menyadarinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Universitas Airlangga,


Surabaya; hal. 299-321.
2. Kaplan, Harold I, MD, Sadock Benjamin J, MD,Sinopsis Psikiatriilmu pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Edisi ke-7. jilid 2. hal.
155-66.
3. Maslim Rusdi ,Dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa-FK-Unika atmajaya, Jakarta; 2001. hal. 112-4

4. Cameron, Norman,. Personality Development and Psychopathology,


A Dinamic Approach, Yalf Unifersity, Mifflin Company Boston;
2001. hal. 667

Anda mungkin juga menyukai