ah
u
s
a
,-
terutama dalam beberapa waktu yang akhir ini, dan pendidikan itu say
pandang kewajiban yang mulia dan suci, sehingga saya pandang suatu
kejahatan, jika saya menyerahkan tenaga kepada usaha mendidik itu,
sedangkan saya belum mempunyai kecakapan yang penuh. Harusl
ternyata dahulu adakah saya sanggupkah menjadi pendidik atau tidak.
Pendirian saya, pendidik itu adalah mendidik budi dan jiwa. Rasarasanya kewajiban seorang pendidik belumlah selasai jika ia hanya bar
mencerdaskan pikiran saja, belumlah boleh dikatakan selesai: dia haru
juga bekerja mendidik budi meskipun tidak ada hukum yang nyat
mewajibkan berbuat demikian,Acapkali saya dengar orang berkata,
bahwa kehalusan budi itu akan datang sendirinya, jika pikiran sudah
cerdas, bahwa oleh pendidikan akal budi itu sendirinya menjadi baik
dan halus, tetapi setelah saya perhatikan maka saya berpendapat
sungguh kecewa,- bahwa tiadalah selamanya benar yang demikian itu;
bahwa tahu adab dan bahasa serta cerdas pikiran belumlah lagi jadi
jaminan orang hidup susila ada mempunyai budi pekerti.29
2.
masyarakat biasa sedikit lebih bebas. Karena ini lebih berkaitan deng
an
kawin paksa dan poligami, juga nikah dalam usia dini. Sebagaimana i
si
suratnya pada tanggal 25 Mei 1899, sebagai berikut:
Dan adat kebiasaan negeri kami sungguh-sungguh bertentanga
n
dengan kemauan zaman baru, zaman baru yang saya inginkan masu
44
at
beragama saat itu. Masyarakat saat itu banyak yang beragama Islam nam
un
45
bimbang hati. Agama harus menjaga kita dari pada berbuat dosa, tet
api
berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu!41
Suatu ketika Kartini sadar bahwa agama itu indah dan tidak
ri
Ibid.,
Ibid.,
Ibid.,
Ibid.,
hlm.
hlm.
hlm.
hlm.
39.
135-136
142-143.
141.
46
sebagai dosa.47
47
3.
n
kepada penduduk bumiputera berdasar kenyataan pada saat itu, bahwa terj
adi
penyebaran agama kristen yang dibawa oleh belanda dengan pelayanan sos
ial
pengobatan dan sembako lewat lembaga yang diberi nama zending. S
erta
realitas pemberian pendidikan agama Islam kepada anak bumiputera y
ang
tidak mendalam, sehingga banyak pula yang tergoda masuk ke agama lain
(kristen) dan itu menjadikan perpecahan di dalam masyarakat.
Untuk itu Kartini menginginkan bahwa apabila berniat mengajarkan
tentang agama, maka ajarkanlah agama dengan yang sebenarnya. Agama y
ang
mengajarkan tentang ketuhanan, tentang kasih sayang dan tentang tolerans
i
antar uamat beragama. Semua itu terdapat pada suratnya yang diberi
kan
kepada E.C.Abendanon pada tanggal 31 Januari 1903:
en
dilakukan oleh orang Kristen saat itu. Pelayanan sosial yang dilakukan
ari
48
dilakukan di kota yang lain-lain juga, usaha yang sama sekali tiada
panji-panji agama.49
Tentang pendidikan agama, Kartini menginginkan bahwa pendidikan
yang paling penting diusahakan adalah pendidikan moral atau kesusilaan, d
an
lebih baik lagi apabila diberikan suatu buku atau bacaan terhadap anak didik
.
Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam pemahaman anak didik tenta
ng
agamanya sendiri. Pernyataan ini terdapat dalam surat Kartini yang tertangg
al
31 Januari 1903:
berulang-ulang aku mempercayakannya. Lebih dahulu harusla
h
diadakan pokok rasa kesusilaan, dan wajiblah hal ini diperhatikan
ya
ah
pa
pedulinya, agama mana yang dipeluk orang dan bangsa mana dia, jiw
yang mulia tetap jiwa yang mulia, dan orang yang budiman tetap juga
orang yang budiman. Hamba Allah ada di tiap-tiap agama, di tengahtengah tiap-tiap bangsa.51
Dengan semangat yang kuat itu Kartini menginginkan keluargany
a
nanti akan dididik tentang pemahaman agama yang lebih baik, tentan
g
toleransi terhadap semua umat beragama, dan bertingkah laku yang d
apat
49 Ibid., hlm. 169.
50 Ibid.
51 Ibid., hlm. 181.
49
kata:
n
salah satu faktor penting dalam memajukan bangsa dan pendukung perada
ban.
Sebagaimana surat Kartini yang dikirimkan kepada nona Zeehandelaar pada
tanggal 9 Januari 1901 sebagai berikut: Dari semenjak dahulu kemajuan itu
menjadi pasal yang amat penting dalam usaha memajukan bangsa. Kecerda
san
pikiran penduduk pribumi tiada akan maju dengan pesatnya, bila perempua
n
itu ketinggalan dalam usaha itu. Perempuan jadi pembawa peradaban.54
50