Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTIKUM PERTANIAN ORGANIK


PEMBUATAN BIOPESTISIDA MAJAPAHIT

Disusun Oleh:

Disusun oleh kelompok 2:


Agustina Rizky

125040201111142

Nurul Lailiyatul F

125040201111157

Andi Nirma W

125040201111302

Philip GBP Simanjuntak

125040201111308

Benny Kushardianto

125040207111030

Samson Setiadi Pardede

12504020

Dwi Hermawan

12504020

Asfin

12504020

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimiawi yang berlebihan memberi dampak negatif terhadap
lingkungan dan manusia. Keseimbangan alam terganggu dan akan mengakibatkan timbulnya
hama yang resisten, ancaman bagi predator, parasit, ikan, burung dan satwa lain. Salah satu
penyebab terjadinya dampak negatif pestisida terhadap lingkungan adalah adanya residu
pestisida di dalam tanah sehingga dapat meracuni organisme non target, terbawa sampai ke
aliran irigasi dan meracuni lingkungan sekitar. Sejumlah dampak negatif penggunaan pestisida
seperti telah disebutkan di atas, mendorong dibuat metode lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi penggunaan pestisida dalam usaha pemberantasan hama dan penyakit tanaman.
Harga pestisida kimiawi cukup tinggi sehingga membebani biaya produksi pertanian.
Dalam hitungan petani, biaya komponen pestisida mencapai 25 40 persen dari total
biaya produksi pertanian. Tingginya harga pestisida kimiawi tersebut disebabkan bahan aktif
pestisida masih diimpor. Kondisi tersebut tentu saja amat merugikan pembangunan bidang
pertanian Indonesia. Di samping itu kebijakan global dalam pembatasan penggunaan bahan
aktif kimiawi pada proses produksi pertanian pada gilirannya nanti akan sangat membebani
dunia pertanian di Indonesia.

Dengan demikian secara

pengurangan penggunaan pestisida kimiawi

bertahap harus segera diupayakan

dan mulai beralih kepada jenis-jenis pestisida

hayati (biopestisida) yang aman bagi lingkungan.


1.2 Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan ini untuk mengetahui

potensi buah maja sebagai alternalif

pengendalian organism e pengganggu tanaman yang ramah lingkungan.

2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biopestisida
Berdasarkan asalnya, biopestisida dapat dibedakan menjadi dua yakni pestisida nabati dan
pestisida hayati. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tanaman baik
dari daun, buah, biji atau akar yang senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun
terhadap hama dan

penyakit tertentu. Pestisida nabati pada

umumnya digunakan untuk

mengendalikan hama (bersifat insektisidal) maupun penyakit (bersifat bakterisidal). Biopestisida


yang terbuat dari bahan-bahan alam tidak meracuni tanaman dan mencemari lingkungan.
Pemakaian ekstrak bahan alami secara terus-menerus juga diyakini tak menimbulkan resisten
pada hama, seperti yang biasa terjadi pada pestisida sintetis. Beberapa jenis tanaman yang
mampu mengendalikan hama seperti famili Meliaceae (nimba, Aglaia), family Anonaceae (biji
srikaya, biji sirsak, biji buah nona) Novizan, (2002).
Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung mikroba tertentu baik berupa
jamur, bakteri, maupun virus yang bersifat antagonis terhadap mikroba lainnya (penyebab
penyakit tanaman) atau menghasilkan senyawa tertentu yang bersifat racun baik bagi serangga
(hama) maupun nematoda (penyebab penyakit tanaman). Formulasi Beuveria bassiana (isolat
Segunung) mampu mengendalikan hama kumbang moncong yang merupakan hama utama
anggrek dan serta mengendalikan kumbang mawar serta kutu daun pada tanaman krisan. Dari
kelompok bakteri yang telah banyak diteliti dan digunakan sebagai agen hayati (pestisida hayati)
adalah genus Bacillus (B. polimyxa, B. subtilis dan B. thuringiensis), Pseudomonas (P.
Fluorescens-Pf), kelompok cendawan (Trichoderma harzianum dan Gliocladium sp) (Pratomo,
Dj. 2008).
2.2 Tanaman Maja
Berdasarkan klasifikasi, tanaman maja termasuk dalam Kingdom: Plantae; Divisi:
Magnoliophyta; Class: Magnoliosida; Ordo: Sapindales; Famili: Rutaceae (Jeruk-jerukan);
Genus: Aegle; Spesies: A. marmelos. Kulit buah maja berwarna hijau, isi buah berwarna kuning
hingga jingga. Aroma buahnya harum dan cairannya manis. Sangat bertentangan dengan
anggapan orang bahwa buah maja adalah pahit. Rasa pahit yang dihasilkan buah maja adalah
karena adanya kandungan tannin pada buah yang belum masak. Buah maja dapat dikonsumsi
karena dapat diolah menjadi sorbet, selai, sirup ataupun nektar. Kulit buahnya dapat diolah
menjadi marmalade. Habitat asli tanaman maja tersebar mulai dari Pakistan, India tenggara,
Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia,

Filiphina, Indonesia. Populasi tanaman maja sudah sangat berkurang, seiring dengan
perkembangan jaman dan banyaknya buah impor yang lebih menarik minat masyarakat.
2.3 Buah Maja Sebagai Biopestisida Nabati
Di dalam buah maja, terdapat banyak zat bermanfaat dari hasil produk alami tanaman maja.
Diantaranya adalah air, karbohidrat, protein, vitamin C, tiamin, niasin, karoten, lemak dan
tannin. Kandungan tannin pada buah maja sangatlah besar yaitu mencapai 20% pada kulit buah.
Tannin adalah metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas yang sepat.
Tannin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa poliphenol yang mempunyai berat molekul
tinggi dan memiliki gugus hidroksil dan gugus lainnya sehingga dapat membentuk kompleks
dengan protein dan makromolekul lainnya, (Nadiah, 2014).
Kandungan tannin yang tinggi pada buah maja inilah yang dapat dimanfaatkan sebagai salah
satu alternatif pengendalian serangga. Kandungan tannin inilah yang menyebabkan buah maja
memiliki rasa yang pahit atau sepet, tannin terdapat pada buah yang belum masak dan
kandungan tannin akan hilang setelah buah menjadi masak sempurna. Kandungan tannin pada
buah maja dapat menjadi antifeedant terhadap serangga herbivora. Buah maja telah terbukti
dapat mengendalikan hama perusak akar padi, belalang, kumbang, kepik dan ulat pemakan daun.
Pada tanaman perkebunan, aplikasi ekstrak buah maja dapat mengendalikan serangga pemakan
daun dan menghambat pertumbuhan jamur patogen penyebab penyakit pada tanaman, (Nadiah,
2014).

3.

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada pembuatan biopestisida ini adalah pisau untuk memecah buah
maja, ember untuk wadah mengekstrak buah maja dan alat penumbuk. Sedangkan untuk bahan
yang digunakan adalah buah maja sebagai bahan utama pestisida serta air guna untuk
mencampurkan buah maja.
3.2 Metode
Biopestisida nabati dari ekstrak buah maja ini dapat dibuat dengan cara yang sederhana,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buah maja dipotong kecil-kecil, kemudian dicincang
sampai halus atau hancur (disertakan biji dan kulit buah)
Ditambahkan air bersih dengan perbandingan 1:1, artinya
1 buah maja cincang ditambah dengan 1 liter air lalu
diaduk sampai benar-benar tercampur rata
Ekstrak buah maja kemudian Didiamkan atau
difermentasikan dalam ember tertutup selama 24 jam

Setelah didiamkan, ekstrak buah maja kemudian disaring


terlebih dahulu sebelum digunakan, hasil ekstrak buah
maja dapat langsung diaplikasikan pada tanaman.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
GAMBAR
-

PENJELASAN
Terdapat perubahan warna dari putih
menjadi coklat tua, hal ini disebabkan
oleh proses fermentasi tannin

Terdapat perubahan bau, dari yang


sangat

menyengat

menjadi

tidak

menyengat

Produk yang dihasilkan sebanyak 1 liter


dengan

nama

produk

Biopestisida

Majapahit

4.2 Pembahasan
Dari hasil pembuatan biopestisida Majapahit yang telah difermentasikan selama 24 jam
kondisi dari larutan biopestisida memiliki warna coklat tua dan aroma yang dihasilkan tidak
terlalu menyengat. Hal ini menunjukkan bahwa biopestisida yang dibuat berhasil. Karena aroma
yang tidak menyengat menunjukkan bahwa proses fermentasi tidak terkontaminasi oleh bakteribakteri maupun virus.
Biopestisida nabati yang telah kami hasilkan merupakan salah satu biopestisida yang terbuat
dari bahan alami dari buah beserta biji dari tanaman maja. Biopestisida Majapahit tidak
menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan seperti biopestisida kimia sehingga tidak

merugikan bagi lingkungan sekitar. Berikut beberapa cara kerja biopestisida nabati secara umum
menurut Novizan, 2002, antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.


Menghambat pergantian kulit.
Mengganggu komunikasi serangga.
Menyebabkan serangga menolak makan.
Menghambat reproduksi serangga betina.
Mengurangi nafsu makan.
Memblokir kemampuan makan serangga.
Mengusir serangga.
Menghambat perkembangan patogen penyakit.

Biopestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan yang berhasil baik atau efektif di suatu
tempat

belum

tentu

berhasil

baik

pula

ditempat

lain

karena setiap

campuran

dari biopestisida nabati bersifat khusus lokasi artinya bahwa biopestisida ini bekerja secara
spesifik, (Novizan, 2002). Seperti biopestisida dari buah maja yang kami buat hanya dapat
mengendalikan telur dan larva dari serangga namun hanya dapat menurunkan tingkat serangan
serangga dewasa. Hal ini disebabkan suatu tanaman maja yang sama tetapi jika tumbuh di
lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Oleh sebab
itu dosis dan konsentrasi biopestisida Majapahit yang digunakan pun akan berbeda pula.
Biopestisida nabati Majapahit dapat diaplikasikan dengan cara menggunakan alat semprot
(sprayer) seperti biopestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot,
aplikasi biopestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding
atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan
biopestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan
biopestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian
tanaman sasaran.

5.

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata buah maja dapat dimanfaatkan sebagai
bahan alternatif pengendali serangga hama. Kandungan tannin dari hasil metabolit sekunder pada
kulit buahnya yang mencapai 20% inilah yang dapat menjadi antifeedant terhadap serangga

herbivora. Mengingat sangat besarnya manfaat buah maja sebagai bahan pestisida nabati yang
murah, mudah dan ramah lingkungan maka perlu dilakukan percobaan dan sosialisasi lebih
lanjut untuk mendapatkan data dan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Novizan, 2002. Membuat & Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agro Media Pustaka.
Pratomo, Dj. 2008. Biopestisida Sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Tanaman Hias.
Laboratorium Biokontrol, Balai Penelitian Tanaman Hias.Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pertanian.
Nadiah, Annisrien . 2014. Buah Maja Mengandung Antifeedant Sebagai Pengendali Serangga
Herbivora. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan: Surabaya.

LAMPIRAN
Gambar

Keterangan
Bahan biopestisida : buah maja

Proses pencincangan buah maja

Pemberian 1 liter air pada buah maja yang telah


dicincang halus. Kemudian diaduk hingga benarbenar merata

Hasil ekstrak buah maja, ditutup rapat dan


difermentasikan selama 24 jam

Anda mungkin juga menyukai