Modul Seksualitas
Modul Seksualitas
com
MODUL SEKSUALITAS
hanisusanti@yahoo.com
A. Pendahuluan
Sex merupakan hal yang dianggap tabu untuk diperbincangkan. Akan tetapi
secara bertahap seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan tentang sex dan
pembicaraan mengenai masalah seksualitas dianggap sebagai hal yang penting dan
perlu bagi perkembangan manusia. Akhirnya pada pertengahan tahun 1960-an,
tenaga perawatan kesehatan telah mengenali keterkaitan kesehatan seksual
dengan komponen kesejahteraan.
Pemahaman mengenai seksualitas akan membantu perawat dalam mengenali
nilai dan bias seksual serta memperluas pemahaman tentang batas normal perilaku
seksual sehingga mampu memberikan perawatan secara lebih efektif.
B. Konsep Seksualitas
Seksualitas merupakan hal yang sulit untuk didefinisikan karena menyangkut
banyak aspek kehidupan dan diekspresikan dalam bentuk perilaku yang beraneka
ragam. Sedangkan kesehatan seksual telah didefinisikan oleh WHO (1975) sebagai
pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dengan cara yang positif,
memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi, dan cinta.
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan
2 orang individu scr pribadi yg saling menghargai,memperhatikan, dan menyayangi
shg tjd sebuah hubungan timbal balik antara kedua individu tsb.
Apakah sex dan seksualitas merupakan sesuatu yang sama ?
Ternyata kebanyakan orang memahami sexualitas sebatas istilas sex, padahal
antara sex dengan sexualitas merupakan hal yang berbeda. Menurut Zawid (1994),
kata sex sering digunakan dalam dua hal, yaitu: (a) aktivitas sexsual genital, dan
(b) sebagai label jender (jenis kelamin).
Sedangkan seksualitas memiliki arti yang lebih luas karena meliputi bagaimana
seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan
perasaan tersebut terhadap orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti,
sentuhan, ciuman, pelukan, senggama, atau melalui perilaku yang lebih halus
seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.
hanisusanti@yahoo.com
Lebih
lanjut
Menurut
Raharjo
yang
dikutip
oleh
Nurhadmo
(1999)
1. Dimensi seksualitas
Banyaknya
variasi
seksualitas
dan
perilaku
seksual
membutuhkan
a. Dimensi Sosiokultural
Merupakan dimensi yang melihat bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi
keagamaan dan identitas etnik tertentu. Demikian pula pada wanita, dalam
budaya beberapa negara sirkumsisi pada wanita merupakan tanda fisik
kedewasaan seorang wanita, simbol kontrol sosial terhadap kesenangan
seksual dan reproduksi mereka.
Survei definitif dan komprehensif mengenai keyakinan dan praktek
seksual di Amerika yang dilakukan oleh para peneliti Universitas Chicago
hanisusanti@yahoo.com
menunjukan
hanisusanti@yahoo.com
berbeda secara pribadi. Misalnya: Seseorang meyakini kalau hubungan sex
diluar nikah itu tidak diperbolehkan menurut agama atau etika, tapi
karena kurang bisa mengendalikan diri, ia tetap melakukan juga.
Michael et al (1994) membagi sikap dan keyakinan individu tentang
seksualitas menjadi 3 kategori:
1)
2)
3)
d. Dimensi psikologis
Seksualitas mengandung perilaku yang dipelajari sejak dini dalam
kehidupannya melalui pengamatan terhadap perilaku orang tuanya. Untuk
itulah orang tua memiliki pengaruh secara signifikan terhadap seksualitas
anak-anaknya.
sebagai mahluk seksual berhubungan dengan apa yang telah orang tua
tunjukan tentang tubuh dan tindakan mereka.
Menurut
Deney
&
Quadagno
hasil
penelitian
menunjukan
hanisusanti@yahoo.com
sering didorong untuk menjadi penolong dan meminta bantuan. Lebih lanjut
orang tua cenderung mempertegas permaian sesuai dengan jenis kelamin
pada
anak-anak
prasekolah
mereka.
Kesimpulannya
orang
tua
hormon
seks
mulai
mempengaruhi
janin,
genitalia
membentuk
karakteristik pria atau wanita. Pada saat pubertas wanita mengalami putaran
siklus menstruasi dan karakteristik seks skunder. Sedangkan pada anak lakilaki mengalami pembentukan sperma dan karakteristik seks skunder pria.
b. Identitas Jender
Jender adalah suatu ciri yang melekat pada kaum lelaki maupun
perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural (Faqih, 1996).
Sedangkan Identitas Jender merupakan rasa menjadi feminin atau maskulin.
Dimana segera setelah bayi lahir
hanisusanti@yahoo.com
seksual individu, beberapa peneliti berkeyakinan hormon seks
yang
3. Orientasi Seksual
Orientasi seksual merupakan preferensi yang jelas, persisten, dan erotik
seseorang untuk jenis kelaminnya atau orang lain. Dengan kata lain orientasi
seksual adalah keteratarikan emosional, romatik, seksual, atau rasa sayang
yang bertahan lama terhadap orang lain
Orientasi seksual memiliki rentang dari Homoseksual murni sampai
dengan Heteroseksual murni termasuk didalamnya Biseksual. Sebagian besar
orang termasuk heteroseksual yang memiliki ketertarikan hanya dengan lawan
jenis. Sedangkan sebagian kecil termasuk homoseksual atau biseksual.
masyarakat
dan
komplesitas
perilaku
manusia.
Sehingga
ada
hanisusanti@yahoo.com
Gaya hidup gay atau lesbian sangat dipengaruhi oleh bagaimana mereka
memutuskan untuk merahasiakan atau terbuka tentang orientasi seksualnya.
Hal ini berkaitan dengan proses penghargaan diri, penerimaan diri, dan
keterbukaan diri. Melihat kenyataan diatas maka bukan sesuatu yang benar
jika kemudian pria gay
keinginan menjadi seorang wanita, atau sebaliknya wanita lesbian tidak mesti
maskulin atau memiliki keinginan untuk jadi pria. Sebagian besar dari mereka
merasa puas dengan jender dan peran sosial mereka, dan hanya memiliki
keinginan untuk bersama dengan anggota jenis kelamin mereka sendiri
Transvetit
biasanya
adalah
pria
heteroseksual
secara
periodik
berpakaian seperti wanita untuk pemuasan pikologis dan seksual. Sikap ini
bersifat sangat pribadi bahkan bagi orang yang terdekat sekalipun.
hanisusanti@yahoo.com
Klien yang dirawat juga harus diberi privasi ketika dikunjungi oleh
pasangan seksualnya. Privasi ini memungkinkan waktu pembicaraan intim,
menyentuh, atau berciuman.
Ketika orientasi atau nilai seksual perawat berbeda dengan klien maka
sesuatu yang aneh atau salah menurut perawat mungkin tampak normal dan
dapat diterima oleh klien, maka disinilah timbul bias seksual.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi bias seksual agar
tidak mengganggu proses perawatan antara lain:
a)
b)
seksual
yang
sehat
dan
dianggap
normal
adalah
cara
heteroseksual, vaginal, dan dilakukan suka sama suka. Sedangkan yang tidak
normal (menyimpang) antara lain Sodomi, homoseksual.
Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan
seksual berupa penetrasi dan ejakulasi. Padahal menurut Wahyudi (2000),
perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
hanisusanti@yahoo.com
rangsangan
seksual
(terutama
bila
mengenai
daerah
aerogen/sensitif)
Petting
merupakan
seluruh
aktivitas
non
intercourse
(hingga
Intercourse
(senggama)
merupakan
aktivitas
seksual
dengan
E. Perkembangan Seksual
Crain (2002) menyatakan bahwa Freud dalam teori psychosexualnya
membagi perkembangan seksual seseorang dalam beberapa tahap, yaitu:
Masa pranatal dan bayi
a.
b.
Pusat rangsangan pada masa ini terletak pada anusnya. Dimana anak
merasakan kesenangan ketika melakukan buang air besar karena telah
mampu mengontrol otot sphincter-nya. Mereka kadang-kadang mencoba
memasukan kembali atau menahan fesesnya dengan cara menambah tekanan
pada rektum. Mereka juga sering tertarik dengan feses yang telah
dikeluarkan dengan menjadikannya sebagai alat mainan.
Masa kanak-kanak
c.
Anak laki-laki
10
hanisusanti@yahoo.com
Dimulai dengan adanya ketertarikan terhadap penisnya. Hal ini
disebabkan penis merupakan organ yang mudah dirangsang, mudah
berubah, dan kaya akan rangsangan. Mereka ingin membandingkan
penisnya dengan laki-laki lain atau dengan binatang, sehingga ia senang
memperlihatkan penisnya.
Dia mungkin juga mencium ibunya secara agresiv, ingin tidur malam
bersama ibunya atau membayangkan ia menikahinya. Akan tetapi ia belum
membayangkan untuk melakukan senggama sehingga merasa bingung apa
yang akan dilakukan bersama ibunya.
Anak perempuan
Pada fase ini ia merasa kecewa dan marah besar dengan ibunya
karena tidak memmpunyuai penis. Ia menganggap ibunya melahirkan
kedunia dengan keadaan kurang lengkap Ia juga memiliki kedekatan yang
lebih terhadap ayahnya. Hal ini mungkin disebabkan ayahnya mulai
mengagumi kecantikannya, memanggilnya little princess serta senang
bermain-main dengannya.
d.
Pada fase ini, sebagian besar fantasi seksual tersembunyi di alam bawah
sadar mereka.
Masa pubertas
e.
11
hanisusanti@yahoo.com
f.
Adolescence
Pada saat ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih saying satu
sama lain. Adolescence mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa mereka,
bagaimana mereka di mata orang lain, dan akan menjadi apakah mereka. Mereka
mulai merasakan ketertarikan secara seksual antara satu dengan yang lain,
sampai dengan jatuh cinta.
Sedangkan dalam buku Fundamental of Nursing (Potter & Perry. 2005),
dijelaskan perkembangan seksual meliputi:
1. Masa Bayi (0-1 Tahun)
Bayi perempuan dan laki-laki memiliki kapasitas untuk kesenangan dan
Perilaku dan
respon
itu
TIDAK berhubungan
dengan
kontak
sosial.
Proses pembelajaran terjadi melalui:
12
hanisusanti@yahoo.com
Anak mulai meniru tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama,
Manipulasi genital
perilaku yang
Pada masa ini edukasi dan penekanan tentang seksualitas bisa datang
dari orang tua atau gurunya disekolah, tapi yang paling signifikan berasal
dari teman sebayanya.
Pada usia 10 tahun, banyak anak gadis dan sebagian sudah mulai
mengalami perubahan pubertas, terjadi perubahan pada tubuh mereka.
Dengan demikian mereka membutuhkan informasi yang akurat dari rumah
maupun sekolah mengenai perubahan tubuh yang dialami. Karena jika tidak
mungkin anak akan ketakutan dengan menstruasi atau emisi nokturnal yang
dianggapnya sebagai suau penyakit yang menakutkan.
Pada usia sekolah dini, anak harus diberikan informasi untuk berhatihati terhadap potensi adanya penganiayaan seksual. Beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah pelecehan seksual terhadap anaka
antara lain:
13
hanisusanti@yahoo.com
dan menceritakan
Ajarkan bahwa orang dewasa tidak selalu benar, dan semua orang
mempunyai kontrol terhadap tubuh mereka, sehingga ia dapat
memutuskan siapa yang boleh atau tidak boleh untuk memeluknya.
anak
bahwa
orang
dewasa
yang
didepan anak.
4. Pubertas dan Masa Remaja
a.
Perubahan fsik
1)
Perempuan
Ditandai
dengan
perkembangan
payudara, bisa dimulai paling muda umur 8 tahun sampai akhir usia
10 tahun.
Meningkatnya
kadar
estrogen
14
hanisusanti@yahoo.com
Menarke sangat bervariasi, dapat
terjadi pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun. Siklus
menstruasi pada awalnya tidak teratur dan avulasi mungkin tidak
terjadi saat menstruasi pertama.
2)
Laki-laki
Walaupun
mengalami
orgasme,
tetapi
mereka
tidak
akan
Ejakulasi
terjadi
pertama
kali
mungkin
saat
tidur
(emisi
b.
Perubahan psikologis/emosi
15
hanisusanti@yahoo.com
lingkungan
yang
dan
hormati
reproduktif
hendaknya
memiliki
kesehatan
pengetahuan
yang
mendalam
Sambil
mengembangkan hubungan yang intim, semua orang dewasa yang secara
seksual aktif harus belajar teknik stimulasi dan respon seksual yang
16
hanisusanti@yahoo.com
memuaskan bagi pasangannya. Mengapa ? karena pengenalan secara
stimulasi
akhir
masa
mecegah
hal
F. Respon Seksual
Menurut Masters dan Johnson (1966) siklus respon seksual terdiri dari
fase excitement, plateu, orgasmus, dan, resolusi. Pada dasarnya fase-fase
17
hanisusanti@yahoo.com
tersebut diakibatkan oleh vasokonstriksi dan miotania, yang merupakan
respons fisiologis dasar dari rangsangan seksual.
Perbandingan siklus respon pada wanita dan pria dapat dilihat pada tabel
berikut ini
WANITA
PRIA
I. EXICETEMENT : peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual
Ereksi
puting
dan
peningkatan ukuran payudara
II. PLATEU : penguatan respons fase Exitement
Pembentukan
platform
Peningkatan intensitas warna
orgasmus: pembengkakan 1/3 luar
glans
vagina dan labisa minora
Pembesaran
areola
dan
Peningkatan frekuensi denyut
payudara
jantung,
tekanan
darah,
dan
Kontraksi
involunter
Penutupan sfingter urinarius
platform orgasmik, uterus, rektal
internal
dan
spingter
uretral,
dan
Sensasi ejakulasi yang tidak
kelompok otot lain
tertahankan
Hiperventilasi
dan
Kontraksi
duktus
deferens
peningkatan frekuensi jantung
vesikel seminalis prostat dan duktud
Memuncaknya
frekuensi
ejakulatorius
jantung, tekanan darah, dan
Relaksasi
sfingter
kandung
frekuensi pernafasan
kemih eksternal
hanisusanti@yahoo.com
pernafasan
Ejakulasi
IV. RESOLUSI: fisiologis dan psikologis kembali kedalam keadaan tidak
terangsang.
Periode
refraktori
ketika
Berkeringat
Reaksi berkeringat
Wanita
mampu
kembali
mengalami orgasme karena tidak
mengalami periode refraktori
seperti yang terjadi pada pria.
Faktor Fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik,
karena
bagamanapun
ketidaknyamanan.
aktivitas
Kondisi
fisik
seks
dapat
bisa
menimbulkan
berupa
penyakit
nyeri
dan
ringan/berat,
keletihan, medikasi maupun citra tubuh. Citra tubuh yang buruk, terutama
disertai
penolakan
atau
pembedahan
yang
mengubah
bentuk
tubuh
Faktor Hubungan
Masalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan) dapat mempengaruhi
hubungan seseorang untuk melakukan aktivitas seksual.
Hal ini sebenarnya tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam
berkompromi dan bernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima
dan menyenangkan
3.
19
hanisusanti@yahoo.com
Gaya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam aktivitas seks,
ketersediaan waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dan
penentuan waktu yang tepat untuk aktivitas seks.
Penggunaan alkohol dapat menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu
dalam tahap awal seks dengan efek negatif yang jauh lebih besar dibanding
perasaan eforia palsu tersebut.
Sebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur waktu antara
bekerja dengan aktivitas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa lelah
bekerja merasa kalau aktivitas seks merupakan beban baginya.
4.
penganiayaan
fisik/emosi,
ketidakadekuatan
pendidikan
seks,
Faktor Internal
1)
2)
Pengetahuan
mengenai
kesehatan reproduksi
Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang
kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta
alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan
seksualnya
20
hanisusanti@yahoo.com
3)
Motivasi
Perilaku manusia pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau
termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Hersey & Blanchard
kesenangan,
mendapatkan
perasaan
aman
dan
Faktor Eksternal
1)
Keluarga
Menurut Wahyudi (2000) kurangnya komunikasi secara terbuka antara
orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku yang
menyimpang
2)
Pergaulan
Menurut Hurlock perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh lingkungan
pergaulannya, terutama pada masa pubertas/remaja dimana pengaruh
teman sebaya lebih besar dibandingkan orangtuanya atau anggota
keluarga lain.
3)
Media massa
Penelitian yang dilakukan Mc Carthi et al (1975), menunjukan bahwa
frekuensi menonton film kekerasan yang disertai adegan-adegan
merangsang berkolerasi positif dengan indikator agresi seperti konflik
dengan orang tua, berkelahi , dan perilaku lain sebagi manifestasi dari
dorongan seksual yang dirasakannya.
2. Exhibitionisme
21
hanisusanti@yahoo.com
Seseorang
yang
mendapat
kepuasan
sex
dengan
memperlihatkan
5. Transeksualisme
Bentuk penyimpangan seksual ditandai dgn perasaan tidak senang thp alat
kelaminnya, adanya keinginan untuk berganti kelamin
6. Voyerisme/skopofilia
Mendapat kepuasan sex dengan melihat orang telanjang (Pepping Tom)
7. Masokisme
Kebalikan dari sadisme : Seseorang yang mendapat kepuasan sex dengan
siksaan fisik / mental
8. Sadisme
Mendapat kepuasan sex dengan menyiksa partnernya secara fisik /
: Lesbian
10. zoofilia
22
hanisusanti@yahoo.com
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan abjek binatang
11. Sodomi
Kepuasan seksual dicapai dgn hubungan melalui anus
12. Nekropilia
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan objek mayat
13. Koprofilia
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan objek feses
14. Urolagnia
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan objek urine yang diminum
15. Oral Seks/kunilingus
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan mulut pada alat kelamin wanita
16. felaksio
Kepuasan seksual dicapai dgn menggunakan mulut pada alat kelamin laki2
17. Froterisme/Friksionisme
kepuasan seksual dicapai dgn cara menggosokkan penis pada pantat wanita
atau badan yang berpakaian di tempat yg penuh sesak manusia
18. Goronto
Kepuasan seksual dicapai melalui hubungan dgn lansia
Pertimbangan ekonomis
A parent subtitute
19. Frottage
Mendapat kepuasan sex dengan meraba orang yang disenangi, biasanya
tanpa diketahui oleh korbannya
20.Pornografi
Tulisan atau gambar yang khusus dibuat untuk memberi rangsangan seksual
21. Incest
Hubungan sex antara 2 orang didalam atau diluar perkawinan yang
merupakan hubungan keluarga dekat, yang secara legal tidak diinginkan
melakukan pernikahan
1.
Father Sister
2.
Brother - Sister
23
hanisusanti@yahoo.com
3.
Mother - Son
24
hanisusanti@yahoo.com
Mrp kondisi dimana terjadinya pembuangan sperma yg terlalu dini sblm
zakar melakukan penetrasi dalam liang senggama atau berlangsung ejakulasi
beberapa detik sesudah penetrasi.disebabkan kurang PD dan kegagalan hub
suami istri
6. Vaginismus
Peristiwa yang ditandai dengan kejang yg berupa penegangan atau
pengerasan yg sangat menyakitkan pada vagina atau kontraksi yg sangat
kuat shg penis terjepit dan tidak bias keluar. Hal ini dpt disebabkan oleh
kelainan organis dan psikologis (ketakutan)
7. Dispareunia
Keadaan yang ditandai dgn timbulnya kesulitan dalam melakukan senggama
atau perasaan sakit pada saat koitus. Kejadian ini dpt tjd pd saat sperma
keluar, karena kurangnya cairan vagina, dll
8. Anorgasme
Kondisi kegagalan dlm mencapai klimaks slm bersenggama, biasanya bersifat
psikis, ditandai dgn pengeluaran sperma tanpa mengalami puncak kepuasan.
Hal ini dapat disebabkan oleh factor psikis atau adanya factor organic
seperti ketidakmampuan penetrasi untuk memberi rangsangan atau vagina
yg longgar
9. kesukaran koitus pertama
Keadaan dimana terjadi kesulitan dalam melakukan koitus pertama dpt
disebabkan
oleh
kurangnya
pengetahuan
diantara
pasangan,
adanya
Diagnosing
25
hanisusanti@yahoo.com
Referensi
1. Crain, W. 1992Theorist of Development Concept and Applications. 3th ed.
New York: Engle Wood Cliffs
2. Potter & Perry. 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
26