Anda di halaman 1dari 2

HIPOPIGMENTASI PASCA INFLAMASI (SKDI 3A)

DEFINISI DAN ETIOLOGI


Hipopigmentasi pasca inflamasi adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau berhubungan
dengan dermatosis yang disertai inflamasi. Keadaan ini biasanya terjadi pada dermatitis atopik, dermatitis
eksematosa, dan psoriasis. Selain itu dapat juga terjadi pada parapsoriasis, pitiriasis likenoides kronik,
alopesia musinosa, mikosis fungoides, lupus eritematosus diskoid, liken planus, liken striatus, dan
dermatitis seboroik. (Ortonne JP, Bahadoran P, dkk: 2003)
Berbagai proses inflamasi pada penyakit kulit dapat pula menyebabkan hipopigmentasi misalnya
lupus eritematosus diskoid, dermatitis atopik, psoriasis, parapsoriasis gutata kronis, dan lain-lain.
Predileksi dan bentuk kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesuai dengan lesi primernya. Hal ini khas
pada kelainan hipopigmentasi yang terjadi sesudah menderita psoriasis. (Soepardiman L:2005)
PATOGENESIS
Hipopigmentasi pasca inflamasi terjadi karena hambatan penyebaran melanosom. Gambaran
klinis berupa makula berwarna keputihan dengan batas yang difus pada tempat terjadinya kelainan kulit
primer. (Ortonne JP, Bahadoran P, dkk: 2003)
Hipomelanosis terjadi segera setelah resolusi penyakit primer dan mulai menghilang setelah
beberapa minggu hingga beberapa bulan terutama pada area yang terpapar matahari. Patogenesis proses
ini dianggap sebagai hasil dari gangguan transfer melanosom dari melanosit ke keratinosit. Pada
dermatitis hipopigmentasi mungkin merupakan akibat dari edema sedangkan pada psoriasis mungkin
akibat meningkatnya epidermal turnover. (Ortonne JP, Bahadoran P, dkk: 2003)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang berhubungan sebelumnya . Jika
diagnosis belum berhasil ditegakkan maka biopsi pada lesi hipomelanosis akan menunjukkan gambaran
penyakit kulit primernya. (Ortonne JP, Bahadoran P, dkk: 2003)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hipopigmentasi pasca inflamasi biasanya sesuai dengan kelainan kulit yang
mendasarinya. Keadaan hipopigmentasi ini tidak akan membaik jika proses inflamasi masih terus
berlangsung. (Ortonne JP, Bahadoran P, dkk: 2003)

DAFTAR PUSTAKA
Soepardiman L. Kelainan pigmen. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi keempat. FKUI. Jakarta. 2005:289-300.
Ortonne JP, Bahadoran P, dkk. Hypomelanosis and Hypermelanosis. Dalam: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, dkk, editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Sixth edition. Mc GrawHill. New York. 2003 : 836-862.

Anda mungkin juga menyukai