Anda di halaman 1dari 4

Depresi eksogen dan endogen menurut Semiun (2005: 406,408), Pada umumnya diakui bahwa

beberapa depresi pertama-tama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal (faktor-faktor


psikologis) seperti konflik dan stres, sedangkan depresi-depresi yang lain pertama-tama
disebabkan oleh faktor-faktor internal (faktor-faktor fisiologis). Depresi yang disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal disebut depresi eksogen dan depresi yang disebabkan oleh faktor-faktor
internal disebut depresi endogen.
Suatu depresi endogen dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk dapat
berfungsi

(berpikir

lambat,

aktivitas

kurang,

terus

menerus

menangis)

dan

ketidakmampuan untuk berfungsi mengakibatkan kehilangan pekerjaan atau teman,


kehilangan itu merupakan dasar untuk depresi eksogen.
Menurut Wade dan Tavris (2007: 335), depresi mayor merupakan suatu gangguan
perasaan yang bersifat serius yang melibatkan perubahan emosi, perilaku, kognitif dan
fisik yang cukup serius, sehingga dapat mengganggu fungsi normal seseorang. Mereka
yang menderita depresi mayor akan merasa putus asa dan kehilangan harapan. Mereka
sering kali berpikir mengenai kematian atau tindakan bunuh diri, mereka merasa tidak
mampu untuk bangkit kembali dan melakukan berbagai hal. Pola pikir mereka
menyebabkan perasaan yang semakin suram. Mereka akan bersikap berlebihan terhadap
kegagalan-kegagalan kecil yang mereka alami, mereka akan mengabaikan hal-hal positif
yang terjadi, dan akan menginterpretasikan segala sesuatu yang salah sebagai bukti yang
menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengerjakan segala sesuatunya dengan
benar.
Gejala-gejala depresi menurut semiun (2005: 413-415) adalah:
Simtom-simtom utama gangguan depresif berputar di sekitar masalah-masalah

suasana hati. Individu merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan
semangat dan muram. Orang yang mengalami depresi sering juga merasa
terisolasi, ditolak dan tidak dicintai.
Simtom-simtom kognitif. Sekurang-kurangnya ada enam simtom atau proses
kognitif yang memainkan peran yang sangat penting dalam depresi. Pertama,
individu yang mengalami depresi memiliki harga diri yang sangat rendah.
Terutama yang mengalami depresi biasanya berpikir bahwa mereka tidak adekuat,
merasa rendah diri, janggal, tidak mampu, dan pada umumnya merasakan dirinya
tidak

berharga,

dan

sering

merasa

sangat

bersalah

terhadap

kegagalan-kegagalannya. Kedua, individu mengalami pesimisme. Orang yang


mengalami depresi berpendapat bahwa ia tidak akan mampu memecahkan
masalah-masalahnya dan segala sesuatu yang dilakukannya hanya akan
memburuk. Ketiga, orang-orang yang mengalami depresi memiliki motivasi yang
kurang. Karena mereka tidak percaya bahwa mereka dapat menyelesaikan
masalah-masalah mereka, maka orang-orang yang mengalami depresi tidak
melihat alasan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah mereka atau

meminta bantuan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Keempat, depresi, harga diri
yang rendah, kurangnya motivasi akan menyebar dan mencangkup lebih banyak daripada
penyebab asli depresi. Dengan kata lain, simtom kognitif yang penting dalam depresi adalah
generalisasi sikap-sikap negatif. Penelitian memperlihatkan bahwa sejauh mana orang-orang
menggeneralisasikan

masalah-masalah

mereka

ada

kaitannya

dengan

sejauh mana

hebatnya depresi yang dialami mereka (Carver & Ganellen, 1983). Kelima, dalam beberapa
kasus ada alasan untuk mengalami depresi (kegagalan dalam ujian dapat menjadi hebat dan
mengandung pengaruh-pengaruh negatif dalam jangka panjang) tetapi orang-orang yang
mengalami depresi cenderung membesar-besarkan atau melebih-lebihkan kehebatan dari
masalah tersebut dan terus-menerus menjadi pesimistik. Melebih-lebihkan kehebatan dari
masalah merupakan simtom kognitif utama dalam depresi dan dapat menjadi sangat ekstrim.
Keenam, simtom kognitif yang sangat penting dalam depresi adalah proses-proses pikiran
berjalan lambat (Miller, 1975). Individu-individu yang mengalami depresi mengalami
kekurangan motivasi atau energi mental untuk berpikir cepat dan mengatasi masalah-masalah
secara aktif.
Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai
neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari, yaitu
norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan gangguan
bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah memicu depresi
dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa kadar serotonin yang
rendah menimbulkan depresi.2
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi
akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain.
Banyak gangguan medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat
menghasilkan gejala depresi. Biasanya pasien datang dengan gangguan depresi
pertama kali pergi ke dokter umum dengan keluhan somatik, mereka mengeluh
gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan peradangan, serta penyakit medis
lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal.

BUAH PISANG mengandung tiga jenis gula alami - Sukrosa, Fruktosa dan Glukosa yang dikombinasikan
dengan FIBER, Pisang memberikan tambahan sokongan energi yang langsung cukup banyak. Penelitan
telah membuktikan bahwa dengan hanya dua buah pisang mendukung energi yang cukup untuk kuat
selama 90 menit. Tidak heran mengapa pisang merupakan buah nomor satu yang banyak dikonsumsi oleh
atlit dunia. Namun bukan hanya energi yg dihasilkan, buah pisang juga dapat menjaga tubuh selalu fit. Dan
membantu untuk mencegah beberapa penyakit, diperlukan untuk menambah diet harian kita.

Anda mungkin juga menyukai