Anda di halaman 1dari 4

Etiologi dan Patofisiologi Ranula

Ranula telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Banyak teori yang diajukan
untuk mengetahui asalnya. Hippocrates dan Celcius mengatakan bahwa kista berasal
dari proses inflamasi yang sederhana. Pare mensugestikan berasal dari glandula
pituitary yang menurun dari otak ke lidah. Ada juga yang mensugestikan bahwa kista
tersebut berasal dari degenerasi myxomatous glandula saliva. Teori yang terakhir
mengatakan bahwa kista terjadi karena Obstruksi ductus saliva dengan pembentukan
kista atau ekstravasasi (kebocoran) saliva pada jaringan yang disebabkan karena
trauma. Obstruksi ductus tersebut dapat disebabkan karena calculus atau infeksi
(Aswin Rahardja).
Pada

tahun

1973

Roediger

dan

rekannya

dapat

membuktikan

bahwa

terjadinya ranula oleh adanya penyumbatan ductus glandula saliva sehingga terjadi
penekanan sepanjang dinding saluran. Bila ada daerah yang lemah akan pecah dan
terjadi lagunar (bulatan-bulatan kecil), yang merupakan retensi saliva yang lambat
laun menjadi kista ekstravasasi (kebocoran) pada ductus glandula sublingualis atau
submandibularis, yang kadang-kadang dapat ramifikasi (percabangan) secara difus ke
leher

(Mervyn

shear).

Menurut

Robert

P.

Langlais

&

Craig

S.

Miller, Ranula terbentuk sebagai akibat terhalangnya ductus saliva yang normal
melalui ductus ekskretorius mayor yang membesar atau terputus dari glandula
sublingualis (ductus Bartholin) atau glandula submandibularis(ductus Wharton),
sehingga melalui rupture ini saliva keluar menempati jarigan disekitar ductus
tersebut. Walau terjadinya ranula yang ditulis dalam literature hingga saat ini masih
simpang siur, namun diperkirakan karena :
1. Adanya penyumbatan sebagian atau total sehingga terjadi retensi saliva sublingualis
atau
submandibularis
2. Karena suatu trauma

3. Adanya peradangan atau myxomatous degenerasi ductus glandula sublingualis (drg.


Iskandar Atmadja).

Gambaran Klinis Ranula


Tanda dan Gambaran Klinis ranula adalah sebagai berikut :

Adanya benjolan simple pada dasar mulut, mendorong lidah ke atas.


Umumnya unilateral , jarang bilateral
.
Benjolan berdinding tipis transparan, berwarna biru kemerah-merahan.
Benjolan tumbuh lambat, gambaran seperti perut katak.
Pembengkakan selain intra oral dapat juga extra oral.
Tidak ada rasa sakit kecuali meradang atau infeksi.
Bila benjolan membesar dapat mengganggu bicara, makan maupun menelan.
Benjolan oleh karena suatu sebab dapat pecah sendiri, cairan keluar, mengempes
kemudian timbul atau kambuh kembali.

Pada simple ranula benjolan terletak superficial sedangkan plunging ranula benjolan
terletak lebih dalam, bisa menyebar ke dasar otot mylohyoid , daerah submandibular ,
ke leher bahkan ke mediastinum(drg. Iskandar Atmadja).
Diagnosis Ranula
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ranula:
1.Melakukan anamnesa lengkap dan cermat
Secara

visual

Bimanual palpasi intra dan extra oral


Punksi dan aspirasi
2.Melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media, tanpa kontras media tidak berguna
Pemeriksaan mikroskopis , pemeriksaan biopsi (drg. Iskandar Atmadja)
Simple Ranula gambaran kliniknya relatif lebih khas sehingga diagnosa mudah
ditegakkan. Tampak sebagai suatu tonjolan berdinding tipis, licin, kebiruan dan
transparan. Pada palpasi terasa lunak dan fluktuasi . Kista ini terletak dibawah lidah,
pada bagian depan mulut (Aswin Rahardja).
Plunging ranula lebih sulit menegakkan diagnosanya, karena gambarannya mirip
dengan banyak struktur kistik atau pembengkakan glandula yang lain pada leher.
Tidak ada tes diagnostik khusus untuk membedakan lesi-lesi tersebut. Maka diagnosa
plunging ranula hanya tergantung pada adanya hubungan anatomi kista dengan
glandula saliva dan gambaran histopatologis dinding kista sesudah eksisi (Quick &
Lowell, 1977).
Gambaran histopatologis simple ranula yaitu dinding kista dilapisi epitel, sedangkan
plunging ranula dinding kista tanpa dilapisi epitel (Aswin
Rahardja).

Anda mungkin juga menyukai