4. Peningkatan Pribadi.
Tujuan ini dapat dilakukan melalui hubungan-hubungan antarpribadi yang berarti dan bermakna
serta yang dapat menstimulasi munculnya perilaku yang adaptif.
5. Tanggung Jawab dan Partisipasi Anggota.
Melalui Social Group Work, dapat menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai domokratis,
berlatih untuk bertanggung jawab baik secara individu, anggota kelompok, maupun anggota
masyarakat.
Melalui Social Group Work, memungkinkan orang untuk menyatakan perasaannya yang
negatif.
b.
c. Melalui Social Group Work, orang dapat menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya,
misalnya berbeda latar belakang budaya, kebiasaan, pendapat,dll.
3. Membuat keputusan.
Kapasitas ini bisa dikembangkan dengan alasan :
a. Melalui Social Group Work, anggota dapat membicarakan berbagai ide atau gagasan yang
didukung oleh fakta.
b. Melalui Social Group Work, orang dapat menerima perbedaan pendapat tanpa membenci
orang lain.
c. Melalui Social Group Work, dapat ditentukan cara melaksanakan tindakan hasil keputusan
kelompok, tanpa perasaan tidak enak dengan anggota yang lain.
d. Melalui Social Group Work, dapat membantu mengungkapkan pikiran atau gagasan dan
belajar untuk membuat keputusan yang baik.
4. Perkembangan Pribadi.
Di dalam kelompok, seseorang akan mendapat kesempatan dan pengalaman untuk bertindak,
mencapai sesuatu, dan mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.
PERBAIKAN KONDISI KELOMPOK
Seorang Pekerja Sosial yang bekerja dengan menggunakan metode Social Group Work, dapat
mempengaruhi kondisi kelompok agar lebih baik, yang dapat dilakukan dengan cara :
1. Melakukan interaksi dengan anggota kelompok secara individual.
Pekerja sosial memotivasi anggota kelompok tersebut untuk dapat menjadi model atau contoh
dalam kelompok, juga agar memiliki kekuatan dan fungsi kritis di dalam kelompoknya.
2. Melakukan interaksi dengan beberapa anggota kelompok (sub kelompok).
Pekerja Sosial mengajak beberapa anggota kelompok dan melibatkan mereka dalam perencanaan
aktivitas kelompok dan mengumpulkan informasi.
3. Melakukan interaksi dengan keseluruhan anggota kelompok.
Di sini, Pekerja Sosial berupaya untuk mengubah sifat dan tingkah laku anggota kelompok
menjadi lebih baik melalui pengalaman di dalam kelompok. Juga untuk melaksanakan tugas dan
kegiatan kelompok agar lancar dan teratur. Pekerja Sosial juga membantu kelompok dalam
penentuan norma yang berlaku dalam kelompok, membantu menyelesaikan masalah yang
muncul di dalam kelompok, serta membantumengubah kadar emosional anggota kelompok
menjadi lebih terkendali.
4. Melalui pengaruh dari lingkungan di sekitar kelompok.
Tindakan ini dilakukan Pekerja Sosial pada saat anggota kelompok tidak memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tujuan kelompok. Lingkungan di sini dapat diartikan sebagai sistem sumber
yang terdapat di sekitar kelompok, baik yang bersifat informal, formal maupun kemasyarakatan.
Ada beberapa teknik yang dapat dipergunakan dalam metode Social Group Work, diantaranya :
1. Konfrontasi.
Teknik ini dapat membantu anggota kelompok untuk mengungkapkan kecemasan-kecemasan
dan kemarahan-kemarahan yang dirasakan anggota kelompok, untuk disampaikan kepada
Pekerja Sosial. Pekerja Sosial harus mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk
memberikan respon (tanggapan) terhadap perasaan-perasaan tersebut.
2. Interpretasi.
Dengan teknik ini, diberikan kesadaran pada anggota kelompok akan adanya hubungan antara
dua rangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Perilaku salah seorang anggota kelompok
merupakan reaksi dari perilaku anggota kelompok yang lain (satu rangkaian peristiwa).
3. Atribusi.
Merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan kesadaran yang dimiliki oleh anggota kelompok
yang berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya, mengenai hakikat dan
penyebab munculnya suatu peristiwa atau kejadian.
4. Reinforcement (Memberikan Penguatan).
Pekerja Sosial membantu anggota kelompok untuk bertingkah laku tertentu yang diharapkan,
dengan cara memberi reward (hadiah) jika dia mampu melakukannya.Reward dapat berbentuk
verbal (pujian), fisik (sentuhan hangat), dan material (uang, barang).
5. Pemberian Model.
Melalui model atau contoh, Pekerja Sosial membantu anggota kelompok untuk mempelajari
tingkah laku, baik secara implisit (berbicara pelan, sanan eksplisit (observasi terhadap tingkah
laku Pekerja Sosial atau anggota kelompok lain pada saat bermain peran).
2. Mediator.
Pekerja Sosial dapat menjadi penengah perselisihan antaranggota kelompok. Pekerja Sosial harus
mampu mendengar dan melakukan komunikasi.
3. Broker.
Pekerja Sosial memusatkan bantuan pada anggota kelompok untuk menyeleksi sumber-sumber
yang diperlukan dan penggunaan sumber-sumber tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberi informasi, penjelasan dan dorongan lembaga beserta manfaatnya kepada anggota
kelompok.
4. Konferensi.
Dalam konferensi, terjadi pemenuhan konsultasi baik dua orang atau lebih oang atau bersamasama dan merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan serta membandingkan pendapat
setelah konferensi.
misalnya
mengerjakan
pekerjaan
rumah,
mengekspresikan
perasaan,
mengemukakan pendapat,dll.
2. Goal Attainment Scaling.
Merupakan suatu prosedur untuk menghitung kemajuan anggota kelompok dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat diukur dengan menggunakan skala, misalnya : sangat tidak memuaskan,
tidak memuaskan, kurang memuaskan, cukup memuaskan, memuaskan, dan sangat memuaskan.
3. Self Rating Emotional States.
Cara ini dilakukan dengan menghitung keadaan tingkat emosional dalam diri anggota kelompok.
Cara ini digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan, kejengkelan, kemarahan dan
kesenangan.Skala ynag digunakan misalnya : sangat tenang (0-24), Agak tenang (25-49), Tidak
tenang (50-74), tidak cemas (75-99), dan sangat cemas (100).