A. Pengertian
Konsep Dasar (Interaksi Sosial)
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi secara dinamis antara perorangan
dan kelompok manusia termasuk juga akibat dari hubungan tersebut. Tanpa interaksi sosial
tidak akan mungkin ada sistem sosial sehingga dapat disimpulkan bajwa interaksi akan terjadi
jika melibatkan minimal dua individu yang saling memberikan elemen stimulan dan respons.
Interaksi sosial adalah proses di mana orang-orang yang menjalin kontak dan
berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi
sosial terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan
antara kelompok dengan kelompok. Yang terpenting dalam interaksi sosial adalah
pengaruh timbal balik.
tidak begitu saja bisa langsung diterima dan dimengerti oleh semua
orang, melainkan harus terlebih dahulu ditafsirkan. Anda juga bisa
mempelajari interaksi sosial dengan pendekatan tertentu. Salah
satu pendekatan tersebut adalah interaksionisme simbolik (simbolic
interactionism). Pendekatan ini bersumber pada pemikiran George
Herbert Mead. Kata interaksionisme menunjukkan bahwa sasaran
pendekatan ini adalah interaksi sosial, sedangkan kata simbolik merujuk
pada penggunaan simbol-simbol pada interaksi sosial tersebut. Menurut
Leslie White (Ritzer, 1992), simbol merupakan sesutau yang nilai atau
maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya.
Makna atau nilai itu tidak berasal dari atau ditentukan oleh ciri-ciri yang
secara intinsik terdapat di dalam bentuk fisiknya. Seperti sudah saya
jelaskan pada paragraph di atas bahwa makna atau niali suatu simbol,
menurut White, hanya dapat ditangkap melalui cara-cara nonsensoris,
yaitu melalui proses penafsiran. Herbert Blumer (Poloma, 1992), salah
seorang penganut pemikiran Mead, pokok pikiran interaksionisme
simbolik ada tiga: pertama, bahwa manusia bertindak (act) terhadap
sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu
tersebut baginya. Saya ambil contoh tindakan seorang muslim ketika
menyembelih ayam dan tindakan seorang pedagang ayam non muslim
karena makna menyembelih ayam bagi orang muslim dan non muslim
berbeda; Kedua, makna yang dipunyai sesuatu berasal atau muncul
dari interaksi sosial. Marilah kita ambil contoh warna merah dan putih.
Bagi masyarakat di luar Indonesia memaknai warna merah dan putih
sebagai warna biasa saja, tetapi bagi masyarakat Indonesia warna
merah putih mempunyai makna sebagai warna bendera pusaka yang
harus dihormati dan dijunjung tinggi; Ketiga, makna diperlakukan atau
diubah melalui proses penafsiran (interpretative process) yang
digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Makna
yang muncul dari interaksi sosial tidak begitu saja diterima, melainkan
ditafsirkan terlebih dahulu. Apakah seseorang perempuan akan
menerima atau tidak ajakan makan malam dari teman laki-lakinya atau
tidak tergantung dari itikad baik atau buruk dari laki-laki tersebut.
Pendekatan lain dikemukakan oleh W.I. Thomas tentang definisi situasi.
Berbeda dengan pendekatan behavioristik bahwa interaksi manusia
merupakan pemberian tanggapan (respon) terhadap rangsangan
(stimulus). Menurut Thomas, seseorang tidak langsung memberikan
tanggapan ketika mendapatkan rangsangan dari luar. Tindakan
seseorang selalu didahului suatu tahap penilaian dan pertimbangan atau
rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang dinamakan definisi
situasi atau penafsiran situasi. Dalam proses ini seseorang memberikan
makna pada rangsangan yang diterimanya itu.
Masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan mereka masingmasing sehingga terjadilah proses saling penyesuaian kebudayaan di
antara mereka
Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi, yaitu:
Sikap dan kesediaan menenggang
Sikap mengahargai orang asing beserta kebudayaannya
Kesempatan di bidang ekonomi seimbang
Golongan penguasa bersikap terbuka terhadap golongan minoritas
Kesamaan dalam berbagai unsur kebudayaan
Perkawinan campuran
Musuh bersama dari luar
Selain faktor-faktor yang mempermudah asimilasi, ada pula faktor-faktor
yang menghambat asimilasi, yaitu:
Terisolasinya suatu kebudayaan tertentu dalam masyarakat
Kurangnya pengetahuan golongan tertentu mengenai kebudayaan
golongan lain
Kelompok tertentu merasakan takut terhadap kebudayaan kelompok
lain
Adanya perasaan superior kelompok tertentu sehingga meremehkan
kelompok lain
Perbedaan ciri bandaniah antarkelompok
Adanya perasaan in-group (kelompok) yang kuat
Adanya sikap diskriminatif golongan yang berkuasa
Perbedaan kepentingan dan pertentangan-pertentangan pribadi
d). Amalgamasi
Bila asimilasi mengandung pengertian adanya peleburan atau
pembauran dua kebudayaan atau kehidupan sosial, amalgamasi
mengandung pengertian pembauran biologis dua kelompok manusia
yang masing-masing memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda, sehingga
keduanya menjadi satu rumpun. Meskipun ciri-ciri fisik yang berbeda itu
jarang sekali hilang sepenuhnya, namun pembauran semacam itu telah
banyak terjadi, sehingga kita sulit menemukan adanya suatu kelompok
individu yang besar dan merupakan tipe kelompok ras yang asli. Pada
masyarakat kita tidak jarang ditemukan perkawinan terjadi baik
antaretnik maupun antarras. Misalnya, perkawinan antara etnik Jawa
dengan etnik Tionghoa, etnik Jawa dengan orang-orang Eropa, dan
sebagainya. Sementara itu, menurut Soerjono Soekanto (1992), proses
sosial yang disosiatif dalah interaksi sosial yang mengarah pada
perpecahan. Ada tiga bentuk proses sosial yang disosiatif, yaitu:
a). Kompetisi/Persaingan
Untuk memahami kompetisi atau persaingan ini saya akan mengajak
Anda untuk memperhatikan definisi di bawah ini:
Apa yang menyebabkan individu-individu atau kelompokkelompok saling berkonflik? Jawabannya tentu banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya konflik-konflik tersebut. Salah satu penyebab
terjadinya konflik adalah perbedaan kepentingan. Contoh: konflik antara
buruh dengan majikan. Konflik juga disebabkan karena perbedaan
kebudayaan. Konflik karena perbedaan kebudayaan ini tidak hanya
melibatkan individu, juga melibatkan kelompok, bahkan melibatkan
antarnegara. Kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
kepribadian dan perilaku di antara penganut kebudayaan-kebudayaan
itu. Misalnya, konflik yang terjadi antara etnik Dayak dan Melayu dengan
etnik Madura di Kalimantan. Selain itu, perbedaan-perbedaan keyakinan
atau kepercayaan. Contoh: konflik antara aliran Ahmadyah dengan
kelompok Islam tententu.
c). Kontraversi
Pernahkah kita melihat seorang teman mengejek teman, mengganggu,
memfitnah, menakut-nakuti, dan sebagainya. Tindakan-tindakan
tersebut merupakan contoh-contoh dari apa yang disebut kontraversi.
Dalam kontraversi terdapat usaha untuk merintangi pihak lain mencapai