A.
Kebutuhan lansia di
komunitas sama bedanya dan ragamnya dengan individu lansia. Pemahaman menyeluruh
terhadap isu yang dihadapi lansia dikomunitas, yang mencoba mempertahankan kemandirian
dikomunitasnya sendiri, adalah suatu landasan dalam membangun komunitas, sehingga lansia
komunitas tersebut merasa puas dalam menjalani hidupnya.
B.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HUKUM
A.
LANDASAN TEORI
Transportasi merupakan kepentingan utama bagi lansia karena memungkinkan mereka
tetap mandiri. Layanan perumahan, medis, keuangan, dan layanan social hanya akan berguna
jika transportasi dapat membuat layanan itu terjangkau bagi mereka yang membutuhkan. Dua
faktor yang memiliki pada kebutuhan lansia akan transpotrasi adalah pendapatan dan status
kesehatan. Beberapa lansia yang selalu mengendarai mobil, mereka akhirnya menyadari
bahwa mereka sudah tidak dapat lagi melakukannya. Biaya pembelian dan pemeliharaan
kendaraan bermotor yang selalu meningkat terkadang menjadi penghalang bagi pendapatan
tetap. Selain itu selain pertambahan usia muncul permasalahan fisik yang membatasi
kemampuan seseorang untuk mengoperasikan kendaraan dengan aman. Juga mereka yang
mengalami disabilitas ekstrem juga mungkin mereka menyadari bahwa mereka akan
memerlukan kendaraan yang di modifikasi (untuk mengakomodasi disabilitas mereka ) atau
transportasi khusus (mis, kendaraan yang dapat memuat kursi roda).
Mereka yang dapat menggunakan transportasi sekarang, baik kendaraan sendiri atau umum.
b.
Mereka yang dapat menggunakan transportasi umum jika kendala biaya dan akses ( tidak
tersedianya layanan) dihilangkan.
c.
Mereka yang memerlukan layanan khusus di luar yang tersedia melalui transporrtasi umum
Ketiadaan layanan transportasi memndorong sejumlah organisasi swasta dan umum
untuk melayani lansia untuk menyediakan layanan transportasi.
Solusi ideal untuk memenuhi kebutuhan transportasi lansia menurut Arcley mencakup
4 komponen :
1)
2)
Subsidi untuk menjamin jadwal dan rute yang mencukupi dari transpotrasi umum saat ini
3)
Ongkos taksi yang disubsidi bagi mereka yang lumpuh tak berdaya
4)
Dana untuk pusat lansia guna membeli dan melengkapi kendaraan-kendaraan untuk
mengangkut lansia secara layak, terutama di dearah pedesaan.
B.
LANDASAN HUKUM
AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving Program untuk membantu pengendara
berusia lanjut meningkatkan kemampuan berkendaranya, mencegah tabrakan kendaraan, dan
menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP,1999a). AARP juga menerbitkan Older Driver
Assesment and Resource Guide (panduan pengkajian dan sumber pengemudi lansia) yang
disediakan secara gratis. Pengemudi yang berusia lanjut harus mengacu pada sumber ini atau
sumber lain yang ada di komunitas.
Pasal-pasal yang mengatur tentang aksesibilitas bagi lanjut usia
(1)
Pasal 18
Pemerintah memberikan kemudahan dalam pelayanan administrasi pemerintahan kepada
lanjut usia untuk:
a.
b.
c.
d.
melaksanakan pernikahan;
e.
(2)
Pasal 19
(1)
Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya
kepada lanjut usia untuk:
a.
b. akomodasi;
c.
pembayaran pajak;
Pasal 20
(1)
Pasal 21
(1) Pemerintah dan masyarakat menyediakan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus kepada
lanjut usia dalam bentuk:
a. penyediaan tempat duduk khusus di tempat rekreasi;
b. penyediaan alat bantu lanjut usia di tempat rekreasi;
c. pemanfaatan taman-taman untuk olehh raga;
d. penyelenggaraan wisata lanjut usia;
e. penyediaan tempat kebugaran.
(2) Ketentuan mengenai penyediaan fasilitas rekreasi dan olah raga khusus sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai bidang tugasnya masing-masing dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku
Paragraf Kedua
Kemudahan Dalam Penggunaan
Sarana dan Prasarana Umum
Pasal 22
Setiap pengadaan sarana dan prasarana umum oleh Pemerintah dan/atau masyarakat
dilaksanakan dengan menyediakan aksesibilitas bagi lanjut usia.
Pasal 23
Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan prasarana umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan lingkungan yang
lebih menunjang lanjut usia dalam melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara
wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pasal 24
Penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia pada sarana dan prasarana umum dapat berbentuk:
a.
fisik;
b.
non fisik.
Pasal 25
(1)
Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf
a, dilaksanakan pada sarana dan prasarana umum yang meliputi:
a. aksesibilitas pada bangunan umum;
b. aksesibilitas pada jalan umum;
c. aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi;
d. aksesibilitas pada angkutan umum.
(2)
Penyediaan aksesibilitas yang berbentuk non fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
huruf b meliputi:
a. pelayanan informasi;
b. pelayanan khusus.
Pasal 26
Aksesibilitas pada bangunan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf a,
dilaksanakan dengan menyediakan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
tempat telepon;
g.
tempat minum;
h.
Pasal 27
Aksesibilitas pada jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf b,
dilaksanakan dengan menyediakan:
a.
jembatan penyeberangan;
f.
terowongan penyeberangan.
Pasal 28
Aksesibilitas pada pertamanan dan tempat rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) huruf c, dilaksanakan dengan menyediakan:
a.
b.
c.
d.
tempat telepon;
e.
tempat minum;
f.
toilet;
g.
Pasal 29
Aksesibilitas pada angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) huruf d,
dilaksanakan dengan menyediakan:
a.
tangga naik/turun;
b.
c.
alat bantu;
d.
Pasal 30
Pelayanan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, dilaksanakan
dalam bentuk penyediaan dan penyebarluasan informasi yang menyangkut segala bentuk
pelayanan yang disediakan bagi lanjut usia.
Pasal 31
Pelayanan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf b, dilaksanakan
dalam bentuk:
a.
penyediaan tanda-tanda khusus, bunyi dan gambar pada tempat-tempat khusus yang
disediakan pada setiap sarana dan prasarana pembangunan/fasilitas umum;
b. penyediaan media massa sebagai sumber informasi dan sarana komunikasi antar lanjut usia.
Pasal 32
(1) Penyediaan aksesibilitas oleh Pemerintah dan masyarakat dilaksanakan secara bertahap
dengan memperhatikan prioritas aksesibilitas yang dibutuhkan lanjut usia dan disesuaikan
dengan kemampuan keuangan Negara.
(2) Sarana dan prasarana umum yang telah ada dan belum dilengkapi dengan aksesibilitas wajib
dilengkapi dengan aksesibilitas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.
(3) Prioritas aksesibilitas yang dibutuhkan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan dari Menteri lain sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.
Pasal 33
Standardisasi penyediaan aksesibilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Pasal 25, Pasal
26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32, ditetapkan oleh Menteri
terkait sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya masing-masing.
BAB III
TRANSPORTASI DAN AKSESIBILITAS
LANSIA
A.
PERMASALAHAN
-
Aksesibilitas
Aksesibilitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan adalah tantangan bagi para
lansia, terutama lansia miskin yang tinggal di daerah pedesaan. Banyak diantara para lansia
tidak memiliki perencanaan adekuat untuk pengeluaran medis sering kali menyertai penyakit
kronik yang mereka alami. Lansia sering kali mengalamo keterbatasan dalam merngakses
layanan preventif.
Tanggungan biaya darin medicare, asuransi kesehatan utama untuk lansia, sering kali
sangat kecil untuk menutupi biaya promosi kesehatan dan pelayanan preventif. Tanggungan
biaya dari Medicare sering kali sulit dipahami, dan kadang-kadang lansia dibiarkan untuk
membayar pelayanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab Medicare. Selain itu banyak
biaya terkait kesehatan yang penting, seperti biaya obat yang diresepkan ketika rawat jalan
tidak ditanggung oleh Medicare.
Telah diketahui secara umum bahwa lansia adalah pengkonsumsi terbesar obat-obatan
yang diresepkan dan seringkali membayar semua biaya obat-obatan tersebut. Selain itu,
banyak fasilitas yang ditawarkan Medicare tidak menyediakan dana tambahan untuk
menanggung biaya obat-obatan yang diresepkan atau pengeluaran medis lainnya. Banyak
lansia melaporkan bahwa mereka tidak memiliki makanan karena uangnya digunakan untuk
membayar pengobatan. Walaupun program Medicaid disediakan bagi masyarakat lansia
berpenghasilan rendah, tetapi karena persyaratan pengajuannya yang sulit dipenuhim, banyak
lansia tidak dapat mengakses asuransi kesehatan dari Medicaid. Walaupun rentang pelayanan
yang kontinue diperlukan oleh populasi lansia dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya,
tetapi tidak semuanya tersedia untuk lansia diberbagai lingkungan, sehingga kondisi ini dapat
menimbulkan potensi ketidaksinambungan pelayanan.
Pelayanan preventif untuk lansia sering kali terabaikan, karena banyak penyedia
layanan tidak melihat adanya keuntungan yang dihasilkan dari layanan ini dalam tahun-tahun
terakhir dari rentang kehidupan manusia. Isu yang berhubungan dengan hal ini adalah
rekrutmen dan pelatihan professional kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan dan
medis kepada para lansia. Bagaimanapun, profesi perawat telah memiliki pengalaman dan
telah mengikuti pendidikan lanjutan praktik keperawatan gerontology dan perawatan klien
dewasa, seiring dengan dimasukkannya mata kuliah geriatric dalam kurikulum pendidikan
keperawatan. Biaya dari pelayanan kesehatan alternative seperti akupuntur dan pengobatan
herbal mungkin tidak ditanggung oleh asuransi. Medicare dari Managed Care saat ini
disediakan bagi lansia dalam bentuk asuransi tambahan medicare, yang menyediakan
tanggungan biaya untuk pelayanan tertentu yang tidak ditanggung oleh medicare. Popuilasi
lansia sering kali membutuhkan bimbingan dalam memilih asuransi tambahan. Medicare
yang menjadi pilihan terbaik dalam memenuhi kebutuhannya.
-
Transportasi
Transportasi menuju sarana kesehatan adalah isu lain yang mempengaruhi
aksesibilitas lansia terhadap pelayanan kesehatan, terlebih lagi bagi lansia yang tinggal di
daerah pedesaan yang sangat sulit dijangkau karena sarana transportasinya yang kurang.
Lansia sering kali bergantung pada teman, anggota keluarga, dan pengemudi taksi.
Jatuh adalah penyebab kecelakaan terbesar pada lansia yang berusia di atas 70 tahun.
Diperkirakan sekitar dua pertiga kejadian jatuh pada lansia dapat dicegah. Walaupun jatuh
tidak menjadi masalah serius jika dialami oleh individu yang lebih muda, tetapi lansia dapat
menimbulkan efek yang membahayakan. Faktor risiko yang umum dari jatuh adalah
penggunaan obat-obatan atau alcohol, kondisi fisik yang buruk, perubahan ketajaman
penglihatan, gangguan telinga dalam, masalah pada kaki, gangguan gaya berjalan dan
keseimbangan, dan hal-hal yangb membahayakan di sekitar rumah dan komunitas.
Beberapa alat pengkajian resiko jatuh telah dikembangkan dan tersedia secara luas.
Skor dapat dihitung dan ditinjau ulang bersdama lansia untuk merencanakan strategi
pencegahan jatuh. Selain itu, lansia juga berisiko mengalami cedera akibat kecelakaan ketika
berkendara, kebakaran, medikasi yang berlebih, dan hipo atau hipertermi. Penurunan
ketajaman penglihatan, gangguan keseimabangan, penurunan kekuatan otot, dan penurunan
waktu reaksi menghilangkan kemampuan lansia untuk menginterpretasikan lingkungan
mereka. Perawat kesehatan komunitas berada dalam posisi yang sangat tepat untuk
memfasilitasi program pencegahan jatuh pada keseluruhan komunitas dan individu, dengan
target para lansia.
B.
PEMECAHAN MASALAH
-
Aksesibilitas
Pelayanan masyarakat diberbagai bidang agar dapat dicapai dengan mudah oleh para
lanjut usia seperti pelayanan kesehatan, tempat rekreasi, fasilitas pendidikan dan lain-lain.
Bila mungkin mereka dibebaskan dari biaya pelayanan (sebagian fasilitas sudah memberi
kebebasan atau potongan / keringanan.
Perawat dapat memainkan peran kunci selama perdebatan mengenai medicare dan
Reformasi Pengaman Sosial (RPS) dengan meningkatkan cakupan program pembiayaan
pelayanan kesehatan, bukan hanya mencegah penyakit, tetapi juga menjaga tabungan para
lansia agar tidak habis untuk membayar pelayanan kesehatan yang menyebabkan mereka
jatuh miskin dan menjadi lebih menderita lagi jika mereka sudah berada dalam kemiskinan.
Pada kenyataannya lansia tidak ingin dibedakan atau diperlakukan khusus.
Penyediaan sarana yang aksesibel untuk semua akan membuat lansia lebih mandiri dan tidak
takut terisolasi/terjebak difasilitas umum, termasuk sarana pariwisata dan rekreasi.
Transportasi
Para lanjut usia khususnya didaerah pedesaan sering tidak dapat menggunakan
fasilitas umum karena berkurangnya mobilitas mereka. Maka prioritas pertama adalah
memungkinkan bagi para lanjut usia untuk dapat bergerak lebih bebas dengan menyediakan
fasilitas untuk menjalankan fungsinya.
Seiring dengan peningkatan jumlah lansia, jumlah pengendara lansia juga meningkat.
Direkomondasikan
agar
pengendara
lansia
belajar
mengemudi
kembali
untuk
mereka
dalam
mengemudi,
termasuk
pemeriksaan
penglihatan
atau
pendengaran dan evaluasi perubahan fisik lainnya yang dapat memengaruhi mereka dalam
berkendara. Dorong lansia untuk menanyakan kepada keluarga dan teman jika mereka
khawatir terhadap kemampuan berkendara.
fasilitas khusus untuk para lansia t untuk memudahkan mereka menggunakan fasilitas
tersebut, sebagai contoh adalah pada sarana transportasi umum seperti bus dan kereta,
disediakan tempat duduk yang diprioritaskan untuk lansia dan orang cacat. Kalau kita
menekan tombol khusus pada elevator, maka pintu akan terbuka lebih lama sehingga
memberi waktu yang cukup bagi lansia ataupun pengguna kursi roda untuk masuk tanpa ada
orang lain membantu menekan tombol. Bagi tuna netra, pada lantai stasiun kereta api, di
depan pintu lift maupun depan tangga escalator ada jalur yang tidak mulus yang menjadi
tanda sudah dekat counter, lift, escalator, dan sebagainya.
BAB II
ISI
A. Tinjauan Teori
Berdasarkan UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dikatakan tentang
pengertian lanjut usia yaitu :
1. Lanjut Usia yang selanjutnya disingkat Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun atau lebih.
2. Kesejahteraan Lansia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial yang diliputi
oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman Iahir batin yang memungkinkan para
Lansia memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya dengan
menjunjung tinggi hak azasi manusia.
3. Lansia Potensial adalah Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan / atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan / atau jasa.
Sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
mengamanatkan bahwa pemerintah dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan
sosial kepada lanjut usia. Dalam memberikan pelayanan sosial berdasarkan pada filosofi dan
nilai sosial budaya masyarakat Indonesia yang berasas Three Generation in One Roof yang
mengadung arti adanya pertautan yang bernuansa antar tiga generasi yaitu anak, orang tua
dan kakek/nenek.
Dasar hukum dalam memberikan pelayanan sosial Lanjut Usia antara lain :
1. UU No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
2. UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
3. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. UU No. 33 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah
5. Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia
6. Keputusan Presiden No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia
7. Keputusan Presiden No. 93/M Tahun 2004 tentang Keanggotaan Komisi Nasional Lanjut
Usia
Beberapa permasalahan yang di hadapi para Lanjut Usia antara lain :
1. Perubahan dan pergeseran nilai budaya masyarakat sehingga lanjut usia kurang mendapat
perhatian.
2. Perubahan bentuk keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga inti.
3. Terbatasnya aksepsibilitas lanjut usia sehingga mobilitas sangat terbatas
4. Mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial yang disebabkan karena terjadinya
degeneratif pada lanjut usia
5. Terbatasnya hubungan dan komunikasi lanjut usia dengan lingkungan
6. Kesempatan dan produktifitas kerja menurun
7. Pada umumnya lanjut usia rawan terhadap penyakit
8. Terbatasnya kemampuan di dalam memanfaatkan dan mendayagunakan sumber-sumber
yang ada. (http://www.madiunkab.go.id)
Isu-isu lain yang terkait dengan kelanjut usiaan antara lain adalah:
1. Belum adanya data lanjut usia yang akurat.
2. Masih terjadinya duplikasi pelaksanaan program pelayanan sosial.
3. Jumlah lembaga pelayanan sosial lanjut usia tidak sebanding dengan jumlah dan
kompleksitas permasalahan lanjut usia.
4. Kurangnya informasi mengenai program dan pelayanan sosial kepada masyarakat.
5. Penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada prasarana dan saranan umum masih sangat
terbatas (Depsos, 2008)
Menurut UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia BAB III pasal 5 tentang
hak dah kewajiban lansia yang berbunyi :
1. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiratual
b. Pelayanan kesehatan
c. Pelayanan kesempatan kerja
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saranan dan prasarana umum
f. Kemudahanan dalam layanan dan bantuan hukum
g. Perlidungan sosial
h. Bantuan sosial
Dalam UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Pasal 11 salah satunya
di terangkan bahwa pemerintah harus berupaya dalam peningkatan kesejahteraan sosial bagi
lanjut usia potensia yang meliputi pelayanan untuk pelayanan untuk mendapatkan kemudahan
dalam penggunaan fasilitas, sarana dan prasarana umum.
Berdasarkan undang undang di atas seharusnya indonesia bisa menyeimbangkan kebutuhan
dasar manusia antara kehidupan anak anak, dewasa, dan lansia. Tidak memandang lansia
tersebut sebelah mata dan menghilangkan image di masyarakat tentang sudah bau tanah
masih dipikirkanan juga.
Berdasarkan peraturan PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5
TAHUN 2007 pasal 24 Tentang KESEJAHTERAAN LANJUT USIA pada sub Bab
Kemudahan dalam Penggunaan Sarana dan Prasarana Umum, Penyediaan aksesibilitas yang
berbentuk fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a, dilaksanakan pada sarana dan
prasarana umum yang meliputi:
a. Aksesibilitas pada bangunan umum;
Tinggal di panti merupakan alternatif terakhir bagi mereka yang memerlukan dengan
kerelaan dan ketulusan hati (bukan paksaan).
6. Aksesibilitas
Pelayanan masyarakat diberbagai bidang agar dapat dicapai dengan mudah oleh para lanjut
usia seperti pelayanan kesehatan, tempat rekreasi, fasilitas pendidikan dan lain-lain. Bila
mungkin mereka dibebaskan dari biaya pelayanan (sebagian fasilitas sudah memberi
kebebasan atau potongan / keringanan.
7. Mengikutsertakan Lanjut usia (Enganging the Elderly)
Mendorong ikatan antar generasi, semua anggota keluarga, tetangga, masyarakat serta lanjut
usia, agar semuanya saling membantu untuk meningkatkan kesejahteraan. Mendorong
mereka untuk membantu kaum muda yang cacat serta berperan sebagai kakek atau nenek
asuh yang bijaksana dan penuh ketauladanan.
8. Mobilitas
Para lanjut usia khususnya didaerah pedesaan sering tidak dapat menggunakan fasilitas
umum karena berkurangnya mobilitas mereka. Maka prioritas pertama adalah memungkinkan
bagi para lanjut usia untuk dapat bergerak lebih bebas dengan menyediakan fasilitas untuk
menjalankan fungsinya.
9. Produktivitas
Kenyataan membuktikan bahwa sebagian besar para lanjut usia mempunyai tingkat kesehatan
yang baik, untuk itu mereka perlu didorong agar secara ekonomik masih produktif. Berbagai
kegiatan yang dapat memberikan kesempatan bagi lanjut usia untuk produktif perlu
difasilitasi sehingga tidak memberi peluang untuk menganggur dan menarik diri dari
kehidupan bermasyarakat, terkecuali bagi mereka yang kondisinya tidak memungkinkan.
9. Memelihara diri sendiri dan dipelihara oleh keluarga
Menyertakan lanjut usia dalam upaya pemeliharaan kesehatan dirinya serta membantu
keluarga yang ada anggota lanjut usia, agar mereka aktif merawat lanjut usia di rumah.(Drs.
H. Zainuddin Sri Kuntjoro, Mpsi)
Pelayanan transportasi untuk lansia di indonesia cukup minim dan bahkan harus di tingkatkan
seperti:
1. Di setiap panti jompo di indonesia ternyata belum semuanya terdapat ambulace dan mobil
rekreasi. Hal ini sangat di khawatirkan apabila suatu saat mereka sangant membutuhkannya
untuk mengetahui kesehatannya atau pun saat terjadi kasus kegwatan yang membuatnya di
rawat inap di banjarmasin, sedangkan mobil ambulan pun mereka tidak mempunyai.
2. Saat menggunakan transportasi angkutan umum contohnya di banjarmasin, masih terdapat
lansia yang terkadang naik tidak di bantu dan turun pun tidak di bantu oleh sopir, kernek,
ataupun penumpangnya.
3. Tarif transportasi di banjarmasin ternyata sama saja dengan dewasa, tidak seperti remaja
pelajar dan mahasiswa atau pun anak anak.
4. Akses jalan raya pun sering di temukan tidak begitu bagus dan ternyata ada beberapa panti
yang bertempat di sudut sudut kota yang terkadang sulit terjangkau.
5. Asuransi transportasi untuk lansia di Indonesia bisa di katakan tidak ada.
Lain halnya dengan negara negara maju yang ternyata lebih memperhatikan dan
menghormati para lansianya. Negara negara maju tersebut meiliki keunggulan dari negara
Indonesia yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita seperti di ungkapkan seorang ners yang
bernama Dwi Nurviyandari Kusuma Wati telah kembali ke Indonesia setelah sekian lama
berada di sekolah Ilmu Kesehatan di Kagoshima University pada jurusan komunitas
keperawatan (program master selama dua tahun) :
1. .
2. Rumah Jompo (Nursing Home), Layanan harian untuk Lansia (Day Service), pusat
rehabilitasi dan Rumah sakit khusus Lansia adalah pelayanan Lansia yang banyak ditemui di
Jepang. Rumah Jompo adalah pelayanan untuk Lansia dengan tingkat ketergantungan
perawatan yang tinggi (fisik lemah), mereka tinggal di fasilitas tersebut sampai waktu yang
tidak ditentukan. Pada umumnya mereka berada di Panti Jompo sampai akhir hidupnya.
3. Fasilitas pelayanan kesehatan untuk Lansia di tunjang oleh tim kesehatan yang bekerja
secara professional. Tim kesehatan terdiri dari dokter, perawat, care manager, care worker,
physical therapy, occupational therapy, pharmacist dan nutritionist. Tim kesehatan bekerja
sama dalam setiap fasilitas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna untuk
Lansia.
4. Asuransi keselamatan dalam bertransportasi
Jepang adalah ocus berkembang yang sudah mengatur dengan baik pelayanan kesehatan
untuk Lansia. Indonesia masih jauh tertinggal karena memang saat ini prioritas pelayanan
kesehatan Indonesia masih ocus pada pelayanan kesehatan Ibu dan anak juga penyakit
infeksi, namun demikian tidaklah salah bila kita melihat jauh ke depan dan belajar dari yang
telah dipraktekkan Jepang dalam memgembangkan program pelayanan kesehatan untuk
Lansia.
Jaminan hari tua bagi lansia yang belum ada itu merupakan masalah besar di Indonesia.
Berbeda dengan di negara maju seperti Jepang, yang memperhatikan kebutuhan lansia.
Karena dana yang dikeluarkan Pemerintah Jepang cukup banyak saat ini, negara itu mulai
mengeluhkan biaya kesehatan untuk lansia.
Ini adalah tugas pemerintah dan tuga kita sebagai orang yang berada pada lingkungan Tim
kesehatan yang harus memperbaiki keadaan pelayanan kesehatan di Indonesia ini.
Perawatan Lansia bukanlah hal baru di Indonesia, saat ini dapat kita temui beberapa fasilitas
panti jompo yang dikelola oleh Departemen Sosial atau swasta. Kualitas pelayanan, jenis
pelayanan dan jangkauan oleh Lansia adalah hal penting yang harus kita tingkatkan, agar
tujuan meningkatnya kualitas hidup Lansia (Quality of Live/ QOL) dapat dicapai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Lanjut Usia yang selanjutnya disingkat Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun atau lebih
2. Dasar hukum dalam memberikan pelayanan sosial Lanjut Usia antara lain :
UU No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosia UU No.13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, UU No. 33 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia, Keputusan Presiden No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional
Lanjut Usia, Keputusan Presiden No. 93/M Tahun 2004 tentang Keanggotaan Komisi
Nasional Lanjut Usia
3. Berdasarkan UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dapat di ambil
kesimpulan yang di butuhkan oleh lansia adala Mabulas dan mobil rekreasi khusus berada
pada panti jompo dan beberapa transport lain.
4. Pelayanan kesehatan di Negara jepang lebih maju di bandingkan Indonesia, hal ini dapt
menjadi pelajaran bagi pemerinyah agar dapat belajar dan memperbaiki pelayanan kesehatan
terutama pada lansia
B. SARAN
1. Pemerintah :
a. Meningkatkan dan menata kembali pelayanan kesehatan poada lansia
b. Langsung terjun ke lapangan agar dapt amengetahui kebutuhan para lansia tersebut
2. Dinas terkait :
a. Meningkatkan dan menata kembali apa apa saja yang menjadi kekurangan pada
pelayanan lansia
b. Menyeimbangkan kebutahan lansia, anak anak, dan dewasa
c. Memperhatikan dan mempermudah akses kesehatan lansia, demi terciptanya indonesia
sehat 2010.
d. Akses kesehatan gratis untuk lansia
e. Penanganan cepat untuk lansia
3. Tim kesehatan
a. Mengoptimalkan ke profesionalan kerja
b. Dalam pelayanan untuk lansia Lebih menghormati dan memberikan penangan yang
professional kepada lansia
4. Masyarakat
a. Ikut membantu program proram pemerintah
b. Ikut membina lansia
DAFTAR PUSTAKA
Depsos (2003), Pedoman Umum Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Jakarta: Depsos
RI
Depsos (2008), Kebijakan dan Program Pelayanan dan Perlindungan Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia, Jakarta: 2008
Suharto, Edi (2008c), Trend Lansia dan Pelayanan Sosial yang Harus Disediakan: Perspektif
Pekerjaan Sosial , makalah yang disajikan pada Lokakarya Kelanjut Usiaan dan Pelayanan
Sosial Modern, Depsos RI, Bogor 23 Maret
Undang undang Republik Indenesia 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Undang undang republik Indonesia No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial
Beberapa jurnal internet :
www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp
www.glorianet.org/arsip/b3348.html
http://indonesiannursing.com/tag/askep/