Anda di halaman 1dari 63

4

2.1.1 Pengertian Dasar Milling


Proses cutting conventional dengan menggunakan mesin milling, dihasilkan
suatu permukaan yang rata atau bentuk –bentuk lain yang spesifik ( profil, radius,
silindris, dan lain – lain ) dengan ukuran dan kualitas tertentu dan menyisakan chip.
Prinsip pengerjaannya yaitu proses pemotongan benda kerja yang diam dengan
meja yang bergerak menuju alat potong yang berputar.
Tujuannya yaitu menghasilan benda kerja dengan permukaan yang rata atau
bentuk – bentuk lain yang spesifik ( profil, radius, silindris, dan lain – lain ) dengan
ukuran dan kualitas tertentu.

2.1.2 Gerakan Mesin Milling dan Arah Pemakanan


Seperti yang telah dijelaskan pada prinsip kerja, pada mesin milling alat potong
bergerak berputar pada sumbunya. Gerakan-gerakannya ada tiga macam, yaitu:
1. Gerakan utama
Gerakan berputarnya alat potong pada spindle utama. Satuan yang digunakan adalah
rpm ( rotasi per menit ) dan simbolnya n.
2. Gerakan pemakanan ( Feeding )
Gerakan benda kerja pada waktu proses pemotongan. Satuan yang digunakan adalah
mm / menit dan simbolnya s.
3. Gerakan setting ( Depth of Cut )
Gerakan mendekatkan benda kerja pada alat potong. Satuan yang digunakan adalah mm
dan simbolnya a / t.
Dalam proses mesin milling memiliki prinsip pemakanan yang perlu
diperhatikan oleh operator karena sangat mempengaruhi kualitas benda kerja baik nilai
kekasaran atau kualitas cutter.
Prinsip pemotongan pada mesin miling :
1. Pemotongan Face Cutting
Pemotongan benda kerja dengan menggunakan sisi potong bagian depan ( Face ) dari
alat potong ( Cutter ).
2. Pemotongan Side Cutting
Pemotongan dengan menggunakan sisi potong bagian samping ( Side ) dari alat potong
( Cutter ). Pemotongan ini juga dibedakan menjadi :
5

1. Pemotongan climbing

Pemotongan climbing
Pemotongan benda kerja dengan arah
putaran alat potong ( Cutter ) searah
dengan arah gerakan pemakanan benda
kerja ( Feeding ).

2. Pemotongan conventional

Pemotongan conventional
Pemotongan benda kerja dengan arah
putaran alat potong ( Cutter )
berlawanan arah dengan arah geraka
pemakanan benda kerja ( Feeding ).

2.1.3 Bentukan yang bisa dikerjakan


Mesin ini dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti :
a. Facing Block/ meratakan permukaan
b. Membuat bidang bertingkat
c. Membuat alur : - alur burung
- T-slot
- heliks/spiral
d. Drilling
e. Borring
f. Mereamer (dengan spesifikasi tertentu (ISO))
g. Membuat roda gigi
h. Membuat rack gear
6
7

• Membuat Bentuk Spiral


Sama halnya pada mesin turning, pada mesin milling juga dapat digunakan untuk
mengerjakan bentuk – bentuk ulir yang sering dinamakan bentukan spiral, seperti worm
shaft, ulir dengan dua awalan, tiga awalan dan lain sebagainya.

Untuk membuat bentukan tersebut diperlukan dividing head, dividing head akan
dihubungkan dengan pergerakan meja pada mesin milling dengan menggunakan
transmisi roda – roda gigi ( gear box ), sehingga dapat digunakan untuk pembuatan
spiral tersebut.

Alat potong yang digunakan ada beberapa macam, tergantung dari bentuk alur yang
diinginkan, misalnya single lip, prisma cutter, modul cutter dll.

Perhitungan

Untuk membuat alur yang berbentuk spiral, maka ada kalanya cutter milling harus
dipasang menyudut (α) terhadap benda kerja
8

Dari gambar diatas dapat diambil rumus untuk mencari sudut kemiringan cutter (α)
tan α = P2/( π x d )

Sedangkan besar sudut spiral (&betha;) adalah :


β = 90 – α
α = Sudut kemiringan Cutter ( o )
β = Sudut spiral ( o )
P2 = Pitch benda kerja yang dikerjakan ( mm )
d = Diameter benda kerja yang dikerjakan ( mm )
9

Menentukan Ratio Roda Gigi Ganti

Gambar diatas menunjukkan bagaimana benda kerja memperoleh dua jenis gerakan :

1. Gerak lurus : diperoleh dari feeding meja.


2. Gerak rotasi : diperoleh dari putaran dividing head.

Sumber gerakan dari proses ini adalah Lead Screw mesin, bukan dari dividing head

Rumus untuk menentukan besarnya ratio roda gigi ganti adalah :


RRG = (P1/P2) x i

P1 = Pitch Lead Screw ( 4 )


P2 = Pitch benda kerja yang dikerjakan
i = Ratio roda gigi cacing ( 40 : 1 )

• Membuat Rack Gear


10

Metode benda (Ragum) dimiringkan


• Setting mesin menggunakan kepala/sumbu vertical mesin.
• Miringkan sumbu vertical searah jarum jam sebesar 90°
• Pasang ragum pada meja mesin kemudian dial kesejajarannya terhadap meja
mesin menggunakan dial indikator. Kencangkan baut (T-slot) untuk menguatkan ragum
terhadap meja mesin. Miringkan Ragum sebesar 19°20’ (20)
• Setelah sejajar, pasang benda kerja pada ragum dan kencangkan secukupnya.
Dial kerataan benda menggunakan dial indikator. Kemudian kencangkan lagi.
• Dial kesejajaran sumbu vertical mesin 90° terhadap benda kerja.
• Setelah cukup rata, pasang adaptor yang telah dipasangkan cutter pada kepala
mesin.
• Setting benda kerja terhadap cutter pada posisi nol. Penyettingan berlangsung
pada saat cutter berputar.
• Pasang kepala pembagi kemudian
kencangkan menggunakan T-slot. Rangkai roda gigi
sesuai perhitungan Pw=Pn (gunakan guard
pelindung Roda gigi).
• Bebaskan cutter terhadap benda, kemudian naikkan meja mesin setinggi ‘h’.
• Lakukan pemotongan awal sesuai jarak yang telah diperhitungkan.
• Pemotongan berikutnya dilakukan setelah cutter dibebaskan kemudian geser
eretan melintang sebesar pitch (jarak tiap puncak blok).

Metode meja dimiringkan


Pada dasarnya proses pemotongan menggunakan metode meja dimiringkan ada
kesamaan dengan metode benda dimiringkan. Tetapi ada juga perbedaannya sbb;
• Kemiringan ragum tetap pada posisi 0° (sejajar dengan meja).
• Kemiringan ragum digantikan dengan memiringkan meja sebesar 19°20’
atau 20°.
• Rangkai roda gigi sesuai perhitungan Ps=Pn

• Membuat roda gigi heliks


Metode meja dimiringkan menggunakan sumbu horizontal.
Kepala
pembagi
11

Sumbu
• Setting mesin mesin menggunakan Spindel
Vertikal

Kepala Pembagi
Sumbu Horizontal.

• Pasang kepala pembagi pada meja mesin set pada


posisi nol derajat.
• Pasang senter tetap pada spindel kepala embagi.
• Pasang kepala lepas pada meja mesin berhadapan
dengan kepala pembagi.
• Dekatkan kedua senter yaitu senter tetap dan senter
kepala lepas.
0

• Sesuakan kemiringan kepala pembagi hingga kedua senter bertemu pada kedua
titik senter.
• Kuatkan baut pencekam (T-slot) pada kepala pembagi.
• Siapkan lathe Dog dan Pasang ke center tetap kepala pembagi bserta benda kerja
sehingga pencekaman yang terjadi adalah Center to center.
• Kuatkan baut inbus 6 pada lathe dog dengan kunci L.6 kemudian kuatkan baut
pencekam (T-slot) pada kepala lepas.
Benda Kerja Lathe Dog

Pemegang Collet
Vertikal

• Gunakan Pemegang Collet Vertikal untuk menahan benda pada saat proses
pemotongan.
• Setelah proses pencekaman selesai, lakukan penyettingan Roda Gigi sesuai
Perhitungan Yaitu z1=100 ; z2=90 ; z3=80 ; dan
z4=100.
• Selanjutnya memiringkan Meja sebesar
kemiringan Heliks Benda kerja yaitu 19°20’. Tetapi 20° Skala pada
mesin
12

karena skala pada meja mesin mempunyai ketelitian hanya 1 mm,


maka sudut yang diberikan adalah 20°.
• Pasang arbor yang telah dipasangkan
Cutter yang
dengan Cutter terlebih dahulu pada spindle terpasang Pada
Arbor
horizontal mesin.
• Lakukan penyettingan nol benda kerja terhadap cutter.
• Siapkan penyiku dan Kongkol penggores untuk mencari titik nol pada benda
kerja dan cutter modul.
• Setting senter benda kerja sama dengan senter cutter modul.
• Setelah sesumbu antara benda dan modul, setting gerakan vertikal meja hingga
cutter bersentuhan dengan benda kerja pada titik nol.
• Proses pencarian titik nol ini dilakukan ketika cutter sedang berputar.
• Jika semua system telah
diyakinkan Kuat, lakukan pemotongan
secara bertahap hingga semua gigi
terbentuk.
• Putar eretan naik – turun meja untuk
menaikkan meja setinggi gigi yang ditentukan.
• Gunakan RPM yang sesuai selama proses berlangsung.
• Naikkan meja atau geser kearah vertikal setinggi Hmax + Hmin dibagi dua.
• Lakukan proses pemotongan dengan menggunakan RPM dan Feeding yang
sesuai.
• Setelah pemotongan selesai, geser lagi meja kearah kanan untuk membebaskan
benda dari cutter.
• Putar tuas pada plat indeks sebesar perhitungan.
• Untuk memudahkan pembagian plat indeks, gunakan
pisau plat indeks untuk memberi jarak pada setiap lubang,
sebanyak yang telah ditentukan.
• Lakukan tahap-tahap proses tersebut untuk pemotongan berikutnya.

Metode kepala mesin (sumbu vertikal) dimiringkan


13

Beberapa proses memiliki kesamaan dengan


metode sumbu horizontal hanya saja ad
perbedaan sedikit sbb;
• Setting mesin menggunakan sumbu vertical mesin.
• Pasang kepala pembagi, kepala lepas, seperti proses
sebelumnya.
• Miringkan Kepala mesin (sumbu vertical)
sebesar 19°20’ atau 20°.
• Setting Roda gigi sesuai perhitungan.

z2

z3
z4
z1

• Pastikan kemiringan meja adalah 0°.


• Penyettingan Nol sedikit berbeda yaitu dilakukan pada posisi nol
berdasarkan grafik Cartesius sbb;

Y Benda kerja

90°

Cutter
X 180° 0°

adaptor
270°

• Setelah cutter berada pada titik nol terhadap benda


kerja selanjutnya lakukan pemotongan secara bertahap
dengan kedalaman pemotongan pertama ± 1.5 mm atau 15
divisi pada skala eretan naik turun meja.
• Pastikan proses pemotongan menggunakan RPM dan Feeding yang
sesuai.
• Lakukan pemotongan secara bertahap hingga semua gigi terbentuk.
14

• Proses frais muka/datar


Proses frais datar/rata (dinamakan juga surface milling atau slab milling) adalah
proses frais dengan sumbu pisau paralel terhadap permukaan benda kerja, Frais rata
dilakukan dengan cara permukaan benda kerja dipasang paralel terhadap permukaan
meja mesin frais dan pisau frais dipasang pada arbor mesin. Benda kerja dicekam
dengan ragum biasa, sebaiknya bagian
 benda kerja yang menonjol di atas ragum tidak terlalu tinggi agar benda
kerja tidak
 bergetar, Arbor dipasang horizontal didukung oleh spindel mesin
 dan penahan arbor di sisi yang lain.

• Proses membuat roda gigi lurus


Proses frais gigi sebenarnya sama dengan frais bentuk pada, tetapi karena bentuknya
yang spesifik, serta proses pencekaman dan pemilihan pisau berbeda maka akan dibahas
lebih detail. Dari informasi yang diperoleh dari gambar kerja, untuk proses frais roda
gigi diperoleh data tentang jumlah gigi, bentuk profil gigi, modul, sudut tekan, dan
dimensi bakal roda gigi. Dari informasi tersebut perencana proses frais gigi harus
menyiapkan: kepala pembagi, pisau frais gigi, dan perhitungan elemen dasar (putaran
spindel, gerak makan, dan kedalaman potong). Kepala pembagi digunakan sebagai
pemegang bakal roda gigi (dengan bantuan mandrel). Pada kepala pembagi terdapat
mekanisme yang memungkinkan operator mesin frais memutar benda kerja dengan
sudut tertentu.
15
16
17

2.1.4 Bagian – Bagian Utama Mesin Milling dan Fungsinya


18

1. Spindle utama
Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat
potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

a. Vertical spindle

b. Horizontal spindle

c. Universal spindle

2. Meja / table
Merupakan bagian mesin milling, tempat untuk clamping device atau benda kerja. Di
bagi menjadi 3 jenis :

a. Fixed table

b. Swivel table

c. Compound table

3. Motor drive
Merupakan bagian mesin yang berfungsi menggerakkan bagian – bagian mesin yang
lain seperti spindle utama, meja ( feeding ) dan pendingin ( cooling ). Pada mesin
milling sedikitnya terdapat 3 buah motor :

a. Motor spindle utama

b. Motor gerakan pemakanan ( feeding )

c. Motor pendingin ( cooling )

4. Tranmisi
Merupakan bagian mesin yang menghubungkan motor penggerak dengan yang
digerakkan. Berdasarkan bagian yang digerakkan dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Transmisi spindle utama

b. Transmisi feeding
19

Berdasarkan sistem tranmisinya dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Transmisi gear box

b. Transmisi v – blet

5. Knee
Merupakan bagian mesin untuk menopang / menahan meja mesin. Pada bagian ini
terdapat transmisi gerakan pemakanan ( feeding ).

6. Column / tiang
Merupakan badan dari mesin. Tempat menempelnya bagian – bagian mesin yang lain.

7. Base / dasar
Merupakan bagian bawah dari mesin milling. Bagian yang menopang badan / tiang.
Tempat cairan pendingin.

8. Control
Merupakan pengatur dari bagian – bagian mesin yang bergerak. Ada 2 sistem kontrol
yaitu :

a. Mekanik

b. Electric

Dibagi menjadi 2 bagian :

1. Sederhana

2. Komplek ( CNC )
20

Pada mesin milling juga terdapat aksesoris-aksesoris yang akan mendukung


pengerjaan benda kerja yang akan kita kerjakan, agar dapat berjalan dengan baik dan
sesuai keinginan kita. Aksesoris-aksesoris yang terdapat pada mesin milling antara lain:

NAMA GAMBAR FUNGSI NAMA GAMBAR FUNGSI


Mengubah
Digunakan
Kepala putaran poros
untuk membuka
Kunci pembagi transporter
dan
pas (Dividing menjadi 40:1
mengencangkan
Head) terhadap benda
baut atau mur
kerja
Alat potong Digunakan
Cutter khusus untuk untuk
Kuas
Modul pembuatan alur membersihkan
roda gigi beram
Digunakan Untuk
Ragum untuk mencekam
Ragum
sederhan mencekam benda dengan
sudut
a benda tanpa sudut kearah
sudut tertentu horizontal
Digunakan
untuk Untuk
mencekam Palu penyettingan
Adaptor
Cutter pada karet benda pada saat
sumbu vertical di dial
mesin
Digunakan
untuk
Digunakan pada
mencekam Kepala
saat mencekam
Arbor Cutter pada lepas
benda (Center
sumbu (Tail
to Center)
Horizontal Stock)

mesin
21

Digunakan
Digunakan
untuk membuka
untuk mengukur
Obeng dan Jangka
dimensi luar
minus mengencangkan sorong
dan dalam
baut kepala
benda kerja
minus
Untuk
Untuk
penerangan
membuka dan
pada proses
Univers mengencangkan Lampu
pencarian titik
al Key baut dan mur senter
nol cutter
dengan ukuran
terhadap benda
beragam
kerja
Digunakan Pelumasan dan
untuk membuka pelindung
Kunci L
dan permukaan
(Allen Oli Can
mengencangkan mesin pada saat
Key)
baut inbus segi tidak digunakan
6 lagi
Digunakan
Digunakan untuk memalu
untuk benda kerja
Roda Palu
mengubah dan pada
Gigi kuningan
memindahkan penyettingan
Putaran terhadap Dial
indikator
Digunakan
Digunakan
untuk menahan Dial
Pemegan untuk
benda kerja indicator
g Collet memeriksa
pada saat dan
Vertikal kemiringan
pemotongan stand-nya
suatu bidang
berlangsung
22

Benda
Digunakan sebelum
untuk dan Objek latihan
Kongkol
penyettingan sesudah (program
penggor
kesejajaran dan proses praktikum
es
Center benda pembuata milling)
terhada Cutter n Roda
gigi

2.1.5 Jenis - Jenis Mesin Milling

Berdasarkan posisi spindle utama ada 3 jenis, antara lain :

1. Mesin milling vertikal

Mesin milling yang kedudukan spindelnya terpasang tegak pada kepala mesin. Spindel
ini dapat diputar ke kanan dan ke kiri serta dapat digerakkan naik turun secara otomatis
maupun diputar.

2. Mesin milling horisontal


23

Mesin milling yamg kedudukan spindelnya terpasang mendatar pada kepala mesin.
Mesin ini cocok untuk semua pekerjaan milling dan mempunyai banyak jenis spindle
yang dipasang mendatar Tiang mesin menopang : Spindel yang mendatar, gerak
pamakanan. Dan gerakan utama.

3. Mesin milling universal

Mesin miling yang kedudukan spindelnya dapat diatur atau diubah-ubah mendatar atau
tegak pada kepala yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

Berdasarkan fungsi penggunaannya, antara lain :

1. Mesin milling copy


24

Merupakan mesin milling yang digunakan untuk mengerjakan bentukan yang rumit.
Maka dibuat master / mal yang dipakai sebagai referensi untuk membuat bentukan yang
sama.
Mesin ini dilengkapi 2 head mesin yang fungsinya sebagai berikut :

a. Head yang pertama berfungsi untuk mengikuti bentukan masternya.

b. Head yang kedua berfungsi memotong benda kerja sesuai bentukan masternya.

Antara head yang pertama dan kedua dihubungkan dengan menggunakan sistem
hidrolik. Sitem referensi pada waktu proses pengerjaan adalah sebagai berikut :

a. Sistem menuju satu arah, yaitu tekanan guide pada head pertama ke arah master
adalah 1 arah.

b. Sistem menuju 1 titik, yaitu tekanan guide tertuju pada satu titik dari master.

2. Mesin milling hobbing


25

Merupakan mesin milling yang digunakan untuk membuat roda gigi / gear dan
sejenisnya ( sprocket dll ). Alat potong yang digunakan juga spesifik, yaitu membentuk
profil roda gigi ( Evolvente ) dengan ukuran yang presisi.

3. Mesin milling gravier

Merupakan mesin yang digunakan untuk membuat gambar atau tulisan dengan ukuran
yang dapat diatur sesuai keinginan dengan skala tertentu.

4. Mesin milling planer

Merupakan mesin yang digunakan untuk memotong permukkan ( face cutting ) dengan
benda kerja yang besar dan berat.

5. Mesin milling CNC


26

Merupakan mesin yang digunakan untuk mengerjakan benda kerja dengan bentukan –
bentukan yang lebih komplek. Meruapakan penggangi mesin milling copy dan gravier.
Semua control menggunakan sistem electronic yang komplek ( rumit ). Dibutuhkan
operator yang ahli dalam menjalankan mesin ini. Harga mesin CNC ini sangat mahal.

6. Mesin Thread Milling

Mesin milling yang digunakan untuk pengerjaan ulir.

2.2 Alat Potong

2.2.1 Berdasarkan material alat potong


Bahan cutter Bahan cutter sangat berpengaruh terhadap kemampuan cutter
dalam menyayat benda kerja. Cutter mesin frais dibuat dari berbagai jenis bahan antara
lain :
1. Unalloyed tool steel Adalah baja perkakas bukan paduan dengan kadar
karbon 0,5 – 1,5% kekerasannya akan hilang jika suhu kerja mencapai 2500 C, oleh
karena itu material ini tidak cocok untuk kecepatan potong tinggi.
27

2. Alloy tool steel Adalah mengandung baja karbon perkakas kromium, paduan
vanadium yang dan molybdenum. Baja ini terdiri dari baja paduan tinggi dan paduan
rendah. HSS (High Speed Steel) adalah baja paduan tinggi yang tahan terhadap keausan
sampai suhu 6000C.
3. Cemented Carbide Susunan bahan ini terdiri dari tungsten atau molybdenum,
cobalt serta carbon. Cemented Carbide biasanya dibuat dalam bentuk tip yang
pemasangannya dibaut pada holdernya (pemegang cutter). Pada suhu 9000C bahan ini
masih mampu memotong dengan baik, cemented carbide sangat cocok untuk proses
pengefraisan dengan kecepatan tinggi. Dengan demikian waktu pemotongan dapat
dipersingkat dan putaran yang tinggi dapat menghasilkan kualitas permukaan yang
halus.
4. Alumina based ceramic
Diperkenalkan pada awal tahun 1950-an. Unsur utamanya aluminum oxide, dapat
ditambahkan unsur titanium carbide dan zirconium oxide untuk meningkatkan
keuletan dan thermal shock.Memiliki ketahanan abrasi dan panas yang tinggi, kecepatan
potong tinggi. Rentan terhadap beban kejut, vibrasi dan thermal shock. Memiliki sifat
kimiawi yang stabil. Sangat getas dan mahal. Tahan panas hingga 1300 c lebih tahan
aus daripada carbide dan sangat sensitive dengan kejutan.
5. Diamond
Dikenal sebagai diamond indusri / sintetik. Merupakan material paling keras, tahan aus,
mampu menjaga ketajaman mata potongnya, kecepatan potong tinggi dan kontinyu.
Digunakan untuk proses finishing dengan tuntutan kualitas permukaan dan akurasi
ukuran yang tinggi.
6. High Speed Steel/HSS
Diproduksi pertamakali tahun 1900-an, dapat dikeraskan dengan ketebalan yg bervariasi
tahan aus dan keuletan cukup baik, harga relatif murah. Tahan panas sampai dengan
600° c serta bias digunakan untuk beben normal, berat dan sangat berat.

2.2.2 Jenis Cutter Milling dan Fungsinya

1. Berdasarkan fungsi dan bentuknya


1. Cutter face cutting
1. End Mill Cutter
28

Merupakan cutter dengan sisi potong pada ujung muka dan pada sisi spiralnya, End Mill
dibuat dari diameter 0.5 – 50 mm dengan tipe tangkai yang bermacam – macam, ada
yang bertangkai lurus dan ada yang konus.

2. Shell End Mill Cutter

Cutter type ini memiliki lubang berpasak pada bagian tengah cutter yang berfungsi
untuk pemasangan pada arbor, dibuat dengan diameter antara 30 – 200 mm. Pada cutter
ini terdapat sisi potong pada ujung muka dan pada sisi spiralnya.

2. Cutter side cutting


1. Plain Mill Cutter

Cutter ini digunakan untuk pengefraisan horisontal dari permukaan yang datar.
Memiliki bentuk hampir sama dengan SEMC tetapi cutter ini hanya memiliki sisi
potong spiral pada bagian meingkarnya, dan memiliki lubang berpasak untuk
pemasangan pada arbor.

2. Disk Cutter
29

Cutter ini memiliki bentuk pipih dan dapat digunakan pada pembuatan slot maupun
slitting, sisi potong dari cutter jenis ini ada yang rata, dan ada juga yang zig-zag.

3. Cutter profil
1. Dove Tail Cutter

Dove Tail Cutter digunakan untuk menghasilkan profil dove tail (ekor burung) pada
benda kerja. Sisi potongnya berbentuk sudut 45o,60o atau 90o

2. T-slot Cutter

T-slot Cutter digunakan untuk membuat alur berbentuk T. memiliki sisi potong di
bagian yang melingkar, dengan sudut helix yang saling berlawanan. T-slot Cutter ada 2
jenis, yaitu T-slot dengan shank rata dan T-slot dengan shank berulir.

3. Prisma Cutter
30

Cutter yang digunakan untuk menghasilkan profil V pada benda kerja, dengan sudut
potong 45o, 600 dan 90o

4. Hobbing Cutter

Cutter yang digunakan pada mesin milling hobbing, untuk menghasilkan profil
berbentuk roda gigi (gear)

5. Modul Cutter

Cutter ini digunakan untuk membuat roda gigi dengan modul tertentu, dan
menggunakan mesin milling konvensional dalam pengerjaannya, bentuknya hampir
sama dengan cutter hobbing tetapi pipih.
31

2. Berdasarkan fungsi pengerjaannya


1. Cutter roughing

Cutter yang digunakan untuk proses roughing pada benda kerja, dimana proses
pengerjaan dilakukan dengan depth of cut yang besar.

2. Cutter finishing

Cutter yang digunakan untuk proses finishing, dengan depth of cut yang lebih sedikit
dibandingkan proses roughing, dan biasanya menghasilkan permukaan yang lebih halus

3. Berdasarkan arah putarannya


1. Cutter putaran kiriApabila putaran cutter berlawanan arah dengan arah
putaran jarum jam.
2. Cutter putaran kananApabila putaran cutter searah dengan arah putaran
jarum jam.

3. Alat Potong Selain Cutter


32

1. Alat potong twist drill

Alat potong yang digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja,
tangkainya ada yang silindris dan ada yang konus.
2. Alat potong reamer

Alat potong yang digunakan untuk memperbesar sebuah lubang, dan biasanya
lubang yang dihasilkan berukuran presisi (ISO).
3. Alat potong thread ( Tap / Sney )

Alat potong yang digunakan untuk membuat ulir dalam / luar pada benda kerja.
Ukurannya ada yang metric (mm) ada yang Whitworth (inchi)
4. Alat potong boring
33

Alat potong yang digunakan untuk memperbesar lubang, atau membuat lubang
khusus yang tidak bisa dikerjakan dengan Twist Drill ataupun Reamer.

2.3 Sistem Pencekaman


Banyak alat-alat yang digunakan pada permesinan mesin milling / frais
diantaranya adalah :

2.3.1 Pencekam benda kerja


a. Ragum sederhana
Benda kerja yang akan dicekam menggunakan ragum
sederhana adalah benda – benda yang tidak
membutuhkan kemiringan tertentu.

b. Ragum sudut

Benda kerja yang dicekam menggunakan ragum


sudut membutuhkan pengerjaan dengan
kemiringan tertentu pada bidang horizontal.

c. Ragum universal
Benda kerja yang akan dicekam menggunakan ragum
universal adalah benda – benda yang membutuhkan
pengerjaan dengan kemiringan tertentu pada
bidang horizontal dan vertical.

d. Klem
Alat pencekam sederhana yang digunakan untuk mencekam material di meja
milling, dimana clamp digunakan sebagai pencekam sedangkan T-
slot Bolt sebagai pengencangnya.
34

e. Pemegang collet vertical

Pemegang coleet ini tidak hanya berfungsi sebagai


penahan collet tetapi juga dapat digunakan sebagai penahan
benda kerja pada proses pemotongan
f. Kepala pembagi dengan poros mandril terhadap tail stock (kepala lepas).
System ini biasanya digunakan untuk benda yang memiliki lubang yang suaian
terhadap poros mandril yang digunakan.
g. Kepala pembagi dengan tail stock (kepala lepas) dengan system center to
center menggunakan bantuan lathe
dog
. System ini digunakan pada benda kerja
yang berbentuk poros dengan lubang center pada
Kepala
kedua ujung poros. Kepala lepas pembagi
Lathe dog

h. Angle Plate
Ketika permukaan benda kerja yang akan di milling memiliki atau ingin dibuat
sudut tertentu, maka dapat dibuat dengan menggunakan angle plate. Benda kerja
yang dipasang pada angle plate, biasanya dicekam dengan menggunakan clamp.

i. V-Blocks
V-blocks sangat baik digunakan untuk pencekaman batang poros yang akan di
proses milling, batang poros yang pendek biasanya ditempatkan pada sebuah V-
blocks saja, jika batang porosnya panjang, dua buah V-blocks atau lebih
35

dipasang pada meja mesin, dengan jarak yang sesuai dengan panjang batang
poros. V-blocks dan benda kerja dicekam pada meja mesin dengan
menggunakan clamp.

j. Compound Vice
Clamping device ini sama dengan Swivel Vice, tetapi memiliki lebih dari satu
sudut putar, sehingga bisa digunakan untuk pembuatan sudut / profil yang lebih
rumit.

h. Rotary Table

Salah satu asesoris mesin milling yang biasa digunakan untuk membuat radius
luar pada mesin Milling, pada saat proses penggerjaan biasanya ditambahkan
clamp + center pin untuk mencekam benda kerja.

2.3.2 Pencekam alat potong


36

Untuk menggunakan alat potong pada mesin milling perlu digunakan pencekam
agar alat potong tersebut dapat digunakan dengan baik.

1. Berdasarkan Tangkainya :
1. Arbor ISO 30
2. Arbor ISO 40
3. Arbor ISO 45
4. Arbor ISO 50
5. Arbor ISO 55
6. Arbor ISO 60

Nr. D1 d1 L1 L2 y D2
30 31.75 17.4 50 70 1.6 50
40 44.45 25.3 67 95 1.6 63
45 57.15 32.4 86 110 3.2 80
50 69.85 39.6 105 130 3.2 100
55 88.9 50.4 130 168 3.2 130
60 107.95 60.2 165 210 3.2 160
2. Berdasrkan Fungsinya :
1. Drill Chuck Arbor

Alat ini dipakai untuk mencekam mata bor, tool lain yang berdiameter
kecil dan memiliki bentuk tangkai silindris.
2. Sleeve Arbor
37

1. Sleeve Arbor for Cutter

Digunakan untuk mencekam End Mill Cutter yang memiliki


bentuk tangkai taper atau konus.
2. Sleeve Arbor for Twist Drill

Digunakan untuk mencekam Twist Drill yang memiliki bentuk


tangkai taper atau konus.
3. Collet Arbor

Digunakan untuk mencekam alat dengan tangkai silindris, dan didesain


untuk mengambil sebuah diameter yang spesifik, dari alasan diatas maka
standard collet (1 set) di langkahkan dengan penambahan 0,5 mm.
4. Stub Arbor

Biasanya digunakan untuk mencekam Shell End Mill Cutter, dan


38

beberapa tools lain yang memilikii lubang silindris ditengah, dan tanpa
perlu menambahkan ring untuk membantu pencekaman.
5. Short Arbor

Clamping Tools ini digunakan untuk mencekam Shell End Mill Cutter
dan beberapa tools lain yang memilikii lubang silindris ditengah,
biasanya perlu ditambahkan ring untuk membantu proses pencekaman.
6. Long Arbor

Clamping Tools ini digunakan untuk mencekam Shell End Mill Cutter
dan alat potong lain yang memiliki lubang silindris ditengah. Biasanya
Arbor ini digunakan untuk Mesin Horisontal, dan juga ditambahkan ring
untuk membantu pencekaman.
39

7. Side Lock Arbor

Salah satu jenis Arbor yang digunakan untuk mencekam Cutter dengan
tangkai silindris, dimana prinsip pencekamannya cukup sederhana
dengan mengencangkan screw yang ada pada arbor, sehingga screw
tersebut menekan cutter dan mengikatnya, untuk itu perlu ada bidang rata
pada sisi tangkai cutter, agar bisa tercekam dengan baik.
8. Boring Head Arbor

Digunakan untuk mencekam boring tools, dimana dalam boring head


biasanya disertai skala yang cukup teliti untuk pembuatan lubang yang
memiliki ukuran presisi.

2.4 Elemen Dasar Proses Frais


Elemen dasar proses frais hampir sama dengan proses bubut. Elemen dasar
diturunkan berdasarkan rumus dan gambar sebagai berikut :
40
41

Rumus-rumus tersebut di atas digunakan untuk perencanaan


proses frais. Proses frais bisa dilakukan dengan banyak cara menurut jenis pisau yang
digunakan dan bentuk benda kerjanya. Selain itu jenis mesin frais yang bervariasi
menyebabkan analisis proses frais menjadi rumit. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan bukan hanya kecepatan potong dan gerak makan saja, tetapi juga
cara pencekaman, gaya potong, kehalusan produk, getaran mesin dan getaran benda
kerja. Dengan demikian hasil analisa/perencanaan merupakan pendekatan bukan
merupakan hasil yang optimal.

2.4.1 Kecepatan Potong/Cs


Pada saat proses pengefraisan berlangsung, cutter berputar memotong benda kerja
yang diam dan menghasilkan potongan atau sayatan yang menyerupai chip, serpihan-
serpihan tersebut dapat juga berbentuk seperti serbuk (tergantung dari bahan).
42

Kemampuan mesin menghasilkan panjang sayatan tiap menit disebut kecepatan potong
(sayat), yang diberi symbol Cs (Cutting Speed).

Cutting speed / Kecepatan potong alat potong di mesin milling adalah jarak yang
ditempuh oleh salah satu mata potong ( gigi ) dalam meter per menit.

Cutting speed ditentukan berdasarkan :

1. Tabel

2. Perhitungan

Yang berdasarkan tabel terdapat sedikitnya 2 buah referensi yaitu :

1. Berdasarkan tabel material benda kerja,

2. Berdasarkan tabel material alat potong.

Hal – hal yang mempengaruhi Cutting speed adalah :

1. Material benda kerja,

2. Material alat potong,

3. Pendinginan ( cooling ).

Sedangkan untuk kondisi mesin itu menentukan besarnya putaran utama ( n ). Tabel
untuk material benda kerja berbagai macam. Disini kita menggunakan tabel material
yang dikeluarkan oleh DIN (Jerman Barat). Tabel yang digunakan antara lain :

1. Steel Comparison Table,


2. Tabel “ Materialgruppen “ Bossard.

Tata caranya pemilihan Cs adalah sebagai berikut :

3. Kita tentukan material dengan menggunakan “Steel Comparison Table,


Material” yang kita cari dikomparasikan dengan material yang berasal /
menggunakan standart DIN ( Jerman Barat ).
43

4. Setelah diketahui material dengan standart DIN, kemudian kita gunakan tabel
“Materialgruppen” untuk mencari material yang sama dengan material tersebut
atau yang mendekati material tersebut pada kolom – kolom yang ada.
5. Setelah ditemukan material tersebut, kita lihat pada baris paling atas yaitu
besarnya v ( kecepatan potong ) pada kolom tersebut.
6. Besarnya v yang didapat adalah Cs dari material yang kita cari.

Mencari Cs juga dapat digunakan dengan menggunakan rumus. Rumus mencarinya


adalah sebagai berikut :

Cs= (π x d x n)/1000 satuannya m/min

dengan :

d = diameter alat potong, satuanya mm.

n = putaran spindle utama / alat potong, satuannya rpm.

Pada prinsipnya kecepatan pemotongan suatu material tidak dapat dihitung secara
matetatis. Karena setiap material memiliki kecepatan potong sendiri-sendiri berdasarkan
karakteristiknya dan harga kecepatan potong dari tiap material ini dapat dilihat didalam
tabel yang terdapat didalam buku atau referensi. Sehingga rumus diatas hanya
digunakan untuk menghitung kecepatan putar spindle utama mesin frais. Untuk lebih
jelasnya mengenai harga kecepatan potong (selain standart DIN) dari tiap material dapat
anda lihat pada table dibawah ini :
Cuter HSS Cutter Carbida
Bahan Halus Kasar Halus Kasar

Baja Perkakas 75 - 100 25 - 45 185 - 230 110 - 140

Baja Karbon Rendah 70 - 90 25 - 40 170 - 215 90 - 120

Baja karbon 60 - 85 20 - 40 140 - 185 75 - 110


Menengah
44

Besi Cor Kelabu 40 - 45 25 - 30 110 - 140 60 - 75

Kuningan 85 - 110 45 - 70 185 - 215 120 - 150

Alumunium 70 - 110 30 - 45 140 - 215 60 - 90

Tabel 2. Kecepatan Potong Untuk Beberapa Jenis Bahan.

2.4.2 Putaran Spindel Utama/n

Hal – hal yang mempengaruhi putaran spindle utama /alat potong ( n ) antara lain :

1. Besarnya kecepatan potong ( Cs ),

2. Besarnya diameter alat potong ( d ),

3. Kondisi mesin.

Jika kecepatan potong yang dipakai terlalu tinggi maka cutter akan lekas tumpul, jika
terlalu rendah kemampuan potongnya rendah, sehingga dalam menentukan kecepatan
45

potong harus sesuai. Mencari n menggunakan rumus seperti yang tertulis diatas. Rumus
mencarinya adalah sebagai berikut :

n= (1000 x Cs)/(π x d) satuannya rpm

dengan :

d = diameter alat potong, satuanya mm.

Cs = kecepatan potong, satuannya m/menit.

Mencari n juga dapat menggunakan tabel.

2.4.3 Feeding/s

Feeding untuk proses milling dibedakan menjadi Tiga ( 3 ) type, yaitu :

1. Feed per minute: Pergerakan meja dalam mm pada waktu 1 menit. Satuannya
mm/menit. Simbolnya s / f.
2. Feed per cutter revolution: Pergerakan meja dalam mm pada 1 kali putaran
milling cutter. Satuannya mm / revolution. Simbolnya fo / so.
3. Feed per tooth: Pergerakan meja dalam mm selama waktu cutter yang berputar
pada benda kerja dari satu mata potong ke mata potong berikutnya. Satuannya
mm/tooth. Simbolnya fz / sz.
1. Kecepatan potong ( Cs ),
2. Jenis material alat potong,
3. Jenis alat potong,
4. Diameter alat potong ( d ).
5. Setelah kita mengetahui data diatas maka kita harus dapat memilih tabel
yang sesuai. Sebagai contoh kita gunakan tabel yang berdasarkan
standart Jerman dengan material alat potongnya HSS.
6. Dari tabel tersebut kita cari berdasarkan jenis alat potongnya, misalnya
End Mill Cutter Roughing.
7. Kemudian pada tabel tersebut kita cari kolom yang sesuai berdasarkan
Cs yang telah kita dapatkan. Kemudian kita cari diameter alat potong
sesuai dengan data yang ada.
46

8. Dari kolom Cs tersebut kita tarik ke bawah, dari diameter alat potong
kita tarik ke kanan. Sehingga akan ketemu besarnya n dan s pada Cs dan
diameter alat potong tersebut.

Rumus untuk feeding tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Feed per minute

<”font size=”5″>s=z x n x sz satuannya mm/min

dengan :

z = jumlah mata potongnya.

n = putaran spindle utama / alat potong, satuannya rpm.

sz = feed per tooth, satuannya mm/tooth

2. Feed per cutter revolution

so=z x sz

dengan :

z = jumlah mata potongnya.

sz = feed per tooth, satuannya mm/tooth

3. Feed per tooth

sz=s/(z x n) satuannya mm/tooth

dengan :

z = jumlah mata potongnya.

n = putaran spindle utama / alat potong, satuannya rpm.

s = feed per minute, satuannya mm/menit.


47

Untuk mencari feeding per minute ( s ) dapat juga menggunakan tabel.

2.4.4 Cara mencari n dan s dalam tabel

Untuk mencari n dan s dengan tabel, hal – hal yang harus diketahui terlebih dahulu
adalah :

Tata cara mencari n dan s adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan potong ( Cs ),
2. Jenis material alat potong,
3. Jenis alat potong,
4. Diameter alat potong ( d ).

Tata cara mencari n dan s adalah sebagai berikut :

1. Setelah kita mengetahui data diatas maka kita harus dapat memilih tabel yang
sesuai. Sebagai contoh kita gunakan tabel yang berdasarkan standart Jerman
dengan material alat potongnya HSS.
2. Dari tabel tersebut kita cari berdasarkan jenis alat potongnya, misalnya End Mill
Cutter Roughing.
3. Kemudian pada tabel tersebut kita cari kolom yang sesuai berdasarkan Cs yang
telah kita dapatkan. Kemudian kita cari diameter alat potong sesuai dengan data
yang ada.
4. Dari kolom Cs tersebut kita tarik ke bawah, dari diameter alat potong kita tarik
ke kanan. Sehingga akan ketemu besarnya n dan s pada Cs dan diameter alat
potong tersebut.

2.4.5 Tabel Cs, n, dan s


48
49
50
51
52
53

2.5
Alat potong harus memiliki beberapa sifat yaitu :
54
55
56

2.5 Time Calculation/Th

Proses pengerjaan benda kerja selalu dihubungkan dengan waktu proses. Lama proses
pengerjaan tersebut harus diperhitungkan. Waktu proses yang terjadi pada pengerjaan
benda kerja antara lain :

1. Persiapan
2. Proses
3. Waktu tak terpakai

Waktu yang akan dibahas adalah waktu hanya proses pengerjaan saja yaitu waktu
potong efektif. Faktor yang mempengaruhi waktu efektif ini adalah :

1. Panjang langkah. Satuannya mm. Simbolnya L.


2. Jumlah langkah. Simbolnya i.
3. Feeding per minute. Satuannya mm/menit. Simbolnya f / s.
57

Rumus untuk menghitung waktu potong efektif adalah :

Th = (L x i)/s satuannya menit.

dengan:

L = panjang langkah, satuannya mm

i = jumlah langkah.

s = feed per minute, satuannya mm/min

Panjang langkah ( L ) untuk waktu potong efektif ini dibedakan berdasarkan sistem
pemotongan yang digunakan. Sistem pemotongan yang digunakan adalah face cutting
dan side cutting.
Rumus umum menghitung panjang langkah ( L ) adalah :

L = la + l + lu satuannya mm.

dengan:

la = panjang langkah awal, mm

l = panjang benda kerja, mm

lu = panjang langkah akhir, mm

Yang membedakan antara face cutting dan side cutting adalah besarnya la dan lu.

1. Face cutting

Jika center alat potong berada di dalam benda kerja, maka besarnya la atau lu
adalah ½ diameter alat potong, sehingga la + lu = diameter alat potongnya ( d ).
Untuk langkah amannya maka la + lu = d + 3 mm.
Jika center alat potong berada di luar benda kerja, maka besarnya la atau lu
adalah :
la=√(d x b-b2 ) satuannya mm

dengan:

la = panjang langkah awal, satuannya mm

b = besarnya pemakanan ke arah radial, satuannya mm

d = diameter alat potong, satuannya mm

Untuk langkah amannya maka la + lu + 3 mm.

1. Side cutting
1. Jika B < d, maka besarnya i = 1,
58

2. Jika B >= d, maka besarnya i > 1.

Untuk sistem pemotongan ini, maka besarnya la adalah :

la=√(d x ap – ap2 ) satuannya mm

dengan :

la = panjang langkah awal, satuannya mm

d = diameter alat potong, satuannya mm

ap = besarnya depth of cut, satuannya mm

Untuk besarnya lu diambil 5 mm.


Untuk jumlah langkah ( i ) diambil berdasarkan lebar benda kerja ( B ) dan
diameter benda kerja. Untuk syarat untuk jumlah langkah adalah :

Rumus umum menghitung jumlah langkah ( i ) adalah :

i = B/b satuannya mm

dengan :

i = jumlah langkah,

B = lebar benda kerja, satuannya mm

b = besarnya pemakanan ke arah radial, satuannya mm

2.6 SOP ( Standar Operational Production )


Sebelum melakukan penkerjaan dengan menggunakan mesin milling ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan untuk mendapatkan hasil produk
yang sesuai yang diinginkan dengan hasil yang maksimal dan juga untuk menjaga
mesin dari kerusakan. Langkah-langkah tersebut terdiri dari :

2.5.1 Inventaris
Inventaris adalah sebuah langkah untuk memperhatikan keberadaan alat-alat
pendukung yang dibutuhkan pada proses milling yaitu dengan cara mengecek dan
membuat laporan pengecekan pada kertas yang telah diberikan. Alat-alat tersebut
terdapat dalam lemari inventaris mesin. Tujuan inventaris adalah untuk mendata
alat-alat yang berada di lemari inventaris mesin sesudah dan sebelum proses milling
59

dilakukan, agar jumlah dan keberadaan alat itu sama sesudah dan sebelum proses
milling dikerjakan.

2.5.2 Langkah SOP ( Standar Operational Production )


Setelah proses inventaris selesai maka harus dilakukan proses SOP dari
penggunaan mesin milling tersebut, SOP yang digunakan biasanya ditulis dengan
menggunakan tabel dan dipasang mesin di samping mesin dengan menggunakan
stand sendiri. Tabel SOP mesin milling yaitu sebagai berikut :
N U
No rutan kerja Standard Siklus Keterangan

1
1 Bersihkan Saat pagi
Meja, handel, Memakai kain lap
mesin dari sebelum mulai
handwheel bersih / majun
olie, debu, kerja
dan chip.
2 Pe
2 riksa Diatas lower level Saat pagi Jenis olie: turafik
ketinggian (olie eretan) sebelum mulai 52
level olie. (2 Diatas garis kerja
tempat) merah (olie head) Jenis olie tonna
68 / tellus 46
3 Pe
3 riksa Diatas lower level Saat pagi Gunakan coolant
ketinggian sebelum mulai yang tersedia
permukaan kerja
coolant
4 G Seb
4 unakan Memakai vice / elum mulai Bila perlu
clamping pencekam yang pengerjaan memakai perarell
system yang sesuai dengan block
baik benda kerja
60

5 B Seb
5 ersihkan vice, Bersih dari debu elum mulai Memakai kain lap
arbor, dan alat atau chip pengerjaan dan rabaan jari
potong
6 Pe Seb
6 riksa kondisi Alat potong tajam elum dan Diperiksa secara
alat potong dan bebas retakan sesudah visual
dipasang arbor
7 Pe Seb
7 riksa material Sesuai dengan elum mulai Check ukuran dan
benda kerja tuntutan gambar pengerjaan jenis material
kerja
8 G
8 unakan rpm Sesuai dengan Pada saat Dilihat pada table
dan federate jenis material pemotongan cs (kecepatan
yang benar benda kerja dan material potong)
alat potong
9 Pe
9 rgantian rpm Ubah kedudukan Bila perlu pada Rpm I < 500
belt dengan saat proses Rpm II > 400
mengendurkan
belt disamping
mesin sesuai table

Spindle harus
berhenti

Belt harus sejajar


atas bawah
61

1 Pe Se
10 rawatan alat Alat ukur harus tiapsaat -Alat ukur tidak
dan kerapihan bersih danterpisah ditumpuk
dari benda lain
-Pisahkan alat
ukur & alat
potong
1
11 Sela
Ukur hasil Ukuran sesuai ma proses Pengukuran
proses milling tuntutan milling dilakukan pada
saat mesin diam

1 K Sel
12 eselamatan Terhindar dari ama proses Memakai kaca
kerja kecelakaan kerja milling mata dan safety
shoes

Jangan
memegang benda
kerja selama
proses
berlangsung
62

1 Cl Ses
13 eaning mesin Mesin MTC dan udah selesai -Gunakan kuas
lingkungan bersih memakai mesin untuk
dari chip dan membersihkan
tumpahan benda chip
lain (olie/coolant)
-Bersihkan
dengan lap /
majun

-Berikan lapisan
minak pada
bagian yang tidak
di cat

Berdasarkan SOP dari mesin milling yang penulis gunakan, sebelum melakukan
proses milling sebaiknya membersihkan areal kerja dari minyak,oli dan scrub-
scrub yang tersisa. Dan melakukan pengecekan oli, coolen apabila sudah tidak
memadai laporkan pada instruktur agar oli diisi lagi.

2.5.3 Cleaning Mesin


Proses cleaning mesin bertujuan untuk menjaga dan merawat mesin agar
dalam kondisi yang bagus saat digunakan untuk praktikum selanjutnya. Cleaning
mesin menyangkut berbagai macam pekerjaan seperti contohnya pelumasan mesin,
membersihkan tatal – tatal dari mesin, serta pengecekan peralatan dan posisi handle-
handle mesin.

2.6 Safety Prosedure


Perhatian !!!
Ikuti setiap langkah dan Perhatikan hal-hal yang perlu, sehingga tercapai efisiensi
maksimum serta dapat dihindari kecelekaan dan kerugian lainnya !!!
Kalimat diatas merupakan salah satu peringatan keselamatan kerja pada saat
melakukan proses pekerjaan pemesinan. Di dalam melakukan praktikum, operator
63

haruslah mematuhi aturan aturan keselamatan yang ada serta alat pelindung diri yang
sesuai.
Alat Pelindung diri antara lain:
1. Seragam bengkel standar
2. Kacamata safety
3. Safety shoes

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Area Kerja
• Harus dalam keadaan aman dan bersih
• Sinar lampu yang terang
• Bebas dari benda-benda yang berserakan dilantai
• Bebas dari genangan air dan oli
2. Kondisi Mesin dan Peralatan
• Periksa alat-alat dilaci mesin/inventaris
• Meja mesin bersih
• Periksa counter mesin
• Periksa oli pelumas jika kurang tambahkan
• Periksa cooling / sistem pendingin, tambahkan cairan pendingin jika kurang
• Periksa elemen-elemen yang perlu dilumasi
• Periksa ketegak lurusan antara sumbu kepala vertikal dengan meja
3. Persiapan sebelum machining
• Siapkan peralatan ynag diperlukan
• Operation Plan
64

• Gunakan APD sesuai aturan praktik


4. Waktu menjalankan/bekerja pada mesin
• Hidupkan mesin setelah anda yakin tidak ada bagian-bagian atau alat-alat
yang tidak mengganggu bagian-bagian mesin yang bergerak
• Teliti apakah bagian-bagian mesin bekerja normal
• Jalankan mesin setelah alat-alat dan benda kerja terikat dan siap untuk
dikerjakan
• Jangan meninggalkan mesin yang sedang beroperasi
• Jangan membersihkan tatal dengan tangan saat benda kerja sedang
berputar
• Jangan memberikan pendingin pada benda kerja menggunakan
kain/majun
• Jangan menghentikan spindle/cutteer saat masih berputar meskipun
mesin sudah dimatikan
• Bertanyalah kepada instruktur jika ragu atau tidak tahu
5. Setelah selesai bekerja
• Bersihkan mesin dari tatal tatal bekas sayatan
• Kembalikan alat-alat pada tempat semula
• Lumasi bagian-bagian mesin
Hal-hal penting yang harus diingat :
• Gunakan krane untuk mengangkat ragum & kepala pembagi, jika tidak
memungkinkan gunakan poros silindris, minimal dua orang untuk
mengangkat.
• Setiap kali hendak penyeting pemotongan awal , saklar pendingin dalam
posisi off .
• Gunakan RPM & Feeding yang sesuai.
• Pastikan baut-baut terpasang dengan kencang, periksa dengan kunci pas/ring
dan kunci L.
• Untuk membersihkan Beram Gunakan Kuas.
• Alat – alat yang rusak atau tidak aman digunakan segera dilaporkan
• Laporkan kepada instruktur jika ada alat-alat yang tidak dilepas karena akan
dilanjutkan besok hari.
65

2.7 Laporan Kerja


Selama melakukan praktikum section milling, penulis mendapatkan berbagai
macam ilmu mengenai praktek maupun teori tentang proses milling.
Antara lain:
1. Setting titik center pada benda kerja.
Untuk melakukan setting titik center digunakan alat center fix. Alat ini dipasang
pada spindel mesin seperti halnya memasang cutter. Setelah benda kerja
terpasang pada ragum dan center fix juga sudah terpasang maka hidupkan
spindel mesin lalu sentuhkan perlahan-lahan pasa sisi-sisi sampingnya (sisi
untuk sumbu x dan y). Titik nol akan didapat jika center fix sudah satu sumbu
dalam putarannya. Setelah titik nol didapat maka geser spindel tersebut (baik
pada sumbu x dan y) sebesar ½ diameter dari center fix. Hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu rpm, biasanya untuk proses setting nol digunakan rpm sebesar
300 sampai 500/ dibawah 500.
2. Pembuatan champer pada benda kerja
Pembuatan champer pada milling menggunkan cutter ”lip cutter”. Lip cutter
dipasang pada spindel mesin seperti halnya memasang cutter milling yang lain.
3. Pemakanan bertingkat
Tahapan – tahapan yang dilakukan pada pemakanan bertingkat disesuaikan
dengan bentuk profil yang akan dibentuk. Untuk proses ini harus dilakukan
setting nol pada benda kerja. Pada proses ini hal yang harus diperhatikan yaitu
Rpm dan Cs yang dipakai harus sesuai.
4. Pembuatan lubang (drilling)
Pembuatan lubang tidak hanya dilakukan pada mesin drilling. Mesin milling
dapat melakukan proses drilling dengan alat potongnya yaitu twist drill. Besar
diameter twist drill yang dipakai disesuaikan dengan besar lubang yang ingin
dibuat. Biasanya untuk pembuatan lubang dengan diamter besar sebaiknya
dilakukan secara bertahap dari diameter terkecil sampai diameter terbesar.
Sebelum melakukan proses drilling terlebih dahulu dilakukan pencarian titik
center menggunkan center fix kemudian menggunakan center drill untuk
membuat lubang acuan
5. Setting Nol
Setting nol dilakukan agar ukuran dari benda kerja yang akan dibentuk bisa
didapat. Setting nol dilakukan pada sumbu x. Y, dan z. Untuk prosesnya sendiri
66

yaitu cari sobekan kertas tipis lalu basahi dengan coolant dan tempelkan pada
sisi bidang benda kerja yang akan dicari titik nol sumbuna. Lalu hidupkan mesin
dan sentuhkan cutter perlahan-lahan sampai kertas tersebut terlepas dari benda
kerja. Jika sudah terlepas maka di titik itulah merupakan titik nol sumbu sisi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai