BAB I Pendahuluan
2.2 Embriologi
2.3 Fisiologi
2.4.2 Hidrocele
12
2.4.3 Varikokel
19
21
2.4.5 Orchitis
23
28
39
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Testis terbungkus
oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika
dartos Testis memiliki peran ganda, yaitu: sebagai glandula eksokrin dan endokrin.
Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan sel-sel spermatozoa dan sebagai
glandula endokrin menghasilkan hormon testosteron. Virilitas dan fertilitas dari pria
nomal membutuhkan kolaborasi dari testis sebagai glandula eksokrin dan glandula
endokrin. Bebeapa anomaly dan patologi dari testis meliputi Undesensus testis (UDT)
atau biasa disebut kriptorkismus, hidrokel, varikokel,torsio testis, orchitis , tumor
testis
Kesalahan penanganan pada testis akan menimbulkan ketidaknyamanan
sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan terjadi gangguan seperti infertilitas,
disfungsi ereksi bahkan kematian jaringan testis yang mengkibatkan testis tersebut
dilakukan orchidektomi .
BAB II
ISI
testis
dapat
digerakan
mendekati
rongga
abdomen
untuk
cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat
menbentuk cairan semen.1
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3.
dengan minggu ke-35 kehamilan. Testis mengalami penurunan dari region inguinal ke
dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. Mekanismenya belum diketahui
secara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin generelated
peptide (CGRP). Androgen akan merangsang nervus genitofemoral untuk
mengeluarkan CGRP yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum. Faktor
mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat
yang menyebabkan keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan
abdomen akan menyebabkan terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui
canalis inguinalis menuju skrotum. Proses penurunan testis ini masih bisa
berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan.5,6
Spermatogenesis
Spermatogenesis merupakan sebuah proses komplek dimana secara primitif,
sel stem totipotent dibagi untuk memperbaharui diri mereka sendiri atau produksi sel
untuk menjadi spermatozoa. Proses ini terjadi didalam tubulus seminiferus dari testis.
Pada kenyataannya, 90% dari volume testis ditentukan oleh tubulus seminiferus dan
sel germinal pada berbagai tahapan perkembangan.4
a. Sel Sertoli
Tubulus seminiferus terkait dengan sel Sertoli yang beristirahat pada dasar
membran tubular dan meluas ke lumen dengan sitoplasma kompleks. Sel
Sertoli dihubungkan dengan tight junction, barier terkuat interselular di dalam
tubuh. Kompleks hubungan ini membagi rongga tubulus seminiferus menjadi
basal (dasar membran) dan bagian lumen. Pengaturan anatomi ini membentuk
dasar dari barier darah-testis, memungkinkan spermatogenesis terjadi dalam
berasal
dari
yang
berarti
tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. 5,6
Sepertiga kasus anak-anak dengan UDT adalah bilateral sedangkan dua
pertiganya adalah unilateral. Insiden UDT terkait erat dengan umur kehamilan,dan
maturasi bayi. Insidensnya 3 6% pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan
meningkat menjadi 30% pada bayi prematur. Setelah 100 tahun penelitian mengenai
UDT, masih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroversial. Faktor predisposisi
terjadinya UDT adalah prematuritas, berat bayi baru lahir yang rendah, kecil untuk
masa kehamilan, kembar dan pemberian estrogen pada trimester pertama. 1,2.
Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan masih berada dijalurnya
mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga abdomen, yaitu terletak diantara
fossa renalis dan annulus inguinalis internus. Testis ektopik mungkin berada
diperineal, di luar kanalis inguinalis yaitu diantara aponeurosis oblikus eksternus dan
jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoral.1,3.
UDT dapat kembali turun spontan ke testis sekitar 70 - 77% pada usia 3 bulan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum,antara lain:
(Mekanisme terjadinya UDT berhubungan dengan banyak faktor (multifaktorial)
yaitu:
1. Perbedaaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus spermatikus atau
gubernakulum
2. Peningkatan tekanan abdomen
9
utama
dilakukan
terapi
adalah
meningkatnya
risiko
10
menimbulkan efek pada testis di kemudian hari. UDT meningkatkan risiko infertilitas
dan berhubungan dengan risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 sampai dengan
10 kali. Atrofi testis terjadi pada usia 5 7 tahun, akan tetapi perubahan morfologi
dimulai pada usia 1 2 tahun. Risiko kerusakan histologi testis juga berhubungan
dengan letak abnormal testis. Pada awal pubertas, lebih dari 90% testis kehilangan sel
germinalnya pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan
preskrotal,penurunan sel geminal mencapai 41% dan 20%.1,5,6
Penatalaksanaan2.5
Terapi hormonal untuk mengatasi UDT masih dalam kontroversi. Hormonhormonseperti buserelin, LH releasing hormon agonis,dan gonadotrophin releasing
hormon(GnRH) agonis, sering digunakan untuk menangani UDT di Eropa dengan
tingkat kesuksesan antara 10-50%. Tingkat kesuksesan yang lebih tinggi mungkin
terjadi padaanak yang mengalami acquired UDT. Pada anak yang mengalami
kegagalan migrasi gubernakulum menuju skrotum secara kongenital, terapi hormonal
kelihatannya memiliki tingkat kesuksesan yang sangat rendah. Namun penggunaan
hormon-hormon tersebut belum disetujui oleh United States Food and Drug
Administration.
Prinsip dari pembedahan untuk menangani UDT adalah untuk memindahkan
testis dan meletakkannya di dalam skrotum. Pembedahan ini disebut dengan
orchidopexy. Biasanya orchidopexy langsung dilakukan jika testis telah pasti
diketahui terletak pada leher skrotum atau pada daerah inguinal. Jika testis terletak
pada daerah intra abdomen, laparoskopi dapat dilakukan terlebih dahulu untuk
menentukan letak testis. Kemudian, akan diputuskan apakah orchidopexy akan
dilakukan dalam satu atau dua tahap.
Prognosis2.5
11
12
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel. 5,6
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam
funikulus spermatikus. 5,6
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
5,6
1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan
menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe.
Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat
karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel
dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang
tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam
lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
13
1.
Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
2.
menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong
hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat
anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen
Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
14
Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
5,6
pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan ke dalam rongga abdomen. 5,6
Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi
berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat
resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel
komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.
5,6
Pemeriksaan penunjang5,6
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya
diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah,
hernia dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai
bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,
seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi
17
18
19
Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya
melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel
yang telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis
merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.
Tindakan yang dikerjakan adalah:
(1) ligasi tinggi vena spermatika interna secara Palomo melalui operasi terbuka atau
bedah laparoskopi,
(2) varikokelektomi cara Ivanisevich,
(3) atau secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna ( embolisasi ). Untuk lebih jelasnya mengenai embolisasi
varikokel.
Prognosis
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat
beberapa indikator antara lain: (1) bertambahnya volume testis, (2) perbaikan hasil
analisis semen (yang dikerjakan setiap 3 bulan), atau (3) pasangan itu menjadi hamil.
Pada kerusakan testis yang belum parah, evaluasi pasca bedah vasoligasi tinggi dari
Palomo didapatkan 80% terjadi perbaikan volume testis, 60-80% terjadi perbaikan
analisis semen, dan 50% pasangan menjadi hamil.
2.3.4 Torsio Testis
Torsio testis adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga
terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan
aliran darah daripada testis. 5,6
Gambaran klinis :
Anamnesa :
20
Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex
kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha
bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan
mengangkat testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah
atas minimal 0.5 cm.
Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di
ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan blue dot
sign.
Penatalaksanaan
Detorsi Manual
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan
jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio
biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,
kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri
21
setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil operasi
harus tetap dilaksanakan. 5
Operasi. 5
Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada
arah yang benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis
Operasi dalam 6 jam biasanya dapat mencegah terjadi iskemia testis, dan akan
mengalami penurunan sebesar 20% dalam 12 jam. Atrofi muncul antara 4 jam sampai
8 jam dan setelah 10 jam iskemia nekrosis tidak dapat lagi terelakkan Jika testis
masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian
disusul orkidopeksi pada testis kontralateral . 5,7
Prognosis
Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera dalam 56 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka pertolongan
terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan gangguan aliran darah,
maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan juga meningkat.Namun,
meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat menimbulkan kehilangan
fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah terjadi nekrosis dan indikasi
untuk dilakukan orchi dectomy. Orchidopexy tidak memberikan jaminan untuk tidak
timbul torsio di kemudian hari, meskipun tindakan ini dapat menurunkan
kemungkinan timbulnya hal tersebut. Keterlambatan intervensi pembedahan akan
memperburuk prognosis serta meningkatkan angka kejadian atrofitestis
2.4.5 Orchitis
22
Orchitis adalah reaksi inflamasi akut akibat infeksi sekunder pada testis.
Kebanyakan kasus berkaitan dengan infeksi virus mumps. Selain virus mumps, virus
ataupun bakteri lain juga dapat menyebabkan orchitis. 5,7
Epidemiologi
DI Amerika Serikat diperkirakan 20% dari pasien prepubuertas yang terinfeksi
virus mumps mengalami orchitis. Pada Orkitis mumps, 4-5 kasus terjadi pada usia
prepubertas ( < 10 tahun). Pada Orkitis bakterialis, kebanyakan kasus berkaitan
dengan epididimis (epididimo-orkitis), dan terjadi pada usia seksual aktif, lebih dari
15 tahun atau diatas 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak. 5,7
Etiologi
Orkitis paling sering disebabkan oleh virus mumps. Selain itu, dapat juga
disebabkan oleh virus coxsackie, mononucleosis infeksiosa, varicella dan
echovirus.Orkitis bakterialis biasanya berkaitan dengan epididimitis. Bakteri yang
berperan berupa Neisseria gonorrhea, Chlamydia trachomatis, Escheriaia coli,
Klebsiella
peneumoniae,
Pseudomonas
aeruginosa,
Staphylococcus
dan
23
pada 20-35 % kasus mumps pada laki-laki pada usia tersebut dan bilateral pada 10 %
kasus. Onset biasanya terjadi pada 3-4 hari setelah berkembangnya parotitis 5,7
Tuberkulosis orchitis dapat terjadi dari penyebaran hematogen dari tuberkel
bacilli dari focus infeksi di paru atau lebih sering lagi, secara langsung dari
tuberculous epididimytis 5,7
Orkitis luetika jarang ditemukan. Sifilis stadium IV yang merupakan guma di
orgaan ini agak sering terdapat di testis, tetapi setelah penemuan antibiotik, sifilis
stadium IV sangat jarang ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan
seluruh testis yang tidak nyeri, konsistensi agak kenyal seperti karet dan mungkin
terdapat hubungan dengan kulit
dilatasi
diobservasi; neutrofil, limfosit dan makrofag banyak ditemukan; dan sel tubular
menunjukkan derajat degenerasi. Pada masa penyembuhan testis kecil dan lembut.
Secara histology, fase ini menunjukkan tubular atrophy namun tetap mempertahankan
sel interstisial Leydig. Epididimis seringkali terlibat 5,7
Gambaran klinik
A. Gejala dan Tanda
Orkitis ditandai adanya nyeri dan bengkak pada testis. Nyeri yang dirasakan
berkisar nyeri ringan sampai berat. Gejala lain yang dapat ditemukan berupa lelah,
nafsu makan menurun, nyeri otot, demam, mual dan nyeri kepala. 5,7
Munculnya mumps orchitis mendadak, biasanya terjadi setelah 3-4 hari
setelah terjadinya parotitis. Skrotum dapat berwarna kemerahan dan udem. Tidak
seperti penemuan pada epididimitis, gejala urinari yang dikaraktestikkan tidak ada.
Demam dapat mencapai 40o C dan prostrasi dapat terlihat 5,7
Parotitis dari mumps dapat muncul atau bukti penyakit infeksi yang lain yang
dapat ditemukan. Satu atau kedua testikel akan membesar dan sangat lunak.
Terkadang epididimis tidak dapat dibedakandari testis dengan palpasi. Kulit scrotum
dapat kemerahan. Pada hidrocele terdapat transluminasi Pada pemeriksaan rectal
touch dapat ditemukan pembesaran dari prostat (prostatitis) berkaitan epididimoorkitis. 5,7
Penemuan laboratorium
Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan leukositosis. Proteinuria ringan dan
mikrohematuria telah di gambarkan, namun urinalisis biasanya normal. Selama
episode akut dari viral orchitis, organism infektif dapat ditemukan pada urin 5,7
25
Penatalaksanaan
Orchitis karena bakteri harus diobati dengan obat antimikroba, sedangkan
obat-obatan ini tidak berguna melawan mumps orchitis. Resolusi yang cepat dan dari
pembengkakan dan rasa sakit kadang dapat dicapai dengan infiltrasi dari funikulus
spermatikus secepatnya superior dari testis yang terlibat dengan 20 mL dari 1%
lidocaine. Ini dapat menjaga aktivitas spermatogenic dengan memperbaiki suplai
darah ke testicle. Pada kasus orchitis granulomatosa nonspesifik penggunaan
kortikosteroid diindikasikan 5,7
Tirah baring penting untuuk tahap akut orchitits. Penghangatan local berguna
dan menghilangkan nyeri. Dukungan terhadap organ dapat meningkatkan
kenyamanan; handuk diletakkan di bawah skrotum atau penggunaan athletic
supporter dapat berguna. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan demam
disarankan 5,7.
Prognosis
Prognosis pada penderita orkhitis secara umum adalah baik,
sebagian besar kasus orkhitis karena mumps menghilang secara spontan
dalam 3-10 hari. Pada penyakit orkhitis dengan pemberian antibiotik yang
tepat, sebagian besar kasus orkhitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi
TUMOR TESTIS
Insiden
Insiden kanker testis di Eropa meningkat, dengan dua kali lipat setiap 20 tahun.
Insiden saat ini adalah 63/100 000/tahun, dengan tingkat tertinggi di negara-negara
26
Eropa Utara (68/100 000/tahun). Angka kematian sangat rendah (3,8 cases/100
000/tahun). Tumor testis, 40% adalah seminoma dan 60% non-seminoma. Kanker
testis invasif berkembang dari karsinoma in situ (CIS) / intraepithelial neoplasia testis
(TIN), sering ditemukan dalam jaringan testis sisa nonmalignant. Pada biopsi acak,
2% -5% pasien kanker testis memiliki CIS di testis kontralateral. Hal ini sesuai
dengan tingkat 2% -3% dari kanker testis kontralateral sinkron atau metachronous.
Etiologi 6
Kebanyakan kanker testis terjadi pada usia di bawah 40 tahun. Penyebabnya
yang pasti tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menunjang terjadinya
kanker testis:
Testis undesensus (testis yang tidak turun ke dalam skrotum) atau kriptorkismus
Kriptorkismus merupakan faktor resiko timbulnya karsinoma testis. Dikatakan
bahwa 7 10% pasien karsinoma testis, menderita kriptorkismus. Proses
tumorigenesis pasien maldensus 48 kali lebih banyak daripada testis normal.
Meskipun sudah dilakukan orkidopeksi, resiko timbulnya degenerasi maligna
tetap ada. Pria dengan testis undesenden mempunyai risiko 10 kali untuk
mendapat tumor dibandingkan dengan mereka yang mempunyai testis
intraskrotal.
Atrofi Testis.
Kagagalan testis untuk bertumbuh menjadi matur atau mencapai ukuran normal.
Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi mumps, torsi atau trauma.
Terpapar dengan bahan kimia dan polutan.
Terpapar dengan substansi/zat toksin dapat menyebabkan perkembangan yang
abnormal dari testis. Hal ini meningkatkan frekuensi tumor testis pada usia 30-40
tahun.
Pemaparan Dietilstilbesterol (DES).
Pada anak-anak yang lahir dari wanita dengan level estrogen yang tinggi selama
hamil sangat beresiko untuk terdapatnya tumor testis dan kriptorkidisme.
27
Patofisiologi 6
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai
seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,
funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan
barrier yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga
kerusakan tunika albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk
menyebar keluar testis.6
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju
ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian
menuju ke kelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma
menyebar secara hematogen ke paru, hepar, dan otak. 6
Patologi 7
Seminoma
Makroskopik : Permukaan homogen putih kotor, lobuler, perdarahan/nekrosis.
Mikroskopik : Membran sel berbeda, sitoplasma jernih tampak berair, inti ditengan
dan besar dengan 1-2 nukleoli prominen, mitosis jarang, tidak mengandung AFP.
Nonseminoma
Makroskopik : Warna abu-abu pucat, lunak.
Mikroskopik :
28
Ukuran sel kecil (6-8 m).Sitoplasma eosinofilik dengan tepi tipis mirip
spermatosit sekunder.
Ukuran sel sedang (15-18 m).Mengandung banyak inti bulat dan sitoplasma
eosinofilik
Ukuran sel besar (50-100 m). Sel-sel tumor menunjukan gambaran sitoplasma
eosinofilik dengan inti spermatositik matur.
.Gambaran Klinis7
Gambaran khas tumor testis ialah benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri.
Biasanya tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epidimis pada
palpasi yang dilakukan dengan telunjuk ibu jari.
Gejala pada umum dapat diakibatkan oleh metastasis. Pembesaran testis tanpa
nyeri adalah temuan yang paling umum dijumpai tetapi mungkin juga tidak
ditemukan gejala sama sekali. Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa
atau benjolan pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat perluasan nodus
retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat badan, dan kelemahan
diagnostik yang signifikan.7
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah pemeriksaan testis
mandiri. Suatu bagian penting dari promosi kesehatan untuk pria harus mencakup
pameriksaan mandiri. Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi
penting untuk deteksi dini penyakit ini. 7
Berikut beberapa gejala dari tumor testis adalah7
Pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri. Namun 30% mengeluh nyeri dan
terasa berat pada kantung skrotum, sedangkan 10% mengeluh nyeri akut pada
skrotum.
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
29
30
limfatik menyebar melalui skrotum dan ekstensi tumor itu lokal di luar tunika
vaginalis. Metastasis visceral terlihat di sekitar 5% pasien pada presentasi (paru-paru,
hati, tulang, otak). Staging CT dada hanya ditunjukkan ketika daerah getah bening
para-aorta penyebaran simpul hadir atau jika ada Foto toraks abnormal. Setelah
metastasis kelenjar getah terapi simpul mengurangi nyata dalam ukuran tetapi
beberapa jaringan abnormal tidak aktif tetap ada yang dapat sulit dibedakan dari
penyakit sisa dan pemantauan sementara diperlukan.
3. MRI
Biasanya muncul sebagai tumor multinodular intensitas uniformsignal 3-4.
4. Pemeriksaan darah atau penanda tumor 7
Untuk menandai tumor seminoma atau non seminoma
Yang dilihat adalah jumlah AFP (alfa fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin)
aFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh
karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak
diproduksi oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor
ini mempunyai masa paruh 5-7 hari.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada
keadaan normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini
meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada 40% - 60% pasien
karsinoma embrional, dan 5% - 10% pasien seminoma murni. HCG
mempunyai waktu paruh 24-36 jam
31
32
terbatas testis
Tis
intratubular
T1
T2
T3
funikulus spermatikus
T4
skrotum
N1
tunggal < 2 cm
N2
N3
M
> 5 cm
penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal/metastasis
hematogen
33
2.
3.
Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah bening, bisa sampai
ke hati atau paru-paru.
Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:6
1.
2.
Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya, seringkali dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma, terutama pada
stadium awal.
3.
4.
34
2.
perut.
Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar getah bening dan
35
36
37
BAB III
SIMPULAN
glandula eksokrin dan endokrin. Sebagai glandula eksokrin, testis menghasilkan selsel spermatozoa, dan sebagai endokrin menghasilkan hormon testosteron.
Pada anomali dan patologi dari tetstis sering didapatkan pada usia dewasa
muda . Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesis pemeriksaan fisik dan
penunjang . Penatalaksanaan yang terlambat akan menimbulkan efek pada testis di
kemudian hari. ketidaknyamanan sepanjang hidup dan bila tidak ditangani akan
gangguan gangguan seperti infertilitas, bahkan kematian jaringan.
Bebeapa anomaly dan patologi dari tetstis meliputi Undesesus testis (UDT)
atau biasa disebut kriptorkismus, Hidrokel, Varikokel,Torsi Testis, Orchitis , tumor
testis
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Umbas, R., Tumor Ganas dalam Bidang Urologi, (Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah Ed: Reksoprodjo, S, dkk), Bagian Bedah Staf Pengajar Universitas
Indonesia, Ed. 2 Jakarta, 2000.
2. Coup. A.J., Traktus Genitalia Pria, (Patologi umum dan sistemik, Ed. Sarjadi),
EGC, Ed. 2 Jakarta, 2000.
3. Moh. Adjie Pratignyo. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. Edisi 1. SAP Publish
Indonesia: Tangerang
4. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
5. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
6. Purnomo, B.B., Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Ed. 2, Jakarta. 2003.
7. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Ed. 2, 1997
39