Anda di halaman 1dari 2

Gagasan Baru yang Ditawarkan

Salah satu solusi dalam menghadapi bencana banjir musiman yang kerap kali melanda
Jakarta adalah dengan membangun Rumah Dua Alam. Gagasan mengenai Rumah Dua Alam ini
merupakan upaya untuk mengurangi kerugian material yang diakibatkan rusaknya rumah karena
terendam banjir. Gagasan ini berbeda dengan ide kebanyakan yang membangun rumah anti
banjir seperti rumah panggung. Kami sadar bahwa manusia tidak bisa mengalahkan alam,
sehingga kami mengusulkan konsep bangunan yang bersahabat dengan air.
Rumah Dua Alam ini terispirasi dari konsep Amphibious House yang dirancang oleh
arsitek asal London, Inggris. Persis seperti namanya, rumah ini bisa hidup di dua alam, yakni
bisa di darat bisa juga di air. Artinya, rumah ini dapat bertahan sekalipun banjir menerpa.
Rumah Dua Alam jika dilihat dari luar seperti rumah biasa yang berdiri di tanah. Namun
perbedaannya, pada kondisi normal (tidak banjir) ada bagian rumah yang berada di bawah tanah.
Selain itu rumah ini sangat responsif terhadap alam, jika banjir datang, rumah akan bergerak ke
atas dan mengapung. Dan ketika air sudah surut, rumah akan kembali turun seperti semula.
Konstruksi bangunan memberikan ruang kosong yang terbuat dari beton dengan sistem
honeycomb di bagian bawah rumah sebagai tempat masuknya air ketika banjir. Selain itu
menggunakan sistem ponton yang berada di bawah rumah. Ketika banjir, air akan mengalir ke
parit untuk mengisi ponton hingga ponton bergerak ke atas dan mengambang. Hal itulah yang
membuat rumah mengapung atau mengambang dan tidak akan rusak terkena banjir.
Untuk mencegah rumah terombang-ambing, maka rumah ini dilengkapi dengan 4 tiang
penyangga. Tiang-tiang ini akan terangkat ke atas ketika air mulai masuk membanjiri rongga
dasar rumah. Tiang ini bertindak sebagai tonggak penunjuk vertikal yang bisa digeser ke atas dan
bawah saat dibutuhkan untuk begerak. Nantinya, tiang ini bisa diperluas untuk mengatasi ketika
ketinggian air meningkat. Rumah Dua Alam dirancang untuk mampu naik sampai dua setengah
meter. Ukuran ini berdasarkan prediksi skenario banjir terburuk dari Badan Lingkungan Hidup.
Dalam kondisi normal, rumah ini dapat terhubung ke sumber listrik utama. Tapi ketika
banjir melanda hingga parah, pemilik rumah harus memotong aliran listrik. Untuk mengatasi
ketiadaan energi listrik ini, Rumah Dua Alam dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya dengan memasang Solar Cell di atap rumah. Solar Cell dihubungakan dengan baterai
sehingga pemilik rumah dapat menggunakan energi listrik dari Solar Cell untuk menghidupkan

peralatan rumah yang membutuhkan energi listrik. Selain itu Rumah Dua Alam juga dilengkapi
Wind Wheel System yang disimpan dalam baterai energi sebesar 6 buah. Kedua sistem ini
diletakkan di bagian atap rumah dan digunakan hanya dalam keadaan sedang banjir dan tidak ada
listrik.

Anda mungkin juga menyukai