Oleh
SEKOLAH PASCASARJANA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Sirkulasi massa air laut dapat dijelaskan dengan model hidrodinamika. Model
hidrodinamika didasarkan pada Hukum Newton II. Hukum ini menyatakan bila resultan gaya
bekerja pada suatu massa fluida maka fluida tersebut akan mengalami perubahan momentum
atau mengalami perubahan kecepatan (percepatan). Secara umum terdapat empat jenis gaya
yang bekerja pada massa air laut, yaitu gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, dan
gaya friksi per unit massa (Ramming dan Kowalik, 1980; Pond dan Pickard, 1983; Stewart,
2002).
Persamaan Hidrodinamika
Hidrodinamika memiliki dua persamaan dasar, yaitu persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum . Persamaan hidrodinamika diturunkan dari Hukum Newton II yang
disebut hukum kekekalan momentum yang menyatakan bahwa perubahan momentum
terhadap waktu sama dengan total gaya yang bekerja. Hukum ini dijabarkan dalam bentuk
persamaan matematika sebagai berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):
- komponen x
u
u
u
u
1 p
2u
u
v w
fv k 2 Au
t
x
y
z
x
z
.................................... (1)
- komponen y
v
v
v
v
1 p
2v
u v w
fu k 2 Av
t
x
y
z
y
z
.................................... (2)
- komponen z
w
w
w
w
1 p
2w
u
v
w
g k 2 Aw ................................. (3)
t
x
y
z
z
z
dimana:
^ 2
2 2
= Laplace operator 3 dimensi i 2 j 2 k 2
y
z
x
= variabel waktu (det)
t
^ ^
6
A
p
= koefisien viskositas Eddy lateral atau koefisien peertukaran momentum pada arah
horizontal
= tekanan air laut (kg/m.det2)
Ruas kiri dari persamaan (1), (2), (3) merupakan total derivatif dari velositas yang
berubah terhadap waktu (percepatan) yang terdiri dari percepatan lokal dan suku advektif.
Ruas kanan dari persamaan (1), (2), (3) merupakan gaya-gaya yang bekerja pada massa air
seperti komponen tekanan, gaya coriolis, percepatan gravitasi bumi, gaya lain yang bekerja
terhadap massa air seperti gaya gesekan angin, gaya gesekan dasar dan gaya gesekan akibat
pergerakan partikel fluida itu sendiri yang menghasilkan gerakan turbulen.
Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida incompressible, maka akan
ditambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk
(Ramming dan Kowalik, 1980):
u
v
w
0
x
y
z
................................................................................ (4)
u v w
0 ..................................................................................................... (5)
L L H
dimana u = v = S, maka diperoleh:
w 2H
7
bisa menyatakan bahwa bentuk-bentuk persamaan yang melibatkan kecepatan vertikal dapat
diabaikan. Dengan demikian, persamaan (1), (2) dan (3) menjadi (Ramming dan Kowalik,
1980):
- komponen x
u
u
u
1 p
2u
u
v
fv k 2 Au ............................... (7)
t
x
y
x
z
- komponen y
v
v
v
1 p
2v
u v
fu k 2 Av
t
x
y
y
z
................................... (8)
- komponen z
w
1 p
g ............................................................................................... (9)
t
z
Dengan melakukan uji dimensi lanjutan dan mengambil nilai kecepatan horizontal
u = v = p = 100 cm/detik kita dapat menghitung masing-masing bentuk dari persamaan di
atas, yaitu:
1. Bentuk non Linear, dengan memperhatikan persamaan u
u
, maka
x
4
u
p2
=
10 cm/s2..... (10)
x
L
Hasil ini menunjukkan bahwa bentuk non linier penting diperhitungkan ketika kecepatan
berubah dalam jarak horizontal yang pendek.
2. kecepatan vertikal
w
t
w
dengan nilai gravitasi dan gradien tekanan, maka
t
w
w
w
<< g (
=0) sehingga, bentuk
dapat diabaikan pada
t
t
t
persamaan (8).
Berdasarkan uji dimensi di atas, persamaan gerak (7)-(9) dapat ditulis menjadi:
- komponen x
u
1 p
2u
fv k 2 Au ................................. (11)
t
x
z
- komponen y
v
1 p
2v
fu k 2 Av .................................... (12)
t
y
z
- komponen z
1 p
g .............................................................................................. (13)
z
Melalui integrasi persamaan (13 dari dasar (z) sampai permukaan ( ) dengan
mengasumsikan bahwa tekanan permukaan bebas (free surface) adalah sama dengan tekanan
atmosfer Pa (x, y, t), maka diperoleh persamaan 14 berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):
p pa g ( H ) .......................................................................................... (14)
Substitusi persamaan (14) ke dalam persamaan (11) dan (12), diperoleh persamaan
dari komponen arus horizontal 2 dimensi yang tidak terstratifikasi menjadi (Ramming dan
Kowalik, 1980):
- komponen x
u
1 pa
2u
fv g
k 2 Au ......................................................... (15)
t
x x
z
- komponen y
1 pa
2v
fu g
k 2 Av ...................................................... (16)
t
y y
z
I
II
III
IV
Arti fisis dari masing-masing suku dalam persamaan (15) dan (16) adalah:
Suku I menyatakan perubahan momentum lokal atau disebut percepatan lokal terhadap
bidang horizontal (arah sumbu x dan y).
komponen x :
u
t
komponen y :
v
t
Suku II adalah perubahan momentum akibat gaya Coriolis (Bishop, 1984), ditulis:
f 2 sin
dimana:
f
= parameter Coriolis
Suku III menyatakan gaya tekanan horizontal yang terdiri dari dua suku yaitu
kontribusi tekanan atmosfir permukaan (Pa) dan tekanan hidrostatik (Ph) akibat adanya
perbedaan ketinggian muka air, hal ini menyebabkan, massa air bergerak ke daerah
tekanan yang lebih rendah. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Bishop,
1984):
komponen x : g
pa
x x
komponen y : g
pa
y y
10
dimana menyatakan elevasi terhadap rerata muka air (MSL) dan pa merupakan tekanan
atmosfir di permukaan laut.
Suku IV menyatakan gaya gesekan turbulen arah vertikal yang terdiri dari gaya gesekan
angin di permukaan dan gaya gesekan dasar. Pengaruh dari gesekan angin terjadi sampai
pada kedalaman Ekmann dimana pada kedalaman ini massa air teraduk sempurna.
geseknya yang dalam bentuk matematis dapat dijabarkan sebagai berikut (Bishop, 1984):
komponen x : uw u 2 w v 2 w
1/ 2
komponen y : vw u 2 w v 2 w
1/ 2
dimana:
: koefisien gesekan angin
uw : kecepatan angin arah sumbu x
vw : kecepatan angin arah sumbu y
Gaya gesekan dasar besarnya tergantung pada kecepatan arus dan kedalaman yang secara
matematis ditulis sebagai berikut (Bishop, 1984):
u2 v2
komponen x : ru
2
H
u2 v2
komponen y : rv
2
H
1/ 2
1/ 2
dimana:
r : koefisien gesekan dasar
H : kedalaman perairan
Suku V adalah gaya gesekan turbulen horizontal yang besarnya amat bergantung pada
turbulensi dari aliran (Bishop, 1984) :
2 u 2u
komponen x : Ah 2 2
y
x
2v 2v
komponen y : Ah 2 2
y
x
Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida yang bersifat incompressible akan
menambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk:
11
u
v
w
0
x
y
z
P
terhadap x dan y sama dengan nol a a 0 .
x y
Daerah model yang relatif kecil dan berada dekat dengan khatulistiwa sehingga
pengaruh gaya coriolis terhadap gerak massa air dapat diabaikan. Gaya coriolis dapat
diabaikan dengan menentukan Radius Deformasi Rossby (Rb) untuk daerah model
yang diteliti, yaitu (Pond dan Pickard, 1983):
Rb
gH maks 1 / 2
f
9,8 x 21
= 941,3054985 km
1,524 x10 5
dimana :
Rb : radius deformasi Rossby
f
( f 2 sin )
: parameter coriolis
: sudut lintang
rad/detik
Untuk kajian wilayah peraran skala kecil atau lokal seperti perairan pantai, teluk, dan estuari
dimana
skala lateraalnya lebih kecil dari nilai radius deformasi Rossby-nya, maka efek
Tidak ada sumber (source) dan kebocoran (sink) air laut yang terjadi di dalam daerah
model, artinya evaporasi dan presipitasi diabaikan serta dasar laut bersifat
impermeable.
Tidak ada sumber momentum (gaya-gaya luar) yang terjadi pada area, seperti gerakan
kapal, tsunami dan gempa.
12
- komponen x
u
( x)
( x)
fv g
s
b Au ........................................................ (17)
t
x H H
- komponen y
( y)
( y)
fu g
s
b Av ..................................................... (18)
t
y H H
Kemudian persamaan (17), dan (18) diintegrasikan terhadap kedalaman secara vertikal
dari dasar (z = -H) sampai ke permukaan (z = ) untuk mendapatkan persamaan transpor
massa sehingga diperoleh persaman kecepatan rata-rata dalam bentuk transpor massa air dua
dimensi (Ramming dan Kowalik, 1980):
U
(U 2 V 2 )1 / 2
gH
Wx Wx2 W y2 rU
AU ... (19)
t
dx
H2
(U 2 V 2 )1 / 2
gH
W y Wx2 W y2 rV
AV ....... (20)
t
dy
H2
Integrasi persamaan kontinuitas (4) dari dasar (z=-H) sampai permukaan (z= )
menghasilkan:
( + ) +
= 0
+
+ () () = 0
II
III
IV
Sedangkan suku II menghasilkan :
Suku III dan IV diselesaikan dengan menerapkan persamaan permukaan bebas dalam bentuk
z= (, , ) diperoleh
13
w() = + + dan
w(-H) = =
+ + +
=0
+
+
=0
0 ... (21)
x y t
dimana: U
uz
H0
;V
vz
H0
adalah elevasi muka air laut dari muka air laut rata-rata (MSL)
Wx
Wy
14
Persamaan Pembangun
Persamaan Hidrodinamika (19) dan (20) bila dinyatakan secara sederhana dalam 1D memiliki
bentuk :
U
gH
... (22)
t
dx
Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal
dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.
Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan
0...............................(23)
x t
dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan
terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).
Deskritisasi Model
Persamaan hidrodinamika 1 dimensi sederhana (22) dan (23) dapat dideskritisasi
secara eksplisit melalui metode beda hingga menjadi :
t n
uin1 uin gH n
in
i x i 1
in1 in
(24)
uin uin1
x
t
(25)
dimana Hin d in
(26)
(27)
gH
Solusi analitik
Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai
elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :
A * cosk * x * t
sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :
(28)
15
u A / H * Co * cosk * x 0.5 * dx * t
(29)
Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai
awal dan syarat batas numerik.
A * cosk * x
saat t=0
(30)
u A / H * Co * cosk * x 0.5 * x
i
i
saat t=0
(31)
Syarat Batas
Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :
n 1 A * cos * t
(32)
Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :
u A / H n 1 * Co * coskl * t
i
i max
(33)
Kriteria kestabilan
Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :
Kedalaman (d) = 10
16
Gravitasi (g) = 10
17
LISTING PROGRAM
Skenario 1: Hidrodinamika sederhana (Kedalaman tetap)
!Program Model Hidrodinamika 1-D Sederhana
real seta, seta0, u, u0, ka, sigma, Co
dimension H(100), u0(100), u(100), seta0(100), seta(100)
open (1,FILE='elvruang1D.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwaktu1D.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsruang1D.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswaktu1D.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
! Pemberian nilai Amplitudo A
A=0.1
! Kedalaman tetap/sama di semua sel, d=10
d=10
g=10
tmax=3*T
dt=3
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
pi=3.141592654
sigma=2*pi/T
Co=sqrt(g*d)
ka=sigma/Co
!Syarat Awal
do i=1,imax
seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)
H(i)=d+seta0(i)
enddo
do j=1,jmax
18
u0(j)=(A/H(j))*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)
enddo
!Perhitungan seta dan u
do k=1,itermax
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=(A/H(jmax))*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((g*dt/dx)*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt*H(i)/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!================= CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
19
H(i)=d+seta0(i)
enddo
enddo
end
20
0,2
0,2
sel ke-5
0,1
sel ke-10
0
-0,1
500
sel ke-20
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 0.1
sel ke-40
-0,2
-0,1
Elevasi terhadap
Waktu
500
Waktu (det)
50
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
0,2
sel ke-20
sel ke-40
Elevasi
Elevasi
sel ke-10
-0,2
Elevasi terhadap
ruang
sel ke-5
waktu T
-0,2
Waktu (det)
0,2
waktu 0,5T
0,1
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-0,2
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang
datang 0.1 menunjukkan bahwa kondisi arus konsisten dengan elevasi gelombang. Arus
meningkat dengan meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Arus dan elevasi berada pada
rentang yang tetap yaitu sebesar -0.1 dan 0.1 sesuai dengan amplitude gelombang datangnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan yang terjadi pada arus dan elevasi pada model
hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap. Profil arus dan elevasi cenderung tetap dan teratur
di setiap ruang dan waktu. Sel paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih
dahulu disusul dengan sel-sel lainnya (Gambar 1).
21
Amplitudo 0.5
sel ke-5
0,5
sel ke-10
0
0
-0,5
500
sel ke-20
Arus (m/s)
Arus (m/s)
sel ke-40
-1
-0,5
Elevasi terhadap
Waktu
50
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
Elevasi terhadap
ruang
sel ke-5
sel ke-10
0
0
-1
500
sel ke-20
Elevasi
Elevasi
waktu T
-1
Waktu
waktu 0,5T
0,5
sel ke-40
Waktu
waktu 0.5T
0
-2 0
50
Sel ke-
waktu T
waktu 2T
2
sel ke-5
sel ke-10
0
-1
-2
500
sel ke-20
sel ke-40
Waktu
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 1
waktu 0,5T
waktu T
0
-1
-2
50
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
22
Elevasi terhadap
Waktu
sel ke-10
0
0
-2
sel ke-5
500
Waktu
sel ke-20
sel ke-40
Elevasi
Elevasi
Elevasi terhadap
Ruang
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-2
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang
datang 1 masih meberikan pola hasil yang sama seperti sebelumnya. Arus meningkat dengan
meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Kecepatan arus maksimum 1 m/s dan elevasi
maksimumnya 1 m. variasi nilai arus dan elevasi adalah sama di setiap sel setiap waktu Sel
paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih dahulu disusul dengan sel-sel
lainnya (Gambar 3).
Keterangan
0.1
0.5
23
24
gH
t
dx
Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal
dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.
Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan
0
x t
dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan
terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).
Deskritisasi Model
Diskritisasi kedua persamaan pembangun (momentum dan kontinuitas) hidrodinamika
1 dimensi sederhana dengan variasi topografi melalui metode beda hingga menjadi :
uin1 uin g
in1 in
Hn Hn
i
i 1 t n n
i
2
x i 1
uin uin1
x
t
dimana Hin d in
dan
H in1 d in1
x
gH
Solusi analitik
Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai
elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :
A * cosk * x * t
sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :
25
u A / H * Co * cosk * x 0.5 * dx * t
Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai
awal dan syarat batas numerik.
A * cosk * x
saat t=0
u A / H * Co * cosk * x 0.5 * x
i
i
saat t=0
Syarat Batas
Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :
n 1 A * cos * t
0
Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :
u A / H n 1 * Co * coskl * t
i
i max
Kriteria kestabilan
Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :
Kedalaman (d) = 10
26
Gravitasi (g) = 10
27
LISTING PROGRAM
Skenario 1: Topografi Slope
!Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi Slope
real seta, seta0, u, u0, ka
real sigma, Co, L, d, dmax
dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)
open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
! Pemberian nilai Amplitudo A
A=0.1
g=10
tmax=3*T
dt=2
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
! Pemberian nilai kedalaman untuk topografi berupa slope
do i=1,imax
d(i)=10+((i-1)*(-7)/39)
enddo
dmax=-0.0987
do i=1,imax
dmax=max(d(i),dmax)
enddo
pi=3.141592654
sigma=2*pi/T
Co=sqrt(g*dmax)
28
ka=sigma/Co
!Syarat Awal
do i=1,imax
seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
do j=1,jmax
u0(j)=A*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)
enddo
!Perhitungan seta dan u
do k=1,itermax
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!====================== CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
29
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
enddo
end
30
3
sel ke-5
sel ke-10
0
0
sel ke-20
500
-2
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 0.1
sel ke-40
waktu 0,5T
waktu T
0
-1 0
Sel ke-
Elevasi terhadap
Waktu
0,5
sel ke-10
0
-0,5
500
waktu
sel ke-20
sel ke-40
Elevasi
Elevasi
Elevasi terhadap
Ruang
sel ke-5
waktu 2T
waktu 3T
-2
waktu
0,5
50
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-0,5
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman berupa slope menunujukkan hasil
yang berbeda dengan model sebelumnya. Profil arus dan elevasi memiliki variasi dan kisaran
yang berbeda di setiap ruang dan waktu. Hal ini ditunjukkan dengan pola grafik arus dan
elevasi yang tampak lebih fluktuatif (Gambar 4). Arus dan elevasi berfluktuasi di luar rentang
amplitude gelombang datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan elevasi
mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di setiap ruang. Sel paling depan, dalam hal
ini sel ke-5 memiliki nilai arus dan elevasi maksimum yang lebih tinggi daripada sel-sel di
belakangnya. Hal ini disebabkan oleh topografi yang lebih dalam sehingga faktor gesekan
dasar memiliki pengaruh yang kecil dalam mengganggu aliran arus atau elevasi gelombang.
Semakin ke kanan (sel paling belakang), arus dan elevasi semakin mengecil karena topografi
semakin dangkal sehingga factor gesekan dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam
mengganggu aliran arus dan elevasi. Semakin lama, elevasi semakin berkurang.
31
Amplitudo 0.5
sel ke-5
sel ke-10
Arus
10
0
-10
500
sel ke-20
Arus (m/s)
20
sel ke-40
-20
waktu T
0
0
-10
waktu
Elevasi terhadap
Waktu
sel ke-10
0
500
-2
sel ke-20
waktu 3T
waktu 0.5T
waktu T
0
0
50
-2
sel ke-40
Waktu
waktu 2T
Sel ke-
sel ke-5
50
Elevasi terhadap
Ruang
Elevasi
Elevasi
waktu 0,5T
10
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
40
20
20
sel ke-5
sel ke-10
-20
-40
500
sel ke-20
sel ke-40
waktu
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 1
waktu 0,5T
10
waktu T
0
-10
-20
50
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
32
1000
200
400
600
sel ke-5
sel ke-10
-1000
sel ke-20
sel ke-40
-2000
Elevasi
Elevasi
Elevasi terhadap
Ruang
Elevasi terhadap
Waktu
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-5
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
waktu
33
Amplitudo
Keterangan
0.1
0.5
nilai
amplitude
gelombang
datangnya.
Seperti
34
LISTING PROGRAM
Skenario 2: Topografi Nilai tertentu di setiap sel
!Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi nilai di setiap sel
real seta, seta0, u, u0, ka
real sigma, Co, L, d, dmax
dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)
open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
!Pemberian nilai Amplitudo
A=0.1
g=10
tmax=3*T
dt=3
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
do i=1,10
d(i)=10
enddo
do i=11,15
d(i)=21-i
enddo
do i=16,20
d(i)=6
enddo
35
36
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!====================== CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
enddo
end
37
2
sel ke-5
sel ke-10
0
-1
sel ke-20
waktu 0,5T
waktu T
0
-1
200
400
-0,2
waktu 3T
Sel ke-
0,2
sel ke-5
600sel ke-10
sel ke-20
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-0,2
sel ke-40
-0,4
waktu 2T
Elevasi terhadap
Ruang
Elevasi
50
-2
waktu
Elevasi terhadap
Waktu
0,2
Elevasi
500
sel ke-40
-2
0,4
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 0.1
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
waktu
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel menunjukkan
hasil yang memiliki pola sedikit berbeda dari sebelumnya. Arus dan elevasi berfluktuasi sesuai
dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa yang sama, baik arus
maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40. Hal ini dapat diakibatkan
oleh perbedaan yang jelas dari topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi
arus memiliki pola yang sama dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif
ketika elevasi juga positif, begitu sebaliknya (Gambar 7). Semakin lama, arus dan elevasi
semakin rendah.
38
10
10
sel ke-5
sel ke-10
-5
waktu 0,5T
waktu T
-5
200
400
-1
sel ke-5
600sel ke-10
sel ke-20
waktu 2T
waktu 3T
Sel ke-
waktu 0.5T
waktu T
0
0
-1
sel ke-40
-2
50
Elevasi terhadap
Ruang
Elevasi
-10
Waktu
Elevasi terhadap
Waktu
Elevasi
sel ke-20
sel ke-40
-10
500
Arus (m/s)
Arus (m/s)
Amplitudo 0.5
50
Sel ke-
waktu 2T
waktu 3T
waktu
Gambar 10. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,
A=0.5
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel dan amplitude
gelombang datang 0.5 secara umum menunjukkan pola yang hampir sama. Arus dan elevasi
berfluktuasi sesuai dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa
yang sama baik arus maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40.
Sebagaimana kondisi sebelumnya, hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan yang jelas dari
topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi arus memiliki pola yang sama
dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif ketika elevasi juga positif,
begitu sebaliknya (Gambar 8). Elevasi di sel ke-40 tampak lebih fluktuatif dan tidak teratur
karena plot grafik elevasi terhadap waktu yang lebih bergerigi daripada sel yang lainnya. Arus
di sel ke-5 pada langkah waktu ke-450 tampak lebih fluktuatif dari yang lain sedangkan sel ke20 plot grafik tampak bergerigi mulai dari langkah waktu ke-225 ean seterusnya. Kondisikondisi ini dapat diakibatkan oleh pemberian topografi yang berbeda di sel-sel tersebut
39
20
1,5
10
sel ke-5
sel ke-10
0
-10
Elevasi
sel ke-20
200
600
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
waktu 3T
Elevasi terhadap
Ruang
2
waktu 0.5T
waktu T
0
0
sel ke-40
-4000
50
Sel ke-
400
-2000
waktu 2T
waktu
waktu T
0,5
Elevasi terhadap
Waktu
waktu 0,5T
sel ke-40
-20
2000
500
Arus (m/s)
Axis Title
Arus (m/s)
Amplitudo 1
50
Elevasi
waktu 2T
waktu 3T
waktu
Gambar 11. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,
A=1
Pembahasan
Pemberian amplitudo gelombang sebesar 1 pada model hidrodinamika 1D dengan
variasi topografi di tiap sel tampaknya membuat hasil model menjadi outflow. Hal ini dapat
terlihat dari nihilnya nilai-nilai arus setiap dan elevasi yang dihasilkan di setiap ruang untuk
waktu ke-0.5T, T, 2T, dan 3T (Gambar 9). Pada awal simulasi, arus di sel ke-5, 10, dan 20
memiliki nilai yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun dan berfluktuasi di
sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama
namun berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di sel ke-5, 10, 20, dan 40
menunjukkan hasil yang tidak diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk sel
ke-40. Hasil ini tidak diharapkan dan dapat disimpulkan bahwa pemberian nilai amplitudo
A=1 terhadap model akan membuat hasil model outflow dan error meskipun syarat kestabilan
terpenuhi.
40
Keterangan
0.1
Fluktuasi nilai arus dan elevasi tampak lebih tajam dan jelas
di setiap sel yang diamati karena nilai topografi yang berbeda.
Semakin lama, arus dan elevasi cenderung melemah. Arus dan
elevasi berfluktuasi di luar rentang amplitude gelombang
datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan
elevasi mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di
setiap ruang. Arus maksimum yang dapat dicapai adalah 1 m/s
sedangkan elevasi maksimum yang dapat dicapai adalah 0.2
m.
0.5
maksimum
yang
dapat
dicapai
pada
model
sebelumnya.
1
Arus di sel ke-5, 10, dan 20 pada awal simulasi memiliki nilai
yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun
dan berfluktuasi di sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus
di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama namun
berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di
sel ke-5, 10, 20, dan 40 menunjukkan hasil yang tidak
diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk
sel ke-40. Pemberian nilai amplitudo A=1 terhadap model
membuat hasil model menjadi error meskipun syarat
kestabilan terpenuhi
41
KESIMPULAN
MODEL HIDRODINAMIKA 1D SEDERHANA
DAN
MODEL HIDRODINAMIKA 1D VARIASI TOPOGRAFI
Model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap mengahasilkan variasi arus dan elevasi
yang tetap dan teratur di setiap ruang dan waktu. Arus dan elevasi berada di dalam rentang
nilai amplitudo gelombang datang yang menunjukkan bahwa pada model ini tidak ada
gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu. Pemberian nilai amplitudo 0.1,
0.5, dan 1 menunjukkan pola yang sama dan hanya berbeda di rentang nilai arus dan elevasi
yang dihasilkan saja karena perbedaan amplitudo gelombang datang.
Model hidrodinamika 1D dengan variasi topografi, baik untuk topografi berupa slope
maupun topografi dengan nilai di setiap sel pada dasanya memiliki pola yang sama yakni
bahwa arus dan elevasi berubah setiap waktu dengan rentang nilai di luar rentang nilai
amplitudo gelombang datangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua model ini terjadi
gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu akibat perbedaan kedalaman
atau topografi. Pemberian amplitudo gelombang datang yang besar, dalam kasus ini A =1,
akan membuat model memberikan hasil yang tidak diinginkan atau outflow meskipun kriteria
kestabilan dipenuhi.
42
MODEL HIDRODINAMIKA 2D
1. TUJUAN
a. Melihat pengaruh pasang angin permukaan sebagai gaya pembangkit arus di perairan
tertutup, serta pengaruh pasang surut dan pengaruh angin di perairan semi-terbuka.
b. Memahami sifat-sifat penjalaran gelombang pasut sederhana dengan kedalaman
bervariasi, dan melihat pengaruh gesekan dasar dan permukaan di suatu perairan.
c. Memahami penerapan parameter model dalam kaitannya dengan stabilitas numerik
persamaan hidrodinamika 2 dimensi eksplisit.
2. PERSAMAAN MODEL
2.1
Persamaan Pembangun
Studi hidrodinamika 2 dimensi dalam praktikum ini meninjau gaya pembangkit arus
yang disebabkan oleh angin (wind driven current) di perairan tertutup. Di perairan terbuka
selain oleh angin, arus dapat juga dibangkitkan oleh adanya perbedaan muka air (gaya gradien
tekanan). Sebagai pengusik diperhitungkan pula gaya gesekan dasar.
Dalam tinjauan 2 dimensi dengan menerapkan asumsi-asumsi diatas, maka persamaan
gerak fluida dapat disajikan sebagai berikut :
U
rU
(1)
gH
U 2 V 2 w x w x2 w 2y
2
x
H
Komponen x:
V
rU
(2)
gH
U 2 V 2 w y w x2 w 2y
2
x H
Komponen y: t
sedangkan persamaan kontinuitasnya adalah :
U V
(3)
0
t
dimana U,V adalah kecepatan transport arah-x,y (m2/dt), elevasi muka air (m), H=d+
kedalaman total (m), g kosfisien gravitasi bumi (m2/dt), r koefisien gesekan dasar, koefisien
gesekan permukaan, dan wx,wy adalah kecepatan angin arah x,y (m/dt).
2.2
Deskritisasi Model
Persamaan hidrodinamika 2 dimensi tersebut dapat diselesaikan dengan metode
( H i, j 1 H i, j ) i, j 1 i, j
t
x
H2
2
2
U n V n w x w x2 w 2y
i, j
i, j
H in1 d in1
Karena Hin d in
dan
Dengan perataan kedalaman di sel yang berdekatan, persamaan di atas memiliki bentuk:
43
n
n
U n 1 U n
g i, j 1 i, j d i, j 1 d i, j
i, j
i, j
in, j 1 in, j
t
x
2
rU n
i, j
2
2
Un
V n w x w x2 w 2y
2
i, j
i, j
gt
2
2
Un
V ' tw x w x2 w 2y (4)
i, j
in, j 1 in, j d i, j 1 d i, j
H 'u
2
n
n
dimana :
gt
rt
n
1
n
2
n
U i , j U i , j 1
U
V '
H 'u in, j 1 in, j tw x w x2 w 2y
i, j
2
x
H'
gt
U in, j 1 U in, j (1 Ru)
H 'u in, j 1 in, j tw x w x2 w 2y .(5)
x
Dimana
2
2
rt U in, j V '
Ru =
H 'u 2
44
gt
Vin, j1 Vin, j (1 Rv)
H 'v in1, j in, j tw y w x2 w 2y
y
..(6)
in, j in1, j d i, j d i 1, j
H'
2
n
n
U i, j 1 U i, j U in1, j U in1, j 1
U'
dimana :
2
rt U ' V n
i, j
Rv =
2
H 'v
1
n
(7)
i, j i, j t
x
y
Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi secara eksplisit tersebut diatas harus
memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :
t
(8)
2gH max
dy
dx
j
2.3
Nilai Awal dan Syarat Batas
2.3.1 Nilai Awal
Kondisi pada saat awal dianggap perairan dalam keadaan tenang. Secara matematis
dapat dituliskan :
U=V==0 pada saat t=0
2.3.2
(5.6)
Syarat Batas
Syarat batas tertutup di garis pantai kecepatan normalnya dianggap nol,yaitu :
Vn=0
(5.7)
45
(5.8a)
(5.8b)
2.4
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Parameter Model
Luas daerah model (LxL).
Lama simulasi (T).
Amplitudo gelombang (A).
Kedalaman (d).
Gravitasi (g).
Jumlah grid (imax dan jmax).
Kecepatan angin (w).
Koefisien gesekan dasar (r).
Koefisien gesekan permukaan ().
Frekuensi sudut (sigma).
3.
46
4.
Mulai
HARGA KONSTANTA
B
i=imax,1,-1
j=1,jmax
i=2,,jmax-1
j=2,nmax-1
d(i,j)
d(i,,j)>0
i=1,imax
j=1,jmax
d(i+1,,j)>0
VV(i,j)=..
Vvel(i,j)=..
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
d(i,,j+1)>0
yes
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
yes
no
UU(i,j)=..
Uvel(i,j)=..
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
k=1,itermax
t<sta
yes
no
Wx=aWx
Wy=aWy
Tulis Hasil
i=1,imax
j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
Selesai
47
Hidrodinamika 2-D
Perairan Terbuka
Mulai
HARGA KONSTANTA
i=imax,1,-1
j=1,jmax
d(i,j)
i=2,,jmax-1
j=2,nmax-1
d(i,,j)>0
i=1,imax
j=1,jmax
d(i+1,,j)>0
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
yes
VV(i,j)=..
Vvel(i,j)=..
no
d(i,,j+1)>0
yes
UU(i,j)=..
Uvel(i,j)=..
k=1,itermax
t<sta
no
i=1,imax
yes
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
Wx=aWx
Wy=aWy
d(i,1)>0
yes
Elb(i,2)=A*cos(sigma
*k-82*2*pi/360)
Elb(i,1)=Elb(i,2)
UU(i,1)=UU(i,2)
Uvel(i,1)=Uvel(i,2)
VV(i,1)=VV(i,2)
Vvel(i,1)=Vvel(i,2)
48
i =1,i max
d(i ,j max)>0
yes
no
Elb(i,jmax)=A*cos(sigma*k165*2*pi/360)
Elb(i,jmax)=Elb(i,jmax-1)
UU(i,jmax)=UU(i,jmax-1)
Uvel(i,jmax)=Uvel(i,jmax-1)
VV(i,jmax)=VV(i,jmax-1)
Vvel(i,jmax)=Vvel(i,jmax-1)
i =3,i max-1
j =3,j max-1
d(i ,1)>0
no
T ul i s Hasi l
i =1,i max
j =1,j max
U(i ,j )=UU(i ,j )
V(i ,j )=VV(i ,j )
el (i ,j )=El b(i ,j )
Selesai
yes
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
49
!
!
50
enddo
! PERHITUNGAN UTAMA
do k=1,itermax
!PERHITUNGAN ANGIN
if (k.lt.sta) then
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
else
Wx=aWx
Wy=aWy
endif
do i=2,imax-1
do j=2,jmax-1
if (d(i,j).gt.0) then
if(d(i+1,j).gt.0) then
Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i+1,j) + d(i,j))/2
Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4
rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Ry=1/(1+rv)
Ry= 1-rv
sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy
sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! VV(i,j)=(V(i,j)-sukuV1+sukuV2)*Ry
VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2
Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv
Endif
if(d(i,j+1).gt.0) then
Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) + d(i,j+1))/2
Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4
ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Rx=1/(1+ru)
Rx= 1-ru
sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx
sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! UU(i,j)=(U(i,j)-sukuU1+sukuU2)*Rx
UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2
Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu
endif
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
endif
enddo
enddo
51
! PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN DI FILE
if ((k.ne.100).and.(k.ne.1700).and.(k.ne.itermax)) goto 20
do i=imax,1,-1
write (1,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax)
write (2,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)
write (3,100) (Elb(i,j),j=1,jmax)
enddo
write (1,*) ' '
write (2,*) ' '
write (3,*) ' '
100 format (30f8.2)
!TRANSFER VARIABEL
20 do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
enddo
enddo
enddo
end
!
MODEL HIDRODINAMIKA 2 DIMENSI DI PERAIRAN TERBUKA
!
DENGAN METODE EKSPLISIT
!
! PENDEFINISIAN VARIABEL DAN KONSTANTA
real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2
real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda
dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100)
dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)
integer i,j,k
! HARGA KONSTANTA
Li=10000
Lj=10000
t=21600
g=10.0
A=0.2
imax=20
jmax=20
dt=2
dx=Li/imax
dy=Lj/jmax
itermax=t/dt
r=0.003
lamda=0.000032
sigma=0.000140519
sta=1800.0
pi=3.141592654
open (1,FILE='UB1-1.txt',status='unknown')
open (2,FILE='VB1-1.txt',status='unknown')
open (3,FILE='ZB1-1.txt',status='unknown')
52
53
54
write (3,*) ' '
100 format (30f8.2)
!TRANSFER VARIABEL
20 do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
enddo
enddo
enddo
end
DAFTAR PUSTAKA
Hoffmann, K. A. 1989. Computational Fluid Dynamics for Engineers. The University of Texas at
Austin, Texas.
Kowalik, Z. and Murty, T. S. 1993. Numerical Modeling of Ocean Dynamics. World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd. London