Kedelai Edamame - Artikel
Kedelai Edamame - Artikel
Balitkabi sebagai sumber ilmu dan teknologi kedelai sudah relatif memasyarakat, baik
untuk individu maupun lembaga pemerintah dan swasta yang berkait dengan kedelai.
Demikian juga dengan perusahaan penghasil kedelai edamame, Mitra Tani. Jumat, 16
Januari 2015 Balitkabi kedatangan tamu dari Mitra Tani Jember yang berjumlah lima
orang yaitu Bapak Guntaryo sebagai Direktur Mitra Tani, Bapak Edi, Bapak Wahyu,
Bapak Suroso serta Ibu Novi. Kedatangan mereka bertujuan untuk mendapatkan solusi
dari problem yang sedang dihadapi Mitra Tani. Kedatangan mereka disambut oleh Plh.
Kepala Balitkabi Dr. Yusmani Prayogo.
"Kedelai edamame ini banyak diminati oleh masyarakat Jepang karena dikenal kaya
nutrisi, non-kolesterol, dan bebas bahan kimia,"
JEMBER, Jaringnews.com - Produsen kedelai edamame berkualitas ekspor PT Mitra
Tani Dua Tujuh mengincar pendapatan sebesar Rp 121 miliar hingga akhir tahun ini.
Pendapatan perusahaan yang berbasis di Jember, Jawa Timur, ini mayoritas ditopang
oleh pasar ekspor, terutama ke Jepang.
"Dari target pendapatan Rp121 miliar tersebut, Rp 102 miliar di antaranya berasal dari
ekspor ke Jepang. Tahun ini kami menargetkan ekspor sebanyak 5.593 ton edamame,
naik dari tahun lalu 5.238 ton. Sejauh ini kami on the right track untuk mencapai
target," ujar Direktur Mitra Tani, Wasis Pramono. Mitra Tani Dua Tujuh adalah
perusahaan gabungan dari BUMN PT Perkebunan Nusantara X dan PT Bahana Artha
Ventura.
Adapun untuk pasar dalam negeri, Mitra Tani tahun ini menjual 1.360 ton edamame dan
okra, meningkat dari tahun lalu sebesar 1.317 ton.
Bisnis inti Mitra Tani adalah sayuran beku dengan fokus ekspor ke Jepang. Komoditas
yang dihasilkan adalah kedelai edamame, mukimame, edatski, dan okra. Produksi
terbesar adalah edamame yang merupakan penganan yang sangat diminati pasar ekspor.
Untuk pasar ekspor, 80% ditujukan ke Jepang, dan sisanya ke Amerika Serikat, Eropa,
dan Singapura.
Saat ini, jumlah konsumen besar untuk penjualan ekspor adalah 22 konsumen yang
merupakan perusahaan dan distributor makanan besar di Jepang dan sejumlah negara
lainnya. Adalah di dalam negeri, Mitra Tani mempunyai 21 konsumen besar yang
kemudian didistribusikanke supermarket, restoran, kafe, dan hotel berbintang di banyak
kota besar.
"Kedelai edamame ini banyak diminati oleh masyarakat Jepang karena dikenal kaya
nutrisi, non-kolesterol, dan bebas bahan kimia," kata Wasis.
Dia mengatakan, produk edamame kini juga semakin diminati pasar lokal seiring
pertumbuhan jumlah kelas menengah di Indonesia yang cukup tinggi. "Kelas menengah
adalah penyuka produk-produk pertanian berkualitas tinggi. Edamame dinilai mewakili
produk pertanian tersebut, sehingga edamame banyak disajikan di restoran dan hotel
berbintang," jelasnya.
Wasis menambahkan, saat ini luas lahan panen mencapai 1.100 hektar yang tersebar di
Kabupaten Jember. Mitra Tani juga mempunyai lahan pembenihan di Bondowoso, Jawa
Timur.
Selain memasarkan produk edamame dan okra, Mitra Tani juga mengembangkan
pemasaran produk bumbu siap pakai dan sayuran siap makan. Perusahaan ini telah
memasok aneka bumbu dan sayur siap pakai ke PT Freeport Indonesia dengan nilai
mencapai belasan milliar rupiah setiap tahunnya.
Wasis mengatakan, pihaknya memroduksi sekitar 64 bumbu dan sayur siap pakai, antara
lain bumbu rendang, bumbu rujak, bumbu rica-rica, bumbu sambal goreng dan masih
banyak aneka bumbu lainnya. Sementara untuk sayur dan makanan kecil beku meliputi
sayur sop, cap cay, perkedel, masih banyak lainnya.
"Selama ini, kami mengirim aneka bumbu dan sayur ke PT Freeport. Alhamdulillah,
tiap tahun jumlahnya meningkat terus," ungkapnya.
Sejak dua tahun lalu, Mitra Tani sudah mengirim ke PT Freeport Indonesia dengan
omzet Rp 6 milliar untuk tahun 2011 dan kini meningkat 200%.
"Untuk tahun 2013, kurang lebih omzet produk bumbu siap pakai sekitar Rp 11 milliar.
Dalam dua bulan saja November-Desember 2013 ini saja kami dapat pesanan 141 ton
bumbu dan sayuran siap pakai dari Freeport," sebutnya.
Wasis menambahkan, prospek pasar bumbu siap pakai cukup menjanjikan. "Kami
mencoba untuk menawarkan ke perusahaan pertambangan dan pengeboran minyak
milik asing. Di sana produk bumbu dan sayur beku siap pakai kami tinggal dimasak,"
ujarnya.
Provinsi Jawa Timur (Jatim) merupakan lumbung kedelai terbesar di Indonesia yang
menyumbang sekitar 42% produksi kedelai nasional. Produksi kedelai Jatim tahun
2013 tercatat 329.461 ton atau 42,23% dari produksi kedelai nasional yang mencapai
779.992 ton, sementara pada tahun 2014 produksi kedelai Jatim diperkirakan mencapai
326.154 ton atau 36,37% dari angka ramalan kedelai nasional yang diperkirakan
mencapai 896.602 ton.
Penghasil kedelai di Jatim menyebar di berbagai kabupaten terutama Banyuwangi,
Bojonegoro, Pasuruan, Lamongan, Sampang dan Jember. Saat ini kabupaten penghasil
kedelai tertinggi diduduki Banyuwangi yang menyumbang sekitar 17,28% dari total
produksi kedelai Jatim.
Khusus kabupaten Jember, produksi kedelai tahun 2013 tercatat 27.732 ton dengan
kebutuhan konsumsi 25.473 ton sehingga mengalami surplus 2.259 ton. Selain surplus,
kedelai yang dihasilkan Kabupaten Jember memiliki keunggulan tersendiri karena
berhasil menembus pasar internasional alias ekspor ke mancanegara. Adapun negara
tujuan ekspor adalah Jepang, Taiwan, Malaysia, Singapura, Eropa dan Amerika Serikat.
Setiap tahun sekitar 4.500 5.000 ton kedelai berhasil diekspor dengan menghasilkan
devisa USD 10 juta.
Kedelai yang diekspor adalah jenis edamame yang dikenal dengan kedelai jenis sayur
atau soybean vegetable. Karena termasuk jenis sayur, maka edamame harus langsung
diolah dalam bentuk beku dan siap santap atau frozen ready to eat. Artinya, edamame
yang dipanen dari sawah harus langsung diolah pada hari itu juga, untuk diolah,
dimasak dan dibekukan hingga siap ekspor.
Kedelai jenis edamame merupakan produk unggulan Jember karena memiliki berbagai
keunggulan. Pertama, produktivitas yang tinggi di mana satu hektar bisa menghasilkan
10 12 ton bahkan bisa lebih. Hal ini tentu saja jauh di atas rata-rata jenis kedelai
lainnya yang berkisar 1,5 ton 3 ton per hektar.
Kedua, kedelai jenis edamame memiliki keunggulan kandungan protein tinggi dan
lengkap, di mana kandungan protein edamame mencapai 36%, lebih tinggi dibanding
kedelai lain. Edamame juga mengandung sembilan asam amino esensial yang
diperlukan tubuh. Edamame juga tidak mengandung kolesterol dan sedikit lemak jenuh,
plus kaya serat, vitamin C dan B, serta kalsium, zat besi atau magnesium, dan asam
folat. Karena itulah, edamame sangat cocok bagi yang menginginkan camilan rendah
lemak, tetapi tinggi protein. Masyarakat yang vegetarian dan ingin mendapatkan sumber
protein bisa mengonsumsi edamame karena kandungan proteinnya lengkap.
Ketiga, cepat panen, karena waktu tanam edamame cukup pendek berkisar 68 70 hari.
Para petani yang menanam edamame bisa lebih cepat panen, sehingga lebih cepat
menikmati hasilnya. Hal ini lebih cepat dibanding umur kedelai pada umumnya yang
mencapai 80 90 hari.
Kelima, harga edamame di pasar ekspor cukup tinggi sekitar USD 1,9 atau Rp 20 ribu
Rp 22 ribu per kilogram. Hal ini tentu cukup menggiurkan, karena bisa menghasilkan
devisa besar serta sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kedelai.
Pengembangan edamame di Jember dilakukan PT Mitratani Dua Tujuh, yang
merupakan anak perusahaan BUMN PTPN X bekerjasama dengan PT Kelola Mina Laut
(KML), sebuah perusahaan produk pertanian yang memiliki jaringan ekspor cukup luas
di Asia dan Eropa. Kepemilikan saham mayoritas dimiliki BUMN PTPN X sebesar 65%
sementara PT KML sebesar 35%.
Saat ini edamame di Jember dikembangkan di area seluas kurang lebih 1.200 hektar
yang merupakan milik perusahaan dan petani yang menjadi mitra. Dengan luasan
tersebut, maka pengembangan edamame di Jember mampu menyerap sekitar 4.700
tenaga kerja. Perinciannya, sebanyak 3.200 pekerja yang terserap di lahan pertanian dan
1.500 pekerja terserap di pabrik pengolahan edamame.
Para petani di Jember bisa bermitra dengan perusahaan untuk pengembangan edamame
dengan persyaratan memiliki lahan minimal 1,5 hektar, suplai air cukup dan stabil,
pembuangan air lancar dan bisa menghasilkan minimal 8 ton per hektar. Bagi petani
yang mengajukan menjadi mitra akan disurvei terkait kondisi lahan, jika memang
memenuhi persyaratan maka bisa menjadi mitra.
Keuntungan menjadi mitra adalah diberikan pinjaman bibit edamame, diberikan
bimbingan dan konsultasi, hasil edamame langsung ditampung di pabrik serta harga jual
yang stabil. Untuk harga edamame dari petani terdiri dari dua jenis, yakni pertama harga
edameme kualitas super yakni Rp 5.500 per kilogram dan harga untuk kualitas di
bawahnya Rp 3.000 per kilogram. Hasil panen edamame dari petani biasanya sekitar 50
60 merupakan kualitas super dan sisanya kualitas di bawahnya. Ciri edamame
berkualitas super adalah jumlah polong per 500 gram maksimal 170 polong, warna hijau
relatif seragam, besar polong seragam, kadar gula maksimal 8, tidak terdapat polong
patah dan tidak terdapat ulat pada polong.
Para petani yang menjadi mitra juga diberikan buku petunjuk lengkap terkait
pembudidayaan edamame. Mereka juga bisa bertanya dan berkonsultasi kapanpun
dengan supervisor atau pengawas yang ditunjuk oleh perusahaan. Dengan bimbingan
yang lengkap, maka hasil edamame pun cukup tinggi berkisar 10 12 ton per hektar.
Hal lain yang hendaknya diperhatikan petani adalah terkait penggunaan pestisida yang
diatur secara ketat dan pada 20 hari sebelum panen, penggunaan pestisida dihentikan.
Hal ini untuk menekan residu sesuai dengan standar dari negara-negara yang menjadi
importir edamame.
Standar yang tinggi juga diterapkan pada pengolahan edamame di pabrik mulai dari
masuknya bahan baku hingga ke pengepakan. Bahan baku atau edamame yang masuk
ke pabrik harus dari hasil panen pada hari itu juga, karena standar edamame harus
diolah maksimal 6 jam setelah dipanen.
Edamame yang masuk akan ditimbang dahulu untuk menentukan berat yang akan
diolah, sekaligus menjadi catatan jumlah hasil panen yang didapat oleh petani mitra
maupun dari lahan perusahaan. Pabrik pengolahan edamame di Jember saat ini telah
mampu mengolah 50 ton edamame setiap harinya. Setelah ditimbang, edamame akan
dibersihkan dan dicuci sebanyak dua kali dengan menggunakan konveyor. Dalam proses
pencucian ini akan dipisahkan antara edamame dengan kotoran ringan seperti daun,
gagang dan lain sebagainya. Pencucian dilakukan sebanyak dua kali untuk menjamin
edamame dalam keadaan bersih.
Setelah dilakukan pencucian dan pembersihan, selanjutnya akan dilakukan pemilahan
atau standarisasi (grading). Dalam tahap ini, edamame akan dibagi menjadi 4 jenis
yakni pertama, Standar Quality (SQ) untuk ekspor, kedua Premium untuk pasar lokal,
ketiga Bahan Baku Mukimame (BBM) yakni edamame yang dikupas diperuntukkan
pasar ekspor dan keempat Edatsuki yakni edamame yang disertai dengan tangkainya
dan juga untuk pasar ekspor.
Tahap berikutnya adalah tahap pemasakan (blencing) di mana edamame akan dimasak
pada suhu 100 derajat selama 2 menit. Selama proses pemasakan suhu tersebut harus
stabil, sehingga edamame bisa matang secara merata dalam waktu cepat. Hasilnya
memang luar biasa, edamame matang masih dalam kondisi hijau dan segar hampir sama
seperti habis dipetik dari sawah. Di sinilah salah satu kuncinya, kenapa protein
edamame tinggi, karena dimasak sebentar tetapi matang sempurna.
Proses pemasakan ini dilengkapi alat pendeteksi suhu, agar stabil pada 100 derajat. Jika
suhu pada mesin pemasak yang berkapasitas 2 ton per jam ini tidak stabil, maka
konveyor yang membawa edamame akan otomatis berhenti sampai suhu kembali stabil
100 derajat.
Setelah dimasak selama 2 menit, edamame akan didinginkan dalam konveyor yang
berisi air dengan suhu sekitar 30 derajat, kemudian didinginkan kembali pada suhu
antara 12 15 derajat. Setelah pendinginan, tahap berikutnya adalah pembekuan
edamame pada suhu minus 30 35 derajat yang berlangsung selama 7 menit. Hasilnya,
edamame menjadi beku sehingga tahan lama kesegarannya dan kemudian disimpan
pada gudang penyimpann (cold storage) dengan suhu minus 20 derajat. Di pabrik ini
tersedia 11 unit cold storage dengan kapasitas masing-masing 150 200 ton. Dari
gudang penyimpanan inilah kemudian dilanjutkan dengan pengemasan (packaging)
untuk kemudian siap diekspor sesuai dengan negara tujuan.
Edamame
From Wikipedia, the free encyclopedia
Edamame
Course
Main
ingredients
Soybeans
Cookbook:Edamame
Edamame
Contents
1 Name
2 History
3 Preparation
4 Nutrient content
5 Footnotes
6 References
7 External links
Name
The Japanese name, edamame ( ?), is used commonly to refer to the dish. A It
literally means, "stem bean" (eda = "branch" or "stem" + mame = "bean"), because the
beans were often boiled while still attached to the stem.
History
The earliest documented reference to the term "edamame" dates from the year 1275,
when the Japanese monk Nichiren wrote a note thanking a parishioner for the gift of
"edamame" he had left at the temple. [1] In 1406 during the Ming Dynasty in China, the
leaves of the soybeans were eaten and during outbreaks of famine, it was recommended
for citizens to eat the beans whole or use them grounded up and added to flour. Years
later in China in 1620 they are referred to again, but as Maodou, which translates to the
term hairy bean. They are found in the records of the Runan vegetable gardens and
stated as having a medicinal purpose as well as being a snack type food. [1] Edamame
appeared in haikai verse in Japanese in the Edo period (1603 1868), with one example
as early as 1638.[2] They were first recognized in the United States in 1855 when a
farmer commented on the difficulties he had shelling them after harvest. In March 1923,
the immature soy bean is first referred to in text in the United States. In this book they
are first pictured and shown as being eaten out of open shell pods. The first nutritional
facts about them are published and some recipes are included as they were a new type of
vegetable to the public.[1] The earliest recorded usage in English of the word edamame is
in 1951 in the journal Folklore Studies.[3] Edamame appeared as a new term in the
Oxford English Dictionary in 2003, and in the Merriam-Webster dictionary in 2008.[4] In
2008, the first soybeans were grown in Europe to be sold in grocery stores as edamame
and eaten as an alternative source of protein.[5]
Preparation
To effectively harvest edamame, the pods should be picked by hand and not by machine
to avoid stems and leaves. Green soybeans in the pod are picked before they ripen in
order to prepare edamame. The ends of the pod may be cut before boiling or steaming.
Pods may be boiled in water, steamed, or microwaved. The most common preparation
uses salt for taste, either dissolved in the boiling water before introducing the soybean
pods or added after cooking. Fresh edamame should be blanched first before being
frozen.[6]
Edamame is a popular side dish at Japanese izakaya restaurants with local varieties
being in demand, depending on the season.[citation needed] Salt and garlic are typical
condiments for edamame. In Japan, a coarse salt wet with brine is preferred on beans
eaten directly from the pod.[7][8]
Edamame purchased fresh is preferred when eaten the same day, but will stay edible for
two days when stored in the refrigerator if not already brown. Freezing fresh edamame
is another option for maintaining good quality over a few months.[9]
Nutrient content
Edamame, frozen, prepared
Energy
509 kJ
(122 kcal)
Carbohydrates
9.94 g
Sugars
2.18 g
Dietary fiber
5.2 g
Fat
5.2 g
Protein
10.88 g
Vitamins
(17%)
Thiamine (B1)
0.2 mg
(13%)
Riboflavin (B2)
0.155 mg
(6%)
Niacin (B3)
0.915 mg
(8%)
Pantothenic acid (B5)
0.395 mg
(8%)
Vitamin B6
0.1 mg
(78%)
Folate (B9)
311 g
(7%)
Vitamin C
6.1 mg
(5%)
Vitamin E
0.68 mg
(26%)
Vitamin K
26.8 g
Trace metals
(6%)
Calcium
63 mg
(17%)
Iron
2.27 mg
(18%)
Magnesium
64 mg
(49%)
Manganese
1.024 mg
(24%)
Phosphorus
169 mg
(9%)
Potassium
436 mg
(14%)
Zinc
1.37 mg
Units
g = micrograms mg = milligrams
IU = International units
The United States Department of Agriculture states that edamame beans are, "a soybean
that can be eaten fresh and are best known as a snack with a nutritional punch".[10]
Edamame and other preparations of soybeans are rich in protein, dietary fiber, and
micronutrients, particularly folate, manganese, phosphorus and vitamin K (table).[11]
The balance of fatty acids in 100 grams of edamame is 361 mg of omega-3 fatty acids to
1794 mg of omega-6 fatty acids.[12]
As a significant source of plant protein, edamame beans are under research to establish
whether a relationship exists for soy consumption with reduction of disease risk.[13]
Footnotes
A.^ The Nihon Kokugo Daijiten records two regional name variants for the
word edamame: rakkasei ( ?) in Tottori Prefecture, and daizu (
?), the generic word for soybeans, in Wakayama Prefecture.[2]
References
1.
History of Edamame, Green Vegetable Soybeans, and Vegetable-Type
Soybeans (1275-2009)
" " [Edamame]. Nihon Kokugo Daijiten (in Japanese). Tokyo:
Shogakukan. 2012. OCLC 56431036. Retrieved 2012-06-06.
+0
KOMPAS.com Dulu kedelai rebus sering dianggap makanan murahan. Mereka yang
mengonsumsi makanan ini juga dianggap kurang modern. Padahal, kedelai merupakan
sumber protein, lemak, serat, dan antioksidan terbaik.
Seiring meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat, kini kedelai kembali naik daun.
Terlebih lagi sejak kepopuleran edamame (kedelai Jepang) sebagai camilan. Edamame
dipanen ketika kedelai ini baru 80 persen matang. Yang membedakan edamame dengan
kedelai lain adalah bijinya lebih besar, teksturnya halus, rasanya lebih manis, dan lebih
mudah dicerna.
Edamame mengandung antioksidan dan isoflavon. Konsumsi makanan yang kaya akan
antioksidan dikaitkan dengan penguatan sistem imun tubuh dan mengurangi risiko
kanker.
Isoflavon juga terbukti mengurangi risiko kanker prostat dan kanker payudara,
mencegah penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi gangguan saat
menopause.
Sementara itu, kandungan protein di dalam edamame mencapai 36 persen, jauh lebih
tinggi dibanding kedelai matang. Panganan ini juga mengandung minyak yang rendah.
Dikombinasikan dengan kandungan proteinnya yang tinggi, camilan ini sangat ideal
untuk mereka yang ingin mencari panganan rendah lemak, tetapi tinggi protein.
Penganut vegetarian dan vegan yang ingin mengasup sumber protein juga disarankan
mengonsumsi edamame karena kandungan proteinnya lengkap. Ini berarti ia
mengandung sembilan asam amino esensial yang diperlukan tubuh.
Edamame juga tidak mengandung kolesterol dan sedikit lemak jenuh. Panganan ini juga
kaya vitamin C dan B. Kandungan lainnya adalah mineral penting seperti kalsium, zat
besi, atau magnesium. Ia juga mengandung vitamin K dan asam folat.
Terakhir, menambahkan edamame dalam pola makan Anda akan meningkatkan asupan
serat. Setengah cangkir edamame mengandung 4 gram serat. Kandungan serat
diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan saluran cerna hingga menurunkan kolesterol.
Alasan lain untuk mengasup edamame adalah ia membuat perut terasa kenyang lebih
lama.
Editor
Sumber
Panen Edamame dilakukan pada saat tanaman berumur 70 hari. FOTO : ISTIMEWA
Persiapan Benih. Pembudidaya Edamame asal Bogor, Jawa Barat, Abdul Majid
menggunakan benih Edamame tua yang dikeringkan. Benih tersebut harus benar-benar
kering di pohon, dan sebelum ditanam pun harus dipastikan benar-benar kering.
Sebelum benih digunakan, Majid biasanya mencampurkan benih dengan Furadan, yang
bertujuan untuk lebih mensterilkan benih. Dosis Furadan adalah sebanyak kg per 10
kg benih.
Majid mengatakan, pengadaan benih Edamame produksi sendiri ini tidak bisa
mendadak. Bila mau tanam, benih tersebut harus disediakan selang 3 minggu sebelum
tanam. Benih tersebut kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1
benih/lubang. Kebutuhan benih sebanyak 12 kg per hektar lahan.
Pemeliharaan. Menurut Majid, membudidayakan Edamame tergolong mudah, meski
begitu kita harus rutin mencabut rumput atau tanaman liar di sekitar Edamame yang
bisa menghambat pertumbuhan Edamame. Setelah 10 hari masa tanam, Edamame diberi
pupuk kandang (kotoran ayam dan campuran sekam). Dengan catatan pupuk kandang
ini harus disaimpan terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum digunakan. Pupuk
tersebut ditabur di lahan penanaman dengan takaran per Ha sebanyak 20 karung (1
karung = 25 kg). Setelah 2 minggu masa tanam, kita harus sering menyiangi rumput liar
dan menyemprot tanaman dengan menggunakan insektisida Curacron ataupun Decis
dengan dosis 1 cc/L. Penyemprotan dilakukan minimal 3 kali seminggu.
Pupuk kimia diberikan minimal setelah 3 minggu masa tanam. Pupuk yang digunakan
antara lain urea, poska, dan KCL. Majid kerap memberikan pupuk tambahan seperti
gandasil daun dan buah, dengan dosis 1-2 sendok teh per 17 liter (1 sprayer).
Menurut Majid, saat musim hujan Edamame tak perlu disiram, kecuali di musim
kemarau minimal disiram seminggu 2 kali.
Panen. Panen Edamame dilakukan pada saat tanaman berumur 70 hari. Saat panen
Edamame biasanya berukuran 4-5 cm dan berwarna hijau. Panen tidak dapat dilakukan
serentak karena harus diseleksi. Majid biasanya memanen Edamame selang 2 hari
sekali. Edamame yang telah dipetik kemudian dicuci untuk menghilangkan residu
pestisida, lalu diangin-anginkan di udara terbuka, sebelum akhirnya di-packing
menggunakan karung. Untuk 1 hektar lahan dapat dipanen sebanyak 1 ton kedelai
Edamame kondisi segar.
Penulis
Editor
Riana
Pengairan. Pengairan dilakukan dengan penggenangan sampai air dalam kapasitas lapang,
pengairan dilakukan 7 hari sekali serta memperhatikan kondisi pertanamanya.
Pemupukan. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST, terdiri dari KCL
50 kg/Ha, Urea 150 kg/Ha dan Za 50 kg/Ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat
tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha.
Pengendalian OPT. Edamame tidak luput terkena serangan organisme penganggu tanaman (OPT)
baik hama maupun penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis
hama maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan terkendali.
Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama juga dengan OPT yang menyerang
kedelai, sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan pengendalian pada kedelai.
Lalat pucuk, ulat grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan Reagent 50 C dengan
dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5 l/Ha.
Pengendalian OPT ini sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas Edamame.
Edamame yang diminta oleh pasar lokal maupun ekspor adalah Edamame yang bernas, warna
hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama atau penyakit. Sehingga sangat
penting untuk memperhatikan hal ini, baik hama pengerek batang maupun pengerek polong.
Panen dan Pasca Panen. Panen polong muda saat polong berwarna masih hijau bisa mencapai 7,5
ton per hektar. Edamame bisa dipanen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna
hijau pada saat berumur minimal 45 HST sesuai varietasnya, jika terlalu tua kurang disukai
konsumen. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi diseleksi dengan interval panen 2 hari
sekali. Polong yang dipetik adalah yang bernas namun warnanya masih belum kuning. Jika
akan dipergunakan untuk benih panen harus dilakukan pada saat polong sudah masak penuh
kurang lebih pada saat edamame berumur 90 100 HST.
Edamame yang di panen muda sebaiknya segera di bawa ke tempat yang teduh dan hindari dari
panas matahari agar Edamame tetap segar, tidak layu atau warnanya rusak. Jika polongnya
kotor bisa dicuci dengan air yang mengalir dan ditiriskan. Selanjutnya dipacking sebelum
dipasarkan.
Edamame yang diminta pasar adalah Edamame dengan kualitas yang baik. Polong berisi 2-3 biji per
polong dengan jumlah polong antara 150 175 polong per setengah kilogram dan bobot per
polong antara 2,5 3,5 gram. Selain itu polong Edamame harus berwarna hijau segar dan
harus bebas dari bekas serangan hama maupun penyakit.
Biasanya Edamame yang segar ini dikelompokkan menjadi 4 klas mutu atau grade, antara lain :
Grade 1 : Kualitas super (Super quality), dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua,
polong berisi penuh dengan isi polong 3.
Grade 2 : Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong hanya berisi 2 biji.
Grade 3 : Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih dibawah Grade 2, warna kurang bagus, polong
kurang bernas.
Grade 4 : Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan untuk olahan lebih
lanjut, bukan dikonsumsi segar.
Pemasaran Edamame ini bisa dilakukan dengan kerjasama dengan para pemasok maupun eksportir
edamame. Pasar lokal sasaranya ke perhotelan, restoran maupun supermarket. Asal kualitas yang
diminta dapat dipenuhi dengan baik, pasar dengan sendirinya akan terbuka lebar.