Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

Peritonitis et causa Perforasi Ileum

Oleh :
Spoobalan A/L Subramaniam (11.2013.061)
Pembimbing:
dr.Rachmat. C.Nikijuluw,Sp.B
dr.Diah Asih Lestari,Sp.B
dr.Michael,Sp.B
dr.Rhino,Sp.B
Kepaniteraan Klinik Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Periode 31 Maret 7 Juni 2014

Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena Rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan laporan ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik bedah di RSUD
Tarakan,yang berjudul Peritonitis et causa Perforasi Ileum.
Dengan ini,saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada dokter pembimbing saya, Dr
Rachmat. C. Nikijuluw Sp.B, Dr Michael Sp.B, Dr Diah Asih Lestari Sp.B dan Dr Rhino Sp.B
yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini sekaligus memberikan saransaran yang sangat berguna bagi saya dalam menjalankan pendidikan kepaniteraan klinik bedah.
Ucapan terima kasih juga ingin saya sampaikan kepada rekan-rekan koass yang telah membantu
dalam pembuatan laporan ini.
Saya berharap lapsus ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya serta teman-teman yang lain
dan dapat memperkaya pengetahuan kita masing-masing sehingga dapat berguna bagi kita dalam
menghadapi pasien dengan kondisi seperti yang saya bahas dalam lapsus ini pada masa depan.

Jakarta, 25 Mei 2014

Penyusun

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Tn. D

Jenis kelamin : Laki- laki

Umur

: 36 thn

Suku bangsa : Sunda

Status perkawinan

: Sudah Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jl Fajar Raya No 23 Kartini,


Sawah Besar,Jakarta Pusat

II. ANAMNESIS
Diambil dari: Auto dan alloanamnesis ( Istri)

Tanggal : 13 Mei 2014, Jam : 09.20 WIB

Keluhan Utama:
Os mengeluh mual dan muntah sejak seminggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
1 minggu SMRS,Os mengeluh mual dan muntah yang terus menerus. Muntah sudah 8 kali per
hari. Muntah berwarna bening dan tidak ada darah. Perutnya terasa kembung dan Os sulit untuk
berbicara disertai sesak napas sejak sakit.. Os mengeluh diare dari pagi tadi sebanyak 4 kali.
Tidak ada darah,nanah dan bau. Os mengeluh nyeri perut seluruh lapangan perut dan ia tidak bisa
kentut sejak pagi tadi. Os mengaku pusing dan nafsu makan telah berkurang. Os mempunyai
kebiasaan makan yang tidak teratur. Kejang dan demam disangkal oleh Os. Os mempunyai
kebiasaan merokok sejak 20 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS mempunyai riwayat sakit maag dan pola makan yang tidak teratur. Os mempunyai riwayat
hipotensi. OS tidak ada riwayat penyakit diabetes militus, hipertensi, alergi obat dan alergi udara
dingin.
Riwayat Hidup
Riwayat kelahiran:
( ) Di Rumah

( ) Rumah Sakit

( ) Rumah Bersalin

Ditolong oleh ( ) Dokter

( ) Bidan

( ) Dukun

( ) Lainnya

Kehidupan Berkeluarga dan Perkawinan:


Adanya kesulitan:
Pekerjaan : Wiraswasta
Keuangan : tidak diketahui
Keluarga : ada (istri, satu anak perempuan)
Riwayat Makanan : tidak diketahui
Frekuensi/hari : 3x/hari atau kurang
Variasi/hari

: variasi makanan tidak baik (lauk pauk pedas)

Jumlah/hari

: 3 porsi piring atau kurang makan/hari

Nafsu makan : berkurang


Riwayat Imunisasi : tidak diketahui
( ) BCG

( ) DPT

( ) Polio

( ) Hep B

( ) Campak ( ) Lainnya,.

Penyakit Dahulu (Tahun)


(-) Wasir/Hemorrhoid

(-) Appendisitis

(-) Hepatitis

(-) Batu Ginjal / Saluran Kemih

(-) Tumor

(-) Fistel

(-) Batu ginjal/saluran kemih

(-) Penyakit Prostat

(-) Struma tiroid

(-) Hernia

(-) Diare Kronis

(-) Penyakit jantung bawaan

(-) Typhoid

(-) DM

(-) Perdarahan otak

(-) Batu empedu

(-) Kelainan kongenital

(+) Gastritis

(-) Tifus abdominalis

(-) Colitis

(-) Hipertensi

(-) Ulkus ventrikuli

(-) Tetanus

(-) Penyakit pembuluh darah

(-) ISK

(-) Volvulus

(-) Abses hati

(-) Patah tulang


(-) Luka bakar
Lain-lain :

(-) Operasi

(-) Kecelakaan
Riwayat Keluarga
Hubungan

Umur

Jenis

(tahun

Kelamin

)
-

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Lelaki
Perempuan

Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Anak-anak

Keadaan Kesehatan

Penyebab Meninggal

Adakah Keluarga /Kerabat Yang Menderita:


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Arthritis
Rematisme
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung

Ya

Tidak
-

Hubungan
Istri
-

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
(-) Bisul

(-) Rambut

(-) Keringat Malam

(-) Kuku

(-) Kuning/Ikterus

(-) Sianosis

Kepala
(-) Trauma

(-) Sakit Kepala

(-) Sinkop

(-) Nyeri pada Sinus

(-) Nyeri

(-) Radang

(-) Sekret

(-) Gangguan Penglihatan

(-) Kuning/Ikterus

(-) Ketajaman Penglihatan menurun

Mata

(-) Petechie

Telinga
(-) Nyeri

(-) Tinitus

(-) Sekret

(-) Gangguan Pendengaran


(-) Kehilangan Pendengaran

Hidung
(-) Trauma

(-) Gejala Penyumbatan

(-) Nyeri

(-) Gangguan Penciuman

(-) Sekret

(-) Pilek

(-) Epistaksis
Mulut
(-) Bibir kering

(-) Lidah kotor

(-) Gangguan pengecapan

(-) Gusi berdarah

(-) Selaput

(-) Stomatitis

Tenggorokan
(-) Nyeri Tenggorokan

(-) Perubahan Suara

Leher
(-) Benjolan

(-) Nyeri Leher

Dada ( Jantung / Paru paru )


(-) Nyeri dada

(+) Sesak Napas

(-) Berdebar

(-) Batuk Darah

(-) Ortopnoe

(-) Batuk

Abdomen ( Lambung Usus )


(+) Rasa Kembung (-) Perut Membesar
(+) Mual

(-) Wasir

(+) Muntah

(+) Mencret

(-) Muntah Darah

(-) Tinja Darah

(-) Sukar Menelan

(-) Tinja Berwarna Dempul

(+) Nyeri Perut

(-) Benjolan

Saluran Kemih / Alat Kelamin


(-) Disuria

(-) Kencing Nanah

(-) Stranguri

(-) Kolik

(-) Poliuria

(-) Oliguria

(-) Polakisuria

(-) Anuria

(-) Hematuria

(-) Retensi Urin

(-) Kencing Batu

(-) Kencing Menetes

(-) Ngompol

(-) Penyakit Prostat

Katamenia
(-) Leukore

(-) Pendarahan

(-) lain lain


Haid
Kapan haid terakhir? ..............
(- ) Jumlah dan lamanya
(-) Teratur/tidak
(-) Nyeri
(-) Gangguan haid
(-) Gejala klimakterium
(-) Pasca menopouse
Saraf dan Otot
(-) Riwayat trauma

(-) Nyeri

(-) Bengkak

(-) Otot Lemah

(-) Kejang

(-) Asfiksia

(-) Sukar mengingat

(-) Ataksia

(-) Hipo/hiperestesi

(-) Pingsan

(-) Kedutan

(-) Pusing

(-) Gangguan bicara


Ekstremitas
(-) Bengkak

(-) Deformitas

(-) Nyeri

(-) Sianosis

BERAT BADAN : tidak diketahui


Berat badan rata-rata (Kg)

: 64

III.

Berat tertinggi (Kg)

:-

Berat badan sekarang (Kg)

: 64

Tetap

( )

Turun

()

Naik

( )

STATUS GENERALIS

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda-tanda vital

: TD : 100/80 mmHg N : 90x/menit RR : 38x/menit S : 37.0C

Kepala

: Normocephali, rambut hitam, terlihat ada uban, distribusi merata.

Mata

: Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-, refleks cahaya +/+

Telinga

: Normotia, sekret -/-, liang telinga lapang/lapang, abses -/-

Hidung

: Deviasi septum(-), Normosepta, deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-)

Tenggorokan

: Faring tidak hiperemis, Tonsil T1/T1, uvula di tengah.

Leher

: KGB leher dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thorax

Paru-paru :
Inspeksi : Kedua hemi thorax simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Vocal fremitus sama pada paru kiri dan kanan dan benjolan (-)
Perkusi : nyeri (-)
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/Jantung :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada intercostal 5 linea midclavicular sinistra,
berdiameter 2 cm.
Perkusi : Bunyi redup
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :
Inspeksi : perut kembung warna kulit sawo matang, lesi (-), benjolan (-),simetris
Auskultasi : bising usus (-)
Perkusi : bunyi hipertimpani di seluruh abdomen,pekak hepar menghilang
Palpasi : Defans Muskular (+),nyeri lepas (-), benjolan (-)
Hati : Permukaan rata, tepi tumpul, tidak ada pembesaran
Limpa : Tidak ada pembesaran, S0
Ginjal : ballotemen (-), bimanual (-)
Alat kelamin (atas indikasi) : tidak dilakukan
Pria
Penis :

Skrotum :

Testis :

Wanita
Fluor albus/darah

Extremitas (lengan & tungkai):


Kanan
Tonus

Kiri

normotonus

normotonus

Massa

(-)

(-)

Sendi

normal

normal

Gerakan

normal

normal

Kekuatan

+4

+4

Edem

(-)

(-)

Lain-lain

(-)

(-)

Refleks
Refleks tendon
Bisep
Trisep

Kanan
+
+
+

Kiri
+
+
+

Patella
Archiles
Kremaster
Refleks kulit
Refleks patologis

+
+
+
-

+
+
+
-

IV. STATUS LOKALIS


- Perut tampak kembung dan Terdapat nyeri tekan seluruh lapangan abdomen,Defans
Muskular (+)
Nyeri tekan seluruh abdomen (+)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 13 Mei 2014
Darah rutin
a Hb
:13,5 g/dL
b Leukosit
:17.200/mm3
c Trombosit
:260.000/ mm3
d Ht
:38.9%

Elektrolit
a. Natrium
b. Kalium

:134mEq/L
:2.9mEq/L

Analisa Gas Darah


a. pCO2
:34.2mmHg
b. BE-ecf
:-4.7mmol/L
c. BE-b
:-3.1mmol/L
d. HCO3
:20.5mmol/L
e. TCO2
:21.6mmol/L
Gula Darah
a. GDS
: 183 mg/dL

Gambaran Radiologi Rontgen Thorax

Foto 3 posisi

VI.

RINGKASAN (RESUME/SAILENT FEATURES)


OS datang ke UGD RSUD Tarakan dengan keluhan mual dan muntah yang terus menerus.
Muntah sudah 8 kali per hari. Perutnya terasa kembung dan Os sulit untuk berbicara
disertai sesak napas sejak sakit.. Os mengeluh diare dari pagi tadi sebanyak 4 kali. Tidak
ada darah,nanah dan bau. Os mengeluh nyeri perut seluruh lapangan perut dan ia tidak bisa
kentut sejak pagi tadi. Os mengaku pusing dan nafsu makan telah berkurang. Os
mempunyai kebiasaan makan yang tidak teratur. Kejang dan demam disangkal oleh Os. Os
mempunyai kebiasaan merokok sejak 20 tahun yang lalu.
TD : 100/80 mmHg
N : 90x/menit RR : 38x/menit S : 37.0C
DIAGNOSIS KERJA PRA BEDAH
Perforasi Ileum et causa Suspect Perforasi Tifoid
DIAGNOSIS PASCA BEDAH
Perforasi Ileum et causa Suspect Perforasi Tifoid + Appendicitis
Dasar diagnosis :
Os mengeluh mual muntah,perut tampak kembung,Defans Muskular (+) disertai Foto 3
posisi abdomen : Multipel Air fluid level dan distensi usus .

VII.

DIAGNOSIS DEFERENSIAL
Obstruktif Ileus Mekanik

Ileus Paralitik
Demam Tifoid
Dispepsia
Kolelethiasis
Appendicitis
Gastroenteritis

VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
-Cefixime tab 100mg No XV 2 x 1
-Metronidazole tab 500mg No XX 3 x 1
-Asam Mefenamat tab 250mg No XX 3 x 1
-Ondansetron tab 4mg No XX 3 x 1
-Ranitidin No XV 2 x 1
-Mucin syrup No I 3 x 1
Non-medikamentosa:
Mobilisasi aktif
GV diganti 2 x/hari
Tindakan :
Laparatomi-eksplorasi
Eksis baji tepi perforasi
Jahit primer tepi perforasi
Appendiktomi
Laporan Pembedahan( Cito) Tanggal 13 Mei 2014

Insisi mediana menembus kutis,subkutis,linea alba


Ketika peritoneum dibuka,keluar udara dan cairan purulen
Omentum taksis ke pelvic floor meliputi ileum yang saling menempel(Walinggott)

dan diliputi fibrin


Terdapat perforasi di ileum terminal,30cm oval VB,lokasi di antemesentrial
berdiameter 2mm,indurasi di sekitar perforasi (-) tepi perforasi direfreshing
kemudian dijahitkan simple interrupted dengan T.Vio 3.0 lalu over hecting dengan

T.Silk 3.0 simple interrupted


Appendiks fibrotic,hiperemis dan diliputi fibrin,panjang 5cm berdiameter

1cmpotong,jahit tabac sgl


Organ visceral lainnya dalam batas normal. Tidak tampak pembesaran kelenjar

getah bening mesenterium


Cuci rongga abdomen dengan NaCl 0,9% hingga jernih

Luka operasi dijahit lapis demi lapis

Edukasi:
Tidak boleh terkena air dan disentuh dan perbanyakkan diet tinggi serat
IX.

RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN

Observasi pasien
X.

PROGNOSIS
- Vitam
: ad bonam
- Fungsionam : ad bonam
- Sanationam : ad bonam

XI.
FOLLOW UP
Pada tanggal 13 Mei 2014 di ICU
S : - OS mengatakan bisa kentut,perut masih kembung,mual dan muntah sudah tiada. Os
mengeluh demam. Mobilisasi aktif. Luka Operasi: Nanah(-),Darah(-). Akral hangat,NGT
dialirkan,DC (+), Produksi urin (+)
O : - KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit

RR : 25x/menit
S : 36,5C

A : - Post Operasi Laparatomi-Eksplorasi ec Perforasi Ileum Hari ke-1


P:
- GV pagi sore
- Pindah ruangan dan Mobilisasi duduk di ruang rawat( miring kanan-miring kiri)
- NGT dialirkan
- Clear fluid semampu OS
- Ceftriaxone 1x 2 gr
- Pansoprazole 1x 40mg
- Vitamin C 2x 400mg
- Ondansetron 3x 4mg
- Metronidazole 3x 500mg
- Mucin syrup 3x 10cc
Pada tanggal 14 Mei 2014 Ruang Inap Soka pagi
S:-

Sesak (-),Nyeri tekan(-),suhu afebris,Flatus(+)

O:-

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Paru : Rh -/-,wh -/-

Abdomen : NT (-),BU(+) lemah

Laboratorium : Hiponatremia

A : - Post Operasi Laparatomi-Eksplorasi ec Perforasi Ileum Hari ke-2


P:-

Aminofluid 200cc/hari

Ceftriaxone 1x 2 gr IV

Ondansetron 3x 4mg IV

Metronidazole 3x 500 mg drip

Mucin syrup NGT 3 x CT

Koreksi elektrolit

Besok pagi cek albumin

Transfusi albumin 20% bila 3g/dl

Mulai besok pagi GV 2x/hari

Setelah pasien sadar, boleh clear fluid semampu pasien,sedikit-sedikit dengan


NGT dibiarkan mengalir

Tinjauan Pustaka
PERITONITIS
PERITONEUM
Peritoneum adalah selaput dinding dalam rongga abdomen dan membungkus sebagian organ
tertentu, mulai diafragma, dinding perut, rongga pelvis, dan membentuk rongga peritoneum.
Bagian yang melekat pada dinding perut disebut peritoneum parietale, dan yang membungkus
organ disebut viscerale. Peritoneum berasal dari sel-sel mesotelial dengan membran basal yang
ditunjang jaringan ikat longgar dan kaya pembuluh darah.Luas peritoneum kira-kira 1,8 meter
kuadrat, sama dengan luas permukaan kulit orang dewasa. Fungsi peritoneum adalah setengah

bagiannya memiliki membran basal semi permiabel yang berguna untuk difusi air, elektrolit,
makro,maupun mikro sel. Oleh karena itu peritoneum punya kemampuan untuk digunakan
sebagai media cuci darah yaitu peritoneal dialisis dan menyerap cairan otak pada operasi
ventrikulo peritoneal shunting dalam kasus hidrochepalus.
DEFINISI
Peritonitis merupakan keradangan akut maupun kronis pada peritoneum parietale, dapat terjadi
secara lokal (localized peritonitis) ataupun menyeluruh(general peritonitis).Peritoneum
sebenarnya tahan terhadap infeksi, bila kedalam rongga peritoneum disuntikkan kuman maka
dalam waktu yang cepat akan dicernakan oleh fagosit dan akan segera dibuang. Juga bila
disuntikkan sejumlah bakteri subkutan atau retroperitoneal maka akan terjadi pembentukan abses
ataupun selulitis.Suatu peritonitis dapat terjadi oleh karena kontaminasi yang terus menerus oleh
kuman, kontaminasi dari kuman dengan strain yang ganas, adanya bendaa sing ataupun cairan
bebas seperti cairan ascites akan mengurangi daya tahan peritoneum terhadap bakteri. Omentum
juga merupakan jaringan yang penting dalam pengontrolan infeksi dalam rongga perut.
PATOGENESIS
Reaksi awal keradangan peritoneum adalah keluarnya eksudat fibrinosa diikuti terbentuknya
nanah dan perlekatan-perlekatan fibrinosa untuk melokalisisr infeksi. Bila infeksi mereda,
perlekata akan menghilang, tetapi bila proses akan berlanjut terus maka pita-pita perlengketan
peritoneum akan sampai ke bagian lengkung usus ataupu organ-organ. Eksudasi cairan dapat
berlebihan hingga menyebabkan dehidrasi yang terjadi penumpukan cairan di rongga
peritoneal.Cairan dan elektrolit tadi akan masuk kedalam lumen usus dan menyebabkan
terbentuknya sekuestrasi. Dengan disertai perlekatan-perlekatan usus, maka dinding usus
menjadi atonia. Atonia dinding usus menyebabkan permeabilitas dinding usus terganggu
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, oliguri. Sedangkan perlekatan-perlekatan
menyebabkan ileus paralitik atau obstruksi. Ileus menyebabkan kembung, nausea, vomitting,
sedangkan reaksi inflamasi menyebabkan febris.
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
Peritonitis dapat digolongkan menjadi 2 kelompok berdasarkan dari penyebabnya:

1.Peritonitis Primer (Spontaneus)


Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga peritoneum.
Banyak terjadi pada penderita :

sirosis hepatis dengan asites

nefrosis

SLE

bronkopnemonia dan TBC paru

pyelonefritis

benda asing dari luar

2.Peritonitis Sekunder
Disebabkan oleh infeksi akut dari organ intraperitoneal seperti :
1)Iritasi kimiawi: Perforasi gaster, pankreas, kandung empedu, hepar, lien, kehamilan extra tuba
yang pecah
2)Iritasi bakterii : Perforasi kolon, usus halus, appendix, kista ovarii pecah, ruptur bulidan ginjal.
3.Peritonitis Tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, danakibat tindakan operasi
sebelumnya
GEJALA
Pada gejala akan didapatkan berupa nyeri perut hebat (nyeri akan menyeluruh pada seluruh
lapangan abdomen bila terjadi peritonitis generalisata),mual muntah, dan demam. Namun gejala
yang timbul pada setiap orang dapat sangat bervariasi.Pada gejala lanjutan, maka perut menjadi
kembung, terdapat tanda-tanda ileus sampai dengan syok. Disertai hipotensi.

PEMERIKSAAN FISIK
Secara sistematis maka pemeriksaan fisik abdomen akan menampakkan :
Inspeksi :Pernapasan perut tertinggal atau tak bergerak karena rasa nyeri.
Palpasi :Defans muskuler, nyeri tekan seluruh otot perut
Perkusi : Nyeri ketok seluruh perut, pekak hati menghilang
Auskultasi :Bising usus menurun sampai hilang
LABORATORIUM
Akan didapatkan leukositosis, peningkatan hemokonsentrasi, metabolik asidosis,alkalosis
respiratorik.
RADIOLOGIS
Pada pemeriksaan BOF akan menunjukkan diustensi usus besar dan usushalus dengan
permukaan cairan. Pada diafragma foto akan ditemukan air sickle cell dibawah diafragma kanan
(30% false negatif).
PEMERIKSAAN KHUSUS
Diagnostic Peritoneal Lavage
Sangat berguna untuk mengetahui perdarahan intraperitoneal atau peritonitis akibat rudapaksa
(tapi tak menembus peritoneum).
PERFORASI ILEUM
Pada perforasi ileum, maka feses cair dan kuman-kuman segera mengkontaminir peritoneum dan
setelah melewati masa inkubasi (rata-rata 6-8 jam) baru menimbulkan gejala peritonitis. Tetapi
ileum sebenarnya memiliki sifat protective mechanism yaitu sifat bila suatu segemen ileum
mengalami perforasi maka akan segera segemen tadi kaan berkontraksi sedemikian rupa
sehingga menutup lubang perforasi.Sifat ini berlangsung selama 1-4 jam tergantung keadaan
umum dan juga keadaan usus itu sendiri. Misalkan penderita dengan keadaan umum jelek
(KP,kakeksia) maka sifat ini berlangsung 1 jam atau kurang bahakan tak ada sama sekali. Juga
pada usus yang sakit misalkan pada tifus abdominalis maka mekanisme ini juga akan
berkurang.Secara ringkas disimpulkan bila ileum mengalami perforasi maka gejala peritonitis

timbul sesudah 8-12 jam kemudian. Penderita harus diobservasi ketat selama minimal 24 jam
pertama pada kasus trauma tumpul abdomen.
DEMAM TIFOID
DEFINISI
Infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh karena mikroba Salmonella typhosa.
PATOGENESIS
Masuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam tubuh manusia terjadi
melalui makanan yang terinfeksi kuman. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung,
tetapi sebagian lagi akan lolos dan memasuk iusus serta berkembang biak. Bila respon imunitas
humoral mukosa (Ig A) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel dan
selanjutnya ke lamina propria.Di lamina propria maka kuman akan dimakan oleh sel sel
makrofag.Kuman yang termakan sel makrofag sebagian masih bertahan hidup dan akan terbawa
ke bagian Peyer Patch di ileum distal dan kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus toraksikus maka kuman ini akan dibawa masuk kedalam sirkulasi darah (menyebabkan
bakterimia asimptomatis) dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotelial tubuh dan
mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda dan gejala sistemik.Di
dalam hati, kuman akan masuk dalam kandung empedu, berkembang biak dan bersama dengan
cairan empedu disekresikan secara intermittent ke dalam lumen usus. Proses yang sama
selanjutnya akan terulang kembali, berhubung makrofag sudah aktif dan teraktifasi serta
hipertrofi maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
yang selanjutnya akan menyebabakan reaksi infeksi sistemik perut seperti demam, malaise,
mual,muntah, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi. Didalam Peyer Patch
makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi jaringan (S. Thypi intramakrofag akan
menimbulkan reski hipersensitivitas tipe lambat, hiperplasi organ, serta nekrosis organ).
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat akumulasi sel-sel mononuklear dalam dinding usus.
Proses patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan
dapat mengakibatkan perforasi.Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler
dengan akibat timbulnya komplikasi seperti neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan, dan
gangguan orga lainnya.

MANIFESTASI KLINIS
Penegakkan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar dapat diberikan terapi yang ideal
dan meminimalisir komplikasi yang akan terjadi.Anamnesa, pemeriksaan fisik, serta ditambah
dengan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium yang baik maka merupakan dasar
menegakkan diagnose demam tifoid. Pemeriksaan laboratorium meliputi uji widal, darah
lengkap, dan kultur darah.
GEJALA KLINIK
Masa tunas demam tifoid sekitar 10 sampai 14 hari. Gejala klinis yangtimbul sangat bervariasi
mulai yang ringan, sedang, sampai yang berat. Dari yang asimptomatis hingga yang khas dan
bahkan disertai dengan komplikasi hingga kematian.Pada minggu pertama perjalanan penyakit
ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri
kepala, mual,muntah, obstipasi atau diare bah akan rasa tidak nyaman pada perut. Pada
pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat, sifatnya meningkat perlahan lahan
terutama di sore hari dan petang hari. Dalam minggu kedua gejala semakin bertambah jelas,
berupa demam, bradikardi relatif, lidah kotor

berselaput, hingga hepatosplenomegali,

meteorismus, gangguan mental.


Penatalaksanaan
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara
intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang
lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonik adalah penting. Pengembalian volume
intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan mekanisme
pertahanan. Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk menilai
keadekuatan resusitasi.Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri
dibuat.Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian dirubah jenisnya
setelah hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai
menjadi penyebab. Antibiotika berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah.

Harus tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang
selama operasi.
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan operasi laparotomi. Insisi
yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan jalan masuk ke seluruh
abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi,insisi ditujukan diatas
tempat inflamasi. Teknik operasi yang digunakan untuk mengendalikan kontaminasi tergantung
pada lokasi dan sifat patologis dari saluran gastrointestinal. Pada umumnya, kontaminasi
peritoneum yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup, mengeksklusi, atau mereseksi
viskus yang perforasi.Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan
menggunakan larutan kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran infeksi ketempat yang
tidak terkontaminasi maka dapat diberikan antibiotika ( misal sefalosporin ) atau antiseptik
(misal povidon iodine) pada cairan irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak
dilakukan lavase peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan bacteria menyebar
ketempat lain.
Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa drain itu dengan
segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan dapat menjadi tempat masuk bagi
kontaminan eksogen. Drainase berguna pada keadaan dimana terjadi kontaminasi yang terusmenerus (misal fistula) dan diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak dapat
direseksi.
KOMPLIKASI
A.INTESTINAL
Pada Peyer Patch yang terinfeksi dapat terbentuk luka atau tukak yang berbentuk lonjong atau
memanjang dalam sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah
maka terjadi perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat
terjadi. Selain karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan koagulasi
darah (KID) atau gabungan dari kedua faktor. Sekitar 25 % penderita tifoid menderita perdarahan
minor yang tidak membutuhkan transfusi darah. Secara klinis, perdarahan akut darurat bedah,
ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/ jam dengan faktor hemostasis dalam
batas normal.

B.EKSTRA INTESTINAL
Meliputi

komplikasi

hematologik,

hepatitis

tifosa,

pancreatitis

tifosa,

miokarditis,

neuropsikiatrik, serta sepsis.


PROGNOSIS
Prognosis untuk peritonitis lokal dan ringan adalah baik, sedangkan pada peritonitis umum
prognosisnya mematikan akibat organisme virulen. Prognosis ini bergantung kepada:

Lamanya peritonitis;
o < 24 jam = 90% penderita selamat;
o 24-48 jam = 60% penderita selamat;
o > 48 jam = 20% penderita selamat.
Adanya penyakit penyerta
Daya tahan tubuh;
Usia;o Makin tua usia penderita, makin buruk prognosisnya.

Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut. Gejala Klinis nyeri ini tiba-tiba, hebat menyebar keseluruh bagian abdomen. Tanda
lain yaitu nausea, vomitus, syok (hipovolemik, septik, dan neurogenik),demam, distensi
abdominal, nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atau umum,dan secara klasik
bising usus melemah atau menghilang. Prognosis Buruk bila tidak ditangani dengan baik.

Daftar Pustaka
1. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S. Bedah digestif. Dalam: Kapita
SelektaKedokteran, Edisi 3, Jilid: 2. Jakrta: Media Aesculapius FKUI; 2000.h 302-21.2.
2. Kumpulan catatan kuliah. Radiologi abdomen. Yogyakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta; 1997.3

3. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. Abdomen dkut. Dalam: Radiologi


Diagnostik.Jakrta: Gaya Baru; 1999.h.256-7.4.
4. Sjaifoelloh N. Demam tifoid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi3.
Jakarta: FKUI; 1996.h.435-42.5.
5. Sulton, David. Gastroenterologi. Dalam: Buku ajar Radiologi untuk Mahasiswa
Kedokteran, Edisi5. Jakarta: Hipokrates; 1995.h.34-8.6.
6. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. Dinding perut. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah.
JakrtaPenerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.h.696.7.
7. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. Gawat abdomen. Dalam: Buku ajar Ilmu Bedah.Jakrta
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997.h.221-39.8.
8. Philips Thorek, Surgical Diagnosis third edition. Toronto: Toronto University of Illnois
College of Medicine; 1997.9.
9. Schwartz, Shires, Spencer. Principles of Surgery, sixth edition; 1989.10.
10. Balley and Loves. Short Practice of Surgery, edisi 20. England: ELBS; 1988.

Anda mungkin juga menyukai