Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

Infertilitas e.c Mumps Orchitis


Gusna Ridha
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara no 6. Jakarta Barat
gusna.ridha@yahoo.com

Kasus
Setelah berkali kali mengajak suaminya ke dokter, akhirnya ny. I berhasil membawa
suaminya Tn. A berobat kedokter. Ny. I menduga suaminya mengalami kemandulan karena
pasangan ini sudah menukah selama 8 tahun tetapi belum dikaruniai anak padahal Ny. I sudah
sering berobat kedokter. Ternyata sebelum menikah Tn.A pernah mengalami penyakit gondongan
(pembengkakan pada rahang dan pipi) sebelah kanan dan kemudian diikuti pembengkakan pada
buah zakarnya.

Pendahuluan
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.
Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong 50% pasangan infertililitas
untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidak
mampuan mutlak untuk memiliki anak atau kemandulan pada kenyataannya dibidang
reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang mampuan pasangan untuk menghasilkan
keturunan, jadi bukanlah ketidak mampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan
hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada
perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan
prosesovulasi1,2,3
1

Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung atau tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah
mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi yang dimaksud
adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu tujuan yang
tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan optimal.4
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan fakta tentang keadaan penyakit pasien, berikut
dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Wawancara dapat dilakukan dengan pasien sendiri
yang disebut auto-anamnesis tetapi dapat juga dilakukan dengan menanyai keluarga atau yang
menemani pasien misal pada anak-anak atau bila pasien dalam keadaan gawat dan disebut alloanamnesis.4
Dalam melakukan anamnesis diperlukan teknik komunikasi dengan rasa empati yang
tinggi dan teknik komunikasi itu terdiri atas komunikasi verbal dan nonverbal yang harus
diperhatikan.Kemudian rahasia harus dipegang kuat karena pasien datang dengan rasa
kepercayaan. Bila anamnesis dilakukan dengan baik maka lebih kurang 70% diagnosis penyakit
sudah dapat ditegakkan.4

Keluhan utama : pasien harus didorong untuk mengekspresikan tujuan dari kunjungannya.
Pertanyaaan terbuka yang terkait dengan keluhan tersebut dapat membantu mengklarifikasi

rincian keluhan tersebut.


Penyakit yang diterita saat ini. Menanyakan secara menyeluruh, tetapi tetap disesuaikan

dengan keluhan utama pasien.


Riwayat medis dan pembedahan di masa lalu. Pasien harus diminta untuk menyebutkan
semua masalah kesehatan yang penting. Obat-obatan yang digunakan saat ini dan di masa

lalu harus disebutkan. Semua reaksi alergi harus dicatat.


Riwayat ginekologis. Aspek-aspek yang terkait dengan riwayat ginekologis pasien
mencakup riwayat menstruasi secara rinci (usia menarke/menopause, lama siklus, dan lama
menstruasi terkahir), riwayat pemakaian kontrasepsi, infeksi vagina atau panggul
sebelumnya, riwayat seksual, dan prosedur pembedahan ginekologis sebelumnya.
Untuk pria tanyakan apakah ada cidera testis, infeksi genitourinaria, kemoterapi, gondongan
setelah masa puber.

Riwayat obstetric. Semua kehamilan harus dirinci termasuk usia gestasi, komplikasi terkait

kehamilan, dan hasil akhir kehamilan.


Riwayat keluarga. Riwayat keluarga secara rinci harus diperoleh. Penyakit penyakit serius
(diabetes, penyakit kardiovaskular, hipertensi) atau penyebab kematian untuk setiap individu
harus dicatat dengan perhatian khusus terhadap anggota keluarga generasi pertama. Riwayat
keluarga yang menunjukan adanya retardasi mental yang tidak dapat dijelaskan atau sindrom

genetik dapat memiliki pengaruh terhadap kehamilan selanjutnya.


Riwayat sosial. Pasien harus ditanya mengenai pekerjaannya dan dimana serta dengan siapa
ia tinggal. Ia harus ditanya pula mengenai kebiasaan merokok, pemakaian obat terlarang, dan

konsumsi minuman beralkohol.


Pengkajian system tubuh. Sebuah kajian yang diarahkan pada gejala-gejala umum sangat
berharga untuk mengungkap aspek- aspek kesehatan yang kelihatannya tidak berkaitan. Halhal yang penting mencakup hal-hal yang bersifat konstitusional (penurunan/kenaikan berat
badan, aliran panas yang tiba-tiba terasa), kardiovaskular (nyeri dada, napas pendek),
gastrointestinal (sindrom iritasi usus, hepatitis), genital dan saluran kemih (inkontinensia,
hematuria), neurologis (mati rasa, penurunan sensasi), psikiatrik (represi, kecendrungan
bunuh diri), dan sistem tubuh lainnya.

Pemeriksaan Fisik 4
Pertama kali pasien masuk kita dapat melihat tentang keadaan umumnya, apakah baik
atau tidak. Lalu kita lakukan TTV. Pemeriksaan fisik lengkap harus dilakukan pada kunjungan
pertama dengan dihadiri oleh pendamping pasien. Pasien harus diminta untuk membuka seluruh
pakaiaanya kemudian tubuhnya ditutupi dengan baju rumah sakit yang sesuai lalu untuk masalah
infertilitas pada pria kita lakukan Inspeksi apakah ada kelainan anatomi kelamin pria, hipospadia,
varikokel, kriptokisme (testis kecil), tanda2 peradangan, lalu kita palpasi bagaimana suhunya,
apakah ada tumor, dan apakah ada rasa nyeri pada saat dipegang.

Infertilitas

Infertilitas ialah pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.1,2,3
Pendekatan yang dilakukan untuk menilai faktor faktor yang terkait dengan infertilitas
tersebut digunakan sebagai pendekatan organic, yang tentunya akan sangat berbeda antara wanita
dan laki laki . faktor tersebut dapat saja merupakan kelainan langsung organnya, tp bisa juga
disebbkan faktor lain yang mempengaruhinya seperti faktor infeksi, hormonal, faktor genetic,dan
faktor penuaan. 5
Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1
1. Infertilitas primer berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah
memilikianak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekundar berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun
pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia
pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak
akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008). Walaupun pasangan suami-istri dianggap
infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami
atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada
kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. 1,2
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:
1. suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan
dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) kedalam organ reproduksi istri dan
2. istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel
kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki
rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin,embrio, hingga bayi berusia cukup
bulan dan dilahirkan.
4

Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh
pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak. Berdasarkan hal yang
telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami-istri dianggap
infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut: 1
1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak
2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya
Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom,obatobatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

Penyebab Infertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini
dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem
reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase
ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause. Fase menopause terjadi pada
umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita
mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu
pelepasan satu seltelur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada
umur 35 tahuns impanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon
sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang
dihasilkanpun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira
umur 45tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil
lagi.Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat
menstruasi hari ke-2 atau ke-3.2,3
2. Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan
masalahin fertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada
organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan
pasangan tersebut.2
3. Stress

Stres memicu pengeluaran hormone kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormone


reproduksi. 2
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon,
pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan
alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. 2
5. Hubungan seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan
melakukannya tidak pada masa subur. 2
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas.

Infertilitas Pada Laki Laki


Pada laki laki salah satu penyebabnya infertilitas ditentukan oleh sperma yang
dikeluarkan. Criteria semen normal adalah:6
1.
2.
3.
4.

Konsentrasi lebih dari 20juta / ml


Motilitas sperma > 50%
Bentuk sperma yang normal > 50%
Volume > 2ml

Pada pria faktor kemandulan terdiri dari : 6


1. Faktor pretestikular :
juka hormone FSH dan LH yang merangsang testis produksinya menurun sehingga
spermatogenesis akan terganggu. Keadaan ini disebut hipogonadotropin yang
menyebabkan kelainan yang disebut hipogonadism
2. Faktor testicular
:
testis rusak akibat trauma (terpukul), infeksi (mumps orchitis) bila infeksi ini mengenai
kedua testis akan menyebabkan kemandulan.
3. Faktor postestikuler :
infeksi gonore yang dapat meyebabkan penyumbatan epididimis sehingga walaupun
testisnya baik dan sperma tetap diproduksi tetapi sperma tersebut tidak dapat dikeluarkan.
Semen yang keluar hanya mengandung secret kelenjar vesikula seminalis dan kelenjar
prostat.
6

Mumps Orchitis
Orchitis adalah inflamasi (peradangan) akut atau infeksi pada testis. Hal ini biasanya
terjadi akibat komplikasi dari penyakit sistemik atau sebagai perluasan dari epididimitis.
peradangan testis, yang jika dengan epididimitis menjadi epididimorkitis dan merupakan
komplikasi yang serius dari epididimitis. atau suatu peradangan pada salah satu atau kedua testis
(buah zakar). Orchitis adalah suatu peradangan pada satu atau kedua testis, disertai oleh
pembengkakan, nyeri, demam dan rasa berat pada area sekitar.7,8

Etiologi
Orchitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia.
Biasanya kedua testis terkena, dan jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril
tidak terjadi bila bersifat unilateral. bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang
paling sering menyebabkan adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi Coxsackie
virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan orchitisantara lain Neisseria
gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp. 7
Penyebab orchitis bisa piogenik bakteria, gonokokokus, basil tuberkal, atau virus seperti
paramiksovirus, penyebab dari gondongan (parotitis). Sekitar 20% dari orchitis timbul sebagai
komplikasi dari gondongan (parotitis) setelah pubertas. 7
Menurut beberapa sumber virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis
parotiditis adalah infeksi virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk
mencegah parotiditis pada masa anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis
pada orang dewasa terjadi bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria
dengan orkitis parotiditis. Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan
tubulus seminiferus dengan resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan selsel leydig yang mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang
terjadi pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna
tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat menyababkan orchitis dan
membrikan gambaran klinis yang sama adalah: virus Coxsakie B, Varisela, dan mononukleosis. 7
7

Patofisiologi
Kebanyakan pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan (mumps), dimana
manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah pembengkakan
kelenjar parotis. 7
Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis, sekitar 15 % 20% pria menderita
orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra pubertas dengan orchitisparotitika
dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas,
biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig,
sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron. Ada resiko infertilitas yang
bermakna pada pria dewasa dengan orchitis parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar
melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodulanodula yang kemudian mengalami ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui
fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis
kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. 7,8

Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala dapat berupa demam, semen mengandung darah, keluar nanah dari
penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak,
serta nyeri ketika berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual.
Selangkangan klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena termasuk demam
tinggi, peningkatan sel darah putih, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral,
pembengkakan, dan nyeri. 7,8

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Analisis Sperma dan Hormon

Pemeriksaan Analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan pasutri
dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor lelaki
turut memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap kejadian infertilitas.5
Beberapa syarat yang harus diperhatikan agar menjamin hasil pemeriksaan analisis sperma yang
baik adalah:

Lakukan abstinensia (pantang senggama) selama 2-3 hari


Keluarkan sperma dengan cara masturbasi dan hindari dengan cara senggama terputus.
Hindari penggunaan pelumas pada saat masturbasi
Hindari penggunaan kondom untuk menampung sperma
Gunakan tabung dengan mulut yang lebar sebagai tempat penampungan sperma.
Tabung sperma harus dilengkapi dengan nama jelas, tanggal, dan waktu pengumpulan

sperma, metod pengeluaran sperma yang dilakukan (masturbasi atau senggama terputus).
Kirim sampel secepat mungkin ke laboratorium sperma.
Hindari paparan temperature yang terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu rendah (<15oC) atau
menempelkannya ke tubuh sehingga sesuai suhu tubuh.
Criteria yang digunakan untuk menilai normalitas sperma menurut WHO. Hasil dari

analisis sperma tersebut meggunakan terminalogi khusus yang diharapkan dapat menjelaskan
kualitas sperma berdasarkan konsentrasi, mortalitas dan morfiloginya, 5
Criteria
Volume
Waktu likuefaksi
pH
konsentrasi sperma
jumlah sperma total
lurus cepat (gerakan yang progresif

dalam 60 menit setelah ejakulasi (1)


jumlah antara lurus lambat (2) dan

lurus cepat (1)


morfologi normal
vitalitas
leukosit

Nilai Rujukan Normal


2ml atau lebih
Dalam 60 menit
7,2 atau lebih
20 juta per milliliter atau lebih
40 juta permililiter atau lebih
25% atau lebih

50% atau lebih

30% atau lebih


75 % atau lebih yang hidup
Kurang dari 1 juta per mililiter

Normozoozpermia
Oligozoospermia
Asthenozoospermia

: karakteristik normal
: konsentrasi spermatozoa kurang dari 20 juta per ml3
: jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak secara aktif,dalam
waktu 1 jam setelah ajakulasi, kurang dari 50%
: jumlah sperma dengan morfologi normal kurang dari 30%
: tidak adanya spermatozoa dalam sperma
: sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma
: jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah sentrufugasi.

Teratozoospermia
Azoospermia
Aspermia
Kristosperma

Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlukan untuk menegakkan diagnosis adanya analisis
sperma yang abnormal. Untuk mengurangi nilai positif palsu, maka pemeriksaan analisis sperma
yang berulang hanya dilakukan bila hasil pemeriksaan yang pertama menunjukkan abnormal.
Pemeriksaan analisis sperma kedua dilakukan dalam kurun waktu 2-4 minggu. 5
Pemeriksaan pelengkap yang dapat dilakukan dilakukan di pusat pelayanan kesehatan primer
adalah pemeriksaan infertilitas dasar. 5
Jenis kelamin

Pada wanita
Pada pria

Jenis pemeriksaan
LH, FSH, TSH

Waktu pemeriksaan
Fase folikularis awal (H3-4)

Prolaktin

Pagi hari sebelum pukul 9

Testoteron , SHBG
Serologi Rubela , Pap Smear
Analisis Sperma

Kecurigaan hiperandrogenisme
Walaupun sudah iminisasi
Setelah abstinensi 2-3 hari

Diagnosis Banding
I.

Disfungsi Ereksi

impotensi adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan penis tetap ereksi selama sampai
akhir hubungan seksual, impotensi juga dapat di sebut dengan sisfungsi ereksi. masalah medis
yang dapat menyebabkan impotensi seperti:3
Tekanan darah tinggi
Kolesterol tinggi
10

Cedera
Neurologis penyakit
Obat-obatan
II.

Tumor Testis
Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 1535 tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Pasien biasanya
mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri, namun 30%
mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri
akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut
sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada kelenjar
leher dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia Pada pemeriksaan fisis testis
terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada palpasi dan tidak menunjukkan tanda
transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus atau epididimis.
Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di
paru atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi.9

Penatalaksanaan
Pada dasarnya, pengobatan didasarkan pada penyebabnya. Jika diduga penyebabnya
virus, obatnya dengan obat simptomatis (meredakan keluhan), yakni obat pereda demam dan
nyeri (non-steroid anti-inflammatory drugs), misalnya: Ibuprofen, Asam Mefenamat, Naproxen,
dan sejenisnya. Sedangkan jika diduga karena kuman, maka diperlukan antibiotika sedikitnya
selama 714 hari. Obat-obat antibiotika yang lazim digunakan pada Orchitis yang disebabkan
kuman diantaranya: Doxycycline, Azithromycin, Trimethoprim-sulfamethoxazole, Ofloxacin,
Ciprofloxacin. Selain itu, untuk mengurangi keluhan dianjurkan: Istirahat, Hindari pemakaian
celana dan celana dalam ketat, dan Hindari aktifitas berlebihan. Bila terjadi hidrokel maka
diperlukan aspirasi. 7

Komplikasi 7
Menurut Price, komplikasi dari orchitis dapat berupa:
1. Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa derajat atrofi testis.
dengan kerusakan irreversibel terhadap spermatogenesis.
11

2. Abses (Nanah) pada kantong testis. Hidrokel communican atau pyocele mungkin
memerlukan drainase bedah untuk mengurangi tekanan dari tunika.
3. Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%. Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama
jika orkhitis terjadi pada kedua testis.
4. Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
5. Impotensi tidak umum setelah epididimitis akut, walaupun kejadian sebenarnya yang
didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma biasanya hanya
sementara.
6. Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang disebabkan
oleh gangguan saluran epididimal yang diamati pada laki-laki penderita epididimitis yang
tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini masih belum diketahui.

Daftar pustaka
1.
2.
3.
4.

Djuwantono, Tono. 7 Hari memahami infertilitas. Bandung : PT . RefikaAditama, 2008.


Herlianto, H. Fertilitas (Kelahiran) dalam pengantar demogarfi. Jakarta:Trans media,2007.
Lembaga Demografi UI. Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung: PT Grafindo , 2008
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Dalam: Norwitz E, Schorge JO. At a glance obstetric dan

ginekologi. Edisi II. Jakarta : Erlangga, 2008. h. 9


5. Hestiantoro, andon. Infertilitas, dalam:Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta : P.T. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011. Hal. 424-34.
6. Syahrum M.H., Kamaludin., Tjokronegoro A. Kemandulan pria dan faktor yang
mempengaruhi kesuburan pria dan hubungannya dengan keluarga berencana, dalam :
Reproduksi dan embriologi: dari satu sel menjadi organisme. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002. Hal: 21-23
7. Price, Wilson M. Lorraine, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Gangguan
Pertumbuhan, Proliferasi dan Diferensiasi Sel, Buku 1, Edisi 4, EGC, Jakarta, 2005, h. 111
126
8. Wilson, Walter R and Merle A Sande. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. USA : the McGraw-Hill Companies, Inc.
9. Purnomo B., Dasar-dasar Urologi, Tumor Urogenitalia, Edisi kedua, CV. Sagung Seto,

Jakarta, 2003, Hlm 181-185.

12

Anda mungkin juga menyukai