DRAFT
3. Bahwa menurut dokter teradu, karena adanya riwayat infertilitas 4 tahun, telah
dianjurkan untuk pengakhiran kemahilan dengan SC (bedah sesar), namun tidak
disetujui oleh pasien;
4. Bahwa pada pemeriksaan terakhir oleh dokter teradu sebelum datang di RSIA Evasari
keadaan pasien dan bayinya baik, kepala bayi di bawah, pemeriksaan CTG oleh dr
Andon menunjukkan tidak ada kelainan;
5. Bahwa pada tanggal 21 September 2004 pukul 20.40, pasien Ny Asdhianie S,
G2P0A1, hamil 40 minggu datang ke RSIA Evasari dengan membawa surat
pengantar dari dokter teradu untuk ditolong melahirkan. Pemeriksaan fisik pasien
menunjukkan pasien dalam keadaan baik. Dokter teradu telah memerintahkan agar
pasien diperiksa CTG dan apabila hasil CTG reaktif agar dilakukan induksi
persalinan;
6. Bahwa induksi persalinan dilakukan mulai pukul 22.45 dengan pemberian 5 IU
Syntocinon dalam Dextrose 5%, 8 tetes per-menit. Pemantauan keadaan ibu dan anak
dilakukan tiap jam;
7. Bahwa oleh karena his masih jarang, maka dokter teradu pada 22 September 2004
pukul 06.30 menaikkan dosisnya menjadi 20 tetes per-menit, dan pada pukul 07.25
menginstruksikan pemberian Cytotec tab sublingual (diletakkan di bawah lidah).
Dokter teradu melakukan visit pada pukul 09.25;
8. Bahwa pada pukul 12.00 keluar cairan per-vaginam, pembukaan 2 cm, denyut jantung
janin baik, dan dokter teradu memerintahkan pemberian Velosef 3 x 500 mg;
9. Bahwa dokter teradu mengecek keadaan pasien pada pukul 15.30, dan infus kolf
kedua diberikan pada pukul 15.35 dengan dosis 12 tetes per-menit;
10. Bahwa pada pukul 20.00 pembukaan 5 cm, portio tipis, ketuban ada. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin tidak menunjukkan kelainan;
11. Bahwa pada 23 September 2004 pukul 03.00 his telah 4-5 menit sekali, pembukaan 8
cm, denyut jantung janin positif, CTG menunjukkan adanya tetani dan deselerasi,
sehingga diputuskan untuk dilakukan operasi SC segera;
12. Bahwa pukul 04.10-05.15 dilakukan operasi SC dengan analgesia spinal. Ketuban
berwarna hijau bening, jumlah cukup. Janin laki-laki dilahirkan seberat 3000 gram,
tidak ada nafas, tali pusat pendek hanya 20 cm, dan segera dilakukan resusitasi oleh
dr Dahlan AM, SpA. Apgar Score pada 1 menit = 0 dan pada 5 menit = 1-2;
13. Bahwa dokter anak dan tim melakukan resusitasi dan pemasangan tuba endotrakeal
(ETT), bagging dan pijat jantung. Denyut jantung makin kuat, dan nafas spontan
muncul setelah 30-45 menit resusitasi. Setelah satu jam, denyut jantung telah lebih
dari 100 kali per-menit, nafas telah spontan dan teratur, refleks belum muncul dan
tonus otot masih lemah;
14. Bahwa kemudian bayi dirujuk ke RS Thamrin untuk dirawat di ICU anak, namun
pada pukul 19.30 diperoleh berita dari RS Thamrin bahwa bayi telah meninggal;
15. Bahwa kasus telah dibicarakan di dalam rapat Komite Medis RSIA Evasari dan
disimpulkan bahwa penanganan pasien Ny Asdhianie S telah sesuai dengan prosedur;
Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah DKI Jakarta telah mengundang, mendengar
dan memeriksa dr Darlan Darwis, SpA dan dr Mulyadi SpA dari RS Thamrin selaku dokter
ICU anak yang menangani bayi pasien Ny Asdhianie S, yang menerangkan bahwa:
1. Bahwa bayi datang di RS Thamrin pukul 06.10 dan masuk ke NICU (unit rawat
intensif untuk bayi baru lahir) pukul 06.30. Keadaan bayi berat, nafas dibantu
dengan ambubag dan ETT, jantung bradikardi (denyut jantung lambat, 28 kali
RAHASIA
DRAFT
per-menit). Setelah diresusitasi, pada pukul 07.00 denyut jantung telah lebih dari
100 kali per-menit;
2. Bahwa pada pukul 08.10, pupil midriasis, sopor, denyut jantung 128-140 x/menit,
saturasi oksigen 90%, nafas 28 kali per-menit dengan ventilator. Pada pukul 10.15
pH 6.6 (asidosis). Bayi meninggal pada pukul 17.25;
Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah DKI Jakarta telah mengundang, mendengar
dan memeriksa Dr Noroyono Wibowo, SpOG dan dr Ali Sungkar, SpOG, pengurus POGI
Jaya selaku wakil peer-group dari kalangan obstetri-ginekologi, yang menerangkan bahwa:
1. Bahwa dokter teradu, dr Enud J Surjana SpOG, telah melaksanakan praktek profesi
sesuai dengan standar kompetensi dokter spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan;
2. Bahwa pasien Ny Asdhianie S telah ditangani sesuai dengan prosedur yang berlaku di
RSIA Evasari;
3. Bahwa pendeknya tali pusat (hanya 20 cm) dapat dianggap sebagai kemungkinan
penyebab terjadinya deselerasi pada CTG;
Menimbang bahwa MKEK IDI Wilayah DKI Jakarta telah mengundang, mendengar
dan memeriksa Prof Dr Asril Aminullah SpA(K), dr Rinawati SpA dan G Dharma Mulya
SpA, pengurus IDAI Jaya selaku wakil peer group kalangan dokter spesialis anak, yang
menerangkan sebagai berikut:
1. Bahwa penanganan bayi pasien Ny Asdhianie S yang mengalami gawat janin dan
Apgar Score 0/1-2, baik selama di RSIA Evasari maupun selama di RS Thamrin
sudah sesuai dengan prosedur dan hasilnyapun cukup baik;
2. Bahwa pada umumnya dokter spesialis anak telah kompeten menangani kasus
kegawatan pada bayi baru lahir (neonatus) dan cukup kompeten mengelola NICU;
Menimbang bahwa dengan demikian MKEK IDI Wilayah DKI Jakarta dalam sidangsidangnya menemukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Bahwa tindakan induksi persalinan dan bedah sectio caecarea pada pasien
Ny Asdhianie S telah dilakukan sesuai dengan ketentuan profesi, baik
indikasi dilakukannya tindakan maupun prosedurnya;
b.
Bahwa keadaan bayi yang buruk dapat berkaitan dengan pendeknya tali
pusat sehingga mengakibatkan deselerasi pada saat tetani otot uterus;
c.
Bahwa penanganan bayi pasien Ny Asdhianie S oleh tim dokter anak telah
sesuai prosedur dan telah memperoleh hasil yang cukup baik, meskipun
akhirnya bayi meninggal sebagai akibat buruknya keadaan awal saat
dilahirkan;
Memutuskan
Menetapkan bahwa dr Enud J Surjana, SpOG sebagai dokter yang menangani
persalinan Ny Asdhianie S dan tim dokter anak yang menangani bayi pasien Ny Asdhianie S
telah melakukan praktek profesi sesuai dengan prosedur standar yang berlaku dan tidak
terbukti melanggar etika kedokteran.
RAHASIA
DRAFT
Jakarta, 14 April 2005.
Ketua MKEK IDI Wilayah DKI,
Catatan:
1. Dr Bowo (POGI) dalam keterangannya menyatakan bahwa:
i. Penggunaan parameter CTG saja dalam memantau ibu dan janin tidak
cukup halus untuk bisa mendeteksi kelainan/gangguan, dan seharusnya
digunakan doppler ultrasound untuk menilai bloodflow janin,
meskipun pada akhirnya diakui bahwa hal di atas sudah
superspesialistik. Normal SpOG juga akan melakukan seperti teradu;
ii. Induksi partus dilakukan terlalu lama (dari tgl 21 pukul 22.45 hingga
tgl 23 pukul 04.00. Seharusnya dilakukan pematangan cervix terlebih
dahulu baru kemudian diinduksi. Demikian pula penilaian
kemajuannya, yaitu bila dalam 30 menit tidak ada kontraksi atau
dalam 4 jam tidak ada kemajuan sudah harus dianggap kegagalan
induksi;
iii. Bila tali pusat terpilin, biasanya di pangkal, dan akibatnya tidak bisa
dipasang infus di umbilikus. Pada kasus ini bisa dipasang infus di
pangkal umbilikus;
2. Hal-hal lain yang lemah
i. Catatan RM SpOG : air ketuban hijau bening, RM SpA putih keruh
ii. Catatan A/S = 0/0, padahal dalam diskusi ternyata 0/1-2
iii. Saat bayi berangkat dari RSIA Evasari dalam keadaan baik (nafas
dan jantung), tapi saat diterima di RS Thamrin keadaan buruk.
Apakah ada kesalahan pencatatan?
iv. Penolakan SC pada saat awal oleh pasien tidak tercatat.
3. Mohon konfirmasi ke dr Yunizaf, apakah kita akan membuat SK seperti di
atas atau mengubahnya?
RAHASIA