Trauma Limpa
Trauma Limpa
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Limpa merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul
abdomen atau trauma toraks kiri bagian bawah. Keadaan ini mungkin disertai
kerusakan usus halus, hati dan pankreas. Limpa mendapat vaskularisasi yang
banyak, yaitu dilewati kurang lebih 350 liter darah per harinya yang hampir sama
dengan satu kantung unit darah sekali pemberian. Karena alasan ini, trauma pada
limpa mengancam kelangsungan hidup seseorang.1,2
Limpa kadang terkena ketika trauma pada torakoabdominal dan trauma
tembus abdomen. Penyebab utamanya adalah cedera langsung karena kecelakaan
lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga luncur atau olahraga kontak,
seperti yudo, karate, dan silat. Trauma limpa terjadi pada 25% dari semua trauma
tumpul abdomen. Perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 3 : 2, ini mungkin
berhubungan dengan tingginya kegiatan dalam olahraga, berkendaraan dan
bekerja kasar pada laki-laki. Angka kejadian tertinggi pada umur 15-35 tahun.1,2
Diagnosis untuk trauma tembus limpa mudah ditegakkan karena biasanya
pasien datang dirujuk untuk tindakan operasi. Pada banyak kasus, foto thoraks
dan abdomen menjadi langkah awal untuk menilai pasien dengan trauma tumpul
abdomen. Namun efek dari trauma tumpul abdomen kadang tertutupi oleh trauma
yang lebih nyata. Pada beberapa pasien, kadang tanpa gejala, Hal ini membuat
tingginya mortalitas trauma tumpul abdomen dibanding trauma tembus. Oleh
karena itu, radiologis harus mempunyai indeks kecurigaan lebih tinggi dan
menyarankan pemeriksaan pencitraan bentuk lain lebih lanjut untuk mengevalusi
ulang.2
Mengingat besarnya masalah serta tingginya angka kematian dan
kesakitan trauma limpa serta sulitnya mendiagnosis segera, maka kami menulis
referat yang membahas trauma limpa dan pemeriksaan radiologisnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma limpa terjadi ketika suatu dampak penting kepada limpa dari
beberapa sumber menyebabkan kerusakan atau ruptur limpa. Dapat berupa trauma
tumpul, trauma tajam, ataupun trauma sewaktu operasi.1
2.2. Anatomi dan Fisiologi
Limpa berasal dari diferensiasi jaringan mesenkimal mesogastrium dorsal.
Berat rata-rata pada manusia dewasa berkisar 75-100 gram, biasanya sedikit
mengecil setelah berumur 60 tahun sepanjang tidak disertai adanya patologi
lainnya , ukuran dan bentuk bervariasi, panjang 10-11cm, lebar + 6-7 cm, tebal
+ 3-4 cm.1
Limpa terletak di kuadran kiri atas dorsal di abdomen pada permukaan
bawah diafragma, terlindung oleh iga ke IX, X, dan XI. Limpa terpancang
ditempatnya oleh lipatan peritoneum yang diperkuat oleh beberapa ligamentum
suspensorium yaitu1,2 :
1. Ligamentum splenoprenika posterior (mudah dipisahkan secara tumpul).
2. Ligamentum gastrosplenika, berisi vasa gastrika brevis
3. Ligamentum splenokolika terdiri dari bagian lateral omentum majus
4. Ligamentum splenorenal.
Limpa merupakan organ paling vaskuler, dialiri darah sekitar 350 L per
hari dan berisi kira-kira 1 unit darah pada saat tertentu. Vaskularisasinya meliputi
arteri lienalis, variasi cabang pankreas dan beberapa cabang dari gaster (vasa
Brevis). Arteri lienalis merupakan cabang terbesar dari trunkus celiakus. Biasanya
menjadi 5-6 cabang pada hilus sebelum memasuki limpa. Pada 85 % kasus, arteri
lienalis bercabang menjadi 2 yaitu ke superior dan inferior sebelum memasuki
hilus. Sehingga hemi splenektomi bisa dilakukan pada keadaan tersebut.Vena
lienalis bergabung dengan vena mesenterika superior membentuk vena porta.1,2
Limpa asesoria ditemukan pada 30 % kasus. Paling sering terletak di hilus
limpa,
sekitar
arteri
lienalis,
ligamentum
3
splenokolika,
ligamentum
Fisiologi
Fungsi limpa dibagi menjadi 5 kategori 1,3 :
1.
2.
3.
Produksi Imunoglobulin lg M
4.
5.
Pada janin usia 5-8 bulan limpa berfungsi sebagai tempat pembentukan sel
darah merah dan putih, dan tidak berfungsi pada saat dewasa. Selain itu, limpa
berfungsi menyaring darah, artinya sel yang tidak normal, diantaranya eritrosit,
leukosit, dan trombosit tua ditahan dan dirusak oleh sistem retikuloendotelium
disana.1
Limpa juga merupakan organ pertahanan utama ketika tubuh terinvasi oleh
bakteri melalui darah dan tubuh belum atau sedikit memiliki antibodi.
Kemampuan ini akibat adanya mikrosirkulasi yang unik pada limpa. Sirkulasi ini
memungkinkan aliran yang lambat sehingga limpa punya waktu untuk
memfagosit
bakteri,
sekalipun
opsonisasinya
buruk.
Antigen
partikulat
dibersihkan dengan cara yang mirip oleh efek filter ini dan antigen ini merangsang
respon anti bodi lg M di centrum germinale. Sel darah merah juga dieliminasi
dengan cara yang sama saat melewati limpa.1,3
Limpa dapat secara selektif membersihkan bagian-bagian sel darah merah,
dapat membersihkan sisa sel darah merah normal. Sel darah merah tua akan
kehilangan aktifitas enzimnya dan limpa mengenali kondisi ini akan menangkap
dan menghancurkannya. Pada asplenia kadar tufsin ada dibawah normal. Tufsin
adalah sebuah tetra peptida yang melingkupi sel sel darah putih dan merangsang
5
fagositosis dari bakteri dan sel-sel darah tua. Properdin adalah komponen penting
dari jalur alternatif aktivasi komplemen, bila kadarnya dibawah normal akan
mengganggu proses opsonisasi bakteri yang berkapsul seperti meningokokkus,
dan pneumokokkus.1,3
2.3. Patogenesis
Berdasarkan penyebab, trauma limpa dibagi atas1 :
1. Trauma Tajam
Trauma ini dapat terjadi akibat luka tembak, tusukan pisau atau benda
tajam lainnya. Pada luka ini biasanya organ lain ikut terluka tergantung
arah trauma. Yang sering dicederai adalah paru, lambung, lebih jarang
pankreas, ginjal kiri dan pembuluh darah mesenterium.
Pemeriksaan splenografi yang dilakukan melalui
pungsi
dapat
3. Trauma Iatrogenik
Ruptur limpa sewaktu operasi dapat terjadi pada operasi abdomen bagian
atas, umpamanya karena retractor yang dapat menyebabkan limpa
terdorong atau ditarik terlalu jauh sehingga hilus atau pembuluh darah
sekitar hilus robek. Cedera iatrogen lain dapat terjadi pada punksi limpa
(splenoportografi).
Cedera kapsul
ii.
iii.
iv.
v.
Hematoma subkapsuler
Kehr, terdapat pada kurang dari separuh kasus. Mungkin nyeri di daerah bahu kiri
baru timbul pada posisi tredenlenberg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa di
kiri atas dan pada perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom
subkapsular atau omentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsular
disebut tanda Ballance. Kadang darah bebas di perut dapat dibuktikan dengan
perkusi pekak geser.1
2.5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematokrit perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu
biasanya didapat leukositosis1
Pemeriksaan kadar Hb, hematokrit, leukosit dan urinalisis. Bila terjadi
perdarahan akan menurunkan Hb dan hematokrit serta terjadi leukositosis.
sedangkan bila terdapat eritrosit dalam urine akan menunjang akan adanya trauma
saluran kencing.7
2.6. Pemeriksaan Radiologi
Setelah trauma tumpul, organ intraabdominal yang sering terkena yaitu
limpa, dan limpa akan cedera dan terbentuk hematom. Meskipun ahli bedah
biasanya mencoba untuk mengatasi trauma ini dengan konservatif, ruptur limpa
mungkin baru disadari setelah seminggu atau sepuluh hari setelah trauma pertama.
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilaukan, diantaranya USG, CT scan dan
Angiography. Jika ada kecurigaan trauma limpa, CT Scan merupakan
pemeriksaan pilihan utama. Pendarahan dan hematom akan tampak sebagai
daerah yang kurang densitasnya dibanding limpa. Daerah hitam melingkar atau
ireguler dalam limpa menunjukkan hematom atau laserasi, dan area seperti bulan
sabit abnormal pada tepi limpa menunjukkan subkapular hematom. Kadang,
dengan penanganan konservatif, abses mungkin akan terbentuk kemudian dan
dapat diidentifikasi pada CT Scan karena mengandung gas. Sensitivitas pada CT
Scan tinggi, namun spesifikasinya rendah, dan kadang riwayat dan gejala penting
untuk menentukkan diagnosis banding.2
Gambaran yang paling sering ditemui yaitu fraktur tulang iga kiri bawah.
Fraktur iga menunjukkan adanya tekanan yang kuat pada kuadran kiri atas
yang menyebabkan keadaan patologi pada limpa. Fraktur iga kiri bawah
terdapat pada 44 % pasien dengan ruptur limpa
Tanda yang lebih dapat dipercaya dari trauma pada kuadran kiri atas yaitu
perpindahan ke medial udara gaster dan perpindahan inferior dari pola
udara limpa. Gambaran ini menunjukkan adanya massa pada kuadran kiri
atas dan menunjukkan adanya hematom subkapsular atau perisplenik.
o
Sedikit, jika ada, munculnya efek masa pada kuadran kiri atas
Pola udara usus yang sedikit dapat digeser keluar pelvis oleh
kumpulan darah.
10
11
usus dengan organ solid disekitarnya. USG kurang sensitif dibanding CT Scan
untuk mendiagnosis trauma organ solid atau trauma intestinal.4
Gambaran 2
Tujuan utama pemeriksaan USG limpa pada trauma tumpul abdomen yaitu untuk
menentukan apakah ada darah di kuadran kiri atas.
Sebuah gambaran bulan sabit halus sesuai dengan tepi limpa dapat
dipikirkan sebagai subkapsular.
Sebagai
perbandingan,
perdarahan
ekstrakapsular
biasanya
12
trauma.
13
Gambar 5
Temuan gambar adalah sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa daerah yang kurang jelas pengurangan atenuasinya.
Bentuknya tidak linear oleh sebab itu ini bukanlah sebuah laserasi limpa. Ini
merupakan penampakan klasik dari kontusio.
2. Tidak ada contrast blush maupun hemoperitoneum
14
Gambar 5. a
Karena tidak adanya hemoperitoneum atau perdarahan aktif, pasien ini memiliki
prognosis yang baik dan akan ditangani secara non-operatif.
Gambar 6
Temuan adalah sebagai berikut:
1. Area hipodens linear menggambarkan laserasi.
2.Area hipodense bulat dan oval menggambarkan hematom intrasplenic
3. Hemoperitoneum.
15
Tergantung pada kondisi klinis, pasien ini akan ditatalksana secara non-operatif,
karena tidak ada perdarahan aktif.
Gambar 6.a
Gambar 6.b
Gambar 6.c
16
Gambar 6.d
Gambar 7.a
17
Gambar 7.b
Gambar 7.c
Gambar 7.d
Temuan adalah sebagai berikut:
1. Hemoperitoneum sekitar limpa dan hati.
2. Daerah oval atau bulat di limpa menunjukkan adanya hematoma.
3. Daerah hipodens linear di bagian anterior limpa menunjukkan adanya laserasi.
4. Bagian depan serta medial limpa terdapat penumpukan kontras yang
menunjukkan adanya ekstravasasi.
18
Jadi dalam hal ini ada kemungkinan besar kegagalan pengelolaan dengan nonoperatif.
Grading untuk trauma limpa menurut gambaran CT
Sumber: American Association for the Surgery of Trauma Splenic Injury Scale6
Sebuah cara untuk mengingat sistem ini adalah:
1. Grade 1 kurang dari 1 cm.
2. Grade 2 adalah sekitar 2 cm (1-3 cm).
3. Grade 3 lebih dari 3 cm.
4. Grade 4 adalah lebih dari 10 cm.
5. Grade 5 adalah devascularization total atau maserasi.
Kelemahan grading ini adalah:
1. Sering meremehkan tingkat cedera.
2. kemungkinan variasi antar pembaca
3. Tidak memasukkan:
a. Adanya perdarahan aktif
b.
Kontusio
19
4. Post-traumatik infark
5. Yang paling penting: tidak ada nilai prediktif untuk manajemen nonoperasi (NOM)
CT scan abdomen
20
Gambar 11. Menunjukkan laserasi kompleks dari pul bawah limpa. Ini adalah
cedera derajat II.2
21
Gambar 13. Menunjukkan laserasi hilar kecil. Ini adalah cedera derajat III-IV.2
Gambar 14. Menunjukkan laserasi kompleks yang meluas ke hilus. Ini adalah
cedera kelas IV.2
22
Gambar 15. Menunjukkan area yang terlokalisasi dari penumpukan kontras padat
di hilus limpa, dengan sejumlah besar cairan / darah di sekitarnya.
Temuan di sini mengindikasikan ekstravasasi aktif dari kontras pada pasien
dengan autosplenectomy traumatik. Ini adalah cederaderajat V.2
The Organ Injury Scaling Committee of the American Association for the
Surgery of Trauma juga telah menyusun sistem grading yang telah direvisi pada
tahun 1994, sebagai berikut:6
Grade I
Grade II
Grade III
Hematoma subcapsular lebih besar dari 50% dari luas permukaan atau
meluas dan terdapat ruptur hematoma subcapsular atau parenkim
Grade IV
23
Tingkat Keyakinan
Dalam pengalaman penulis, secara keseluruhan sensitivitas dan spesifisitas CT
dalam deteksi cedera limpa mendekati 100%.
2.6.3. ANGIOGRAPHY2
Gambar 16. Arteriogram yang diperoleh dengan injeksi kateter arteri utama limpa
menunjukkan beberapa daerah ekstravasasi agen kontras parenkim.
24
Gambar 18. Arteriogram diperoleh dengan suntikan arteri lienalis utama setelah
embolisasi koil superselectif dari pseudoaneurisma.
Opasifikasi kontras irregular masih tampak dengan area avaskular, itu mungkin
mewakili daerah lain dari cedera vaskular.
25
Gambar 20. Gambaran arteriographic akhir dari injeksi kateter arteri utama
lienalis setelah selektif / embolisasi koil superselektif.
Sekitar 50% dari limpa telah devascularisasi. Tidak ada sisa cedera pembuluh
darah arteri atau tampak ekstravasasi.
Penemuan2
Trauma limpa dapat menghasilkan berbagai temuan angiografik, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tanda-tanda tidak langsung termasuk
perpindahan limpa dari dinding perut dan daerah parenkim avaskular dari
hematoma. Ketidakteraturan parenkim atau bintik-bintik pada limpa mungkin
akibat dari edema lokal dari memar tanpa kelainan yang jelas.
26
kebanyakan
kasus,
diagnosis
ruptur
limpa
tidaklah
sulit.
Bagaimanapun juga, ahli radiologi harus waspada terhadap proses trauma yang
memungkinkan terjadinya trauma limpa.
1. Benda Asing
Terkadang, bahan yang dimasukkan secara iatrogenic dapat menimbulkan
gambaran ruptur limpa pada CT scan. Pada kebanyakan pusat trauma,
dilakukan pemasangan NGT, dan bahan kontras dimasukkan secara oral
sebelum pemeriksaan CT scan. Artefak dan bahan yang tak tembus sinar
dari NGT dan bahan kontras dapat menutupi limpa dan menimbulkan
kebingungan. Bahan yang tidak tembus sinar dari iga dan artefak dari air
fluid level dari lambung dapat juga menimbulkan hasil positif palsu.
Gabungan dari efek-efek ini, ditambah dengan scan yang berkualitas buruk
dan besarnya ukuran pasien, sering terjadi pada praktek sehari-hari.
2. Hematom
Pada derajat tertentu, hemoperitoneum selalu mengikuti terjadinya trauma
limpa, kecuali jika bagian subkapsular intak. Walaupun begitu, tidak
semua cairan intra abdomen merupakan hematom. Ahli radiologi harus
berhati-hati dalam mengasumsikan bahwa trauma limpa adalah penyebab
adanya cairan dalam abdomen atau di sekitar limpa. Kebanyakan trauma
tumpul limpa terlihat pada anak-anak yang ditabrak oleh kendaraan
bermotor, kejadian yang berhubungan dengan jatuh, atau pengendara
kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan. Kemungkinan terbesar
terjadinya positif palsu pada kecelakaan kendaraan bermotor adalah karena
pasien cenderung tua dan telah memiliki penyakit sebelumnya.
3. Akumulasi cairan
Penyakit hati, pankreas, ginjal, dan kolon bagian kiri dapat menuju pada
akumulasi cairan pada bagian bawah limpa. Penyebab lain yang dapat
27
diagnosis
sebagai
trauma
limpa,
tapi
biasanya
tidak
Kongenital : Epidermoid.
Vaskular : Hematom, kista post trauma (80%), infark kistik, dan
peliosis.
Inflamasi : Abses piogenik, mikroabses jamur akibat Candida,
Aspergilus, atau Cryptococcus. Tuberculosis akibat Mycobacterium
avium intracellular, Pneumocytis carinii, atau Echinococcus. Dan
pseudokista pancreas.
Neoplasma : Hemangioma kavernosus, angiosarkoma, limpangioma,
dan metastasis (melanoma 50%).
5. Infark
Infark pada limpa dapat menimbulkan gambaran trauma. Secara klasik,
infark dapat dibedakan dengan bentuk baji atau segitiga. Infark dapat
melebar dari batas luar dengan apeks menuju ke hilus limpa. Lingkaran
28
halus parenkim normal dapat terlihat sepanjang batas luar. Walau infark
tidak meningkat, pada lingkaran luar mungkin dapat terlihat peningkatan
karena terdapatnya pembuluh darah. Pada USG dan CT scan, infark dapat
disalah artikan sebagai laserasi tanpa cairan perilien.
6. Keganasan
Tumor pada limpa jarang terjadi. Kebanyakan tumor yang berhubungan
dengan limpa adalah limfoma, yang mencakupi 70% dari lesi. Sebagai
tambahan, penyakit metastatik pada limpa tidak jarang terjadi, dan
melanoma, kanker payudara, paru, ginjal, dan ovarium merupakan kanker
primernya. Proses ini terlihat hipoekoik pada USG dan hipodens pada CT
scan, dan dapat menimbulkan gambaran laserasi atau perdarahan
intraparenkim. Penyakit metastatik dapat berhubungan dengan asites yang
menimbulkan gambaran hemoperitoneum. Lesi serupa pada organ lain dan
limfadenopati muncul dan mengecualikan trauma.
7. Tumor jinak
Tumor jinak yang paling sering pada limpa adalah hemangioma
kavernosus. Tumor ini dapat terlihat hiperekoik atau hipoekoik pada USG
dan dapat menimbulkan gambaran hematom dan darah yang tidak
menggumpal. Hemangioma terlihat hipodens pada CT scan. Lesi jinak
dapat menimbulkan gambaran hematom parenkim atau laserasi kecil jika
dekat perifer. Petunjuk untuk diagnosis yang benar adalah perbedaan pada
batas dan bentuk hemangioma dibandingkan dengan trauma. Kalsifikasi
seperti bentuk salju atau phlebolits jarang terjadi, tapi dapat dibedakan
dengan trauma. Hemangiomatosis lien difus adalah keadaan dimana limpa
membesar dan digantikan hampir seluruhnya
oleh hemangioma.
29
Limpa terlibat dalam 24-59% dari pasien dengan sarkoid, tapi biasanya
asimptomatik. Dapat juga menunjukkan gejala abdominal. Kasus berat
dapat menuju kepada hipersplenisme dan ruptur spontan tanpa etiologi
yang jelas. Pada kebanyakan kasus, limpa terkena secara difus, dan
gambarannya dapat menyerupai limfoma. Splenomegali tampak pada
sekitar sepertiga kasus dan sering dihubungkan dengan limfadenopati.
Nodul hipodens yang terpisah tampak pada CT scan pada sekitar 15%
pasien.
10. Amiloidosis
Limpa terlibat pada amiloidosis, penyakit dimana pada sel plasma terjadi
penumpukan amiloid, protein kompleks yang terbentuk terutama dari
rantai polipeptida, yang terjadi di berbagai jaringan dan organ.
Amiloidosis dapat terjadi secara primer ataupun sekunder, berhubungan
dengan inflamasi kronik (terutama arthritis reumatoid), dan terjadi
berhubungan dengan myeloma multiple. Limpa terkena dalam berbagai
bentuk amiloidosis dan muncul secara difus dan homogen pada
kebanyakan pasien. Ini dapat terlihat pada CT scan dengan kontras, tapi
abnormalitas focal yang dapat menyerupai laserasi juga dapat terjadi.
Ruptur limpa spontan, yang diyakini sebagai akibat kelemahan kapsul
akibat penumpukan amiloid, telah dilaporkan. Berkurangnya atenuasi pada
organ yang terlibat dapat membantu dalam membedakan amiloid dengan
trauma.
11. Infeksi
Bartonella adalah organism gram negatif awalnya dianggap terutama
menginfeksi
pasien
dengan
HIV. Tapi,
penelitian
terkini
telah
30
aliran
pada
pembuluh
yang
mengalami
perdarahan.
Jika
harus
31
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Limpa merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul
abdomen atau trauma toraks bagian kiri
cedera langsung atau tidak langsung, yaitu kecelakaan atau kekerasan lain,
iatrogenik ataupun spontan pada penyakit limpa.
Tanda-tanda trauma limpa yaitu rudapaksa dalam anamnesis, tanda
kekerasan di pinggang kiri atau perut kiri atas, patah tulang iga kiri bawah, tanda
umum perdarahan (hipotensi, takikardi, anemia), tanda masa di perut kiri atas,
tanda cairan bebas di dalam rongga perut, dan tanda iritasi peritoneum lokal
(kehr) atau iritasi umum.
32
Pada foto abdomen mungkin tampak gambaran patah tulang iga sebelah
kiri, peninggian diafragma kiri, bayangan limpa yang membesar, dan adanya
desakan terhadap lambung ke arah garis tengah. Pemeriksaan CT Scan, payaran
radionukleotida, atau angiografi jarang berguna pada keadaan darurat. Namun CT
Scan masih merupakan pemeriksaan pilihan utama karena sensitivitas pada CT
Scan tinggi.
Pada pemeriksaan akan tampak sebagai daerah yang kurang densitasnya
dibanding limpa. Daerah hitam melingkar atau ireguler dalam limpa menunjukkan
hematom atau laserasi, dan area seperti bulan sabit abnormal pada tepi limpa
menunjukkan subkapular hematom. USG abdomen akan tampak hipoechoic pada
perdarahan akut, dan pada pemeriksaan angiografi akan tampak ekstravasasi agen
kontras ke parenkim limpa.
Setelah diagnosis ditegakkan, trauma limpa dapat ditatalaksana konservatif
ataupun dengan pembedahan. Pembedahan yang dapat dilakukan yaitu splenorafi
dan splenektomi. Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan limpa yang tidak
dapat diatasi dengan splenorafi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Department
of
Radiology.
2009.
Diakses
dari
4.
33
5.
pada
tanggal 28-12-2010
6.
the
Netherlands.
2007.
Diakses
dari
Samudra,
L.
Ruptur
Limpa.
Diakses
dari
http://banyakbaca.wordpress.com/2009/11/24/ruptur-limpa-2009/
pada
tanggal 28-12-2010.
34
2009.