PENDAHULUAN
Penggunaan anestesi umum pada setiap tindakan operasi dapat menyebabkan
munculnya permasalahan pada pasien antara lain mual, muntah, batuk kering,
nyeri tenggorokan, pusing, nyeri kepala, pusing, nyeri punggung, gatal-gatal,
lebam di area injeksi, dan hilang ingatan sementara. Mual dan muntah pasca
operasi menunjukkan 20 - 30 % angka kejadian pada pasien. Angka kejadiannya
lebih kurang 1/3 dari seluruh pasien yang menjalani operasi atau terjadi pada 30%
pasien rawat inap dan sampai 70% pada pasien rawat inap yang timbul dalam 24
jam pertama. Mual dan muntah termasuk masalah yang sering muncul pada
pasien pasca operasi. Perasaan mual muntah yang dirasakan dalam 24 jam setelah
prosedur anestesi dan pembedahan disebut dengan Post Operative Nausea and
Vomitting (PONV).
PONV dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan, termasuk dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, jahitan menjadi tegang dan terbuka, hipertensi vena
dan perdarahan, ruptur esofageal, dan keadaan yang membahayakan jiwa pada
jalan nafas, walaupun komplikasi yang lebih berat lebih jarang. Mual dan muntah
melibatkan fungsi fisiologis yang kompleks dari saraf pusat dan perifer. Pada
pusat lateral retikular menerima berbagai macam jaras termasuk jaras vagal
mukosa, saluran gastrointestinal dan saluran syaraf, stimulasi salah satu dari jaras
ini akan memicu terjadinya refleks muntah. Mual dan muntah merupakan kondisi
tidak nyaman yang diikuti dengan gejala pucat, berkeringat, teraba panas atau
dingin, takikardi, penurunan denyut jantung, sakit perut, dan mulut terasa tidak
nyaman. Mual merupakan sensasi tidak menyenangkan yang mengawali
terjadinya muntah, tetapi tidak semua muntah diawali dengan mual sedangkan
muntah merupakan kondisi pengeluaran isi lambung ke dalam mulut. Mual dan
muntah yang terjadi jika tidak ditangani akan memperlama keluarnya pasien dari
ruang pemulihan lebih lama 20 menit, memperpanjang masa rawat pasien,
meningkatkan biaya perawatan dan menambah stressor bagi pasien. Selain itu
pada survey yang dilakukan preoperatif, pasien menempatkan emesis pada posisi
keempat dari 10 efek negatif pasca operasi yang tidak menyenangkan. Sedangkan
nyeri berada pada posisi ketiga. Karena pasien merasakan bahwa PONV
merupakan perasaan yangs sangat tidak menyenangkan, maka penanganan
terhadap PONV perlu dipertimbangkan dan dilakukan, sama seperti penanganan
terhadap nyeri oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana
penatalaksanaan mual muntah pasca operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jika tidak terdapat faktor resiko, terdapat satu, dua, tiga atau empat dari
faktor resiko tersebut diatas, insiden PONV adalah 10%, 21%, 39%, 61%
dan 79%. 1,2,6
Faktor Resiko mual muntah paska operasi pada anak-anak: (Erberhart
Score)8
Pembedahan Mata
Terdapat angka kejadian PONV yang tinggi (lebih dari 80%) baik
itu pada orang dewasa maupun anak-anak setelah menjalani operasi
mata, tetapi tidak semua tipe pembedahan mata terpengaruh. Operasi
strabismus dihubungkan dengan peningkatan insiden PONV dua kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tipe pembedahan mata yang lain,
tetapi jarang terjadi pada 2 jam pertama setelah operasi. Dua tipe emesis
opioid
pascaoperasi.
Pembedahan
telinga
tengah
motion sickness.4
Pembedahan Abdomen
Prosedur intra-abdomen dihubungkan dengan kejadian PONV yang
lebih sering jika dibandingkan dengan prosedur yang dilakukan di luar
kavum abdomen. Stimulasi mekanik dari usus dapat menyebabkan
rangsangan vagal dan aferen splanchnic yang mengirim sinyal ke SSP.
Stimulasi
mekanik
akan
meningkatkan
pelepasan
5-HT
dan
Penggunaan
cholinesterase
inhibitor
digunakan
untuk
benar-benar diperlukan.1
Anestesi Regional
Teknik anestesi regional memiliki keuntungan dibandingkan
dengan anestesi umum dalam hal penggunaan nitrous oxide, gas anestesi
volatile. Meskipun penggunaan opiod dihindari, tapi PONV masih dapat
terjadi jika opioid diberikan intravena ataupun ke ruang epidural maupun
ruang intratekal. Penggunaan opioid yang lipofilik seperti fentanyl atau
sufentanyl membatasi penyebaran opioid kearah cephalad dan dapat
menurunkan resiko terjadinya emesis akibat pemakaian opioid.
Hipotensi yang terjadi sekunder akibat blok simpatis yang terjadi juga
berperan dalam terjadinya PONV. Hal ini diperkirakan karena hipotensi
menyebabkan iskemia batang otak yang kemudian mengaktifkan pusat
muntah di medula. 1
dapat
dan
mencetuskan
muntah.
Destruksi
daerah
tersebut
10
a) Mekanoreseptor
berlokasi pada dinding usus dan diaktifkan oleh kontraksi dan distensi
usus, kerusakan fisik dan manipulasi selama operasi.
b) Kemoreseptor
berlokasi pada mukosa usus bagian atas dan sensitif terhadap stimulus
kimia.
Pada area CTZ kaya akan reseptor dopamine dan 5-hydroxytryptamine,
khususnya D2 dan 5HT3. CTZ tidak dilindungi oleh sawar darah otak, oleh
karena itu bisa terpapar oleh stimulus - stimulus (mis: obat - obatan dan
toksin). Bisa juga dipengaruhi oleh agen anestesi, opioid dan faktor humoral
(cth 5HT) yang terlepas pada saat operasi. Sistem vestibular bisa menstimulasi
PONV sebagai akibat dari operasi yang berhubungan dengan telinga tengah,
atau gerakan post operatif. Gerakan tiba - tiba dari kepala pasien setelah
bangun menyebabkan gangguan vestibular telinga tengah, dan menambah
insiden PONV. Acetilkoline dan histamin berhubungan dengan transmisi
sinyal dari sistem vestibular ke pusat muntah. Pusat kortikal yang lebih tinggi
(sistem limbik) juga berhubungan, terutama jika adanya riwayat PONV. Hal
ini mencetuskan mual dan muntah yang berhubungan dengan rasa,
penglihatan, bau, memori yang tidak enak dan rasa takut. Pusat muntah adalah
medulla oblongata yang letaknya sangat dekat dengan pusat viseral lainnya
seperti pusat pernafasan dan vasomotor.9,10
11
cemas
Nyeri
Pusat kortikal
cerebelum
VOMITING CENTER
CTZ
Anesthesia umum
Input Glossopharyngeal Stimulasi
and trigeminal
Sympatis dan parasympatis
Opioid
Kelainan metabolik
faring
Jantung
Traktus Biliaris
Traktus gastrointestinal
Traktus Genitourinarius
prochlorperzine),
buthyrophenone
12
3.
prochlorperazine)
dan
benzamide
(metocloperamide).
Beberapa obat ini, meskipun efektif tapi berhubungan dengan terjadinya efek
samping seperti kelemahan, mulut kering, sedasi, hipotensi, distonia dan
gejala ekstrapiramidal bahkan terjadinya pemanjangan QT interval.1
Kelompok
Reseptor
Anticolinergic Muscarinic,
Obat
Efek samping
Atropine
Mulut
kering,
sedasi,
13
Histaminergic
Scopolamine
(H1)
Antihistamine
Histaminergic
(H1)
Butyrophenon
D2
D2
gangguan
penglihatan
Meclizine
Sedasi
Dimenhydrinate
Droperidol
Haloperidol
Phenothiazine
halusinasi,
Promethazine
Prochlorperazine
Sedari,
agitasi,
efek
ekstrapiramidal,
pemanjangan QT
Sedasi,
agitasi,
efek
ekstrapiramidal
Perphenazine
Benzamide
D2, 5HT3
Metoclopramide
Distonia,efek
ekstrapiramidal
5-HT3
Ondansetron
Dolasetron
Nyeri
kepala,
dizziness,
pemanjangan QT
Granisetron
Kortikosteroi
Dexamethasone
Metilprednisolon
Meningkatkan
kadar
Scopolamine
Scopolamine adalah obat antikolinergik yang secara luas
digunakan. Scopolamine trasdermal dikatakan efektif dalam mengontrol
PONV setelah operasi laparoskopi ataupun setelah pemberian morfin.
Penelitian terbaru mengatakan bahwa scopolamine trasdermal memiliki
efektifitas yang sama dengan ondansetron 4 mg dan droperidol 1,25 mg.2
Antihistamin
14
diphenhydramine)
dan
piperazine
(cyclizine,
sentral
(vomiting
center,
CTZ)
dan
perifer
(traktur
operasi selesai.1,2
Prometazine
Prometazine adalah antiemetik yang efektif dan memiliki durasi
kerja yang panjang. Pemberian dengan dosis 12,5-25 mg pada akhir
pembedahan efektif untuk penanganan PONV. Pemakaiannya terbatas
karene efek sedasi dan keterlambatan untuk keluar dari ruang pulih.
Penggunaan prometazine dosis rendah (6,25 mg) menunjukkan
16
Dexamethasone
Dexamethasone
merupakan
salah
satu
obat
yang
juga
emesis.1,2,9
Hydroxytryptamine type 3 receptor antagonist (5-HT3 reseptor
antagonis)
Ondansetron
Menurut beberapa studi klinis ondansteron memiliki efek anti
muntah yang lebih tinggi daripada efek anti mual. Ondansteron adalah
gold standard dibandingkan obat antiemetik lainnya. Pemberian
ondansetron 8 mg oral setara dengan 4 mg dosis intravena. Ondansetron
merupakan derivate carbazolone yang merupakan obat selective
memblock
serotonin
5-hydroxytryptamine
(5-HT3)
receptor.
5-
17
Ondansetron
adalah
selain
pada
pasien
yang
hipersensitivitas terhadap obat ini, juga pada ibu hamil ataupun yang
sedang menyusui karena mungkin disekresi dalam asi. Pasien dengan
penyakit hati mudah mengalami intoksikasi, tetapi pada pasien yang
mempunyai kelainan ginjal agaknya dapat digunakan dengan aman.
Dosis yang dianjurkan untuk mencegah PONV adalah 4 mg pada akhir
pembedahan, dapat diulang setiap 4-8jam. waktu paruhnya adalah 3-4
jam pada orang dewasa sedangkan pada anak-anak dibawah 15 tahun
antara 2-3 jam, oleh karena itu ondansetron baik diberikan pada akhir
pembedahan. Ondansetron di metabolisme di hati melalui proses
-
torsade de pointes.
Granisetron
Granisetron 3 mg dosis IV sama efektifnya dengan deksametason 8
mg dan kombinasinya lebih baik daripada obat lainnya. Sementara
dibandingkan dengan palonosetron 0,075 mg, granisetron 2.5 mg sama
efektifnya dalam 3 jam dan 3-24 jam, namun kurang efektif dalam 24-48
jam.
- Tropisteron
18
diberikan
untuk
mencegah
PONV
saat
akhir
operasi.
Obat-obat lainnya
Ephedrine, merupakan obat simpatomimetik yang bekerja secara
tidak langsung dan
juga
titik
reseptor
yang
berbeda.
Beberapa
penelitian
telah
dexamethason
atau
metocloperamide
paling
sering
ondansetron
dan
droperidol
pada
pemakaian
propofol
20
pasien
di
ruang
pulih
ataupun
di
rumah
sakit.
Dengan
21
22
BAB III
KESIMPULAN
Perasaan mual muntah yang dirasakan dalam 24 jam setelah prosedur anestesi
dan pembedahan disebut dengan Post Operative Nausea and Vomitting (PONV).
Mual dan muntah pasca operasi menunjukkan 20 - 30 % angka kejadian pada
pasien. Angka kejadiannya lebih kurang 1/3 dari seluruh pasien yang menjalani
operasi atau terjadi pada 30% pasien rawat inap dan sampai 70% pada pasien
rawat inap yang timbul dalam 24 jam pertama. PONV dapat meningkatkan stres
pasien, memperlambat pemulihan dan meningkatkan biaya dan bahkan mungkin
dapat meningkatkan kecemasan jika operasi dan anestesi lebih lanjut akan
dilakukan pada pasien dengan riwayat PONV sebelumnya. Berdasarkan berbagai
impuls afferen yang dapat menstumuli pusat muntah, terdapat berbagai faktor
yang berhubungan dengan terjadinya PONV, antara lain : faktor pasien, faktor
pembedahan, dan faktor anestesi
Pencegahan pada pasien dengan pembedahan resiko tinggi akan
memperoleh keuntungan jika diberikan profilaksis ataupun pemilihan teknik
anestesi.
Ada beberapa golongan obat yang biasa digunakan untuk menangani mual
dan muntah pasca operasi, seperti dopamine antagonis (metoclopramide 0.15
mg/kg), histamin antagonis, antikolinergik, serotonin antagonis (ondansetron,
granisetron, dolasetron), dexametason, neurokinin antagonis. Namun ondansetron
adalah antogonis serotonin pertama, dan merupakan pilihan untuk keluhan mual
dan muntah. Dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Penggunaan selective
5-hydroxytryptamine
(serotonin)
receptor
(5-HT3)
anatagonis
seperti
23
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
24