Anda di halaman 1dari 15

Anestesi Pada Laparoskopi

Perubahan fisiologi
Dampak fisiologi laparoskopi berkaitan dengan kombinasi beberapa efek
meliputi insuflasi karbon dioksida (CO2) intra peritoneum yang menimbulkan
pneumoperitonium, perubahan posisi pasien, efek absorpsi sistemik CO 2 dan
juga pengaruh refleks peningkatan tonus vagus yang dapat berkembang menjadi
aritmia.
Perubahan fisiologi

 Penambahan cardiac output secara signifikan (16%)


 Pada pediatrik, perubahan fisiologi menyerupai dewasa ,namun absorbsi
Co2 lebih cepat dan lebih banyak ditemukan dar ipada dewasa
 Pada wanita hamil
 Menurukan uterine blood flow
 Meningkatkan intrauterine pressure
 Menyebabkan fetal hipoksia dan asidosis
 Beberapa laporan,laparoskopi aman dilakukan,tidak meningkatkan
fetal mortality dan morbodity
 Jika memungkinkan,prosedur dilakukan pada trimester dua
Respon terhadap insuflasi intraperitonium
Respon hemodinamik terhadap insuflasi intraperitoneum tergantung pada
interaksi beberapa faktor :
 Faktor penderita
 Tekanan intra abdomen (pneumoperitoneum)
 Efek dari posisi pasien
 Efek Absorbsi Sistemik gas CO2
 Respon neurohumoral
Efek Respirasi

 Efek Mekanik
 Perubahan fungsi paru selama insuflasi abdomen meliputi penurunan
volume paru, penurunan komplian paru, dan peningkatan tekanan
puncak jalan nafas (peak airway pressure).
 Efek Pertukaran Gas – Absorbsi CO2
 Absorbsi gas dari ruang peritoneum tergantung pada kemampuan
difusinya, luas daerah absorbsinya, dan vaskularisasi atau perfusi
dinding insuflasi.
Jenis Operasi Dengan Minimal Invasif

 Prosedur bedah
 Prosedur ginekologi
 Prosedur toracoscopy
 Prosedur urologi
 Prosedur ortopedi
 Prosedur bedah saraf
Teknik Anestesi
Pendekatan anestesi untuk operasi laparoskopi meliputi :
 infiltrasi anestesi lokal dengan sedatif intravena
 anestesi epidural dan spinal,
 anestesi umum
Tidak ada teknik anestesi yang secara klinis lebih superior dari pada teknik
lain, anestesi umum dengan ventilasi terkontrol tampaknya merupakan
teknik yang paling aman untuk operasi laparoskopi

Anestesi lokal dibatasi untuk prosedur laparoskopi ginekologi singkat


(sterilisasi tuba perlaparoskopi, transfer intrafallopi) pada orang muda,
sehat dan punya motivasi. Walaupun pemulihan pasca operasi cepat, namun
perasaan tidak enak/nyaman pada pasien, dan visualisasi organ – organ
intraabdomen yang tidak optimal merupakan pengecualian penggunaan
teknik anestesi lokal ini untuk laparoskopi kolesistektomi.
Manajemen jalan nafas
Teknik anestesi dilakukan dengan intubasi endotrakeal dan kontrol ventilasi
mekanik untuk mengurangi peningkatan PaCO2 dan menghindari gangguan
ventilasi akibat pneumoperitoneum dan posisi trendelenburg saat awal operasi
Pelumpuh otot
Pemilihan obat – obat pelumpuh otot tergantung pada lamanya operasi dan
profil efek samping obat secara individual. Reverse terhadap obat
pelumpuh otot dengan neostigmin meningkatkan terjadinya mual muntah
pasca operasi (PONV) setelah laparoskopi dibandingkan dengan pemulihan
secara spontan, dan beberapa klinisi menghindari reverse ini.
Nitrous Oxide (N2O)
Penggunaan N2O selama prosedur laparoskopi masih kontroversi karena
kemampuan N2O untuk berdifusi kedalam lumen usus yang menyebabkan
distensi, gangguan lapangan pembedahan, dan meningkatkan mual muntah
pasca operasi, namun secara klinis tidak signifikan pada prosedur pendek dan
sedang
Obat Induksi
Propofol merupakan obat induksi pilihan karena non emetogenik dan
pemulihannya yang baik. Propofol memberikan efek samping pasca operasi
yang lebih kecil.
Obat Anestesi Inhalasi

Halotan meningkatkan insiden aritmia pada prosedur laparoskopi, khususnya


bila terjadi hiperkarbia penggunaan halotan sudah digantikan oleh obat – obat
inhalasi yang baru seperti isofluran, desfluran, dan sevofluran yang
mempunyai efek depresi miokardium lebih rendah dan kurang aritmogenik.
Keuntungan
 Pemulihan yang cepat
 Bekas sayatan secara estetika lebih disukai
 Nyeri yang lebih minimal
 Lebih sedikit insidensi infeksi
 Mengurangi wakru rawatan
Kontraindikasi
 Peningkatan tekanan intrakranial
 Pasien dengan ventriculoperitoneal atau peritoneal-jugular shunt
 Hypovolemia
 Congesti heart failure
 Severe cardiopulmonary desease
 Koagulopati
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai