5 Modul Mekanika Teknik I 1
5 Modul Mekanika Teknik I 1
L
Pembelajaran Modul e-Learning
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
faqih_maarif07@uny.ac.id
+6285643395446
Penelitian ini dibiayai oleh DIPA BLU Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012 Sesuai
dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Dosen Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012
Nomor Kontrak: 1407.15/H34.15/PL/2012 Tanggal 02 Mei 2012
KATA PENGANTAR
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah S.W.T. karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Modul e Learning Mekanika
Teknik ini. Dalam penyusunannya, Penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Penulis
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iv
BAB I
BAB II
15
22
BAB IV
29
BAB V
39
BAB VI
44
52
BAB IX
60
BAB X
67
BAB XI
Garis pengaruh................................................................................
74
BAB XII
Garis pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi merata
91
97
105
10
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tampilan awal e-learning....................................................................
Gambar 5. Menu Pemilihan Mata Kuliah di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Perencanaan........................................................................................
Gambar 11. Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya ..................
10
10
Gambar 15. Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R.....
11
Gambar 16. Resultan dua vektor gaya yang tidak segaris. ...................................
11
Gambar 17. Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah. ....................
12
12
13
14
Gambar 21. Pembagian gaya dengan jajaran genjang dan segitiga ......................
15
16
17
Gambar 24. Pembagian gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen ........
18
Gambar 25. Metode grafis untuk mencari besarnya gaya pengganti ...................
20
20
Gambar 27. Gelagar balok dengan beban terpusat lebih dari satu........................
21
22
22
23
11
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 31. Aplikasi tumpuan rol pada struktur atas jembatan ............................
23
24
Gambar 33. Aplikasi jepit sempurna pada bangunan gedung berlantai banyak ...
24
25
Gambar 35. Penggambaran normal forces diagram (NFD) cara grafis ................
25
26
Gambar 37. Penggambaran shear forces diagram (SFD) dengan cara grafis. ......
26
27
Gambar 39. Hasil Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram (BMD),
dan Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan
cara grafis ...........................................................................................
29
31
32
33
Gambar 43. Mekanisme lentur pada balok beton bertulang akibat beban merata
dengan tumpuan sederhana. ...............................................................
33
Gambar 44. Aplikasi pengujian lentur pada balok bamboo laminasi ...................
34
34
35
35
35
Gambar 49. Hasil Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram (BMD), dan
Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan cara analitis.
............................................................................................................. 37
Gambar 50. Konstruksi balok sederhana dengan beban terpusat pada tengah bentang
(1/2L)..................................................................................................
37
39
41
42
44
45
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
48
Gambar 57. Gambar beban segitiga simetri dengan tumpuan sederhana .............
48
51
51
52
53
54
55
57
58
58
60
Gambar 68. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada salah
satu ujungnya ....................................................................................
62
Gambar 69. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada kedua
ujungnya............................................................................................
63
Gambar 70. Konstruksi balok sederhana dengan momen diantara tumpuan ........
64
Gambar 71. Transfer beban ke titik buhul pada suatu gelagar balok....................
67
70
Gambar 73. Pembebanan truk pada jembatan (RSI T-05 2005) ...........................
74
75
76
Gambar 76. Garis pengaruh momen dan gaya lintang akibat beban terpusat.......
78
81
13
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 78. Garis pengaruh dengan balok overstek beban terpusat .....................
86
89
Gambar 80. Pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi merata. .......
92
94
98
98
100
101
103
106
107
109
110
Gambar 91. Momen ekstrim pada balok sederhana dengan beban berjalan .........
111
14
113
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
A. Konsep Dasar
Cabang Ilmu Fisika yang berbicara tentang keadaan diam atau geraknya
benda-benda yang mengalami kerja atau aksi gaya
15
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Panjang
gaya 1cm
Gambar 11. Garis kerja gaya adalah garis lurus yang melewati gaya
16
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Titik tangkap gaya adalah titik awal bermulanya gaya tersebut. Mobil mogok
di atas jembatan, roda mobil serta tumpuan tangan orang yang mendorong
adalah merupakan titik tangkap gaya.
17
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
C. Vektor Resultan
Sejumlah gaya yang bekerja pada suatu struktur dapat direduksi menjadi satu
resultan gaya, maka konsep ini dapat membantu di dalam menyederhanakan
permasalahan. Menghitung resultan gaya tergantung dari jumlah dan arah dari
gayagaya tersebut.
Beberapa cara atau metode untuk menghitung resultan gaya, yaitu:
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya.
2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya.
3. Metode proyeksi vektor gaya.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan masing-masing komponen tentang
metode/cara untuk mencari resultan gaya.
1. Metode penjumlahan dan pengurangan vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep bahwa dua gaya atau lebih yang terdapat
pada garis kerja gaya yang sama (segaris) dapat langsung dijumlahkan
(jika arah sama/searah) atau dikurangkan (jika arahnya berlawanan).
Gambar 15. Penjumlahan vektor searah dan segaris menjadi resultan gaya R
2. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Metode ini menggunakan konsep, jika gaya-gaya yang bekerja tidak
segaris, maka dapat digunakan cara Paralellogram dan Segitiga Gaya.
Metode tersebut cocok jika gaya-gayanya tidak banyak.
18
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Namun jika terdapat lebih dari dua gaya, maka harus disusun suatu
segibanyak (poligon) gaya. Gaya-gaya kemudian disusun secara
berturutan, mengikuti arah jarum jam.
3. Metode segitiga dan segi-banyak vektor gaya
Gambar 17. Resultan dari beberapa vektor gaya yang tidak searah.
Jika telah terbentuk segi-banyak tertutup, maka penyelesaiannya adalah
tidak ada resultan gaya atau resultan gaya sama dengan nol. Namun jika
terbentuk segibanyak tidak tertutup, maka garis penutupnya adalah
resultan gaya.
4. Metode proyeksi vektor gaya
Metode proyeksi menggunakan konsep bahwa proyeksi resultan dari dua
buah vektor gaya pada setiap sumbu adalah sama dengan jumlah aljabar
proyeksi masing-masing komponennya pada sumbu yang sama. Sebagai
contoh dapat dilihat pada Gambar 7.
19
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
X 2 +Y 2
dan
= arc tan
X
Y
Contoh kedua, diketahui dua orang seperti terlihat pada Gambar 9, sedang
berusaha memindahkan bongkahan batu besar dengan cara tarik dan
ungkit.
Ditanyakan:
Tentukan besar dan arah gaya resultan yang bekerja pada titik bongkah
batu akibat kerja dua orang tersebut.
20
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Jawaban:
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
21
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya atau segitiga
gaya.
Diketahui gaya P = 10kN akan dibagi menjadi dua gaya yang bergaris
kerja L1 dan L2 seperti pada Gambar XXX di bawah ini. Diminta
menentukan besar dan arah gaya komponen (P1 dan P2)
Penyelesaian:
22
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Cara analitis:
P1
P
P
= 2 =
sin sin sin
P
=
1
sin 45 O sin 75 O
sin 75 O
Menghitung P2
P2
sin 60 O
P
=
P
=
.10 = 8,97kN
2
sin 60 O sin 75 O
sin 75 O
Gaya sebesar 10kN seperti pada Gambar 22 di bawah ini akan dibagi menjadi
P1 dan P2, yang garis kerjanya masing-masing melalui A dan C.
Penyelesaian dengan cara Grafis:
1. Gambarlah garis verja gaya P, P1 dan P2 dengan skala jarak antar garis
kerja yang tertentu, misalnya dibuat skala 1cm : 1m.
2. Gambar gaya P = 10kN dengan skala tertentu juga, misalkan 1cm: 4kN;
tentukan titik kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub itu sedemikian
rupa sehingga lukisan poligon batang nantinya tidak terlalu tumpul dan
tidak terlalu runcing.
3. tarik garis 1 melalui pangkal gaya P = 10kN dan melalui titik O.
4. lukis garis I sejajar garis 1, yang memotong garis verja gaya P1 dan gaya
P.
23
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
= P2. L
P2 =
P. a1
10. 3
=
3,75 kN
L
8
= P1. L
P2 =
P. a2
10. 5
=
6,25 kN
L
8
24
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
C. Membagi atau mengganti sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak
konkruen
Misalnya gaya P akan diganti menjadi gaya P1, P2 dan P3 yang telah
ditentukan garis kerjanya.
Gambar 24. Pembagian gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen
Usaha pertama adalah membuat gaya-gaya tersebut menjadi konkruen. Dalam
membuat konkruen tidak dapat dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan dua
kali. Dalam hal ini, carilah lebih dahulu titik-titik pertemuan antara garis verja
gaya yang diganti dengan salah satu garis verja gaya pengganti, misalnya titik
petemuannya di A. kemudian agar diperoleh titik tangkapyang konkruen,
maka dua garis kerja gaya pengganti yang lain disatukan menjadi sebuah garis
verja (garis kerja persekutuan)., misalnya titik pertemuan antara dua gaya
pengganti tersebut di C. garis yang menghubungkan titik A dengan titik C
merupakan garis verja persekutuan yang dimaksud di atas, dan membuat gaya
diganti dengan ketiga gaya penggantinya yang konkruen. Dari tiga garis verja
gaya yang konkruen inilah dapat dilukis penggantian P3 dan sebuah gaya
persekutuan (Panduan P1 dan P2). Selanjutnya gaya persekutuan ini diganti
menjadi gaya P1 dan P2. jadi, ketiga gaya pengganti telah diketahui
semuanya, besarnya tinggal mengukur pajang garisnya dikalikan dengan skala
gaya yang digunakan.
Mengganti atau membagi sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak
konkruen ini merupakan dasar metode cullman dalam menghitung besarnya
gaya batang pada konstruksi rangka.
Cara analitis
25
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P. (a+b)
P3 =
P (a + b )
berarti arah P3 sebenarnya ke kiri.
c
P. a
c
P. (a + b ) P2 . c
d
P1 =
P. a + P. b P.a P.b
=
berarti arah P1 sebenarnya ke atas
d
d
Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk mencari
besarnya gaya batang pada konstruksi rangka batang. Untuk lebih mendalami
sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkruen, baik secara grafis
ataupun analitis, berikut disajikan contoh soal dan penyelesaiannya.
Contoh;
Hitunglah gaya pengganti P1, P2 dan P3 dari sebuah gaya P = 2kN, yang
masing-masing garis kerjanya L1, L2 dan L3 seperti pada Gambar di bawah ini.
26
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Skala gaya yang digunakan 1cm : 2kN; skala jarak 1cm: 1m; lukisan untuk
menghitung gaya pengganti adalah seperti pada Gambar 26 di bawah ini.
P.8
2. 8
=
= 9,24kN
1,732 1,732
P3 ke kiri
P. 9 = P1. 2
P1 =
P. 9 2. 9
=
= 9kN
2
2
P1 dimisalkan ke atas
P3 ke atas
P. 5 = - P2. 3,464
P2 =
2. 5
= 2,89kN
3,464
P2 dimisalkan ke atas
P2 ke bawah
27
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Latihan SOAL
Gambar 27. Gelagar balok dengan beban terpusat lebih dari satu
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
28
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
2. Tumpuan rol
6. Tumpuan tali
3. Tumpuan jepit
7. Pendel
4. Tumpuan gesek
8. Tumpuan titik
Tumpuan sendi adalah tumpuan yang dapat menerima gaya dari segala
arah, akan tetapi tidak mampu menahan momen
29
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
2. Tumpuan ROL
Tumpuan Rol adalah tumpuan yang hanya dapat menahan gaya bekerja
tegak lurus (vertical) dan tidak dapat menahan momen.
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya dalam segala
arah dan dapat menahan momen.
30
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
V
H
Gambar 33. Aplikasi jepit sempurna pada bangunan gedung berlantai banyak
4. JENIS KONSTRUKSI
Ada dua jenis konstruksi yaitu konstruksi statis tertentu dan konstruksi
statis tertentu. Pada konstruksi statis tak tentu, besarnya reaksi dan momen
dapat ditentukan dengan persamaan keseimbangan. Sedangkan pada
persamaan konstruksi statis tak tentu, tidak dapat diselesaikan dengan
persamaan keseimbangan. Untuk mempermudah dan mempercepat dalam
menentukan jenis konstruksi, dapat digunakan persamaan:
R = B+2
R = Jumlah Reaksi yang akan ditentukan
B = Jumlah Batang
Bila R > B+2, berarti konstruksi statis tak tentu
Contoh:
Suatu konstruksi sederhana (tumpuan sendi rol) seperti Gambar 20 di
bawah ini. Tentukanlah jenis konstruksinya.
31
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P
PH
RA
L2
L1
RB
Pada Konstruksi sendi dan rol, terdapat tiga buah gaya yang harus
ditentukan, sedang jumlah batang =1. menurut persamaan di atas, maka:
R = B + 2 = 1+2 = 3
R = 3 Sesuai
Jadi konstruksi dengan tumpuan sederhana (sendi-rol) di atas termasuk
jenis konstruksi Statis tertentu.
5. GAYA NORMAL (Normal Forces Diagram)
P
P
PH
RA
L2
L1
RB
32
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Notasi:
Gaya normal (shear forces diagram) adalah susunan gaya yang tegak lurus
dengan sumbu batang.
P
L2
L1
Gambar 37. Penggambaran shear forces diagram (SFD) dengan cara grafis.
33
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jarak (jarak garis lurus
terhadap garis kerjanya)
P
A
RA
C
L2
L1
RB
+
Gambar 38. Penggambaran bending moment diagram (BMD)
dengan cara grafis.
Momen adalah hasil kali antara gaya dengan jaraknya. Jarak disini adalah
jarak tegak lurus dengan garis kerja gayanya. Dalam Gambar 38 di atas
berarti bahwa pada titik C terjadi momen sebesar:
Mc = RA. L1
Bidang momen diberi tanda positif jika bagian bawah atau bagian dalam
yang mengalami tarikan. Bidang momen positif diarsir tegak lurus sumbu
batang yang mengalami momen.
Sebaliknya, apabila yang mengalami tarikan pada bagian atas atau
luar bidang momen, maka diberi dengan tanda negatif. Bidang momen
negatif diarsir sejajar dengan sumbu batang. Perlu diketahui bahwa
momen yang berputar ke kanan belum tentu positif dan momen yang
34
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
berputar ke kiri belum tentu negatif. Oleh karena itu, perjanjian tanda perlu
diperhatikan dengan teliti.
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
35
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Konstruksi balok sederhana adalah konstruksi yang ditumpu pada dua titik
tumpu, yang masing-masing berupa sendi dan rol. Jenis konstruksi ini adalah
statis tertentu, yang dapat diselesaikan dengan persamaan keseimbangan.
1. Konstruksi balok sederhana dengan sebuah beban terpusat
Untuk dapat menggambar bidang SFD, NFD dan BMD terlebih dahulu
harus dihitung reaksi arah vertikal. Sedangkan untuk menghitung besarnya
reaksi, dapat dilakukan secara grafis ataupun analitis.
P= 7kN
PV
60o
PH
C
a = 2m
b = 4m
PV = P. sin 60
PH = P. cos 60
S
P
II
Av
Yc
I
x
r
Bv
SFD
= 6,10kN
= 3,5kN
O
S
II
H=2,5cm
AV
BV
P
LUKISAN KUTUB
H = 2,5cm; Yc = 1,6cm
Mc = H. Yc. Skala Gaya. Skala Jarak
BMD
Mc
NFD
AH
PH
Gambar 39. Hasil Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram (BMD),
dan Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan cara grafis
Cara grafis dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
36
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
1. Menentukan skala jarak dan skala gaya (Misalkan skala jarak 1cm: 1m)
dan skala gaya (1cm : 2kN).
2. Menggambar konstruksi balok dengan skala yang telah ditentukan dan
memperpanjang garis kerja gaya Pv, Av, serta Bv.
3. Uraikan gaya menjadi Pv dan Ph.
4. Lukislah lukisan kutub dan poligon batangnya sehingga diperoleh
besarnya Av dan Bv.
5. Besarnya reaksi adalah sama dengan panjang garisnya dikalikan dengan
skala gayanya.
6. Besarnya momen adalah sama dengan panjang kutub (II) dikalikan dengan
tinggi ordinat pada poligon batang (y) dikalikan dengan skala gaya dan
skala jarak. (M = H.y. skala gaya. Skala jarak).
Untuk membuktikan besarnya M = H. Y, berikut disajikan penjelasannya.
Lihat Gambar 25 di atas, segitiga prt (dalam poligon batang) sebangun dengan
segitiga Owx (pada lukisan kutub), maka diperoleh hubungan:
Segitiga prt (dalam poligon batang)
Pt ox
=
rt vx
Pt =
ox
.rt
vx
Pt =
ox
. Yc ......................................................................................................(1)
Av
pt ox
=
pq ow
pt =
pq
.ox
ow
pt =
a
.ox ........................................................................................................(2)
H
ox
a
. Yc = . ox
Av
H
37
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Yc a
=
Av H
Av. a = H. Yc
M = H. Yc
Dalam kasus di atas, H= 2,5cm; Yc=1,6cm; maka:
Mc = H. Yc. Skala gaya. Skala jarak
= 2,5. 1,6. 1. 2 = 8 kNm
P= 7kN
PV
60o
PH
C
a = 2m
b = 4m
S
P
II
q
Yc
I
r
P
=0
Pv. a Bv. L = 0
Bv =
Pv.a
L
38
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
6,1. 2
= 2,03kN (ke atas )
6
MB = 0
Bv =
Av =
Av. L Pv. b = 0
6,1. 4
= 4,07kN (ke atas )
6
Gh = 0
Pv. b
L
Av =
Ah Ph = 0
Ah = Ph =3,5kN
MOMEN
MA = 0 ---------Karena A adalah tumpuan sendi
MB = 0 --------- Karena B adalah tumpuan rol
Bending Moment diagram (BMD)
Mc = Av.2 = 4,07. 2 = 8,14 kNm
Shear forces diagram (SFD)
Merupakan gaya yang tegak lurus dengan sumbu batang
P= 7kN
PV
A
SFD
60o
PH
AV
BV
P
= Bv. b
4,07. 2 = 2,03. 4
8,14kN = 8,12kN
Selisih hasil 0,245%
39
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P= 7kN
PV
60o
PH
a = 2m
b = 4m
MB
MA
BMD
Persamaan garis lurus
MC
Gambar 43. Mekanisme lentur pada balok beton bertulang akibat beban merata
dengan tumpuan sederhana.
40
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
41
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P= 7kN
PV
60o
PH' A
a = 2m
NFD
PH
b = 4m
AH
PH
P1=1,5kN
A
a = 2m
C
b = 3m
b = 1m
42
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
RA . 8 1,5. (6 ) 2.(3) = 0
RA =
RB =
2. (5) + 1,5.(2 ) 13
=
= 1,625 kN
8
8
Kontrol :
P1 + P2
= RA + RB
1,5 + 2
= 1,875 + 1,625
3,50 kN
= 3,5 kN
MA = MB = 0
MC = RA. a = 1,875 . 2 = 3,75 kNm (+)
MD = RA. b P1. (b-a)
= 1,875. 5 1,5. 3 = 4,975 kNm (+)
Bidang gaya lintang (SFD)
DA = RA = 1,875 kN
DC = RA P1 = 1,875 1,50 = 0,375 kN (+)
DD = DC P2 = 0,375 2 = -1,625 kN (-)
DB = DD + RB = -1,625 + 1,625 = 0
43
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P2=2kN
P1=1,5kN
A
C
a = 2m
b = 3m
b = 1m
DA=1,875kN
SFD
DC=0,375kN
DB=0
DD=-1,625kN
MA=0
MB=0
BMD
MC=3,75kNm
MD=4,975kNm
Gambar 49. Hasil Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram (BMD),
dan Normal force diagram (NFD) hasil perhitungan dengan cara analitis.
HOME WORK
P1=2kN
C
a = 4m
b = 4m
Besarnya RA, RB, Shear force diagram (SFD), Bending moment diagram
(BMD) dengan cara grafis dan analitis.
44
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
45
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk menghitung dan menggambar bidang BMD dan bidang SFD pada
pembebanan merata, dapat dilakukan dengan metode Grafis dan analitis. Pada
cara grafis, beban merata ditransfer menjadi beban terpusat. Dengan adanya
transfer beban ini, Gambar bidang M dan bidang N akan sedikit berbeda
apabila dihitung tanpa transfer beban. Perbedaan ini tergantung pada transfer
bebanya, semakin kecil elemen beban yang ditransfer menjadi beban merata,
maka hasilnya akan semakin teliti (mendekati sebenarnya). Dengan kata lain,
cara grafis kurang teliti bila dibandingkan dengan cara analitis. Oleh karena
itu, dalam pembahasan kali ini tidak dijelaskan cara menghitung dan
menggambar secara grafis.
A
B
Q= q.L
x
1
2L
1
2L
q.x
DA
D=0
DB
MA
MB
Mmaks
46
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Berikut disajikan tata cara perhitungan analitis dengan referensi Gambar XXX
di atas.
1. Menghitung Reaksi perletakan RA dan RB
RA = RB = . q. L
2. Menghitung SFD (Shear forces diagram)
Gaya Lintang
Dx
= RA q.x.
= . q.L q.x
= .L maka Dx = 0
Mx
= RA.x qx. .x
Mx
= .q.l.x. . q.x2
= .l maka Mx = Mmaks
=0
1
Dx = DA = . q. l
2
1
1
. q. l ; Sehingga Dx = q.x + . q.l
2
2
1
1
Dx = . q. l q.x Dx = q . .l x
2
2
1 2
1
Mx = q .l. x .x + C2
Mx = 0; Maka H arg a C2 = 0
2
2
dM x
= Dx = 0
x = 1 .l
M maks = Jika
2
d
Jadi, C1 =
2
1 1
1 1
M maks = q. . l. .l . .l
2 2
2 2
M maks =1 / 8.q.l 2
47
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
q.x
q= 2kN/m
B
Q= q.L
x
4m
4m
MB = 0
Av. L (q.L). 0,5 L = 0
Av = 0,5. q. L
Av = 0,5. 2. 8 = 8 kN
Karena Simetri, maka Bv = Av = 8 kN
b. Mencari Persamaan Shear Forces Diagram (SFD)
Dv = DA= Av-0 = 8 kN
Untuk x = 4;
Dv = DA= Av- q. 4 = 8 2. 4 = 0 kN
Untuk x = 8;
Dv = Dc= Av- q. 8 = 8 2. 8 = -8 kN
Mx
= . q. L. x . q. x2
= 0;
Mx = MA = 0
= 4;
Mx = Mc = . 2. 8. 4 . 2. 42 = 32-16 = 16 kNm
x = 8;
Mx = MB = . 2. 8. 8 . 2. 82 = 0 kNm
dideferensialkan :
dM x
= Dx
dx
48
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Momen Ekstrem
Terjadi Pada Dx = 0 atau
dM x
=0
dx
Jadi, 0 = Av q.x x =
Av 1 / 2. q. L
=
= 1 / 2.L
q
q
q. L2 2.8 2
=
= 16 kNm
8
8
x
3m
P=5 2
4m
3m
2m
6.9 + 5.2 54 + 10
=
= 5,33 kN
12
12
GV = 0;
49
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
DA = AV = 5,33 kN
DC = Av q.a = 5,33 1.6 = -0,67 kN
DDkiri
= DC = -0,67 kN
MA = 0, MB = 0
MC = AV. a q.a. .a = 5,33. 6 1. 6. . 6 = 31,98 -18 = 14 kNm
MD = BV . C = 5,67 . 2 = 11,34 kNm
Momen Ekstrem Pada D = 0
Dx = Av q. x
0 = 5,33 1. x-------- -------x = 5,33m
Mmaks
Mmaks
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
50
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Besarnya beban pada setiap tempat dinyatakan dalam satuan kN/m. Berikut
disajikan tata cara perhitungan konstruksi balok dengan beban segitiga simetri.
B
1
2L=4m
1
2L=4m
DA
DB
MA
MB
Mmaks
Gambar 54. Konstruksi balok sederhana dengan beban segitiga
1. Menghitung Reaksi Perletakan
MB = 0
Av. L L. q. L = 0
Av. L q. L2 = 0
Av = q. L
51
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
2. Menghitung Momen
C
1
2L=4m
1
2L=4m
qx
Av
Q
1
3x
Qx = 1 2 x. q.x = 1 2 x
2qx
L
qx 2
L
Menghitung Momen
x
M x = Av . x Q x .
3
q. x 3 x
.
M x = 14 q. L. x
L 3
qx 3
1
M x = 4 qL.x
Merupakan Garis Lengkung
3L
Qx =
52
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
dM x 1
3.q.x 2
= 4 qL
dx
3L
q. x 2 1
3. q. x 2
0 = 14 . q. L
= 4 qL x 2 = 14 L2 x = 12 L
L
3L
Jadi, Momen Ekstrem terjadi pada L yg besarnya:
Menghitung BMD
3
q( 1 L )
qx 3 1
M maks = 14 q.L.x
= 4 qL. ( 12 L ) 2
3L
3L
2
2
qL
qL
M maks =
8
24
2
q. L
q. L2 2. 82
M maks =
untuk soal di atas, maka : M maks =
=
= 10,67 kNm
12
12
12
Menghitung SFD
Dx = Av - qx
q.x 2
Dx = qL
L
1
4
Untuk x = 0;
Dx = DA = 14 qL = 14 . 2. 8 = 4kN
Untuk x = L
Dx = DC = 14 qL
qx 2
L
2
.4 2
Dx = DC = 14 .2.8
=0
8
qm =
2q
qm = beban merata; q = beban segitiga
3
53
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
pada jarak 1/4L. yaitu jarak tengah-tengah antara momen = 0 dan momen
maksimum Mx dengan beban segitiga:
Mx =
1
q.x 3
.q.L.x
4
3.L
untuk x = .L
1
q. .L3
2
2
1
1
2 q.L q.L
Mx = .q.L.. .L
=
3.L
16 192
4
4
Mx =
11.q.L2
192
qm =
Mx =
8
32
3
2
3.qm .L
3 2
Mx =
=
. . q.L2
32
32 3
q.L2
Mx =
16
Selisih besarnya momen antara beban merata dan beban segitiga adalah
sebesar:
q.L2 11.qL2 q. L2
=
16
192
192
Berdasarkan perhitungan di atas, ternyata momen pada beban qm lebih
besar dari momen beban segitiga. Jadi, transfer beban segitiga menjadi
beban merata akan lebih AMAN.
54
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
qx
Q
2
3L
1
3L
qx
Av
Q
1
3x
DA
DB
MA
MB
Mmaks
Gambar 57. Gambar beban segitiga simetri dengan tumpuan sederhana
55
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
L
=0
3
q
Av =
3
1
. q. L
qL
=
Av = 2
3
6
MA = 0
Av . L Q.
-Bv. L + Q. (2L/3) = 0
2.Q 2. 12 .qL
Bv =
=
3
3
qL
Bv =
3
2. Mencari Bending momen diagram (BMD) ----- Tinjau titik X sejauh x
dari titik A
qx x
q.x
= qx =
q
L
L
6
6L
Letak Momen Ekstrem,
Momen Ekstrem terjadi pada Dx=0 atau dMx/dx =0
dM x qL 3qx 2
=
dx
6
6L
qL 3qx 2
0=
6L
6
2
qx
qL
L2
L 3
=
x2 =
x=
2L
6
3
3
56
Letak Momen
Maksimum
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
M maks
( )
qLx qLx 3 qL L 3 q L 3
.
=
= .
6
6
6
3
6 L (3)3
qL2 3
;
27
= 0,06415. q. L2
M maks =
M maks
6 2 L
qL qx 2
Dx =
Dx =
= DB
6 2L
6
2
6
L. 3
Diatas telah dicari Dx = 0 pada jarak; x =
3
Dengan tiga buah titik yang dilewati garis SFD tersebut, dapat dilukis garis
SFD sepanjang balok AB yang berupa garis lengkung parabol.
C. Home Work Beban merata dan beban kombinasi
Hitunglah besarnya Reaksi perletakan (RA & RB), Shear forces diagram
(SFD), Bending moment diagram (BMD) dari struktur balok sederhana
(tumpuan sendi rol) di bawah ini.
1. Konstruksi balok sederhana dengan beban merata
q= 1,5kN/m
A
x
Q= q.L
3m
5m
57
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
q= 2kN/m
B
2m
2m
2m
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
58
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
: Mekanika Teknik I
: 22 Oktober 2012
: 90 Menit
: Open Book
: Faqih Maarif, M.Eng.
3. Hitunglah besarnya BMD, SFD, NFD dari gambar struktur di bawah ini.
(Bobot 70)
Selamat Mengerjakan
59
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
ini.
A
x
a
Av
Dx
SFD
-P.a
Mx
BMD
Av P = 0
Av = P
b. Persamaan shear forces diagram (SFD)
60
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
B
x
a
x
q.a
Dx
SFD
-21.q.a2
Mx
BMD
Av q.a = 0
Av = q.a
b. Persamaan shear forces diagram (SFD)
61
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
B
x
a
qx
Q
x
-21.q.a
Dx
SFD
-61.q.a2
Mx
BMD
62
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk x =0; Mx = MB = 0
Untuk x = a; Mx = MA = -(q.a3)/6a = -(qa2/6)
4. Konstruksi Balok Overstek tunggal dengan beban terpusat
P3=4kN
P2=3kN
P1=2kN
C
Av
2m
1m
3m
3m
Bv
Av
1
2
3
S
Bv
I
II
IV
5cm
III
MA
Mc
MB
MD
ME
63
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
a. Tentukan skala gaya dan jarak, serta perpanjang garis kerja P1, P2, P3,
Av dan Bv.
b. Lukislah gaya P1, P2 dan P3, tentukan jarak kutub. Pilihlah jarak
kutub sedemikian rupa sehingga poligon batang tidak terlalu tumpul
atau terlalu tajam. (misalkan dalam hal ini dipilih jarak kutub = 5cm).
c. Lukislah garis 1,2,3 dan 4 melalui titik kutub 0.
d. Lukislah garis I, II, III, dan IV pada poligon batang, yang masingmasing sejajar garis 1,2,3 dan 4.
e. Hubungkan titik potong garis I-Av dengan titik potong garis IV-Bv,
berilah tanda pada garis tersebut dengan notasi S.
MA = 0
-BV. 8 + P3.5+ P2. 2 P1.1
=0
BV
= 24 / 8 = 3 kN (Ke atas)
GV = 0
64
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
AV + BV P1 P2 P3 = 0
AV
MA = -P1. 1 = -2 . 1 = -2 kNm
MD = AV. 2 P1. 3 = 6.2 2.3 = 6 kNm
ME = BV. 3 = 3. 3 = 9 kNm (menghitung moment dari kanan)
B. Aplikasi Konstruksi Balok beroverstek di lapangan
65
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
66
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
67
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Av. L q . (a+L+a). . L
Av
=0
= . q (L+2a)
68
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
= -qx1. x1
x1
= a;
= -1/2.q. (x1)2
Karena simetri, maka momen antara BD sama dengan momen antara CA,
dengan MA = MB = -1/2. q. a2
Momen antara AB,
Ditinjau titik X sejauh x dari titik A, dengan 0 x L
MA = Av. x qx. 1/2x qa. (1/2a+x)
Mencari reaksi perletakan
dMx
=0
dx
dMx
= Av qx qa
dx
0
= Av qx qa qx = Av qa
qx
= q (L+2a) qa
= qL + qa qa
=L
69
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 68. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada salah
satu ujungnya
REAKSI
MB = 0
AV.L+ MB = 0
Av = -MB / L (ke bawah)
MA = 0
-BV.L+ MB = 0
Bv = MB / L (ke atas)
Mx = Av. x
Dx = dMx / dx = Av. x
70
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 69. Konstruksi balok sederhana dengan beban momen negatif pada kedua
ujungnya
REAKSI
MB = 0
Av. L M A + M B = 0
MA MB
Av =
L
L
MA = 0
Bv. L + M B M A = 0
M MA
Bv = B
L
Tinjauan pada titik x (0 x L)
Mx = Av. X - MA
M MB
Mx = A
. x MA
L
Dx =
dMx M A M B
=
dx
L
71
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Av.L P. Z = 0
Av =
P. Z
M
=
L
L
MA = 0
-Bv.L + P. Z = 0
PZ M
=
L
L
Tinjauan titik x (0 x a)
Bv =
Mx = Av. x
72
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Dx =
dMx
= Av
dx
Mc =
M a
L
Mx = Av. X M
Mx =
M
.x+ M
Pers. Grs. Lrs miring
L
x=a
MC =
M
.a + M
L
M .a + M . L
M . a + M (a + b )
=
L
L
M .a + M . c + M .b
L
M .b
L
x=L
Mc =
M
.a + M
L
M
= .L + M
L
= M +M
MB =
MB = 0
73
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
74
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 71. Transfer beban ke titik buhul pada suatu gelagar balok
1. Menghitung Reaksi Perletakan
MB =0;
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
AV + BV q.4 P1 P2 =0
BV = 6+7+3,5 7,425 = 9,075 kN
2. Menghitung Momen
MC = AV.2 q. 2. . 2
= 11,85 kNm
MD = Av.4 q. 4. 2
= 17,7 kNm
MG = BV.3,5 P1.3
= 21,2625 kNm
MH = Bv . 0,5
= 4,5375 kNm
76
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Av + Bv PA - PC - PD- PE - PF - PB =0
Bv = 16,5 7,425 = 9,075 kN
2. Bending moment diagram (BMD)
= 11,85kNm
= 17,7 kNm
= 20,55 kNm
= 12,9 kNm
Pada kasus balok miring ini, biasanya dijumpai pada kasus tangga suatu
struktur bangunan yang lebih dari satu lantai. Berikut disajikan tata cara
perhitungan untuk kasus tangga.
AV. 8 q. 6. 5 P1.1 = 0
Av = 5,9 kN (ke atas)
GV = 0
AV q. 6 P + BV = 0
Bv = 5,1 kN (ke atas)
77
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
= 5,11 kN
78
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
DB = DDkn
= -4,42 kN
NB = NDkn
= 2,55 kN
MA = MB = 0
MC = BV. 2 P.1
MD = BV. 1
= 5,1. 1
= 5,1 kNm
Dx = Av- q.x
0 = Av q.x x = (Av/q) = (5,9/1,5) = 3,93m dari titik A
Mmaks = Av. 3,93 q. 3,93. ( . 3,93)
= 5,9. 3,93 1,5. . (3,932)
Mmaks = 23,187 11,584 = 11,603 kNm
79
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
80
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
A. Garis pengaruh
81
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
MB = 0;
RA. L = 0; maka RA = 0.......................................................................... (2)
MA = 0;
-RB. L + P. L = 0; maka RB = P...............................................................(3)
2. Garis Pengaruh RB
82
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Sebuah balok AB panjang 8m, diberi beban bergerak P1 = 2kN dan P2 = 1kN
(Jarak P1 dan P2 adalah 2m). Jarak dari tumpuan A sebesar 2m.
Hitunglah reaksi Tumpuan RA dan RB dengan menggunakan cara garis
pengaruh.
83
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
RA = P1. y1 + P2. y2
3
1
+ 1.
4
2
6 1 6+2
RA = + =
= 2kN
4 2
4
RA = 2.
RB = P1. y3 + P2. y4
1
1
RB = 2. + 1.
4
2
2 1 2+2
RB = + =
= 1kN
4 2
4
2. Garis pengaruh momen dan gaya lintang
Dalam penyelesaian kasus momen dan gaya lintang pada balok
dengan cara garis pengaruh, dapat dilakukan seperti pada Gambar di
bawah ini. Untuk melukis garis pengaruh momen, dilakukan dengan
membuat busur menggunakan jangka pusat titik A dengan jari-jari AC dari
titik C ke titik A. Kemudian tarik garis dari titik A ke titik B sehingga
didapat titik C selanjutnya tarik garis dari titik A ke C maka diperoleh
ABC yang disebut dengan garis pengaruh MC dengan ordinat Y berupa
C-C.
84
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 76. Garis pengaruh momen dan gaya lintang akibat beban terpusat
a. Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang
P. X ...(8)
L
P. X
MC =
. c ....(9)
L
RA =
P. X
.c
L
P. ( L c)
MC =
. c .(10)
L
MC =
untuk P = 1; maka
1.(L c )
.c
L
( L c)
MC =
. c .(11)
L
MC =
85
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P.(L X ) (12)
L
M C = RB ( L c)
RB =
Mc =
P. (L X )
. (L c ) (13)
L
CC ' (L c )
=
untuk CC ' = y maka
AA'
L
AA'.(L c )
y =
..(16)
L
Pada garis pengaruh Gaya Lintang di titik C, dilukiskan dengan
cara membuat garis netral di atas titik A dengan menarik garis 1kN
atau 1 meter pada bagian atas garis netral, kemudian pada bagian titik
B dilukiskan hal yang sama 1kN atau 1m di bawah garis netral dan
dari masing-masing titik tersebut di tarik garis ke arah titik A atau titik
B.
Apabila perletakan beban P berada pada bagian pada bagian
CB dari balok AB, maka gaya lintang DC sebesar RA maka garis
pengaruh RA diambil sampai sampai batas BC. Garis pengaruh RA
86
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
ab c
=
1
L
c
ab = ...............................................................................................(17)
L
Ordinat bc berdasarkan segitiga bagian atas maka:
bc (L c )
=
1
L
(
L c)
bc =
.....................................................................................(18)
L
B. Contoh soal dan penyelesaian
Contoh 1;
Sebuah balok AB panjang 10m, diberi beban bergerak dengan P1 = 3,5kN dan
P2 = 2kN (jarak P1 dan P2 adalah 2m) sejarak 4m dari tumpuan A (Seperti
tergambar). Hitung momen dan Gaya Lintang dengan menggunakan cara
Garis Pengaruh.
Penyelesaian:
87
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
y1 =
4
. 2,4 y1 = 1,6m
6
4 (10 4 )
= 2,4m;
10
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
y2 2
2
2
= ; y 2 = . y = . 2,4 y = 1,2m
y
4
4
4
maka momen maksimum yang terjadi sebesar:
MCmaks = P1. y + P2. y2
MCmaks = 3,5. 2,4 + 2. 1,2
MCmaks = 10,8kNm
Dari kedua kedudukan di atas, maka diperoleh momen maksimum pada
titik C diambil hasil yang terbesar, hdala pada Kedudukan I yaitu MCmaks
= 11,6kNm.
2. Mencari gaya lintang DC maksimum dan Dc minimum
4 2
c
c
pada ab = y 5 ; maka y 5 = ; sehingga : y 5 =
=
10 5
L
L
(L c )
L
pada ab = y 3 ; maka y3 =
(L c ) ; sehingga : y
L
6 3
=
10 5
89
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
y4 4
=
y3 6
y4 =
4
4 3
. y3 = .
6
6 5
2
m
5
y6 6
6
6 2
=
y6 = . y5 = .
4
4 5
y5 4
y4 =
3
y6 = m
5
= P1. y3 + P2. y4
DCmaks
3
2
= 3,5. + 2.
5
5
DCmaks
= 2,9kN
= P1. y5 + P2.y6
DCmin
3
3
= 3,5. + 2.
5
5
DCmaks
= 2,6kN
Contoh 2;
P. (L2 X 1 ) P.(L2 X 1 )
( )
=
L1
L1
90
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
RA =
P. (L2 0 ) P.L2
( )
=
L1
L1
RA =
3.2 6
= kN ( )
8 8
P. (L2 L1 )
=0
L1
=0
P. X 2
L1
P. X 2
L1
RA =
3. 5 15
= kN
8
8
P. L1
= P = 3kN
L1
P. {L1 + (L2 X 1 )}
L1
RB =
3. (8 + 2) 30
= kN (+ )
8
8
91
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
RB =
P.{L1 + (L2 L1 )}
=P
L1
R B = 3kN (+)
b. Beban P diletakkan pada bagian AB di titik X2, maka:
MB = 0;
RB. L1 P. (L1 X2) = 0;
RB =
P. (L1 X 2 )
L1
P. (L1 X 2 ) 3. (8 5) 9
=
= kN
8
8
L1
P. (L1 L1 )
= 0kN
L1
Y =
Kedudukan I:
Mmaks
= P. Y = 3. 1,875
= 5,625kNm (+)
Kedudukan II:
Mmaks
= P. Y1 = 3. 0,4
= 1,2kNm (+)
Dari kedua kedudukan di atas, maka yang diambil adalah nilai yang
paling besar, yaitu nilai Mdmaks = P. Y = 3. 1,875 = 5,625kNm (+).
d. Garis pengaruh gaya lintang DD
Y2 5
5
= = maka Y2 = = 0,625m
1
8
8
Y3 3
3
= = maka Y3 = = 0,375m
1 8
8
Y4 2
5
= = maka Y4 = = 0,25m
1 8
8
92
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
= P. Y2 = 3. 0,625
= 1,875kN (+)
DDmin
= P. Y4 = 3. 0,25
= 0,275kN (-)
DDmin
= P. Y3 = 3. 0,375
= 1,125kN (+)
P
x1
x2
A
x
x1
x1
L2 = 2m
L1= 8m
GP. RA
(+)
(-)
GP. RB
(-)
Y1
(+)
Y
P = 1kN
Y2
Y4
Y3
P = 1kN
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Mencari ordinat y
U .V
L
y1 1
=
y 4
y2 2
=
y 4
y3 3
=
4
y
y =
y4 5
=
y 6
y5 4
=
y 6
y6 3
=
y 6
4.6 24
=
= 2,4m
10 10
2,4
y
y1 =
=
= 0,6m
4
4
2 y 2. 2,4
y2 =
=
= 1,2m
4
10
y=
y3 =
3 y 3. 2,4
=
= 1,8m
4
4
y4 =
5 y 5. 2,4
=
= 2,0m
6
6
y5 =
4 y 4. 2,4
=
= 1,6m
6
6
y6 =
3 y 3. 2,4
=
= 1,2m
4
6
Pada kedudukan I
Mcmaks
Mcmaks
Pada kedudukan II
Mcmaks
Mcmaks
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Mcmaks
Mcmaks
Pada kedudukan IV
Mcmaks
Mcmaks
7
10
6
y8 =
10
5
y9 =
10
4
y10 =
10
y7 =
y11
2
2
=
y11 =
1
10
10
y12
3
3
=
y12 =
1
10
10
y13
4
4
=
y13 =
1
10
10
y14 5
5
=
y14 =
1
10
10
Gaya lintang maksimum
= 0,7 m
= 0,6m
= 0,5m
= 0,4m
= 0,2m
= 0,3m
= 0,4m
= 0,5m
DDmaks
DDmaks
95
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
DDmin
DDmin
P1
A
P2
P3
P4
B
6m
4m
10m
IV
P1
P2
P3
P1
P2
P3
P4
P2
P3
P4
P1
P2
P3
P4
III
II
P1
y1
P4
B
y2
y3
y5
y4
y6
C'
P1
1kN
y11
P2
P3
P4
P1
P2
P3
y1
y8
y9
y12
y13
y14
P4
y10
1kN
96
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
97
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Apabila pada sebuah balok yang ditumpu oleh dua tumpuan akan
tetapi balok tersebut dilewati oleh muatan bergerak terbagi rata, maka dapat
diselesaikan momen dan gaya lintang pada sebuah titik di sepanjang balok
tersebut dengan memperhitungkan luas bidang pada area yang dilewati oleh
muatan bergerak tersebut. Untuk hal di atas, maka perlu dipahami dan
dimengerti tentang luas bidang-bidang seperti luas trapesium, luas segitiga,
agar memudahkan penyelesaian persoalan di atas.
Langkah pertama muatan terbagi rata diletakkan sedemikian rupa sehingga
ordinat:
y1 = y2...................................................................................................................................................................(19)
berdasarkan letak tersebut di atas, maka jarak muatan terbagi rata dari titik A
adalah sejarak X, sementara jarak muatan terbagi rata dari titik B adalah
sejarak (L-L1-X).
Langkah berikutnya adalah mencari ordinat y, y1 dan y2 berdasarkan
perletakan tersebut di atas, ordinat tersebut adalah:
y=
UV
........................................................................................................(20)
L
y1 =
y2 =
X .y
.....................................................................................................(21)
U
(L L1 X ) y
V
......................................................................................(22)
98
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Gambar 80. Pengaruh momen dan gaya lintang pada beban terbagi merata.
Langkah selanjutnya mencari jarak x berdasarkan persamaan (19)
y1 = y2
subtitusikan nilai y1 dan y2 kedalam persamaan sehingga menjadi:
X . y (L L1 X ). y
=
U
V
(L L1 X ).U
V
99
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
UL UL1 UX
V
V
V
UX UL UL1
=
X+
V
V
V
U UL UL1
X 1+ =
V
V
V U UL UL1
X + =
V
V V
V + U UL UL1
X
; X (V + U ) = UL UL1
=
V
V
X .L = UL UL1
UL UL1
...............................................................................................(23)
L
Mmaks
( y1 + y ). (U X )
2
...................................................................................(24)
( y 2 + y ).[(V (L L1 X )]
2
..................................................................(25)
V
..........................................................................................................(26)
L
y4 =
V L1
...................................................................................................(27)
L
y5 =
U
..........................................................................................................(28)
L
= q. F3 ......................................................................................................................................(29)
Dcmin
= q. F4 ......................................................................................................................................(29)
100
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
( y3 + y 4 ).[(V (L L1 X )]
2
................................................................(30)
y5 . U
............................................................. ....................................(31)
2
Muatan terbagi rata diletakkan sedemikian rupa dengan jarak dari titik A
sejarak X dari ordinat.
y1 = y2
101
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
U .V
L
X. y
y1 =
U
(5 X ). y
y2 =
6
12 2,4 X
y2 =
6
y =
4. 6 24
=
= 2,4m
10 10
X .2,4
y1 =
= 0,6 X
10
(5 X ). 2,4
y2 =
6
y=
y 2 = 2 0,4 X
( y1 + y ). (U X )
2
(1,2 + 2,4). (4 2) = 3,6. 2 = 3,6m 2
F1 =
2
2
F2 =
( y 2 + y ). [V (L L1 L )]
2
(1,2 + 2,4). (6 (10 5 2)) = 3,6. 3 = 5,4m 2
F1 =
2
2
Maka besar momen maksimum pada titik C diperoleh selanjutnya dihitung
gaya lintang maksimum dan minimum pada titik C sebagai berikut:
Mencari ordinat:
V
6
=
= 0,6m
L 10
V L1 6 5 1
=
= 0,1m
y4 =
L
10
10
U 4
y5 = =
= 0,4m
L 10
y3 =
102
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
F3 =
F4 =
( y3 + y 4 ). [V (L L1 X )]
2
y 5 .U 0,4. 4
=
= 0,8kN
2
2
= q. F3
Dcmaks
= q. F4
Dcmin
= 1,5.0,8 = 1,2 kN
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
103
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
A. Umum
Dalam perencanaan struktur, sebelum analisisnya selalu meninjau bebanbeban yang bekerja pada struktur. Di Indonesia informasi mengenai
pembebanan untuk setiap jenis struktur dituangkan dalam peraturan-peraturan,
antara lain :
1. Peraturan Muatan Jembatan Jalan Raya No. 12/1970
2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1988
3. Peraturan Skema Beban Gandar Jembatan Jalan Rel Indonesia 1988
(Usulan)
Berdasarkan sifatnya beban struktur dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Beban Mati ialah semua beban yang diakibatkan oleh berat sendiri struktur
atau unsur-unsur lain yang terikat secara permanen pada struktur. Besar
dan kedudukannya dianggap tetap.
2. Beban Hidup ialah semua beban yang bekerja pada struktur selain beban
mati. Berdasarkan sifatnya, beban hidup dapat dibedakan menjadi :
a. Beban yang dapat dipindahkan (moveable loads), yaitu beban yang
dapat dipindahkan tanpa menimbulkan getaran dinamik.
Contoh: beban orang, beban meubel, alat-alat kantor dan lain lain.
b. Beban bergerak/dinamik (moving loads), yaitu beban yang bergerak
terus menerus pada struktur.
Contoh: beban angin, beban gempa, beban kendaraan, beban kereta api
dan lain lain.
B. Beban Bergerak
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
1.
Beban orang, baik yang berupa berat sendiri (sebagai beban titik) maupun
sekelompok orang (sebagai beban terbagi merata).
2.
Lokomotif
Gerbong
Q
1,5
6m
1,5
1,5
1,5
1,5
6m
1,5
1,5
1,5
1,5
2,5kN
5kN
3,1m
2,5kN
4,9m
5kN
3,1m
2,5kN
2,5kN
5kN
2,5kN
b. Beban Roda
2,5kN
20kN
4m
5kN
2,5kN
5kN
20kN
5m
20kN
20kN
7kN
9kN
3m
Untuk rangkaian beban berjalan (contoh: Truk gandeng, Kereta api) dapat
ditinjau harga-harga untuk :
105
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
R A . Pi. Yi
i =1
106
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Posisi 2
P12
P22
P32
Posisi 1
P11
P31
P32
P1
P2
P3
a
L
1
y22
y12
y21
y12
y11
y31
b. Reaksi di A
Garis Pe
ngaruh
RA
y31
C
y12
y22
y11
Garis Pe
ngaruh
RB
c. Gaya lintang di C
C
y22
y31
y11
a
y21
y12
d. Momen di C
2. BMC
107
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
P1
P2
d
Pr
P2
d
P2
d
P2
d
C
a
b
L
a. Rangkaian beban titik berjalan
Pr
Posisi 1
P1
P2
P3
P4
P5
p=b
P1
P2
P3
P4
P5
p+d
1
C
y2
y1
1
b. SF di C maksimum
y1 P
=
1 L
P
y1 =
L
108
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
SFc Posisi 1 = Pr . y1 =
Pr . P
L
2. Posisi 2
y 2 (P + d )
=
L
1
(P + d )
y2 =
L
SFc posisi 2 = Pr . y 2 P1 =
Pr (P + d )
L
P1
Pr . P Pr . d
Pr . P Pr . d
+
P1
=
P1
L
L
L
L
Bila:
Pr . d
Pr P1
> P1 atau
> ; maka SFC 2 > SFC1
L
L d
Pr . d
Pr P1
< P1 atau
< ; maka SFC 2 < SFC1
L
L d
Syarat:
Jika tidak ada beban tambahan yang masuk struktur balok atau beban yang
keluar struktur jembatan.
Bila ada beban baru yang masuk atau keluar bentang struktur balok, rumus
umum untuk mencari SF ditunjukkan pada persamaan (2)
SF =
Pd
L
P'.e P" f
+
P1
L
L
Keterangan:
L
: Bentang struktur
P
d1
: jarak beban terakhir yang melewati titik yang ditinjau diukur dari
titik tersebut
P1
109
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
2m
POSISI VI
3kN
3m
2m
3kN
2kN
3kN
2m
POSISI III
3kN
2m
3kN
2m
2kN
3kN
4kN
2m
2kN
2m
3kN
4m
3m
POSISI I
3kN
3m
3kN
2kN
2m
3m
2m
4kN
2m
2kN
4kN
2m
4kN
3kN
4kN
2m
3kN
3kN
2m
4kN
3m
2kN
2m
4kN
3kN
2m
2m
2kN
2m
2m
3kN
2m
3m
3kN
4m
2kN
3kN
4kN
4kN
2m
3kN
2kN
4m
2kN
2m
3m
2m
4kN
2kN
POSISI II
2m
2m
3kN
3kN
2m
4kN
2m
4kN
2kN
3m
4kN
2m
4m
2kN
2m
2kN
2kN
2m
3kN
3m
4m
2kN
3m
2m
3kN
2m
3kN
2m
POSISI IV
4kN
3m
3kN
2m
2kN
2m
POSISI V
4m
4kN
2m
3kN
2m
3kN
3kN
2m
2m
4kN
3m
2kN
2m
3kN
2m
4kN
3kN
2m
4kN
2m
3kN
3kN
8m
12m
Dari Posisi I - II
SFc =
SFc
SFc
Dari Posisi IV - V
SFc
Dari Posisi V - VI
SFc
110
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PUSTAKA
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Siswadi, Wiryawan, Wigroho, Ervianto. 1999. Analisis struktur statis
tertentu.Universitas Atma Jaya: Yogyakarta.
Wesli. 2010. Mekanika Rekayasa. Graha Ilmu: Yogyakarta.
111
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Beban terbagi rata pada dasarnya merupakan kumpulan beban titik dengan
jarak yang sangat dekat.
Posisi I
RA = (q). (luas bidang pengaruh)
= q. X. A
X1
a
=
L
L
a
X1 =
L
RA = q. (0,5. a. X1)
RA = q. (0,5. a. q/L)
Posisi I
SFc
BMc
Catatan:
112
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Posisi-2
q
Posisi-2
q
B
C
x
a
b
a. Beban merata berjalan
y1
C
x
b. Garis pengaruh reaksi di A
Maks (+)
Maks (-)
q
x
C
1
c. Garis pengaruh SF di C
ab
L
Rangkaian beban titik melintas pada struktur A-B dengan posisi P1, P2, berada
di sebelah kiri titik C, sedangkan P3, P4 dan P5 di sebelah kanan titik C. Secara
umum rumus momen pada titik yang ditinjau ditunjukkan dengan persamaan
(3).
113
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
BM =
Pi . yi
i =1
P1
P1
P2
P3
P2
P4
P3
P4
P5
P5
B
C
a
b
L
a. Beban Rangkaian berjalan
yA
y1
y2
y3
ab
L
y4
yB
y5
n5
Pi . yi
i =1
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Penambahan BMc
b
BMc = P1 . y A + P2 . y A = (P1 + P2 ) . x
L
Beban di sebelah kanan C (P3 , P4 dan P5)
Pengurangan ordinat menjadi:
x
a
b
=
atau y B = . x
a.b
y B
L
L
Pengurangan BMc
a
BMc = P3 . y B + P4 . y B + P5 . y B = (P3 + P4 + P5 ) . x
L
Bila resultante (P1+P2)
= PA
Resultante (P3+P4+P5)
= PB
b
a
. x PB . . x
L
L
P
a.b
P
=
.x. A B
L
b
a
a.b
.x. (q A q B ), nilai BMc dipengaruhi oleh q A dan q B
=
L
BMc = PA .
115
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
PA
P1
PB
P2
P3
P4
P5
B
C
a
b
L
a. Beban Rangkaian berjalan
yA
yB
a
ab
L
a.b
P P
. x A B atau ,
L
b
a
a.b PA PB
BMc =
L a
b
BMc =
PA PB
=
a
b
116
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Apabila :
PA PB
> ; maka beban digerakkan ke kanan
a
b
PA PB
< ; maka beban digerakkan ke kiri
b
a
6kN
1m
12kN
1m
10kN
1m
10kN
8kN
B
C
4m
4m
0,75
1,0
1,5
1,5
2,0
117
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Dari kondisi analisis pada Analisis 1 sampai dengan analisis 3, dapat diambil
kesimpulan bahwa BMc maksimum apabila P3 terletak di titik C.
= (16). (0,75)+(12).(1,5)+(10).(2)+(10).(1,5)+(8).(1)
BMmaksimum
= 4,5 + 18 + 20 +15 + 8
= 65,50kNm
D. Momen Ekstrim Pada Balok Sederhana
Balok sederhana dengan beban berjalan seperti pada Gambar 91. Dari Gambar
91 akan di analisis momen ekstrim.
RA
P1
P2
RB
P3
P5
P
A
P4
X
X
0,5L
0,5L
Gambar 91. Momen ekstrim pada balok sederhana dengan beban berjalan
1. Ra = resultante beban di sebelah kiri Pi (i = 1, 2, , n)
2. Rb = resultante beban di sebelah kanan Pi(i = 1, 2, , n)
3. R = resultante semua beban (Ra + Pi + Rb)
Misalkan di bawah beban P3 yang berjarak x dari A terjadi SF = 0 yang berarti
Mmaksimum. Nilai x?
MA = 0;
Pi. x + Ra ( x p ) + Rb( x + q )
L
BMx = RB(L x ) Rb( q)
RB
+
+
. (L x ) Rb. q
L
L
L
L
L
Pi
Ra
Rb
= . Lx x 2 +
. Lx x 2 L. p + p.x +
Lx x 2 qx
L
L
L
BMx
= f(x)
118
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
119
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
4kN
0,5m
12kN
0,5m
12kN
10kN
x=1,25m
A
3m
3m
(a)
R=40kN
1,0m
4kN
0,5m
12kN
0,625
R=40kN
0,5m
12kN
1,0m
10kN
4kN
0,625
1,435
12kN
0,5m
12kN
0,125
C
1,841
1,039
0,5m
10kN
0,125
C
0,643
0,976
1,258
1,012
1,497
2,375
2,875
(b)
(C)
R=40kN
1,0m
4kN
0,5m
12kN
0,5m
12kN
0,125
0,459
R=40kN
1,0m
10kN
4kN
0,5m
12kN
0,125
C
1,134
0,600
1,497
1,236
3,125
1,040
0,5m
12kN
10kN
0,375
0,375
C
1,299
1,471
3,375
(d)
(e)
120
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Darma, Edifrizal, 2011. Prisip dasar Statika I. Pusat Pengembangan Bahan Ajar,
Universitas Mercu Buana.
Suparman, 1985. Mekanika Teknik I. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Sardjono, 1985. Himpunan soal-soal dan penyelesaian, Mekanika Teknik Statis
Tertentu: Surabaya.
Siswadi,
Analisis
struktur
statis
121
Oleh:
Faqih Maarif, M.Eng.
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta