Anda di halaman 1dari 8

Operasi Palatoplasty

Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk memperbaiki celah
palatum, yaitu:

1. Von Langenbeck Palatoplasty


Dasar teknik ini yaitu memisahkan celah palatum yag terpisah. Pembedahan dan
penjahitan otot merupakan prosedur untuk membuat sling otot. Skematik palatoplasti Von
Langenbeck, melibatkan flap bipedikel mukoperiosteal untuk menutup celah patum durum
dan molle.

Gambar 1. Von Langenbeck Palatoplasty

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Von Langenbeck yang merupakan teknik operasi
tertua yang masih digunakan sampai saat ini. Teknik ini menggunakan flap bipedikel
mukoperiostal pada palatum durum dan palatum molle. Untuk kelainan yang ada, dasar
flap ini di sebelah anterior dan posterior diperluas ke medial untuk menutup celah paIatum.

Indentasi medial yang tipis ke tuberositas maksilaris ditandai dengan tinta pewarna (gentian
violet). Dan titik ini, garis dan tinta pewarna diperpanjang sepanjang pterygomaksilaris
menuju ke sendi tonsilar anterior. Tanda tinta pewarna sekarang memanjang ke depan menuju
batas medial dan alveolus, secara lateral dan foramen palatina mayor, melengkung sedikit
secara medial untuk menyesuaikan dengan daerah alveolar, dan berakhir pada daerah gigi
taring dan palatum. Tanda dibuat pada kedua sisi. Hubungan antara lapisan oral dan nasal
sepanjang tepi celah dapat juga ditandai dengan tinta pewarna.
Anestesi lokal misalnya 1% lidokain, disuntikkan untuk hemostasis dan peningkatan bagian
terbesar dan jaringan. Anestesi menyebar dengan mudah jika disuntikkan antara tepi celah
dengan bagian lateral dan daerah yang direncanakan untuk diinsisi. Jika tingkatan yang tepat
didapatkan, larutan akan menyebar sepanjang jaringan ke dalam bagian belahan dan uvula.
Anestesi lokal tambahan disuntikkan ke dalam separuh posterior dan garis insisi lateral
sepanjang pterygomaksilanis.
lnsisi dibuat di bagian lateral dan garis dengan menggunakan pisau no 15 yang diperdalam
dengan gunting pediatrik Metzenbaum sehingga pain nitar process terlihat. Tendon dan otot
tensor veli palatini terdorong kearah posterior dan processus hamular. Tepi celah diinsisi atau
dipotong dengan pisau no. 11 sementara ujung dan uvula dipegang pelan dengan forsep.
Hal yang penting untuk melakukan insisi ke dalam mukoperiosteum oral pada bagian apeks
dan celah untuk memastikan bahwa bagian yang bagus dan jaringan yang kuat tersedia untuk
kebutuhan penutupan lapisan nasal yang sempit di area apeks ini. Penggunaan
mukoperiosteurn oral akan mencegah kerusakan dan mukosa nasal yang tipis pada daerah mi.
Mukoperiosteum oral antara celah dan insisi lateral diangkat dengan forceps dan dental kuret.
Hal ini akan memudahkan flap bipedikel untuk digerakkan secara media/satu sama lain pada
garis tengah, Lapisan nasal dan mukoperiosteum diangkat secara bilateral untuk
memudahkan lapisan nasal kira-kira ke tengah tanpa tarikan (tension). Fibromuskulatur
tambahan pada tepi posterior dan palatum durum diinsisi yang akan memudahkan mukosa
untuk meregang. Lapisan nasal, mulai dari apeks celah bagian anterior dijahit dengan catgut.
Penjahitan juga dilakukan sepanjang palatum molle menuju dasar dan uvula.
Teknik Von Langenbeck mengacu terhadap pentingnya memisahkan oral dan kavitas nasal.
Keuntungan teknik ini yaitu dengan sedikitnya dilakukan diseksi serta tekniknya juga
sederhana. Kerugian dari teknik ini adalah tidak bertambahnya panjang palatum, di sebabkan
oleh keterbatasan dalam penutupan secara tepat dan celah tambahan, sehingga kemungkinan
terjadinya velopharingeal incompetence lebih tinggi. Dan fungsi bicara tidak optimal.

2. Veau Wardill Kilner Pushback palatoplasty (V-Y)


Penutupan mukoperiosteal dibuat dengan W shaped incison. Pembebasan
mukoperiostal dari palatum disambung ke palatum durum dan pembukaan tulang secara
anterior dan lateral.

Gambar 2. Veau Wardill Kilner Pushback palatoplasty (V-Y)


Teknik V-Y push back mencakup dua flap unipedikel dengan satu atau dua flap palatum
unipedikel dengan dasarnya di sebelah anterior. Flap anterior dimajukan dan diputar ke
medial sedangkan flap posterior dipindahkan ke belakang dengan teknik V to Y akan
menambah panjang palatum yang diperbaiki.

Kepala penderita dalam posisi hiperekstensi dengan cara menyanggah bantal di punggung
sehingga posisi palatum tampak datar. Kemudian dilakukan desinfeksi dan pemasangan rink.
Dengan menggunakan tinta pewarna, digambarkan rencana insisi flap.

Tindakan selanjutnya adalah menginsisi menggunakan pisau no 15 di bagian lateral pada


garis yang dibuat sampai menembus periosteum. Flap diangkat dan tulang dengan
respatoriuni ke arah medial. Dibuat irisan di tepi medial lalu mukosa dibebaskan dengan
gunting mengarah ke permukaan nasal. Kemudian dilakukan pembebasan flap
mukoperiosteal dengan mendorong ke belakang sehingga tampak arteri palatina keluar dan
foramen palatina. Perlekatan mukosa oral di dekat foramen palatina dibebaskan dan arteri
palatina mayor menggunakan gunting yang dilakukan sampai flap dapat bergerak ke medial
tanpa tegangan. Perlu berhati-hati agar arteri palatina mayor tidak putus. Ujung otot yang
melekat pada sisi posterior tulang palatum dibebaskan dan mukosa nasal dan oral sehingga
dapat digeser sampai posterior dan otot tersebut dipertemukan di tengah. Mukosa nasal
dilepas dan perlekatannya dengan tulang palatum menggunakan respatonium dan posterior ke
arah anterior sampai mukosa tersebut dapat bebas ke medial.
Penjahitan dimulai dari daerah uvula kemudian mukosa nasal dengan simpul ke arah nasal.
Otot dijahit dengan ujung simpul pendek. Mukosa dijahit dengan matras horisontal dan
simpulnya intraoral. Pada palatum durum, jahitan dipertautkan ke mukosa nasal agar flap
tersebut melekat dan tidak jatuh mengikuti lidah. Sisi lateral dan flap yang terbuka diberi
surgicel atau spongostan untuk membantu hemostasis.
Keuntungan :
1. Memperpanjang palatum ke posterior
2. Meningkatkan fungsi bicara sebagai akibat palatum yang bisa diperpanjanglebih ke
posterior
Kekurangan :
1. Kemungkinan timbul fistula pada daerah antara palatum durum dan palatummolle karena
mukoperiosteum yang tipis didaerah tersebut.
2. Meninggalkan tulang terbuka / denuded bone yang lebar pada tepi lateralcelah langitlangit. Daerah ini kemudian membentuk jaringan parut yang berperan pada konstriksi
lengkung maksila.
3. Waktu operasi lebih lama

3. Bardach Two flap


Dilakukan pada bibir sumbing bilateral, merupakan modifikasi dari tehnik Von
Langenbeck dimana dilakukan insisi di sepanjang tepi celah palatum dan tepi alveolar.
Penggabungan secara anterior ini, untuk membebaskan penutupan mucoperiosteal. Palatum
molle diperbaiki pada jahitan garis lurus. Pemotongan dan rekonstruksi m. levator veli
palatine sebagai sling otot dinamakan intravelar palatoplasty.

Gambar 3. Bardach Two flap


Diperkenalkan oleh Bardach dan Salyer (1984). Teknik ini mencakup pembuatan dua flap
pedikel dengan dasarnya diposterior yang meluas sampai keseluruh bagian celah alveolar.
Flap ini kemudian diputar dan dimajukan ke medial untuk memperbaiki kelainan.
Terapi bicara (speech therapy) diperlukan setelah operasi palatoraphy, untuk melatih bicara
benar dan meminimalkan timbulnya suara sengau. Bila setelah palatoraphy dan terapi bicara
masih terdapat suara sengau maka dilakukan pharyngoplasty untuk memperkecil suara nasal
dan biasanya dilakukan pada usia 5-6 tahun. Pada usia anak 8-9 tahun ahli orthodontik
memperbaiki lengkung alveolus sebagai persiapan tindakan alveolar bone graft dan usia 9-10
tahun spesialis bedah plastik melakukan operasi bone graft pada celah tulang alveolus seiring
pertumbuhan gigi caninus. Evaluasi perkembangan selanjutnya, sering didapatkan hipoplasia
pertumbuhan maksilla sehingga terjadi wajah cekung. Keadaan inidapat dikoreksi dengan
cara operasi advancement osteotomi Le Fort I pada usia 17 tahun dimana tulang-tulang Wajah
telah berhenti pertumbuhannya.

Teknik 2-flap merupakan cara yang paling umum digunakan untuk penutupan celah komplit.
Tidak terdapat penambahan lebar yang biasanya dilakukan untuk penutupan terhadap setiap
celah pada alveolar pada metode ini dalam perbaikannya. Keuntungannya yaitu berkurangnya
insiden terhadap fistula posterior.
4. Furlow Z plasty (Double Opposing Z-Plasty)
Teknik dimana bagian palatum di reposisi dan veli palatine disambung oleh double
opposing (menyilang) secara Z plasty. Operasi plastik cara ini adalah teknik yang paling
sering digunakan; garis jahitan yang diatur berguna untuk memperkecil takik bibir akibat
retraksi jaringan parut.

Gambar 4. Double opposing Z-plasty


Teknik ini diperkenalkan oleh Furlow untuk memperpanjang palatum molle dan membuat
suatu fungsi dan m.levator. teknik ini merupakan cara penutupan palatum dengan satu tahap.
Teknik Doble Z-plasty sulit dilakukan pada celah yang lebar, akan tetapi merupakan metode
yang baik digunakan ketika celah cukup sempit atau jika terdapat celah submukosa.

5. Teknik Velar closure


Teknik ini diperkenalkan oleh Schweckendiek, dimana palatum molle ditutup (pada umur 6-8
bulan) dan palatum durum dibiarkan terbuka dan kemudian akan ditutup pada umur 12-15
tahun.

Karena celah palatum sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan derajat
kerusaknnya; penentuan waktu operasi koreksi seharusnya bersifat individual. Kriteria seperti
lebarnya celah, cukupnya segmen palatum yang ada, morfologi daerah sekitarnya (seperti
lebarnya orofaring) dan fungsi neuromuskuler palatum mulut serta dinding faring
mempengaruhi pengambilan keputusan.
Cacat celah ini hampir selalu menyilang rigi-rigi alveoulus dan menganggu
pembentukan gigi pada daerah tersebut. Elemen elemen gigi yang hilang harus diganti
dengan alat alat prostetik; kemungkinan juga diperlukan perubahan posisi gigi. Setelah
operasi, pada usia anak dapat belajar bicara dari orang lain, speech therapist dapat diminta
mengajar atau melatih anak bicara yang normal. Bila ini telah dilakukan tetapi suara yang
keluar masi sengau maka dapat dilakukan Faringoplasti. Tujuan operasi ini adalah membuat
bendungan pada faring untuk memperbaiki fonasi, biasanya pada umur 6 tahun ke atas.
Pada umur 8 9 tahun dilakukan tindakan operasi penambalan tulang pada celah
alveolus atau maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti nanti mengatur pertumbuhan gigi

dikanan kiri celah supaya normal. Graft tulang diambil dari bagian spongius Krista iliaka.
Tindakan operasi terakhir yang mungkin diperlukan dikerjakan setelah pertumbuhan tulang
tulang muka mendekati selesai yaitu pada umur 15 17 tahun.
Sering ditemukan hipoplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligi depan atas atau
rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik, memotong
bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan. Bila
gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi untuk
gusi dilakukan pada saat usia 8-9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
Pengelolaan bibir sumbing langitan merupakan pengelolaan terpadu (multidisipliner).
Dokter umum, biasanya orangtua penderita mengontrol kesehatan bayi atau anak dan menulis
surat rujukan yang perlu. Ahli bedah plastik memberikan penerangan yang lebih terperinci
dan melakukan semua tindakan operasi. Ahli THT mungkin diperlukan bila terjadi gangguan
pada telinga. Speech therapist untuk mengajarkan bicara dan dokter gigi untuk tindakan
ortodonti.

Anda mungkin juga menyukai