ATLS
Tetanus
Trauma Thorax
Trauma Uretra
Peritonitis
Hernia
Ileus Obstruktif
Sindroma Kompartment
Fraktur
Phimosis
Labiopalatoshisis
Limb ischemia
Kelainan kongenital GI
Masalah payudara
Pembahasan Bedah
Bedah Plastik
Bedah Digestive
Bedah Urologi
Bedah Orthopaedi & Traumatology
Bedah Anak
Bedah Onkologi
Bedah Thorax Kardio Vaskuler
Bedah Umum
Bedah Saraf
ATLS
Primary Survey
Airway
Breathing
Circulation
Secondary Survey
Simple
pneumothorax
Open
pneumothorax
(sucking chest
wound)
Flail chest
Hemothorax masive
Kontusio paru
Primary Survey
Disability
Evaluasi neurologi dasar
Skor GCS
Respon Pupil
Environment
Derajat kesadaran
Warna kulit dan temperatur
Kecepatan nadi, isi dan equalitas
Pengelolaan
Evaluasi
Penilaian
Pengelolaan
Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi bedah serta konsultasi pada ahli
bedah.
Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah untuk pemeriksaan
rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match
serta Analisis Gas Darah (BGA).
Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan tetesan cepat.
Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan pada pasienpasien fraktur pelvis yang
mengancam nyawa.
Cegah hipotermia
Evaluasi
Disability
Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya
dan awasi tanda-tanda lateralisasi
Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi
dan circulation.
Exposure/Environment
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan
pada ruangan yang cukup hangat.
Secondary Survey
komponen:
A. History :
Allergic Medication Past illness
Last meals Event (AMPLE)
B. Physical exam : head to toe
F. Re-evaluation
Tetanus
Hemotoraks
Terkumpulnya darah pada ruang pleura
Etiologi : laserasi pembuluh darah di rongga
dada
Penimbunan darah pada rongga dada akan
mendesak jantung dan pembuluh darah di
ronggga dada
Dapat menampung hinggga 1,5 l darah di
masing-masing kavum thorax.
Sumber perdarahan: arteriintercostalis atau
arteri mamaria interna (85%), a. torakalis
interna, parenkim paru dan jantung.
Perdarahan jarang melibatkan pembuluh darah
besar seperti arkus aorta, vena azygos, dan
vena cava.
Klinis: Sesak napas, Nyeri, Frothy, Bloody
Sputum, Takikardi, Takipnoe, Gerakan dada
tertinggal saat ekspirasi, Fremitus melemah,
Suara napas melemah, Anxiety/Restlessness,
syok, Flat Neck Veins
Tatalaksana
Trauma Thorak
Simple/Closed Pneumothorax
Terdapatnya udara / gas dalam rongga pleura
Pneumotoraks karena trauma hubungan
antara rongga dada dan dunia luar, melalui
luka dinding dada menembus pleura
parietalis atau luka di jalan nafas sampai ke
pleura viseralis.
Bila luka penyebab tetap terbukatidak ada
tekanan negatif yang menariknya, sedangkan
jaringan paru elastis paru akan menguncup
(kolaps).
Klinis: Nyeri dada, sesak, Takipnoe,
Menurunnya suara napas
Tata laksana :
Open Pneumothorax
Pneumotoraks terbuka/ open
pneumothorax (sucking chest wound)
Pneumotoraks terbuka (open) terjadi
akibat adanya defek yang besar pada
dinding dada sehingga tekanan di
dalam rongga dada dan tekanan
atmosfer seimbang.
Pada setiap fase inspirasi, udara
dapat masuk melalui defek tersebut
dan mengganggu proses ventilasi
efektif sehingga dapat menyebabkan
hipoksia dan hiperkarbia.
Klinis: Sesak, Nyeri yang sangat,
Empisema subkutan, Menurunnya
suara napas, Bubble darah pada luka,
Sucking wound (+)
Tata laksana
ABCs with c-spine control
High Flow oxygen
Tutupi luka dengan occlusive dressing
dan plester di tiga sisi
WSD
Tension Pneumothorax
Pneumotoraks yang progresif dan
cepat. Membahayakan jiwa
penderitadalam waktu singkat.
Mekanisme ventile. Penekanan
mediastinum hebat penurunan
cardiac output
Klinis:Keluhan sesak nafas yang
progresif dan berat.Tanda2 hipoksia:
sianosis, takipneu, hunger of air.
Trias: hipotensi, jvp meningkat,
hipersonor. Pemeriksaan cepat:
inspeksi, perkusi dan aukultasi.
Tata laksana
ABCs with c-spine
Needle Decompression:
http://emedicine.medscape.com/
Open Pneumothorax
Th/ :
ABCs with c-spine
control as indicated
High Flow oxygen
Listen for decreased
breath sounds on
affected side
Apply occlusive dressing
to wound
Notify Hospital and ALS
unit as soon as possible
http://www.cssolutions.biz
Occlusive dressing
Hemothorax
Hemotoraks ialah
terdapatnya darah di dalam
rongga pleura. Kondisi
tersebut disebabkan oleh
laserasi pembuluh darah
interkostal atau arteri
mammaria interna atau
laserasi paru, dapat
dicetuskan oleh trauma
tembus atau tumpul.
Hemotoraks yang besar dan
akut dapat terlihat pada
foto toraks, seperti
gambaran efusi pleura,
yaitu radioopak
May put pressure on the heart
S/S of Hemothorax
Anxiety/Restlessness
Tachypnea
Signs of Shock
Frothy, Bloody Sputum
Diminished Breath Sounds
on Affected Side
Tachycardia
Flat Neck Veins
Flail Chest
http://emedicine.medscape.com/article/433779
FLAIL CHEST
Flail chest:
Beberapa tulang iga
Beberapa garis fraktur pada
satu tulang iga
http://emedicine.medscape.com/
Treatment
ABCs dengan c-spine control sesuai indikasi
Analgesik kuat
intercostal blocks
Hindari analgesik narkotik
Ventilation membaik tidal volume meningkat, oksigen darah
meningkat
Ventilasi tekanan positif
Hindari barotrauma
Chest tubes bila dibutuhkan
Perbaiki posisi pasien
Posisikan pasien pada posisi yang paling nyaman dan membantu
mengurangi nyeriPasien miring pada sisi yang terkena
Aggressive pulmonary toilet
Surgical fixation rarely needed
Rawat inap24 hours observasion
Tamponade Jantung
Akumulasi darah/cairan pada rongga pericardium
Etiologi :
Neoplasma
Perdarahan pada : Trauma tumpul/tembus dada, Ruptur dinding
ventrikel, Diseksi aorta
Trias beck :
Hipotensi
JVP meningkat
Suara jantung menjauh
Tata laksana
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
http://www.learningradiology.com/archives2007/COW%20274-Pericardial%20effusion/perieffusioncorrect.html
Needle pericardiocentesis
Sering kali merupakan pilihan
terbaik saat terdapat kecurigaan
adanya tamponade jantung atau
terdapat penyebab yang
diketahui untuk timbulnya
tamponade jantung
http://emedicine.medscape.com/article/152083-overview
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Trauma Uretra
Curiga adanya trauma
pada traktus urinarius
bag.bawah, bila:
Terdapat trauma
disekitar traktus
urinarius terutama
fraktur pelvis
Retensi urin setelah
kecelakaan
Darah pada muara OUE
Ekimosis dan hematom
perineal
Uretra Anterior:
Anatomy:
Bulbous urethra
Pendulous urethra
Fossa navicularis
Therapy:
Cystostomi
Immediate Repair
Etiologi:
Fraktur tulang Pelvis
Gejala klinis:
Gejala Klinis:
Disuria, hematuria
Hematom skrotal
Hematom perineal akan timbul bila terjadi
robekan pada fasia Bucks sampai ke
dalam fasia Collesbutterfly hematoma
in the perineum
will be present if the injury has disrupted
Bucks fascia and tracks deep to Colles
fascia, creating a characteristic butterfly
hematoma in the perineum
Prostatic urethra
Membranous urethra
Etiologi:
Straddle type injuries
Intrumentasi
Fractur penis
Uretra Posterior :
Anatomy
Radiologi:
Pelvic photo
Urethrogram
Therapy:
Cystostomi
Delayed Repair
Retrograde
urethrography
Appendisitis
Appendisitis merupakan peradangan appendiks vermivormis, penyebab
nyeri abdomen akut paling sering, hampir 10% populasi akan mengalami
appendisitis akut
Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI 2012), dokter umum
harus dapat membuat diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
penunjang, memutuskan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan
gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah keparahan
dan/atau kecacatan pada pasien, serta merujuk ke spesialis yang relevan
kasus appendisitis akut (kategori 3B).
35
DIAGNOSIS
ALVARADO SCORE
Gejala
Tanda
Lab
Nyeri berpindah
Anorexia
Mual/muntah
Nyeri kanan bawah
Rebound
Peningkatan suhu
Leukositosis
Hitung leukosit bergeser ke kiri
1
1
1
2
1
1
2
1
Total poin 10
36
Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSIS BANDING
Masalah
Appendisitis akut
Proses
Lokasi
Inflamasi akut appendiks, Nyeri periumbilikal, diikuti
distensi dan obstruksi
nyeri di kuadran kanan
bawah
Ulkus peptikum & ulkus
di
mukosa Epigastrik, dapat terasa
dispepsia
lambung/infeksi H, pylori sampai ke punggung
Pankreatitis akut
Peradangan akut pada Epigastrik, dapat menjalar ke
pankreas
punggung
Divertikulitis akut Inflamasi akut divertikulum Kuadran kiri/kanan bawah
kolon
Obstruksi usus akut Sumbatan lumen usus Usus halus: periumbilikal,
(mekanik)
akibat adhesi/herniasi
kuadran atas abdomen
Kolon: kuadran bawah kolon
atau general
Nyeri
abdomen PID, KET, gangguan adnexa Kuadran bawah abdomen
akut pada wanita
Diagnosa
CT scan
Endoskopi
Serum amylase
/lipase, CT scan
CT scan
Barium enema
Pemeriksaan
pelvis, USG38 atau
TATALAKSANA
Umum
Cairan parenteral
Tirah baring
Diet rendah serat
Pembedahan pengangkatan
appendiks (apendektomi)
Obat pencahar, analgesik
dan antibiotik tidak
diberikan bila diagnosis
masih diragukan.
Medikamentosa
Bila diagnosis sudah tegakkan,
terapi antibiotik:
infeksi ringan-sedang: cefoxitin,
cefotetan, atau asam tikarsilinklavunat
infeksi berat: cephalosporin
generasi ketiga, monolactam, atau
aminoglikosida dan ditambahkan
antibiotik anaerob seperti
klindamisin atau metronidazol
39
PERITONEUM
Peritoneum merupakan membrane serosa yang
terletak pada rongga abdomen, terdiri atas
mesotel serta jaringan ikat areolar
Visceral peritoneum: Peritoneum yang
melapisi organ-organ visceral
Parietal peritoneum: Peritoneum yang
melapisi rongga abdomen dan pelvis.
Lesser omentum
Ligamentum
falciform
Mesenterium
Mesokolon
PERITONITIS
Peritonitis adalah inflamasi membran serosa
yang melapisi rongga abdomen dan organ
yang ada di dalamnya. Peritonitis adalah
peristiwa mengancam jiwa yang sering disertai
dengan bakterimia dan gejala sepsis.
KLASIFIKASI
PERITONITIS
PRIMER
Terjadi melalui
penyebaran
hematogen atau
limfatik.
Organisme paling
sering menjadi
penyebab adalah
gram (-) bakteri
seperti E coli.
Gejala paling sering
adalah demam.
PERITONITIS
SEKUNDER
Peritonitis sekunder
berkembang ketika
bakteri
mengontaminasi
rongga peritoneum
akibat kebocoran
intraabdomen
Perforasi bilioenterik (perforasi
gaster, colon),
kebocoran
anastomosis,
pankreatitis
terinfeksi.
PERITONITIS TERSIER
Terjadi pada infeksi
intraabdominal
persisten yang
berespon terhadap
operasi, akibat
infeksi nosokomial
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
Demam>38
Takikardi.
Dapat terjadi syok sepsis
Distensi abdomen
Bising usus menurun atau
berkurang
Terdapat nyeri tekan, nyeri
lepas
Rigiditas dinding abdomen
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
X-Ray abdomen 3 posisi.
USG Abdomen melihat
adanya koleksi cairan
Pemeriksaan darah rutin
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA:
penisilin intravena, atau cefoxitin 4 kali
2gr/hari 4dd1
levofloxacin 750 mg 4 kali sehari
seftriaxone 2 gram 4 kali sehari
500 mg 3 kali sehari.
Pasien di ICU imipenem 500 mg 4 kali sehar
intravenai, meropenem 1 gram 3 kali sehari.
Terapi Pembedahan
Pada peritonitis sekunder yang diakibatkan
oleh perforasi organ, memerlukan
pembedahan dengan laparotomy untuk
mereparasi organ yang mengalami perforasi
serta membersihkan pus
Hernia
/VENTRAL HERNIA
Additional:
Spigellian hernia: very rare, a hernia through the spigelian fascia and in most cases, it has a small
size
Ventral hernia: hernia in the abdominal wall, for example: incisional, umbilical and paraumbilical
hernia
Tipe Hernia
Definisi
Reponible
Irreponible
Incarserated
Strangulated
http://emedicine.medscape.com/article/
ILEUS
Ileus merupakan gangguan pasase usus.
Gangguan pasase tersebut dapat terjadi karena
sumbatan (obstruktif/mekanik) maupun karena
kelumpuhan otot otot usus (paralitik).
Obstruction
Adanya sumbatan mekanik yang disebabkan karena adanya
kelainan struktural sehingga menghalangi gerak peristaltik usus.
Partial or complete
Simple or strangulated
Ileus
Kelainan fungsional atau terjadinya paralisis dari gerakan peristaltik
usus
Etiologi
Ileus Paralitik
Komplikasi pasca
pembedahan
Peritonitis
Ileus strangulata
Infeksi berat
Gangguan metabolik
Gangguan elektrolit
Fraktur pelvis
Pankreatitis
Iskemia mesenterika
Gangguan neurologis
Ileus Obstruktif
Keganasan
Riwayat pembedahan
Sliding hernia
Volvulus
Invaginasi
Benda asing
Crohn disease
Divertikulitis
Mural
Extraluminal
Benda asing
Bezoars
Batu Empedu
Sisa-sisa
makanan
Neoplasims
lipoma
polyps
leiyomayoma
hematoma
lymphoma
carcimoid
carinoma
secondary Tumors
Crohns
TB
Stricture
Intussusception
Congenital
Postoperative
adhesions
A. Lumbricoides
Congenital
adhesions
Hernia
Volvulus
Tabel 3. Lokasi ileus berdasarkan gejala yang muncul. Siegenthaler W. Ileus. In: Differential Diagnosis in Internal Medicine, From Symptom to Diagnosis. Thieme,
New York 2007.
1. Anamnesis
The Universal Features
Nyeri kolik (Colicky abdominal pain), muntah, konstipasi (absolute),
distensi abdominal.
Anamnesis Lengkap
High
Pain is rapid
Vomiting copious and
contains bile jejunal content
Abdominal distension is
limited or localized
Rapid dehydration
Colonic
Preexisting change in
bowel habit
Colicky in the lower
abdomin
Vomiting is late
Distension prominent
Cecum ? distended
2. Pemeriksaan Fisik
General
Vital signs:
P, BP, RR, T, Sat
dehydration
Anaemia, jaundice, LN
Assessment of vomitus
if possible
Full lung and heart
examination
Abdominal
Others
Systemic
examination
If deemed necessary.
CNS
Vascular
Gynaecological
muscuoloskeltal
Rectal examination
Diagnosis
Suara usus akan meningkat saat dilakukan auskultasi pada
pasien dengan ileus dan akan hilang jika dalam perkembangan
ileus mekanik berubah menjadi ileus paralitik.
Gerakan peristaltik intestinum yang abnormal (kekakuan) yang
disebabkan oleh stenosis intestinum akan dapat dirasakan
pada saat palpasi.
Pada kasus tertentu, tanda ini dapat dilihat pada saat inspeksi
abdomen.
Gambaran radiologis abdomen akan tampak intestinum yang
terdistensi dan air fluid level
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat membantu diagnosis
untuk melihat distensi dan gerakan usus yang patologis.
Menentukan lokasi ileus dapat dilakukan dengan melihat
adanya muntah, nyeri, meteorismus, retensi gas dan feses
(tabel 3)
Pemeriksaan Radiologis
Posisi: Supine, tegak dan CXR
Pola udara dalam usus:
Gastric,
Colonic and 1-2 small bowel
Fluid Levels:
Gastric
1-2 small bowel
Caecal
Hepatobiliary
Udara bebas dibawah diaphragma
Rectum
Small Bowel
Central ( diameter 5 cm max)
Vulvulae coniventae
Ileum: may appear tubeless
Komplikasi
Frekuensi pernafasan akan meningkat karena
intoksikasi dan distensi yang berlebih.
Distensi yang berlebih tersebut menyebabkan
diafragma tertekan sehingga nafas menjadi
cepat.
Tampak mata cekung dengan halo di sekitar
mata dan sudut bibir menjadi pucat.
Adanya
strangulasicontoh: hernia
Adanya tanda-tanda
peritonitis yang disebabkan
karena perforasi atau
iskemia
Compartement Syndrom
Definisi: adalah gejala kompleks disebabkan oleh peningkatan tekanan cairan jaringan dalam
suatu kompartemen (yang dibatasi oleh suatu jaringan fibro osseus) dari anggota gerak yang
mempengaruhi sirkulasi dan fungsi jaringan dalam kompartemen tersebut lebih dari 30 mmHg.
Kompartemen terdiri dari otot, arteri, vena dan saraf dalam suatu ruangan yang meliputi (dibatasi)
oleh jaringan osseofacial.
Mekanisme kejadiannya
- meningkatnya volume dalam ruang anatomy
- berkurangnya ruangna utk volume
- kombinasi keduanya
7Ps:
Pain (nyeri)
Paresthesia
Paralysis
Pallor (pucat)
Pulselessness (hilangnya pulsasi)
Poikiloterm (dingin)
puffiness (kulit yang tegang)
Diagnosis
a.
Nyeri: nyeri yang dalam, terus menerus, dan tidak terlokalisir (pain at rest) serta
regangan pasif dari otot-otot yang terkena akan menimbulkan nyeri yang hebat (pain on
passive movement).
Pemeriksaan ini, lebih-lebih bila disertai parestesia di sepanjang distribusi saraf sensoris yang
melalui kompartemen, merupakan tanda kompartemen syndrome yang paling terpercaya.
b.
Parestesia, sesuai dengan dermatom saraf yang bersangkutan.
Dari dermatomnya kita dapat memperkirakan saraf yang lesi sekaligus mengetahui
kompartemen mana yang mengalami proses patologis.
c.
Paresis/paralysis
d.
Hilangnya denyut nadi (pulselessness), terjadinya lambat kadang tidak terjadi sama
sekali
e.
Kulit di atas kompartemen tegang
f.
Pengukuran tekanan intra kompartemen
Sebenarnya secara klinis sindroma kompartemen sudah dapat ditegakkan, akan tetapi pada
penderita-penderita yang tidak kooperatif atau tidak dapat dipercaya
(uncooperative/unreliable patient), penderita yang tidak sadar (unresponsive patient) serta
pada adanya defisit neurologis.
Secara umum, apabila tekanan intra kompartemen melebihi 30 mmHg penderita harus
diobservasi ketat, fasciotomi dilakukan bila tekanan di atas 40 mmHg.
DISORDER
Buerger dis
ONSET
Chronic
ETIOLOGY
CLINICAL feat
Segmental vascular
inflamation
Intermitten
claudicatio
Emboli, trombus
Pain, pallor,
pulseless,parestesi,
poikilotermi
DVT
Acute/chronic
Venous stasis
Compartement
syndrom
acute
Edema of the
tissue, trauma
5P :Pain, pallor,
parestesia, paralisis,
pulseless
Chronic limb
ischemia
Chronic/acute
Atherosclerosis
Intermiten
claudicatio
25. Fraktur
Mekanisme/ Penyebab
Trauma: sebagian besar fraktur
disebabkan oleh trauma di mana gaya
yang dikenakan tulang lebih besar dari
resistensi tulang.
Fatique/ Stres Repetitif: suatu trauma
atau tekanan yang repetitif dalam
jangka waktu yang lama karena
pekerjaan berat (atlet, pedansa, militer,
dsb) menyebabkan fraktur-fraktur
mikroskopik yang menyebabkan proses
resorbsi menjadi lebih cepat dibanding
deposisinya. Akhirnya kekuatan tulang
menjadi lemah dan terjadi fraktur.
Patologis: fraktur yang terjadi pada
kekuatan yang pada kondisi normal
tidak menyebabkan fraktur. Hal tersebut
diakibatkan oleh adanya penyakit/
kondisi tertentu yang menyebabkan
tulang menjadi rapuh, pada
osteoporosis, osteosarkoma,
osteogenesis imperfekta, kista tulang,
dsb
Hubungan Fragmen
Fraktur dengan Dunia
Luar
- Fraktur Tertutup:
apabila tidak terdapat
hubungan antara tulang
yang fraktur dengan
dunia luar. Kulit
dipastikan intak.
- Fraktur Terbuka:
apabila kontinuitas kulit
terganggu sehingga
memungkinkan adanya
kontak antara tulang yang
fraktur dengan dunia luar.
Tipe Displacement
(Sumber: Greene, Walter B., dkk.
2006. Netters Orthopaedics, 1st
edition. Philadelphia: Saunders
Elsevier.)
PEMERIKSAAN FRAKTUR
Pemulihan Fraktur
Mekanisme Kalus
Destruksi Jaringan dan Pembentukan
Hematoma
Segera setelah fraktur, pembuluh
darah mengalami kerusakan dan
hematoma muncul pada garis
fraktur. Jaringan pada ujung-ujung
fraktur mengalami kekurangan
aliran darah sehingga mati dan
mengalami penyusutan beberapa
millimeter.
Inflamasi dan Proliferasi Sel
Pada 8 jam pertama dari kejadian
fraktur terjadi reaksi inflamasi dan
mulai bermigrasi dan proliferasinya
sel-sel mesenkim tulang dari
daerah periosteum dan menyebar
ke sekitarnya. Hematoma mulai
mengalami absorbsi dan kapiler
mulai tumbuh pada area fraktur.
Netters Orthopaedics, 1st edition.
Pemulihan Fraktur
Mekanisme Kalus (lanjutan)
Pembentukan Kallus Lunak
Sel-sel mesenkim tulang mulai menunjukkan aktivitas kondrogenik dan
osteoblastik dan dimulai dari pembentukan kartilago. Osteoklas mulai
bekerja meresorbsi jaringan tulang yang rusak. Terbentuk kallus yang
merupakan tulang yang masih tersusun atas jaringan fibrosa dan
belum mengalami mineralisasi/ tulang primer (woven).
Konsolidasi/ Pembentukan Kallus Keras
Aktivitas osteoblastik dan osteoklastik terus terjadi sehingga mulai
terbentuk tulang lamellar/ tulang sekunder yang terus mengalami
mineralisasi/ kalsifikasi. Hubungan antarfragmen tulang saat ini sudah
menjadi rigid, namun masih belum cukup kuat untuk menerima beban
secara normal hingga beberapa bulan.
Remodeling
Pada tahap ini, antarfragmen tulang telah dijembatani oleh tulang yang
solid. Dalam waktu beberapa bulan-tahun berikutnya akan terjadi
resorbsi pada tulang yang mengalami penyembuhan sehingga menjadi
lebih rapi. Medulla osseum sudah terbentuk dan kekuatan tulang
berangsur kembali normal.
Pemulihan Fraktur
Mekanisme Union Langsung
Pemulihan secara langsung ini terjadi apabila fragmen tulang
yang fraktur berhimpitan satu sama lain atau dalam tekanan
yang kuat.
Tidak terbentuk kallus dan terjadi proses osteoblastik secara
langsung antara kedua ujung fraktur (contact healing).
Mekanisme ini sering terjadi pada fraktur kompresi.
Union langsung relatif tidak sekuat pemulihan kallus, karena
pemulihan kallus lebih memastikan kekuatan ujung-ujung
fraktur.
Semakin besar tekanan yang terjadi, semakin kuat aktivitas
osteoblastik dan remodeling yang terjadi (hukum Wolff).
Feel
Pemeriksa melakukan palpasi pada bagian yang mengalami cedera dan
sekitarnya secara hati-hati untuk menentukan tanda-tanda seperti nyeri
tekan. Selain itu dilakukan palpasi nadi dan juga memeriksa sensibilitas
kulit di bagian distal bagian yang cedera untuk memastikan fungsi syaraf
dan perfusi jaringan.
Move
Pemeriksa dapat membuat gerakan secara hati-hati untuk menilai adanya
gerakan abnormal dan krepitasi. Hal tersebut kurang nyaman bagi pasien
karena akan memicu nyeri. Pasien diminta untuk menggerakkan bagian
distal dari cedera untuk menilai gangguan fungsi syaraf.
(a,b) two views; (c,d) two occasions; (e,f) two joints; (g,h) two limbs
-Apleys System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition-
Debridemen
Prinsip debridemen adalah membersihkan luka, baik di kulit maupun
diantara fragmen tulang, dari kotoran, benda asing, dan juga jaringan yang
sudah mengalami kematian permanen.
Stabilisasi
Stabilisasi fraktur terbuka dilakukan secara reduksi terbuka (open
reduction). Sementara untuk fiksasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksternal maupun internal tergantung pada kondisi fraktur.
Menutup Luka
Luka kecil pada fraktur derajat I dan II dapat segera dijahit setelah
dilakukan debridement dan stabilisasi. Luka yang lebih parah dan sulit
dapat ditutup sementara atau permanen dengan skin graft. Apabila
dilakukan penutupan sementara, harus dilakukan evaluasi 48-72 jam
berikutnya.
optimized by optima
Galliazi Fracture
optimized by optima
Greenstick Fractures
optimized by optima
Colles Fracture
optimized by optima
Colles Fracture
Gambaran Radiologis
optimized by optima
Colles Fracture
optimized by optima
Smith Fracture
optimized by optima
soundnet.cs.princeton.edu
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
Dislokasi Panggul
ANTERIOR
POSTERIOR
Dislokasi Posterior
Tatalaksana
Reduksi tertutup dengan sedasi
LUKA BAKAR
1.
103
105
106
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
Luka Bakar
Pada bayi :
Kepala dan leher
: 18 %
Thoraks dan abdomen
anterior: 18%
Thoraks dan abdomen
posterior: 18%
Ekstremitas atas
: 9%
Ekstremitas bawah
: 14%
Genitalia
:Luka bakar kecil : 1% dihitung
dengan ukuran telapak tangan
pasien
Tatalaksana
Umum/ Non Medikamentosa
Didinginkan menggunakan air dalam
suhu 10-250C selama 30 menit
setelah terkena luka bakar. Luka perlu
dibersihkan dari jaringan mati lalu
ditutup dengan dressing.
Irigasi luka bakar kimia
Indikasi rawat :
Luka bakar derajat dua atau tiga
lebih dari 10% TBSA pada pasien
di bawah 10 tahun atau lebih dari
50 tahun
Luka bakar derajat dua lebih dari
20% TBSA pada usia berapapun.
Luka bakar derajat tiga lebih dari
5% TBSA pada usia berapapun
Medikamentosa
Penatalaksanaan awal: ABCDEF (A =
airway, B = breathing, C =
circulation, D = disability, E =
expose, F = fluid).
Evaluasi luka bakar luas dan
derajat luka bakar
Resusitasi cairan:
Pada pasien luka bakar dengan
TBSA> 15%.
Baxter /Parkland Formula: 4 mL
Ringer laktat / kgBB /% TBSA
selama 24 jam pertama vol
dimasukkan dalam 8 jam
pertama paska luka bakar,
sisanya dalam 16 jam berikut.
Koloid 24 jam kedua, apabila
pemenuhan kebutuhan cairan
belum tercapai.
KOMPLIKASI
Trauma Inhalasi
karena inhalasi asap dan
zat iritatif lainnya,dapat
mengakibatkan
terjadinya
trakeobronkitis dan
pneumonitis akut
Tanda-tanda
Rambut hidung yang
terbakar
Luka bakar pada wajah
Sputum berkarbon
Serak
Bunyi stridor
Level
karboksihemoglobin
melebihi 15% setelah
3 jam posteksposure
Evaluasi
x-ray thoraks dan AGD
Bronkoskopi fiberoptik
Xenon
ventilation/perfusion
scanning
Tx awal : O2 100%
Tx awal : pijatan,
pelembab, antihistamin,
dan silicone sheet therapy
Nonbedah : pemberian
tekanan/ mechanical
pressure, inj triamsinolon,
nitrogen mustard,
tetroquine, asam retinoit,
zinc, vitamin A, vitamin E,
dan verapamil
Bedah : eksisi sederhana,
Z-plasty, V-Y plasty, Wplasty, laser, dan
cryosurgery
Kontraktur
Kontraksi : proses
biologis dimana luas
kulit yang hilang pada
luka terbuka mengecil
karena terjadi
penurunan konsentrik
ukuran luka hasil
akhir kontraksi =
kontraktur
Pencegahan : menutup
luka sedini mungkin
dengan split-skin graft.
Tx : bedah tidak
boleh dilakukan pada
masa
prosespenyembuhan
aktif (min 1 tahun).
Kontraktur
membutuhkan
peregangan secara
bertahap jadi tindakan
bedah tidak dapat
dilakukan hanya 1x.
Phimosis
Phimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal
Fisiologis pada
neonatus
Komplikasi
Balanitis
Postitis
Balanopostitis
Treatment
Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
retraction
Paraphimosis
Prepusium tidak
dapat ditarik kembali
dan terjepit di sulkus
koronarius
Gawat darurat bila
Obstruksi vena
superfisial edema
dan nyeri Nekrosis
glans penis
Treatment
Manual reposition
Dorsum incision
Hydrocele
Hipospadia
Hipospadia kelainan
kongenital dimana meatus
berlokasi pada bagian
ventral penis, proksimal
dari posisi normal yaitu
diujung glans.
Kasus sedang hingga berat
memiliki karakteristik
muara uretra yang lebih
proximal pada penis,
skrotum atau perineum.
Bentuk yang lebih berat
biasanya disertai kurvatura
penis (membengkok).
http://emedicine.medscape.com/article/
http://en.wikipedia.org/wiki/
Etiology
Clinical
Testicular torsion
Intra/extra-vaginal
torsion
Hidrocele
Varicocoele
Vein insufficiency
Hernia skrotalis
persistent patency of
the processus
vaginalis
Chriptorchimus
Congenital anomaly
HERNIA SKROTALIS
http://www.medscape.org/viewarticle/420354_8
Torsio Testis
Gejala dan tanda:
Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak
Pembengkakan skrotum
Nyeri abdomen
Mual dan muntah
Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau
pada posisi yang tidak biasa
Labiognatopalatoshisis
Celah pada bibir
(labio), gusi (gnato)
dan langitan (palate)
Indikasi Operasi RULE
OF TEN :
Berat badan 10 lb (5
kg)
Usia 10 minggu
Kadar hemoglobin
darah 10 g/dL
Limb Ischemia
DISORDER
Buerger dis
ONSET
Chronic
ETIOLOGY
CLINICAL feat
Segmental vascular
inflamation
Intermitten
claudicatio
Emboli, trombus
Pain, pallor,
pulseless,parestesi,
poikilotermi
DVT
Acute/chronic
Venous stasis
Compartement
syndrom
acute
Edema of the
tissue, trauma
5P :Pain, pallor,
parestesia, paralisis,
pulseless
Chronic limb
ischemia
Chronic/acute
Atherosclerosis
Intermiten
claudicatio
Congenital Malformation
Atresia duodenum
Atresia jejunum
Klinis : muntah
bilious, minimal
distensi
Ro: gambaran klasik
double bubble
Hipertrofi
pylorus
stenosis
muntah
non
bilious
mkn hari
mkn
proyektil
Atresia esofagus
neonates
drooling
orogastric tube
gagal masuk
tersedak/batuk
segera stlh
makan
Atresia esofagus
Dengan dan tanpa fistel
Gangguan perkembangan jaringan pemisah
antara trakea dan esofagus (minggu 4-6
kehamilan)
Ibu polihidramnion
Muntah, banyak liur, sianosis, batuk dan sesak
napas, pneumonia (karena regurgutasi), perut
kembung (jika udara melalui fistel masuk ke
lambung), oliguri (tidak ada cairan masuk)
HPS
Hipertrofi otot pilorus pada lapisan sirkuler.
Manifestasi gejala baru terlihat jelas pada usia 3-6
minggu atau kurang dan jarang dijumpai setelah usia 3
bulan
Muntah periodik dan bertingkat (frekuensi dan
kekuatan), proyektil, tanpa mengandung zat empedu
Gelombang peristaltis lambung dapat terlihat
Tampak lapar dan haus, gejala dehidrasi
Konstipasi dan oliguri
Teraba massa di perut kanan atas sebesar ujung jari
telunjuk (2-3 cm), olive,berbatas tegas, konsistensi
kenyal padat
Atresia duodenum
vomiting within hours of birth
vomitus is most often bilious, it may
be nonbilious because 15% of defects
occur proximal to the ampulla of Vater
Dehydration, weight loss, and
electrolyte imbalance
Foto: double bubble sign
Hischprung disease
Megacolon congenital
Aganglion parasimpatik intramural colon (pleksus mienterik)
Kolon aganglionik tidak dapat mengembang, sempit, defekasi
terganggu
Kolon proksimal yang normal akan melebar karena tinja yang
tertimbun (megacolon)
Aganglion rektum-sigmoid: hirschprung segmen pendek/klasik
Lebih dari sigmoid: hirschprung segmen panjang
Mekonium keluar terlambat (>24 jam pertama), konstipasi
kronis
Muntah hijau
Distensi abdomen
Criterion standard: full-thickness rectal biopsy
Disorder
Definition
Radiologic Findings
Hirschprung
Congenital
aganglionic
megacolon
Intussusception
A part of the
intestine has
invaginated into
another section of
intestine
Duodenal
atresia
Dueodenum
Anal Atresia
birth defects in
which the rectum is
malformed
http://emedicine.medscape.com/
Intussusception
Hirschprung
Classifcation:
A low lesion
colon remains close to the skin
stenosis (narrowing) of the anus
anus may be missing altogether,
with the rectum ending in a blind
pouch
A high lesion
the colon is higher up in the pelvis
fistula connecting the rectum and
the bladder, urethra or the vagina
A persistent cloaca
rectum, vagina and urinary tract
are joined into a single channel
http://emedicine.medscape.com/
Learningradiology.om
Duodenal atresia
Gastroskisis
Defek pada dinding anterior abdomen sehingga
organ abdomen dapat keluar melalui defek
tersebut
Tidak terdapat selaput yang melapisi dan ukuran
defek biasanya kurang dari 4 cm
Defek pada dinding abdomen merupakan
persambungan antara umbilikus dengan kulit
Hampir selalu terletak disebelah kanan dari
umbilikus
Usus yang keluar dapat mengalami
inflamasi,edema
Tatalaksana
Pimary Closure
Usus dikembalikan ke dalam rongga abdomen dan defek
langsung ditutup dalam satu kali operasi
Staged Closure
Pendekatan bertahap untuk memperbaiki defek, rata-rata
5 sampai 10 hari
Omphalocele
Tipe lain dari defek dinding
abdomen usus, hati, dsn terkadang
organ lain tetap berada di luar
abdomen didalam sebuah kantong
karena adanya defek pada
perkembangan otot dinding
abdomen
Melibatkan tali pusat(umbilical
cord)
Tatalaksana
Operasi harus ditunda sampai bayi
stabil, selama selaput ompfalokel
masih intak
The Breast
Tumors
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
Biopsi