Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KASUS

DHANDY KOESOEMO, S.KH


061213143058
WREDHA SANDHI, S.KH
061213143037
NISMA ADHANI, S.KH
061213143054
IKE YUNIARNI, S.KH
061213143103
LYDIA NAHARA, S.KH
061213143108

DEPARTEMEN KLINIK VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kucing merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara sebagai hobi atau hewan

kesayangan, untuk dilombakan atau untuk tujuan lain. Kucing adalah karnivora sejati (ordo
carnivora), sehingga asupan makanan adalah langkah paling awal untuk menentukan kesehatan
kucing. Kandungan nutrisi pakan kucing harus disesuaikan dengan keadaan kesehatannya.
Kucing yang menderita gangguan fungsi jantung, asites dan edema akibat beberapa penyakit,
sebaiknya kandungan sodium dalam pakan rendah. Pakan harus mengandung protein, phosphor
dan sodium yang rendah untuk kucing yang menderita gangguan ginjal dan hepar (Sardjana,
2006).
Perut anjing atau kucing yang membesar dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
salah satu penyebab yang paling sering ditemui adalah terisinya rongga perut oleh air yang
menempati sela-sela jerohan hewan kesayangan tersebut.
Dalam dunia kedokteran istilah yang digunakan bagi kejadian ini adalah ascites. Cairan
yang menempati sela-sela di rongga perut tersebut keluar dari pembuluh darah dan sel-sel tubuh
akibat beberapa hal.
Kelainan pada ginjal, kerusakan liver, gagal jantung sebelah kanan (right-sided CHF),
kekurangan zat gizi protein, cacingan berat, sobeknya kandung kemih, radang pada selaput perut,
kanker dan pendarahan di rongga perut adalah daftar penyebab munculnya ascites.
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites dapat
disebabkan oleh banyak penyakit. Antara lain liver disease, neoplasms, heart failure, infections,

venous occlusion, inflammatory, trauma, nutritional dan endocrine. Pada dasarnya penimbunan
cairan di rongga peritoneum dapat terjadi melalui tiga mekanisme dasar, yakni transudasi,
modifikasi transudasi dan eksudasi. Asites yang ada hubungannya dengan sirosis hati dan
hipertensi porta adalah salah satu contoh penurunan cairan di rongga peritoneum yang terjadi
melalui mekanisme transudasi. Asites jenis ini paling sering dijumpai. Asites merupakan tanda
prognosis yang rawan pada beberapa penyakit. Asites terkadang memiliki prognosis yang buruk,
ditandai dengan perut yang makin membesar karena rongga berisi cairan, yang lama kelamaan
akan menyebabkan penekanan pada rongga traktus gastrointestinal sehingga akan timbul keluhan
anoreksia. Bahkan jika cairan makin bertambah akan menekan daerah diafragma sehingga akan
timbul gangguan pernapasan. (Brahmana Askandar). Asites juga menyebabkan pengelolaan
penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks. Seperti Infeksi pada cairan asites akan lebih
memperberat perjalanan penyakir dasarnya. Oleh karena itu asites harus dikelola dengan baik.
(Hirlan).

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan kasus kali ini adalah mengapa kucing Chiko

didiagnosa ascites?

1.3

Tujuan
Tujuan dari makalah kasus penyakit dalam veteriner ini adalah untuk mengetahui dan

memahami lebih dalam mengenai penyebab, gejala klinis, tata laksana terapi dan perkembangan
kasus Ascites pada kucing Choki melalui penelusuran anamnesis, pemeriksaan fisik
danpemeriksaan laboratories untuk peneguhan diagnosis dan prognosis kasus tersebut.

1.4

Manfaat
Manfaat dari makalah kasus penyakit dalam veteriner ini adalah untuk melatih dan

memperdalam kemampuan anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis suatu penyakit dalam


sehingga dapat menerapkan tindakan terapi yang tepat dan rasional serta sebagai salah satu
syarat penilaian dari Ujian Ko-asistensi di Departemen Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi kucing

2.2

Kingdom

: Animalia

Superphylum

: Deuterostomia

Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Infraphylum

: Gnathostomata

Superclass

: Tetrapoda

Class

: Mamalia

Ordo

: Carnivora

Subordo

: Feliformia

Famili

: Felidae

Subfamili

: Felinae

Genus

: Felis

Spesies

: Felis catus Linnaeus (1758) dalam Ereshefsky (2000)

Karakteristik Kucing (Felis catus)


Kucing merupakan hewan yang fleksibel dalam ketergantungannya pada manusia, karena

pada umumnya kucing mampu bertahan hidup di lingkungan liar. Hubungan antara kucing dan
manusia adalah hubungan saling menguntungkan atau simbiosis. Kucing memperoleh tempat
berteduh, ketersediaan makanan, dan perawatan kesehatan, sedangkan kita sebagai pemilik

kucing memperoleh pengendali rodensia dan sebagai teman bermain. Tidak seperti anjing,
kucing tidak selalu menganggap manusia sebagai bagian dari kelompok sosialnya sendiri
(Meadows dan Flint 2006).
Perkembangan evolusi keluarga kucing terbagi dalam tiga kelompok, yaitu Panthera,
Acinonyx, dan Felis. Felis adalah sejenis kucing kecil, yang salah satunya Felis sylvestris yang
kemudian berkembang menjadi kucing modern (Suwed dan Budiana 2006). Kucing memiliki
kelenjar keringat yang kecil yang terletak pada dagu, bibir (daerah wajah), bagian antara kuku
dan sole serta daerah anus. Selain itu, kucing memiliki kelenjar keringat yang menghasilkan
feromon yang digunakan sebagai penanda teritorial untuk menemukan pasangan dan sebagai alat
komunikasi (Anonim 2004b).
Kucing merupakan binatang karnivora sejati yang dilengkapi dengan cakar yang kuat dan
struktur gigi taring yang besar, melengkung dan berbentuk pisau belati serta gigi geraham yang
kecil dan agak runcing (Anonim 2003a). Kucing memiliki struktur tulang yang ramping dengan
ukuran panjang serta lebar tubuhnya seimbang dan proporsional yang ditunjang oleh tulang yang
kuat membuat gerakannya semakin lincah dan mampu berlari kencang (Suwed dan Budiana
2006). Indera penciuman kucing sangat tajam dilengkapi dengan alat khusus yaitu organ
vomeronasal atau organ Jacobson yang membantunya mendeteksi bau (Meadows dan Flint
2006).
Kucing mempunyai penglihatan stereoskopis yang baik dengan kemampuan mendeteksi
cahaya tiga sampai delapan kali lebih baik dari pada kemampuan manusia. Selain itu, kucing
memiliki struktur khusus yaitu tapetum cellulosum yang memantulkan kembali cahaya ke dalam
retina sehingga mampu melihat dengan baik dalam keadaan gelap (Meadows dan Flint 2006).
Ketika cahaya yang ada terlalu sedikit untuk melihat, kucing akan menggunakan misainya

(vibrissae) untuk membantunya menentukan arah, mendeteksi perubahan angin yang amat kecil
dan menjadi alat indera tambahan (Anonim 2003b).
Meadows dan Flint (2006) menyatakan bahwa kucing sangat sensitif pada bunyi
frekuensi tinggi yaitu 60 kHz, yang dapat mendeteksi pekikan ultrasonic rodensia. Selain
memiliki pendengaran yang tajam, kucing juga memiliki detector yang getaran dalam kakinya
yang membuatnya dapat mendeteksi bunyi 200-400 Hz namun hanya untuk periode waktu yang
pendek.

2.3.

Ascites
Peritoneum adalah membran pada cavitas abdomen. Fungsinya yaitu sebagai proteksi,

lubrikasi dan absorbsi transudat/.eksudat. Ascites sesungguhnya berdasarkan dari akumulasi


cairan serous/serosanguinous pada peritoneal space. Deskripsi umum lainnya meliputi distensi
abdomen dengan cairan lainnya, contoh chyle, darah dan radang eksudat.
Ascites adalah tanda dari penyakit yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah
utama. Ascites dapat disebabkan oleh jumlah inflamasi, infeksi, metabolic, degenerative dan
proses penyakit neoplastik. Karakteristik biokimia dan sitologi dari cairan asites dapat membantu
membedakan penyebab efusi abdominal (Tilley dan Smith, 2011).
Anamnesa
Sakit pada
abdominal
Anorexia
Depresi
Vomiting
Bedah abdomen
sebelumnya
Penetrasi luka
abdomen

Diduga
Peritonitis

Investigasi
Diagnosa

Pemeriksaan
Rasa Sakit pada
Abdominal
Demam
Efusi Peritonial
Silent Abdomen
Shock, dehidrasi

Gambaran
Diagnostik
Radiograf
Ada Cairan
Ada Udara
Ileus
Ultrasonography
Ada Cairan
Permasalahan
terlokalisasi

Abdominocentesi
s
Single tap
Four quadrant
tap
Diagnostic
Cairan Peritoneal
Cytology
Diff-Quick
Gram Stain
Culture and
Sensitivitas
Konfrmasi Peritonitis
Septic

Primary Celiotomy
Closure
Infeksi moobakterial
Sumber peritonitis
Kontaminasi residu
minimal

Open Drainase
Peritoneal
Delayed Closure
Culture at closing

Perawatan Post Operasi


Pemberian cairan dan keseimbangan
elektrolit, hypoproteinemia,
hypoglycemia.
Transfusi darah, plasma, koloid jika
diperlukan.
Terapi antimikroba parenteral,
berdasarkan pada pembiakkan
kultur bakteri dan sensitifitas.
Support nutrisi.

Perawatan Pre-operasi
Sampel darah
Terapi cairan intravena
Antibiotik intravena

Perawatan Operasi

Celiotomy
Xyphoid ke Pubis
Suction Fluid
Thorough
Exploration

2.4.

Masalah Perawatan
Utama
Lokal dan dipindahkan,
jika memunhgkinkan
terdapat pada rongga
serosa, terdapat pada

Peritonial Lavage
Minimal 200-300
mL/kg atau sampai
cairan kembali jernih

Tanda-tanda dan Anamnesa


Tanda-tanda klinis sering menyediakan informasi klinis penting, karena predileksi pada

breed (spesies hewan) untuk spesifik penyakit hati dapat dipastikan, dan hewan muda lebih
dimungkinkan untuk dipresentasikan sebagai gangguan hati congenital seperti pada shunt
portosystemic.
Anamnesa juga membantu untuk mengkarakteristikan perjalanan klinis dari penyakit hati
tersebut bersifat akut atau kronis. Timbulnya gejala yang baru tampak pada hewan yang
sebelumnya sehat diindikasikan sebagai kerusakan hati akut. Meskipun, karena kapasitas
cadangan fungsional besar di hati, pada penyakit hati kronis ditemukan gejala klinis mungkin
samar dan tidak disampaikan oleh pemilik sampai pada fase akhir dari dekompensasi penyakit
hati.
Penyakit hati kronis dapat diasosiakan dengan gejala klinis yang muncul tiba-tiba dan
dapat disamakan menjadi penyakit hati yang bersifat akut. Meskipun, gejala klinis tidak
diungkapkan

seperti

kehilangan

berat

badan

dan

ascites

dan

ditemukan

hypoalbuminemia dan microhepatic yang mengindikasikan penyakit hati kronis.

diagnosa

Anamnesa mungkin menyediakan informasi penting mengenai potensial dari paparan


yang diketahui sebagai penyebab kerusakan hepar seperti terapi obat, operasi, dan prosedur
anaestesi, dan racun dari agen infeksius.
Menentukan apakah hewan memiliki sejarah intoleransi terhadap obat yang normal di
metabolisme di hati, seperti sedative, transquilizer, antikonvulsan, dan anaestesi. Menentukan
status vaksinasi terakhir dan potensial paparan dari agen infeksius yang diketahui memberikan
efek pada hati, seperti leptospirosis, infectious canine hepatitis, dan FIP (Feline Infectious
Peritonitis) (Tilley dan Smith, 2011).

2.5.

Pemeriksaan Fisik
2.5.1 Kulit dan Membran Mukosa
Mengevaluasi bagian sclera, membrane mukosa mulut, dan kulit dari jaundice. Jaundice
adalah tanda klinis yang dapat dideteksi setelah konsentrasi serum bilirubin >2.5 sampai
3.0 g/dl. Pada kucing, Jaundice halus sering terdeteksi paling baik pada mukosa dari
palatum. Mengevaluasi bagian kulit dan membrane mukosa dari gambaran perdarahan.
Turgor kulit mungkin dapat dideteksi dari kehilangan darah (Tilley dan Smith, 2011).

Gambar 1. Pemeriksaan membrane mukosa bagian mulut.

2.5.2

Palpasi bagian Abdomen


Palpasi bagian abdomen dapat dilakukan dengan hati-hati. Bertujuan untuk

mengidentifikasi distensi, peningkatan tekanan abdomen atau rasa sakit jika ada
peritonitis. Hati yang normal akan dengan sulit untuk dipalpasi pada anjing dan kucing,
dan bentuk normalnya adalah tajam, bukan tumpul.
Hepatomegali disebabkan oleh pasif kongesti vena, diffuse inflamasi, nodular
hyperplasia, cystitis, pembengkakan empedu, pada kucing ditandai dengan hyperplasia
empedu, infiltrasi lemak pada hati, glycogen, dan neoplastic sel.
Sakit apabila dipalpasi pada bagian hati (hepatodynia) biasanya mengindikasikan
penyakit hati akut. Rasa nyeri disebabkan oleh peregangan dari kapsul hati dan harus
dibedakan dari rasa sakit yang timbul pada bagian pancreas, lambung, atau limpa. Efusi

pada bagian perut yang pada kasus yang sedang sampai berat mungkin akan terdeteksi
(Tilley dan Smith, 2011).

2.5.3

Ballotment untuk mendeteksi getaran fluida


Perkusi pada satu sisi abdomen sementara menempatkan telapak tangan yang lain

pada sisi dinding abdomen yang berlawanan memungkinkan deteksi gelombang cairan
yang melewati abdomen (getaran cairan). False positif pada getaran cairan jarang tetapi
sulit untuk mendeteksi keberadaan sejumlah kecil cairan dengan metode ini (Tilley dan
Smith, 2011).

2.5.4 Pemeriksaan Sistem Syaraf


Melakukan pemeriksaan syaraf pada hewan yang dengan anamnesa dari gejala
klinis syaraf. Dengan HE, pemeriksaan syaraf mungkin terlihat normal atau diindikasikan
sebagai penyakit cerebral difus (seperti : depresi dan dementia, disorientasi, mondarmandir, berputar-putar, menekan kepala, hypersalivasi, seizures, atau koma) (Tilley dan
Smith, 2011).

2.5.5. Pulsus femoralis


Pulsus ini harus diraba dan akan selalu terasa jika tekanan abdomen meningkat
atau dalam kasus di mana ascites terjadi karena dekompensasi jantung. Pulsus lemah
dalam beberapa kasus menunjukkan insufisiensi cardiac daripada lesi lokal (Tilley dan
Smith, 2011).

2.5.6. Pemeriksaan Rektum

Melakukan pemeriksaan rectum dan mengevaluasi contoh feses dari melena


(mengindikasikan adanya perdarahan pada Gastrointestinal) dan alcoholic feses (Tilley
dan Smith, 2011).

2.5.7

Pemeriksaan Kardiologi Penuh


Pemeriksaan khususnya untuk tanda-tanda kegagalan sisi kanan, distensi vena

jugularis, pulsus jugularis atau edema. Kehadiran murmur, defisit pulsus atau tanda-tanda
lain dari disfungsi juga cardiac harus dicatat (Tilley dan Smith, 2011).

2.6.

Gambaran Radiografi
Radiografi abdomen akan menunjukkan penampilan yang khas groundglass di

abdomen. Hal ini membuat identifikasi organ abdomen dan atau massa sulit. Radiografi thorax
harus dilakukan untuk menyelidiki potensi patologi cardiac sebagai penyebab ascites (Tilley dan
Smith, 2011).

Gambar 2. Gambaran radiographi abdomen kucing tampak lateral dengan kondisi


kucing mengalami obesitas (adanya timbunan lemak didalam rongga

peritoneum, omentum, mesenterika, dan retroperitonium terlihat kontras


dibandingkan organ viscera).

Gambar 3. Gambaran radiographi abdomen kucing tampak lateral dengan kondisi umum
kucing normal (adanya timbunan lemak didalam rongga peritoneum, tetapi
gambaran organ viscera memiliki kontras yang lebih tajam daripada Gambar
2).

Gambar 4. Gambaran radiographi abdomen kucing tampak lateral. Tampak adanya


cairan dalam jumlah yang besar didalam peritoneum. Opasitas dari jaringan
lunak tampak homogen terdistribusi seragam didalam rongga abdomen.

Gambar 5. Gambaran radiographi abdomen kucing tampak lateral. Tampak adanya


cairan dalam jumlah yang besar didalam peritoneum, dengan tipe cairan
serous.

2.7.

Patofisiologi.
Mekanisme patofisiologi utama dari asites yaitu transudasi, eksudasi, sel neoplastik,

rupture pembuluh darah dan

viscus. Transudat adalah akumulasi cairan akibat ketidak

seimbangan hidrostatik berdasarkan permebilitas pembuluh darah normal. Pada kegagalan hepar,
ascites merupakan hasil dari hipertensi portal dan retensi sodium, hipoalbumin mungkin
berkontribusi pada akumulasi cairan tetapi bukan masalah utama.
Modified transudat adalah cairan dari limfatik atau pembuluh darah dengan protein tinggi
pada transudat. Akumulasi cairan ini mengiritasi mesothelium. Kebanyakan efusi neoplastik
adalah modified transudat.

Eksudat adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah normal. Eksudat dapat


berupa septic atau non septic. Pelepasan mediator inflamasi dan pembuluh darah meningkat dan
menginduksi respon chemotactic dari inflamasi dan sel fagosit. Pada inflamasi akut
menyebabkan dilatasi arteriolar dan aliran darah serta tekanan pada kapiler meningkat yang
berarti tekanan hidrostatik capillary memungkinkan tekanan pada plasma molecular dengan berat
yang ringan dan cairan dapat melewati intraseluler space dalam volume besar. Pada jaringan
inflamasi, sel endotel pada pembuluh darah memproduksi lubang dimana molekul besar seperti
protein dapat keluar (Tilley dan Smith, 2011).

Gambaran Cairan
Konsentrasi
Protein
Spesifik gravity
(dari nilai serum)
Nilai sel nuclear

Predominan tipe sel

Penyebab

Modified
Transudat
Kuning atau
bercampur darah,
dan kental
Bermacam-macam;
biasanya >25

Normal

Transudat

Bersih, berwarna
bening

Bersih, berwarna
bening

<25

<25; sering <15

<1.015

<1.015

1.015 1.025

>1.025

<3.0

<0.5 1.0

1.0 7.0
Sel Mesothelial/
makrofag
penambahan dari
non degenerasi
neutrofil, dan
limfosit muda.

>7.0

Sel Mesothelial/
makrofag.

Sel Mesothelial/
makrofag.

Hipoproteinemia;
CHF (Congestive
Heart Failure).

Hasil dari kronis


transudasi ( seperti
CHF, Neoplasia, dll)

Exudat
Kental
>25; biasanya >30

Neutrofil/ makrofag;
degenerasi neutrofil
jika penyebabnya
adalah infeksi
bakteri.
FIP (Feline
Infectious
Peritonitis); Bacterial
seperti :
Actinomyces sp dan
Nocardia sp.

Tabel : Gambaran Jenis Cairan Ascites

2.8.

USG (Ultrasonografi)
USG bagian abdomen itu sangat cocok untuk menggambaran keberadaan cairan.

Pemeriksaan akan membuat semua organ parenkim dapat dinilai ukuran dan strukturnya.

Echocardiography diindikasikan untuk pericardial effusion, endocardiosis, dysplasia dari katub


trikuspidalis dan dilatasi kardiomyopati (Tilley dan Smith, 2011).

Gambar 6. Gambaran USG bagian abdomen yang mengalami ascites pada Anjing
Gembala Jerman umur 6 tahun. Catatan : Cairan terdapat diluar bagian
dari lobus hati (tanda panah).
2.9.

Teknik Abdominocentesis
Abdominocentesis adalah prosedur memindahkan cairan dari peritoneal menggunakan

jarum. Dapat dilakukan jika sejumlah besar cairan mengganggu pernafasan dari hewan tersebut.
Abdominocenetesis diindikasikan jika terdapat akumulasi cairan dalam peritoneal atau jika
adanya rasa sakit pada abdomen. Abdominocentesis dilakukan jika adanya suspect
abdominaleffusion, hemoabdomen, gastrointestinal perforation, urinary tract rupture atau
pancreatitis.
Pada banyak kasus abdominocentesis dapat dilakukan tanpa sedasi dan memberikan
resiko yang minimal kepada pasien. Bagian ventral tengah abdomen dipreparir di atas dari
umbilicus dan disterilisasi. Anestesi lokal dapat melalui kulit atau subcutan. Hewan direstrain
dan dibaringkan pada posisi lateral. Menjalankan prosedur ini pada hewan yang berdiri sampel
cairan yang dapat dikumpulkan dari ascites tersebut jumlahnya sedikit. Sebuah 25 mm, jarum 20
G atau kateter dimasukkan pada garis tengah, 1-2 cm di belakang umbilicus dan sampel cairan

dapat dikoleksi untuk dianalisis. Jika darah sedang aspirasi, kemudian satu sampel dikoleksi
dalam antikoagulan dan sampel keduanya dapat dilihat jika itu adalah clot. Sampel cairan dapat
dikoleksi dalam EDTA untuk analisis cytological, estimasi total protein dan tekanan specific
gravity. Sampel dikoleksi dalam tabung steril untuk pengujian bakteriologi dan konsentrasi
kolesterol/trigliserida.

Gambar 5. Peralatan untuk melakukan abdominosintesis.

Gambar 6. Lokasi penusukan jarum untuk melakukan abdominosintesis.

Gambar 7. Melakukan tindakan aseptis pada daerah abdomen.

Gambar 8. Lakukan penusukan jarum pada bagian abdomen lebih kearah cranial
sebelah dexter.

Gambar 9. Lakukan aspirasi terhadap cairan didalam rongga abdomen.

BAB 3 KASUS

Tanggal Pemeriksaan

: 27 Juni 2013

Nama Hewan

: Chiko

Jenis Hewan

: Kucing

Jenis Kelamin

: Jantan

Warna Bulu

: Hitam Putih

Umur

: 1 tahun

Anamnesa

Kondisi menurun sehabis luksasio coxae femuralis dexter dan fraktur os


ischium-ilium, pembesaran diperut karena berisi air, tidak mau makan,
dehidrasi, belum pipis dari kemarin, muntah setelah mencium bau ayam,
fraktur kemungkinan karena tertabrak, sebelum datang ke Rumah Sakit
diberi kuning telur ayam.

Pemeriksaan Fisik :
T : 39,2

Kondisi umum

P : 108

R : 84

BB : 3,5 Kg

Abnormal (Cara berjalan) Luxatio coxae femoralis dexter, fraktur os


ischium ilium.

Kulit Bulu

Abnormal (Dehidrasi moderat/sedang 7-8%). Pemeriksaan turgor


mengacu pada kembalinya kulit sesaat setelah dicubit. Derajat dehidrasi
dikatakan sedang jika waktu yang dibutuhkan kulit untuk kembali ke
keadaan normal setelah dilakukan pencubitan lambat yaitu < 2 detik,
menunjukkan bahwa turgor kulit jelek. Capillary refill time dapat
dilakukan dengan menekan gusi mulut kucing. Pada saat ditekan
menggunakan jari permukaan gusi akan tampak pucat. Pada kucing yang
mengalami dehidrasi sedang pengembalian warna dari pucat ke normal
membutuhkan waktu 2-3 detik. Enopthalmus ringan atau mata cekung.

Membrana Mukosa :

Abnormal

(Oral)

membrane

mukosa

mulut

pucat.

Abnormal

(Konjungtiva) membrane mukosa mata tampak anemia atau warna pucat


merupakan indikasi anemia. Anemia dapat disebabkan oleh defisiensi Fe
maupun Zn dan menurunkan nafsu makan serta menurunkan sistem
pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi. Akibatnya tingkat
kesakitan atau morbiditas meningkat, pertumbuhan menurun dengan

ditandai rendahnya kadar albumin dalam darah (Kralik, 1996; Whittaker,


1998; Murray & Robert, 2000).
Kelenjar Limfa

: Normal Dilakukan inspeksi, untuk mengetahui kemungkinan adanya


kebengkakan limfoglandula. Limfoglandula yang dapat dipalpasi pada
kucing yaitu; lgl. Retropharyngealis. Palpasi dilakukan di daerah lgl,
dengan memperhatikan reaksi, panas, besar dan konsistensinya serta
simetrinya kanan dan kiri (Boddie. 1962).

Muskuloskeletal

: Abnormal, cara berjalan kucing terlihat inkoordinasi. Cara gerak normal


dari kucing biasanya menggunakan pola gerak yang dapat dibagi
menjadi dua kelompok utama: simetris dan asimetris. Dengan gaits
simetris seperti berjalan, berlari, dan kecepatan, gerakan anggota badan
pada satu sisi tubuh kucing dengan mengulangi gerakan anggota badan
di sisi berlawanan dengan interval antara kaki yang menapak menjadi
hampir merata. Dengan gaits asimetris seperti berpacu, gerakan satu sisi
tidak mengulang dari yang lain dan interval antara kaki yang menapak
merata. Pemeriksaan musculoskeletal dilakukan dengan cara melihat
cara berjalan pasien ketika mengitari ruangan pemeriksaan, dilihat
adanya ketimpangan atau tidak, kemudian dilakukan palpasi pada leher
dan vertebrae. Palpasi awal pada anggota badan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga sisi yang berlawanan diperiksa secara
bersamaan. Ini akan memungkinkan untuk perbandingan dengan kaki
yang berlawanan ketika adanya bengkak ataupun nyeri. Berdasarkan

diagnosa penyakit sebelumnya terdapat luxatio coxae femoralis dexter,


fraktur os ischium ilium.
Sistem sirkulasi

: Normal. Diperhatikan adanya kelainan alat peredaran darah seperti


anemia, sianosis, edema atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada
denyut nadi, dan sikap atau langkah hewan. Periksa frekuensi, irama dan
kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri). Perhatikan pula
adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3 bawah
leher (Boddie. 1962).

Sistem respirasi

Normal. Kelainan umum yang berkaitan dengan sistem ini tidak ada yang

ditemukan. Tipe pernafasan kucing ini costal dengan kemampuan indera


penciuman yang baik dan bentuk hidung yang simetris. Mukosa hidung tidak
ditemukan adanya kelainan begitu juga dengan trachea. Bentuk thoraks
simetris, dan tidak ada merespon rasa sakit ketika dilakukan penekanan
rongga thoraks dan intercostae. Gema perkusi yang didapatkan adalah nyaring
dan jernih dan tidak ada terjadi perluasan di daerah lapangan paru-paru. Di
daerah paru-paru dilakukan auskultasi dengan hasilnya lama suara pernafasan
inspirasi dan lama ekspirasi. Ritme yang didapatkan adalah regular (ritmis)
dan intensitasnya tidak ada kelainan.
Sistem digesti

: Abnormal dengan teknik Abdominal Palpation dirasakan pembesaran


abdomen seperti berisi air. Tekniknya yaitu menggunakan 1 atau 2 tangan,
mulai dari tulang belakang dan bergerak secara ventral, memungkinkan organ
perut untuk menyelinap melalui jari-jari. Ulangi seluruh abdomen, pencatatan

ukuran, lokasi dan keberadaan organ, cairan, gas, janin, massa atau feses.
Catat setiap rasa sakit pada abdomen, kemudian dilakukan perkusi untuk
merasakan adanya gelombang dari cairan yang ada pada rongga peritoneal.
Menggunakan teknik immediate percussion, bahwa di mana pukulan dari jari
tangan dipukul secara langsung terhadap permukaan tubuh yaitu bagian
abdomen. Jenis jenis suara pada perkusi yaitu hollow tubular, drum-like
(tympanic), flat/ toneless/ dullness dan hyper-resonance.
dilakukan

perkusi

tidak

terdengar

suara

Pada waktu

(flat/toneless/dullness),

interpretasinya yaitu adanya akumulasi cairan pada rongga peritoneal.


Sistem urogenital :

Normal. Perhatikanlah sikap pada waktu kencing. Amati air seni (kemih)
yang keluar, warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot,
kekeruhan dan lain sebagainya).

Ginjal; Kucing diperiksa denagn

melakukan palpasi pada daerah lumbal. Pada kucing ginjalnya


menggantung seperti kue bakpia atau mainan yoyo. Perhatikan reaksi,
besar, konsistensi dan simetrinya. Vesica urinaria; Palpasi rongga perut
pada waktu isi, kosongkan dengan kateter, palpasi pada keadaan kosong
dari kemih, raba kemungkinan adanya benda asing (batu, tumbuh ganda)
atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.
Kateterisasi/pengambilan urin; Kateter diambil sesuai dengan kelamin dan
besar hewan. Kateter dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan
lubricant yang steril, tidak megiritasi dan mengandung antiseptika).
Pemeriksaan urin; Seperti pemeriksaan fisik, warna, kekentalan, adanya
benda-benda yang mencurigakan dan bau. Pada pemeriksaan laboratorium,

minimal harus dilakukan pemeriksaan protein, pH, dan endapan, bila perlu
ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN; blood urea nitrogen) dan
kreatinin (Boddie. 1962).

Sistem syaraf

Normal
Syaraf pusat
1.

N. olfactorius (pembau). Pada anjing dan kucing dengan cara

mendekatkan ikan, daging dan lain sebagainya yang merangsang syaraf


pembau tanpa mendengar atau melihat.
2.

N. opticus (penglihatan). Gerakkan jari telunjuk di muka matanya,

perhatikan apakah hewan mengikuti gerakan telunjuk, dan perhatikan


reaksi pupil.
3.

N. oculomotorius, N. trochlearis, N. abducens. Perhatikan

pergerakan palpebrae atas, dan gerakan bola mata serta pupil. Untuk
pemeriksaan pupil tutup salah satu mata, buka cepat dan perhatikan
reaksinya terhadap sinar.
4.

N. trigeminus untuk sensorik, mototrik, dan sekretorik. Lakukan

rangsangan dan perhatikan reaksinya pada otot-otot daerah kepala dan


mata, perhatikan saliva dan lakrimasi. Perhatikan adanya hyperaesthesi,
paralisa dan adanya sekresi yang berlebihan atau berkurang, perhatikan
cara mastikasi juga.

5.

N. facialis (wajah). Perhatikan kontur m. facialis, apakah lumpuh

bilateral atau muka/bibir menggantung sebelah pada kelumpuhan


unilateral.
6.

N. auditorius (pendengaran/keseimbangan). Perhatikan apakah

hewan miring sebelah, sempoyongan, dan panggil namanya. Pada


telinga pakai lampu (penlight) atau otoscope, periksa adanya radang,
cairan, kotoran, dan pertumbuhan abnormal.
7.

N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian

belakang pharynx. Pada hewan besar perhatikan cara menelan.


8.

N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung

kerjanya inhibitor.
9.

N. spinal accessories. Perhatikan scapulae, pada paralisa unilateral

salah

satu

scapulae

menggantung

(kelumpuhan

syaraf

yang

menginervasi m. trapezius/m. sternocephalicus).


10.

N. hypoglossus. Perhatikan lidah apakah menjulur keluar (paralisa

bilateral) atau menjulur ke salah satu mulut (paralisa unilateral) (Boddie.


1962).
Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk,
mencubit dengan jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.

Reflex superficial; Conjungtiva (untuk serabut sensorik dari cabang


ophthalmic dan cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk
serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf
cranial V). Pupil (N. opticus: sensorik, N. oculomotorius: motorik).
Perineal (N. spinalis) sentuh perineum, perhatikan reaksinya. Pedal
(arcus reflex): sentuh, pijit, pinset (cubit) telapak kaki/interdigiti,
perhatikan reaksi menarik pada kaki. Reflex profundal; Patella, pada
hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring, pukul pada ligamentum
patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris akan
berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada tendo
achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan berkontraksi
(tampak menendang).
Reflex organic; Menelan (koordinasi neuromuscular di daearah pharynx
dan oesophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus,
keracunan strichnin, tetani, paralyse N. XII dan N. X). respirasi (pusat
reflex di medulla oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax).
Defekasi (syaraf yang menginervasi spincter ani) (Boddie. 1962).
Mata Telinga : Normal, Pemeriksaan Telinga yang baik telinga hendaknya berdiri tegak dalam
keadaan waspada tetapi tidak kaku, kondisi telinga yang turun, jatuh
kemungkinan menandakan adanya kerusakan tendon telinga. Semasa pemeriksaan
lihat tanda-tanda reaksi sakit, bergerak dengan fleksibel juga gejala-gejala seperti
hematoma dan luka goresan mungkin terdapat parasit pada bagian dalam telinga
yang menyebabkan kegatalan. Pemeriksaan mata dapat dilakukan dengan

observasi yaitu mengamati hewan ketika berada di lingkungan baru, atau


mengikuti benda yang bergerak kemudian meletakkan hewan di ruangan gelap
(untuk melihat pupil) dengan pintu terbuka ke ruangan terang, berdiri di belakang
hewan dan melemparkan bola kapas ke satu sisi atau yang lain, untuk melihat
apakah hewan dapat melacak bola kapas yang jatuh. Menace response yaitu
pengujian yang dilakukan dengan sikap mengancam dengan tangan anda terhadap setiap
mata, berhati hatilah untuk tidak menyentuh kumis pasien atau bulu, dan tidak
menciptakan arus udara yang mengenai kornea. Respon normal bagi pasien yaitu
berkedip, dengan atau tanpa gerakan kepala.

Diagnosa

Hepatitis

Pemeriksaan Laboratorium

1. X-Ray (Posisi lateral focus abdomen).

Riwayat Penyakit :

Pembesaran di perut.

Interpretasi Hasil :

Tampak adanya pembesaran liver.

Tampak adanya cairan pada rongga abdomen.


Lain t.a.a
2. Abdominosintesis

3. Infus RL 30 ml SC
4. Furosemid 0,3cc IM
A. Indikasi
Merupakan golongan diuretik umum digunakan di banyak spesies untuk pengobatan
kardiomiopati kongestif, edema paru, edema ambing, nefropati hypercalcuric, uremia, sebagai
terapi tambahan pada hiperkalemia & kadang-kadang, sebagai antihipertensi agen. Digunakan di
kuda pacu untuk mencegah / mengurangi EIPH.
B. Kontraindikasi
Pasien dengan anuria, hipersensitivitas, atau dehidrasi elektrolit derajat berat.
C. Perhatian
Pasien dengan keseimbangan elektrolit yang sudah ada atau dehidrasi, gangguan fungsi
hati, diabetes mellitus.
D. Efek Samping

Cairan & elektrolit (khususnya hiponatremia), yang lain termasuk: ototoxicity, distress
GI, efek hematologi, ototoxicity, kelemahan, dan azotemia mendorong berkurangnya asupan
makanan dan dehidrasi.
E. Penggunaan
Furosemide digunakan untuk aktivitas diuretik dalam semua spesies. Hal ini digunakan
pada hewan kecil untuk pengobatan kardiomiopati kongestif, edema paru, nefropati
hypercalcuric, uremia, sebagai terapi tambahan pada hiperkalemia dan sesekali, sebagai agen
antihipertensi. Pada sapi, itu adalah disetujui FDA untuk digunakan untuk pengobatan pasca
nifas ambing edema. Telah digunakan untuk membantu mencegah atau mengurangi epistaksis
(latihan-induced perdarahan paru, EIPH) pada kuda pacu.
F. Farmakodinamik
Furosemide mengurangi penyerapan elektrolit pada bagian menaik lengkung Henle,
menurunkan reabsorpsi sodium dan klorida dan meningkatkan ekskresi kalium di tubulus ginjal
distal, dan langsung transportasi elektrolit efek dalam tubulus proksimal. Mekanisme yang tepat
dari efek furosemide yang belum sepenuhnya didirikan. Ini tidak berpengaruh pada karbonat
anhidrase juga tidak memusuhi aldosterone. Furosemide meningkatkan ekskresi ginjal air,
natrium, kalium, klorida, kalsium, magnesium, hidrogen, amonium, dan bikarbonat. Pada anjing,
ekskresi kalium dipengaruhi lebih sedikit dibandingkan adalah natrium, hiponatremia mungkin
lebih menjadi perhatian daripada hipokalemia. Hal ini menyebabkan beberapa dilatasi vena pada
ginjal dan transiently meningkatkan tingkat filtrasi glomerulus (GFR). Aliran darah ginjal
meningkat dan penurunan resistensi perifer dapat terjadi. Sementara furosemide meningkatkan
sekresi renin, karena dampaknya pada nefron, kenaikan natrium dan retensi air tidak terjadi.
Furosemide dapat menyebabkan hiperglikemia, tetapi untuk tingkat yang lebih rendah daripada

dosis tinggi thiazides. Pada (10-12 mg / kg), toraks aliran getah bening saluran meningkat pada
anjing. Pada kuda, kelinci percobaan dan manusia, furosemide memiliki beberapa efek
bronchodilative. Kucing dilaporkan lebih sensitif dibandingkan spesies lainnya terhadap efek
diuretik furosemide.
G. Farmakokinetik
Furosemide telah dipelajari secara terbatas pada hewan domestik. Pada anjing,
bioavailabilitas oral adalah sekitar 77% dan eliminasi waktu paruh kira-kira 1-1,5 jam pada
manusia. Furosemide adalah 60-75% diserap setelah pemberian oral. Efek diuretik berlangsung
dalam waktu 5 menit setelah pemberian IV dan dalam waktu satu jam setelah dosis oral. Efek
puncak terjadi sekitar 30 menit setelah dosis IV, dan 1-2 jam setelah dosis oral. Obat ini sekitar
95% terikat pada protein plasma pada pasien azotemic dan normal. Serum paruh adalah sekitar 2
jam, tetapi berkepanjangan pada pasien dengan gagal ginjal, uremia, CHF, dan pada neonatus.
H. Dosis
Pada anjing dan kucing sebagai diuretik umum: a) 2,5-5 mg / kg (dosis yang lebih rendah
disarankan untuk kucing) sekali atau dua kali sehari pada interval 6-8 jam PO, IV atau IM.

5. Vicillin 0,4cc IM
A. Indikasi
Pada anjing dan kucing, ampisilin tidak serta diserap setelah pemberian oral amoksisilin
dan penggunaan oral yang sebagian besar telah digantikan oleh amoksisilin. Hal ini umum
digunakan dalam bentuk sediaan parenteral ketika aminopenicillin ditunjukkan pada semua
spesies. Ampisilin pada dosis tinggi, masih merupakan obat yang efektif untuk mengobati
penisilin sensitif enterococci, terutama E. faecium. Aminoglikosida (misalnya, gentamisin)

sering ditambahkan untuk mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh Enterococcus
aminopenicillins organisms.The penisilin-sensitif, juga disebut "spektrum luas" atau ampisilin
penisilin, telah meningkatkan aktivitas terhadap banyak strain bakteri aerob gram-negatif tidak
tercakup baik oleh penisilin alam atau penisilin penisilinase-tahan, termasuk beberapa strain E.
coli, Klebsiella, dan Haemophilus.
B. Farmakodinamik
Seperti penisilin lainnya, ampisilin adalah tergantung waktu, bakterisida (biasanya) agen
yang bertindak menghambat melalui sintesis dinding sel. Ampisilin dan aminopenicillins lainnya
telah meningkatkan ketahanan aktivitas terhadap banyak strain bakteri aerob gram-negatif tidak
tercakup baik oleh penisilin alam atau penisilin penisilinase, termasuk beberapa strain E. coli,
Klebsiella, dan Haemophilus. Seperti penisilin alami, mereka rentan terhadap inaktivasi oleh
bakteri penghasil beta-laktamase (misalnya, Staphylococcus aureus). Meski tidak aktif sebagai
penisilin alami, mereka memiliki aktivitas terhadap banyak bakteri anaerob, termasuk organisme
klostridial. Organisme yang umumnya tidak rentan termasuk Pseudomonas aeruginosa, Serratia,
Proteus Indole-positif (Proteus mirabilis rentan), Enterobacter, Citrobacter, dan Acinetobacter.
Para aminopenicillins juga tidak aktif terhadap Rickettsia, mikobakteri, jamur, Mycoplasma, dan
virus. Untuk mengurangi inaktivasi penisilin oleh beta-laktamase, kalium klavulanat dan
sulbaktam telah dikembangkan untuk menonaktifkan enzim ini dan memperluas spektrum
tersebut penisilin.
C. Farmakokinetik
Ampisilin trihidrat anhidrat dan relatif stabil dengan adanya asam lambung. Setelah
pemberian oral, ampisilin sekitar 30-55% diserap pada manusia (perut kosong) dan hewan
monogastrik. Makanan akan menurunkan tingkat dan luasnya absorbsi. Ketika diberikan

parenteral (IM, SC) garam trihidrat akan mencapai tingkat serum sekitar 1/2 orang dari dosis
yang sebanding dari garam natrium. Trihidrat bentuk sediaan parenteral tidak boleh digunakan di
mana lebih tinggi MIC diperlukan untuk mengobati penyerapan infeksi. Setelah sistemik,
volume distribusi untuk ampisilin adalah sekitar 0,3 L / kg pada manusia dan anjing, 0.167 L / kg
pada kucing, dan 0,16-0,5 L / kg pada sapi. Obat ini didistribusikan secara luas ke berbagai
jaringan, termasuk hati, paru-paru, prostat (manusia), otot, empedu, dan asites, pleural dan cairan
sinovial. Ampisilin akan menyeberang ke CSF ketika meninges meradang dalam konsentrasi
yang dapat berkisar 10-60% yang ditemukan dalam serum. Tingkat yang sangat rendah obat
yang ditemukan dalam aqueous humor, tingkat rendah yang ditemukan pada air mata, keringat
dan air liur. Ampisilin melintasi plasenta, namun dianggap relatif aman digunakan selama
kehamilan. Ampisilin adalah sekitar 20% terikat pada protein plasma, terutama albumin. Tingkat
ampisilin di dalam susu dianggap rendah. Dalam menyusui sapi perah, susu untuk rasio plasma
adalah tentang 0.3.Ampicillin dihilangkan terutama melalui mekanisme ginjal, terutama oleh
sekresi tubular, tetapi beberapa obat dimetabolisme oleh hidrolisis menjadi asam penicilloic
(aktif) dan kemudian diekskresikan dalam urin. Penghapusan paruh ampisilin telah dilaporkan
45-80 menit pada anjing dan kucing, dan 60 menit pada babi.
D. Dosis
Pada anjing untuk infeksi rentan:
a) Untuk infeksi Gram-positif: 10-20 mg / kg PO dua kali sehari, 5 mg / kg IM, SC dua
kali sehari, 5 mg / kg IV tiga kali daily.For infeksi Gram-negatif: 20-30 mg / kg PO tiga kali
sehari, 10 mg / kg IM, SC tiga kali sehari, 10 mg / kg IV empat kali sehari (Aucoin 2000).
b) untuk rentan ISK: 12,5 mg / kg PO q12h selama 3-7 hari, 6.6 mg / kg IM atau SC q12h
selama 3-7 hari; untuk infeksi jaringan lunak rentan: 10-20 mg / kg PO, IM atau SC q8h selama

7 hari, sebab pneumonia, sistemik: 22 mg / kg PO, IV atau SC q8h selama 7-14 hari, untuk
meningitis, infeksi ortopedi: 22 mg / kg PO, IV, IM, SC q6-8h selama diperlukan, sebab sepsis
rentan, bakteremia: 20-40 mg / kg IV, IM atau SC q6-8h untuk selama diperlukan, sebab sepsis
neonatorum: 50 mg / kg IV atau intraosseous q4-6h selama diperlukan, sebab infeksi ortopedi
rentan atau meningitis: 22 mg / kg IV, IM, SC, atau PO q6-8h untuk sebagai selama diperlukan
(Greene et al 2006.).
c) Untuk sepsis: 20-40 mg / kg IV q6-8h (Hardie 2000).
d) Untuk rentan ISK: 25 mg / kg PO q8h (Polzin 2005).
e) Untuk menghilangkan fase leptospiremic leptospirosis: 22 mg / kg q6-8h IV selama
penyakit akut sampai pasien adalah makan, maka amoksisilin 22 mg / kg PO q8h (Lunn 2006).
Pada kucing untuk infeksi rentan:
a) Untuk infeksi Gram-positif: 10-20 mg / kg PO dua kali sehari, 5 mg / kg IM, SC dua
kali sehari, 5 mg / kg IV tiga kali sehari, Untuk infeksi Gram-negatif: 20-30 mg / kg PO tiga kali
sehari, 10 mg / kg IM, SC tiga kali sehari, 10 mg / kg IV empat kali sehari (Aucoin 2000)
b) untuk rentan ISK: 20 mg / kg PO q8-12h selama 7-14 hari ; untuk infeksi jaringan
lunak 20-40 mg / kg PO q8-12h selama 14 hari, untuk infeksi sistemik: 7-11 mg / kg IV, IM atau
SC q8-12h selama diperlukan; (. Greene et al 2006) c) Untuk sepsis: 20-40 mg / kg IV q6-8h
(Hardie 2000)
6. Biosolamin 0,3cc IM

R/

Cefadroxil
A. Indikasi

100 mg

Cefadroxil telah disetujui FDA untuk terapi oral dalam mengobati infeksi rentan kulit,
jaringan lunak, dan saluran genitourinari pada anjing dan kucing. Tablet lisan hewan telah
dihentikan (di Amerika Serikat), tetapi kapsul lisan manusia berlabel dan tablet masih tersedia.
B. Farmakodinamik
Sebuah generasi pertama sefalosporin, sefadroksil menunjukkan aktivitas terhadap
bakteri biasanya ditutupi oleh kelas ini. Sefalosporin generasi pertama biasanya bakterisida dan
bertindak melalui penghambatan dinding sel synthesis.While mungkin ada perbedaan dalam
MIC untuk individu sefalosporin generasi pertama, spektrum aktivitas mereka cukup mirip.
Mereka umumnya memiliki cakupan yang sangat baik terhadap sebagian besar patogen gram
positif, variabel cakupan miskin terhadap sebagian besar patogen gram negatif. Obat ini sangat
aktif in vitro terhadap grup A beta-hemolitik dan B Streptococcus, non-enterococcal grup D
Streptococcus (S. bovis), Staphylococcus intermedius dan aureas, Proteus mirabilis dan beberapa
strain E. coli, Klebsiella spp., Actinobacillus, Pasturella, Haemophilus equigenitalis, Shigella dan
Salmonella. Dengan pengecualian Bacteroides fragilis, sebagian besar anaerob sangat rentan
terhadap agen generasi pertama. Kebanyakan spesies Corynebacteria rentan, tapi C. equi
(Rhodococcus) biasanya resisten. Strain Staphylococcus epidermidis biasanya sensitif terhadap
obat diberikan parenteral 1st generasi, tetapi mungkin memiliki kerentanan variabel dengan obat
oral. Bakteri berikut ini secara teratur resisten terhadap agen generasi 1: Grup D streptococci /
enterococci (S. faecalis, S. faecium), Methicillin-resistant Staphylococcus, indole-positif Proteus
spp, Pseudomonas spp, Enterobacter spp, Serratia spp, dan Citrobacter spp.
C. Farmakokinetik
Cefadroxil dilaporkan diserap dengan baik setelah pemberian oral untuk anjing tanpa
memperhatikan status makan. Setelah dosis oral 22 mg / kg, kadar serum puncak sekitar 18,6

mikrogram / mL terjadi dalam waktu 1-2 jam dari dosis. Hanya sekitar 20% dari obat terikat
pada protein plasma anjing. Obat ini diekskresikan ke dalam urin dan memiliki paruh sekitar 2
jam. Lebih dari 50% dari dosis dapat dipulihkan tidak berubah dalam urin dalam waktu 24 jam
dari kucing dosing.In, waktu paruh serum telah dilaporkan sebagai sekitar 3 penyerapan
hours.Oral dari sefadroksil pada kuda dewasa setelah suspensi oral diberikan ditandai sebagai
miskin dan tidak menentu. Dalam studi yang dilakukan pada anak kuda (Duffee, Christensen,
dan Craig 1989), bioavailabilitas oral berkisar 36-99,8% (rata-rata = 58,2%), rata-rata waktu
paruh eliminasi adalah 3,75 jam setelah dosis oral.

D. Kontraindikasi
Sefalosporin adalah kontraindikasi pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
mereka. Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalosporin hati-hati pada pasien yang
didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik beta-laktam lainnya (misalnya, penisilin,
cefamycins, carbapenems).
Antibiotik sistemik oral tidak boleh diberikan pada pasien dengan septikemia, shock atau
lainnya penyakit serius seperti penyerapan obat dari saluran pencernaan dapat secara signifikan
tertunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus digunakan untuk kasus ini.
E. Dosis
Pada anjing untuk infeksi rentan :
a) 22 mg / kg PO dua kali sehari. Mengobati infeksi kulit dan jaringan lunak selama
setidaknya 3 hari, dan infeksi GU untuk setidaknya 7 hari. Perlakukan selama minimal 48 jam

setelah hewan afebris dan tanpa gejala. Evaluasi kembali terapi jika tidak ada respon setelah 3
hari pengobatan. Terapi maksimum adalah 30 hari. (Insert Package; Cefa-Tabs -Fort Dodge-).
b) Untuk infeksi Staph rentan:. 30 mg / kg PO q12h (mungkin tidak dosis yang cukup
untuk non-ISK yang disebabkan oleh E. coli) (Campbell & Rosin 1998).
c ) untuk ISK: 11-22 mg / kg PO q12h untuk 7-30 kulit daysfor, pioderma: 22-35 mg / kg
PO q12h untuk 3-30 daysfor sistemik, infeksi ortopedi: 22 mg / kg PO q8-12h selama 30 hari
(Greene & Watson 1998), (Greene et al 2006.).
d) 10 mg / kg q12h untuk infeksi gram positif rentan, 30 mg / kg setiap 8 jam untuk
infeksi gram negatif rentan (Aucoin 2000).
e) untuk anjing pioderma / menular otitis: 22 mg / kg PO q12h (Kwochka 2003);
(Kwochka 2002).
f) Untuk ISK: 10-20 mg / kg PO q8h. Untuk urethrocystitis akut, pengobatan mungkin 710 hari, karena urethrocystitis kronis, hingga 4 minggu pengobatan mungkin diperlukan, karena
pielonefritis, 4-8 minggu mungkin cukup (Brovida 2003).
g) Untuk ISK: 30 mg / kg PO q8h (Dowling 2009) h) Untuk dangkal dan dalam bakteri
pioderma: 22-33 mg / kg PO 2-3 kali sehari (Beale & Murphy 2006).
Pada kucing untuk infeksi rentan :
a) Untuk ISK: 22 mg / kg PO sekali sehari selama 21 hari atau kulit lessFor, pioderma:
22-35 mg / kg PO q12h untuk 3-30 daysfor sistemik, infeksi ortopedi: 22 mg / kg PO q8-12h
selama 30 hari (Greene & Watson 1998)
b) 10 mg / kg q12h untuk infeksi gram positif rentan, 30 mg / kg setiap 8 jam untuk
infeksi gram negatif rentan (Aucoin 2000).
c) 22 mg / kg PO q12h (Lappin 2002).

Methiosone

1/3

Furosemid

4 mg

Aspar K

A. Indikasi.
Digunakan untuk pengobatan atau pencegahan hypokalemia
B. Kontraindikasi
Hiperkalemia, gagal ginjal atau gangguan ginjal berat, reaksi hemolitik yang parah,
penyakit yang tidak diobati Addison, dehidrasi akut, gangguan motilitas GI (bentuk sediaan oral
padat).

C. Farmakodinamik
Kalium adalah kation intraseluler utama dalam tubuh. Hal ini penting dalam
mempertahankan tonisitas seluler, saraf transmisi impuls, halus, skeletal dan jantung kontraksi
otot, dan pemeliharaan fungsi ginjal normal. Kalium juga digunakan dalam pemanfaatan
karbohidrat dan protein persyaratan synthesis.Potassium pada anjing dewasa adalah sekitar 3,7
mEq / kg / hari, dan pada kucing dewasa sekitar 1,5 mEq / kg / hari. Anak anjing dan anak
kucing membutuhkan kalium diet lebih tinggi daripada hewan dewasa.
D. Farmakokinetik
Sekitar 98% dari total kalium tubuh ditemukan dalam ruang cairan intraseluler sementara
hanya 2% dalam ruang cairan ekstraseluler. Plasma pH dapat mengubah distribusi. Asidosis
dapat menggeser kalium dari ruang intraseluler dan sebaliknya, alkalosis bergeser kalium ke
dalam ruang intraseluler. Kalium terutama (80-90%) diekskresikan melalui ginjal dengan

mayoritas sisanya diekskresikan dalam tinja. Jumlah yang sangat kecil dapat diekskresikan
dalam keringat (hewan dengan kelenjar keringat).
D. Dosis
Untuk hipokalemia: a) Perawatan hipokalemia ringan kronis (3,0-3,5 mEq / L) dapat
dicapai dengan langkah-langkah diet atau tersedia secara komersial lisan tablet suplemen kalium
dan ramuan (diencerkan dalam air) di 0,5-1 mEq / kg dicampur dalam makanan sekali atau dua
kali sehari. Jika menggunakan tersedia secara komersial Tumil-K bubuk, itu tertutup pada
sendok teh (2 mEq) per 4,5 kg berat badan PO dalam makanan dua kali sehari; menyesuaikan
sebagai necessary.For sedang sampai berat (<3,0 mEq / L) atau hipokalemia akut dengan atau
tanpa alkalosis metabolik membutuhkan administrasi IV kalium, tidak ada rumus yang akurat
untuk menghitung jumlah persisnya KCL diperlukan untuk memulihkan normokalemia. Tingkat
pemberian KCL intravena adalah lebih penting daripada jumlah total diberikan. Dalam sebagian
besar keadaan tingkat tidak boleh melebihi 0,5 mEq / kg / jam. Tapi, dalam situasi yang paling
mengerikan (kalium serum <2,0 mEq / L), tingkat dapat ditingkatkan sampai 1,5 mEq / kg / jam
bersama dengan pemantauan EKG dekat. Nilai yang melebihi lebih dari 10 mEq / jam untuk
hewan kecil (<10 kg berat badan) dapat berpotensi mengancam nyawa karena efek dari solusi
yang lebih terkonsentrasi pada dinding ventrikel kanan, jika solusi yang diberikan melalui pusat
intravena line.KCL cairan dilengkapi juga dapat dengan aman diberikan pada pasien dengan
berat kurang dari 10 kg. Cairan isotonik seperti Ringer Laktat atau 0,9% garam yang
mengandung 30-35 mEq / L KCl per Liter dan diberikan dengan dosis 150 mL SC setiap 12 jam.
(Schaer 2009).
Surbex Z

S.L

q.s

m.f.l.a pulv da in caps dtd No XIV


S.2.d.d caps I

BAB 4 PEMBAHASAN

Ascites sesungguhnya adalah gambaran gejala klinis berdasarkan dari akumulasi cairan
serous/serosanguinous intra peritoneal dan merupakan tanda dari penyakit yang digunakan untuk
mengidentifikasi kausa utama. Ascites dapat disebabkan oleh sebagai berikut :
a) Peningkatan tekanan portal yang diikuti oleh perkembangan aliran kolateral melaui lower
pressure pathways. Hipertensi portal memacu pelepasan nitric oxide, menyebabkan
vasodilatasi dan pembesaran ruang intavaskuler. Tubuh berusaha mengoreksi
hipovolemia yang terdeteksi (perceived hypovolemia) ini dengan memacu faktor-faktor
antinatriuretik dan vasokonstriktor yang memicu retensi cairan dan garam, dengan
demikian mengganggu keseimbangan Starling forces yang mempertahankan hemostasis

cairan. Lalu, cairan itu mengalir (seperti berkeringat) dari permukaan hati (liver) dan
mengumpul di rongga perut (abdominal cavity).
b) Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esopahagus, maka kadar plasma protein
dapat menurun, sehingga tekanan koloid osmotic menurun pula, kemudian terjadilah
asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan
menghilang walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi). Hipertensi portal
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun menurun.
Hal ini meningkatkan aktifitas plasma renin sehingga aldosteron juga meningkat.
Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit terutama natrium, dengan
peningkatan aldosteron maka terjadi retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan
retensi cairan.
c) Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum. Pada
keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya, maka
pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya menurun, sehingga tekanan koloid
osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat
merupakan tandan kritis untuk timbulnya asites.
Cairan bersifat transudat intra peritoneal yang disebut sebagai hidrops ascites dapat berasal dari
plasma yang berefusi dari pembuluh darah terutama akibat gangguan keseimbangan protein.
Menurut Macfarlane (2000), kongesti dan oedema adalah akibat dari penurunan tekanan
osmotik darah dan peningkatan tekanan hidrostatik vena. Rendahnya protein dalam darah
berakibat pada dua hal yaitu rendahnya daya ikat air serta penurunan osmolaritas darah.
Karakteristik biokimia dan sitologi dari cairan asites dapat membantu membedakan
penyebabnya.
Gambaran cairan yang diambil dengan spuit menggunakan tehnik abdominosintecis berwarna
kuning kemerahan. Tipe ini menggambarkan tipe cairan modified transudate karena transudat

modifikasi memiliki tingkat protein yang lebih tinggi dan jumlah sel lebih tinggi. Hati atau
posthepatic hipertensi portal dapat menyebabkan akumulasi dari transudate dimodifikasi. Portal
Posthepatic hasil hipertensi ketika tingkat obstruksi aliran adalah baik dalam vena hepatik atau
ekor vena cava seperti dengan pengkusutan dari vena, gagal jantung sisi kanan, atau tamponade
jantung. Hal ini menyebabkan pembentukan getah bening hati meningkat pada sinusoid, dengan
kebocoran berikutnya ke dalam rongga abdomen melalui kapsul hati. Salah satunya penyebab
dari asites dengan tipe transudat modifikasi adalah obstruksi pada pembuluh limfa. Fungsi dari
pembuluh limfa antara lain adalah mengangkut cairan dan protein dari jaringan tubuh ke dalam
darah, menghancurkan mikroorganisme seperti bakteri dan mengangkut emulsi lemak dari usus
kedalam darah. Blokade pada pembuluh limfa menyebabkan drainase pada jaringan ke seluruh
tubuh, terutama peritoneum dan menarik sel imun ke tempat yang membutuhkannya tanpa
melalui pembuluh limfa. Salah satu penyebab dari obstruksi pada pembuluh limfa adalah luka
atau cedera. Hal ini sesuai dengan hasil anamnesa bahwa kucing Choki diduga pernah
mengalami kecelakaan sebelumnya.
Cairan limfa berwarna kuning keputih-putihan yang disebabkan karena adanya
kandungan lemak dari usus. Jika darah tersusun dari banyak sel-sel darah, maka pada limfa
hanya terdapat satu macam sel darah, yaitu limfosit, yang merupakan bagian dari sel darah putih.
Limfosit inilah yang akan menyusun sistem imunitas pada tubuh, karena dapat menghasilkan
antibodi. Cairan limfa juga memiliki kandungan protein seperti pada plasma darah, namun pada
limfa ini kandungan proteinnya lebih sedikit dan mengandung lemak yang dihasilkan oleh usus.
Perbedaan lain juga terlihat pada pembuluh limfa. Berbeda dengan pembuluh darah, pembuluh
limfa ini memiliki katup yang lebih banyak dengan struktur seperti vena kecil dan bercabangcabang halus dengan bagian ujung terbuka. Dari bagian yang terbuka inilah cairan jaringan tubuh

dapat masuk ke dalam pembuluh limfa. Apabila pembuluh limfa mengalami obstruksi, maka
cairan dari jaringan tubuh tidak dapat masuk kedalam pembuluh limfa, yang akhirnya cairan dari
pembuluh darah tertarik keluar jaringan berada di rongga peritoneum.

Gambar 4.1. Mekanisme Obtruksi Limfatic


Pada ascites tipe modified transudat, cairan tersebut berwarna kuning dan sedikit
kemerahan. Cairan modified transudat mengandung sel makrofag dan sel limfosit, kedua sel
tersebut dapat ditemukan pada pembuluh limfa serta warna kuning pada cairan tersebut adalah
lemak.
Apabila cairan tertarik keluar jaringan dan pembuluh darah, padahal cairan tersebut
banyak mengandung K+, hal ini mengakibatkan hipokalemia pada pembuluh darah dan jaringan
tubuh. Apabila hal ini terjadi secara kronis ini mengakibatkan Na K pump di sel tidak berjalan,
sehingga ATP tidak dapat dipecah menjadi ADP, yang mengakibatkan hewan menjadi lemas.
Oleh karena itu untuk pengobatan kausatif dibutuhkan obat yang mengandung Kalium . Selain
itu hal ini disebabkan karena pemberian furosemid yang dapat meningkatkan ekskresi K karena
bersifat aktivitasnya sebagai diuretic agent).
Pada terapi kucing Choki digunakan Aspar K, obat ini mengandung Kalium Aspartat
yang memiliki indikasi terhadap penyakit hipokalemia. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan Kalium di dalam jaringan dan pembuluh darah.

Apabila rongga peritoneum kotor dan banyak mengandung protein dan lemak, kondisi ini
merupakan lingkungan yang bagus untuk tempat perkembangbiakan bakteri. Hal ini dapat
mengakibatkan rongga peritoneum terinfeksi bakteri yang juga menginfeksi organ viscera
didalam rongga abdomen. Sebagai tindakan kuratif agar organ viscera tidak terinfeksi bakteri
maka diberikan Cefadroxil per oral. Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan
sefalosforin untuk pemakaian oral. Golongan sefalosforin secara kimiawi memiliki mekanisme
kerja dan toksisitas yang serupa dengan penicillin. Sefalosforin lebih stabil daripada penicillin
terhadap banyak bacteria beta-laktamase sehingga biasanya mempunyai spektrum aktivitas yang
lebih luas. Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan
dinding sel. Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus
(termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus
mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis. Cefadroxil merupakan antibiotic golongan
sefalosforin generasi pertama. Pada umumnya generasi pertama tidak dapat mengalami penetrasi
pada system saraf pusat dan tidak dapat digunakan untuk mengobati meningitis. Senyawasenyawa generasi pertama memiliki aktivitas yang lebih baik terhadap organisme-organisme
gram positif dibandingkan organisme-organisme aerob gram negative.
Cefadroxil diabsorbsi dari usus dan dimetabolisme di hepar. Konsentrasi dalam urine
biasanya sangat tinggi, namun kadar dalam jaringan umumnya beragam dan lebih rendah
dibandingkan dengan kadar dalam serum. Ekskresi terutama terjadi di ginjal melalui filtrasi
glomeruler dan sekresi tubulus ke dalam urine. Agen-agen penghambat proses sekresi tubulus,
misalnya probenesid, dapat meningkatkan kadar serum dalam jumlah besar. Dosis
dikurangi pada pasien-pasien dengan kerusakan fungsi ginjal.

harus

Sebagai terapi simtomatis, dapat digunakan furosemide sebagai obat diuretika. Hal ini
dibutuhkan untuk mengurangi distensi abdomen yang diakibatkan oleh penimbunan cairan di
rongga peritoneum. Tetapi furosemide ini bekerja mengurangi jumlah cairan didalam jaringan
bukan diluar jaringan seperti pada kasus ascites dimana cairan berada di luar jaringan (rongga
peritoneum).
Sebagai terapi suportif kepada kucing Choki digunakan Surbex Z. Surbex Z merupakan
multivitamin lengkap yang diperlukan tubuh untuk memelihara kesehatan tubuh. Surbex Z
merupakan gabungan vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh agar tidak mudah sakit.
Kode Z merupakan tanda multivitamin ini memiliki konsentrasi mineral ZINC dalam batas yang
diperlukan tubuh yaitu 100 mg/hari. Mineral ZINC merupakan mineral penting bagi tubuh
terutama untuk melindungi fungsi liver atau hati dari ancaman kerusakan kimiawi akibat bahan
tambahan makanan yang tidak layak atau obat-obatan, diperlukan untuk sintesa protein dan
pembentukan kolagen, mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya
infeksi sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit serta mempercepat kesembuhan luka.
Manfaat lain yaitu membantu mengatasi rasa kering dimulut atau tenggorokan dan gangguan
selera makan. Komposisi dari Surbex Z yaitu vitamin C 500 mg, Nicotinamide 100 mg, vitamin
E 30 IU, calcium pantothenate (Pantothenic acid) 20 mg, vitamin B1 (Thiamine) 15 mg, vitamin
B2 (Riboflavin) 15 mg, vitamin B6 (Prydoxine hydrochloride) 20 mg, vitamin B12 12 mcg, volic
acid 150 mcg dan zinc (equivalen to 100 mg of zincsulfate) 22,5 mg.
Perbedaan Surbex Z dengan Surbex T adalah dimana surbex T tidak mengandung konsentrasi
mineral ZINC. Sedangkan Surbex T mengandung vitamin C 500 mg bermanfaat bagi tubuh.
Diantaranya adalah untuk membantu memelihara daya tahan tubuh dan sebagai antioksidan.
Komposisi Surbex T adalah vitamin C 500 mg, niasinamida 100 mg, kalsium pantothenat 20 mg,

vitamin B1 (Tiamina mononitrat) 15 mg, vitamin B2 (Riboflavin) 10 mg, vitamin B6 (Pridoksina


hidroklorida) 5 mg, vitamin B12 (Sianokobalamina) 4 mcg.
Berdasarkan dari temperatur, temperatur normal kucing adalah 38.0 C 39.1 C,
sedangkan pada kucing Chiko adalah 39.2 C, hal ini mengindikasikan temperature tubuh kucing
Chiko diatas nilai normal temperatur kucing, kucing Chiko mengalami demam (pireksia atau
febris atau hipertermi). Penyebab dari peningkatan suhu tubuh tergantung dari jenisnya.
Penyebab demam pada kucing Chiko adalah karena adanya infeksi bakteri. Demam juga
dapat

disebabkan

gangguan

otak

atau

akibat

bahan

toksik

yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu. Zat yang dapat menyebabkan efek


perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan
demam disebut pirogen. Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri
toksik atau pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen.

Pada

mekanisme

ini,

bakteri

atau

pecahan

jaringan

akan

difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh


bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan
bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang
disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika
sampai

di

hipotalamus

akan

menimbulkan

demam

dengan

cara

meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 10 menit. Sedikitnya


sepersepuluh juta gram endoroksin lipopolisakarida dari bakteri, bekerja

dengan cara ini secara bersama-sama dengan leukosit darah, makrofag


jaringan, dan limfosit pembunuh dapat menyebabkan demam.
Interleukin-1 menyebabkan demam, pertama-tama akan merangsang sel-sel epitel
hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat
yang di keluarkan oleh hipotalamus akan memacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai
kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (diatas suhu normal).
Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan thermostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa
suhu tubuh sekarang di bawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/menggigil.
Adanya proses menggigil (pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas
tubuh yang lebih banyak. Dan terjadilah demam.
Nilai normal pulsus pada kucing adalah 90 bpm 120 bpm. Pulsus
Kucing Chiko adalah 108 bpm yang masih termasuk dalam kategori normal.
Pada keadaan patologis, frekuensi pulsus yang menurun dapat terjadi karena adanya penurunan
aktivitas jantung. Sedangkan respirasi kucing Chiko adalah 84 kali/menit. Kondisi
pada kucing Chiko tersebut dapat dikatakan mengalami panting. Nilai
respirasi normal pada kucing adalah 20 30 kali/menit. Kucing Chiko
mengalami demam, karena tubuh kucing ditutupi oleh bulu, maka cara yang
utama untuk mengeluarkan panas tubuh adalah dengan panting.

CATATAN
Penyebab lain ascites yang terjadi pada kucing Chiko, selain obstruksi pembuluh limfe

akibat trauma adalah sebagai berikut :


1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan akibat benda tumpul yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.
Jenis anemia
Berdasarkan penyebab, jenis anemia dibagi menjadi :
1.Anemia defisiensi besi yaitu anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi.
2.Anemia megaloblastik yaitu anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12.
3.Anemia hemolitik yaitu anemia yang terjadi karena pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari
pembentukan.
4.Anemia aplastik yaitu anemia yang terjadi karena gangguan pembentukan sel-sel darah.

Anemia yang terjadi pada kucing Chiko disebabkan oleh defisiensi zat besi.
(Konjungtiva) membrane mukosa mata tampak anemia atau warna pucat merupakan indikasi
anemia. Defisiensi besi adalah penyebab anemia tersering pada setiap Negara di dunia. Besi
merupakan satu dari unsure terbanyak pada kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan
sebab terbanyak anemia, ini disebabkan tubuhmempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap
besi tetapi sering kehilangan besi secara berlebihan karena perdarahan.

Ringer laktat merupakan cairan yang paling fisiologi yang dapat diberikan pada

kebutuhan bessar . Ringer laktat banyak digunakan sebagai replacement therapy antara lambung
, shock hipovolemik , diare , trauma dan luka bakar . Laktat yang terdapat dalam larutan ringer
laktat akan dimetabolisme oleh hati yang digunakan untuk memperbaiki keadaan seperti
asidosis metabolik . Kalium yang terdapat didalam ringer laktat tidak cukup untuk pemeliharaan
sehari hari , apalagi untuk kasus defisit kalium . Larutan ringer laktat tidak mengandung glukosa
sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan , dapat ditambahkan glukosa yang berguna
untuk mencegah terjadinya ketoris . ( Ansel , Haword , C . 1989 )
Infuse ringer laktat adalah larutan steril yang mengandung Natrium Klorida, Kalium
Klorida, Kalsium Klorida, dan Natrium Laktat dalam air untuk obat suntik. Infuse ringer laktat
mengandung berbagai macam elektrolit, sehingga digunakan untuk memenuhi kebutuhan
elektrolit ataupun cairan tubuh secara fisiologis. Ringer laktat berisi komponen-komponen
seperti Na Laktat, NaCl, KCl, dan CaCl2.2H2O. Larutan ini merupakan modifikasi dari larutan
ringer yang berfungsi sama dengan ringer laktat. Yang membedakan adalah adanya NaHCO3.
NaHCO3 memungkinkan adanya terlepasnya CO2 yang meningkatkan nilai pH atau pengendapan

CaCO3. Pada infuse ringer laktat, hal tersebut diatasi dengan menggunakan Na Laktat yang
berasal dari NaHCO3 dengan menambahkan asam laktat.
Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik.
Ion Natrium ( Na+ ) dalam injeksi berupa Natrium Klorida dapat digunakan untuk mengobati
hiponatremia, karena kekurangan ion tersebut dapat mencegah retensi air sehingga dapat
menyebebkan dehidrasi. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. NaCl digunakan
sebagai larutan pengisotonis agar sediaan infus setara dengan larutan NaCl 0,9%, dimana larutan
tersebut mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh. Kalium Klorida (KCl),
Kalium merupakan kation yang terpenting dalam cairan intraseluler dan sangat esensial untuk
mengatur keseimbangan asam basa serta isotonis sel. Ion Kalsium (Ca2 +) bekerja membentuk
tulang dan gigi, berperan dalam proses penyembuhan luka pada rangsangan neuromuskuler dan
untuk konduksi saraf dan otot. Jumlah ion Kalsium dibawah konsentrasi normal dapat
menyebabkan iritabilitas dan konvulsi. Kalsium yang dipakai dalam bentuk CaCl 2 yang lebih
mudah larut dalam air.

Anda mungkin juga menyukai