Bab 1-5
Bab 1-5
SKRIPSI
Oleh
Sendi Dwi Oktaviandi
3331071008
: 3331071008
Adalah benar hasil karya sendiri dan tidak ada duplikat dari karya orang lain,
kecuali untuk bagian yang telah disebutkan sumbernya.
ABSTRAK
Injection molding adalah salah satu operasi yang paling umum dan serba
guna untuk produksi massal pada komponen plastik yang komplek dengan
toleransi dimensional yang sempurna. Pada proses injection molding, parameter
waktu dan penekanan merupakan salah satu parameter penting yang harus
diperhatikan untuk keberhasilan proses produksi melalui injection molding.
Metode yang digunakan adalam menggunakan response surface
methodology . metode ini merupakan suatu proses perencanaan percobaan untuk
memperoleh data yang tepat sehingga dapat dianalisa dengan metode statistik
serta kesimpulan yang diperoleh dapat bersifat objektif dan valid.
Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa Parameter tekanan dan
waktu penekanan hanya memberi pengaruh terhadap sifat mekanik flexural
strength dan flexural modulus spesimen. Dari segi nilai properties yang
dihasilkan spesimen no.4 yang memiliki nilai properties terbaik. Dan dari data
output analisis shrinkage dengan menggunakan RSM didapat kesimpulan bahwa
bahwa kedua parameter proses tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap terjadinya shrinkage. Dari hasil optimasi menggunakan fitur response
surface optimizer didapat hasil setting parameter optimal adalah waktu
penekanan: 1,6898 (s), tekanan: 78,2290 (bar).
Kata kunci: injection molding, shrinkage, pressure, injection time, response
surface methodology
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia serta nikmat-Nya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan
baik yang berjudul Analisa Pengaruh Parameter Tekanan dan Waktu Penekanan
Terhadap Sifat Mekanik dan Cacat Dari Produk Injection Molding Berbahan
Polyethilene (PE).
Penulisan tugas akhir ini, merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu Teknik Mesin Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Tersusunnya tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung, untuk itu ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Sunardi, ST., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Slamet Wiyono, ST., MT selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa memberikan koreksi dan bimbingannya.
3.
Bapak Erwin, ST., MT. selaku koordinator tugas akhir dan sekaligus
sebagai Pembimbing II. Terimakasih atas segala bimbingan dan
masukannya.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Teknik Mesin Universitas Sultan ageng
Tirtayasa yang telah memberikan ilmu perkuliahan kepada penulis semasa
kuliah.
5. Orang tua, serta keluarga yang telah memberikan dukungan baik moral
maupun materil yang tidak akan pernah tergantikan.
6. Bapak Sinema Madrofa selaku pembimbing lapangan P.T Indragraha Nusa
Plasindo.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun, agar penulis dapat mengetahui dimana saja kekurangan
laporan ini. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna serta bermanfaat
khususnya bagi penulis, dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
vi
ix
PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Batasan Masalah..........................................................................
1.4
1.5
BAB II
2.1
2.5
xi
LANDASAN TEORI
Pengertian Umum Tentang Polimer....
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.3
Polietilen ......................................................................................
2.4
10
12
12
14
16
17
19
2.5.6 Thermoforming
19
21
iii
2.6
21
23
24
2.7
2.8
BAB III
26
27
28
30
31
32
36
METODE PENELITIAN
3.1
3.2
Tahap Persiapan........................................................................
38
3.3
Design of Experiment................................................................
38
38
38
3.4
39
3.5
3.6
BAB IV
37
di Lapangan...............................................................................
42
42
Pelaksanaa Pengujian................................................................
43
43
45
46
4.1
49
4.2
51
4.3
53
4.4
57
4.5
59
iv
4.5.1
59
4.5.2
65
4.5.3
93
4.6
4.7
BAB V
5.1
5.2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
11
Gambar 2.4
13
Gambar 2.5
14
Gambar 2.6
15
Gambar 2.7
15
Gambar 2.8
16
Gambar 2.9
17
18
19
20
20
21
23
23
24
25
25
26
27
31
34
Gambar 3.1
37
Gambar 3.2
41
Gambar 3.3
Tabung Hopper.........................................................................
41
Gambar 3.4
43
Gambar 3.5
44
vi
Gambar 3.6
45
Gambar 3.7
45
Gambar 3.8
46
Gambar 3.9
47
47
47
48
Gambar 4.1
50
Gambar 4.2
53
Gambar 4.3
56
Gambar 4.4
60
Gambar 4.5
61
Gambar 4.6
61
Gambar 4.7
63
Gambar 4.8
64
Gambar 4.9
64
Gambar 4.10 Contour Plot untuk Tensile Strength 5kg vs Parameter ...........
66
Gambar 4.11 Surface Plot untuk Tensile Strength 5kg vs Parameter ............
67
67
Gambar 4.13 Contour Plot untuk Modulus Young 5kg vs Parameter ...........
70
Gambar 4.14 Surface Plot untuk Modulus Young 5kg vs Parameter ............
70
71
73
73
74
Gambar 4.19 Contour Plot untuk Tensile Strength 10kg vs Parameter .........
76
Gambar 4.20 Surface Plot untuk Tensile Strength 10kg vs Parameter ..........
76
77
Gambar 4.22 Contour Plot untuk Modulus Young 10kg vs Parameter .........
79
Gambar 4.23 Surface Plot untuk Modulus Young 10kg vs Parameter ..........
79
80
vii
82
83
83
Gambar 4.28 Contour Plot untuk Tensile Strength 15kg vs Parameter .........
86
Gambar 4.29 Surface Plot untuk Tensile Strength 15kg vs Parameter ..........
86
87
Gambar 4.31 Contour Plot untuk Modulus Young 15kg vs Parameter .........
89
Gambar 4.32 Surface Plot untuk Modulus Young 15kg vs Parameter ..........
89
90
92
92
93
95
96
96
98
99
99
viii
102
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
12
Tabel 3.1
39
Tabel 3.2
40
Tabel 3.3
43
Tabel 3.4
44
Tabel 4.1
49
Tabel 4.2
52
Tabel 4.3
54
Tabel 4.4
54
Tabel 4.5
55
Tabel 4.6
58
Tabel 4.7
59
Tabel 4.8
59
Tabel 4.9
62
Tabel 4.10
62
Tabel 4.11
65
Tabel 4.12
66
Tabel 4.13
65
Tabel 4.14
69
Tabel 4.15
71
Tabel 4.16
72
Tabel 4.17
74
Tabel 4.18
75
Tabel 4.19
77
Tabel 4.20
78
Tabel 4.21
81
Tabel 4.22
81
ix
Tabel 4.23
84
Tabel 4.24
85
Tabel 4.25
87
Tabel 4.26
88
Tabel 4.27
90
Tabel 4.28
91
Tabel 4.29
94
Tabel 4.30
94
Tabel 4.31
97
Tabel 4.32
97
Tabel 4.33
Tabel 4.34
Tabel 4.35
Tabel 5.1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
sekarang ini memberi dampak yang baik serta manfaat yang besar bagi manusia
dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin
banyaknya peralatan yang telah diciptakan oleh manusia dengan berbagai model
bentuk serta kemampuan pakai yang relatif unggul dibandingkan dengan
peralatan-peralatan konvensional. Keunggulan tersebut tidak lepas dari hasil
penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli sains, yang selalu mencari
terobosan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. sehingga memudahkan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan
hidup. Diantara banyaknya peralatan dan produk yang cukup banyak diminati
masyarakat adalah plastik.
Hal ini selain disebabkan faktor kebutuhan yang makin menuntut efisiensi
dimana-mana, juga adanya kemajuan teknologi, baik kemajuan teknologi dalam
bidang
rekayasa
material
maupun
sendiri. Dalam konteks ini, kekurangan sifat plastik yang ada sekarang sudah
dapat dieliminir sehingga secara perlahan-lahan plastik mulai menggantikan
peranan besi atau baja yang selama ini mendominasi proporsi dalam suatu
mesin/peralatan. Sifat plastik yang paling menonjol saat ini adalah sifat mampu
bentuknya (formability) yang lebih baik dibanding baja. Selain itu daya redam
plastik juga lebih baik selain beratnya yang lebih ringan.
Injection molding adalah salah satu operasi yang paling umum dan serba
guna untuk produksi massal pada komponen plastik yang komplek dengan
toleransi dimensional yang sempurna. Hal ini dikarenakan pada proses ini hanya
memerlukan operasi minimal tanpa finishing. Injection molding merupakan suatu
daur proses pembentukan plastik kedalam bentuk yang diinginkan dengan cara
1
menekan plastik cair kedalam sebuah ruang (cavity). Proses injection molding
secara luas digunakan pada industri untuk memproduksi produk geometris rumit
yang dibentuk dengan produktivitas dan ketelitian tinggi tetapi dengan biaya yang
relatif rendah. Salah satu pengaplikasian dari hasil injection molding adalah untuk
produk eksterior. Karena itu tampilan permukaan eksterior merupakan hal yang
paling utama. Bagian eksterior yang cacat atau rusak adalah tantangan utama
dalam injection molding (Moerbani, 1999).
Pada proses injection molding, dengan pengaturan parameter penekanan
yang tepat dapat meningkatkan kualitas produk dan menghemat biaya produksi.
Hal ini dikarenakan parameter proses tekanan dan waktu penekanan yang pada
umumnya dilakukan oleh sistem hidrolik merupakan salah satu parameter penting
yang harus diperhatikan untuk keberhasilan proses produksi melalui injection
molding (Manas Chanda and Shalil Roy, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat penulis rumuskan
1.3
Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah tidak terlalu luas maka batasan masalah yang
diambil adalah:
1.
2.
3.
Mold yang digunakan adalah jenis single mold dan Mold temperature
yang digunakan adalah 115C dan temperatur di dalam barrel yang
digunakan adalah 150C.
5.
Mesin injection molding yang digunakan adalah Hwa Chin tipe HC450 SE.
1.4
1.5
Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika
penulisan laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab, yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, maksud dan tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan tentang teori dasar dan ulasan yang mendukung
penelitian
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Material Polimer
Plastik
Elastomer
Adesif
Pelapis
Serat
Polimer Alam
Termoplastik
Sistem Bio
Termoset
Ethenis
Fenolik
Poliamida
Poliester
Uretan
Selulosa
Silikon
Asetal
Urea
Polikarbonat
Melamin
Polimida
Epoksida
Poliester
Gambar 2.1 Klasifikasi material polimer
termoplastik
berstruktur semi
kristalin.
memiliki struktur yang lebih mirip dengan termoset daripada termoplastik. Contoh
dari elastomer adalah karet alam dan karet sintesis, seperti stiren-butadien (SBR).
Nitrile butadiene rubber (NBR), dan silicone rubber.
2.3 Polietilen
Polimerisasi etilen yang memberikan hasil polimer bermassa molekul
besar, pertama kali dilakukan oleh Fawlet dan Gibson dari ICI Ltd. di Inggris
pada tahun 1933 dengan menggunakan teknik tekanan tinggi. Penelitian ini
kemudian dilanjutkan oleh Zeigler dan Natta tahun 1953, yang menemukan
kemungkinan proses bertekanan rendah.
Produk Polietilen sendiri yang sering disebut polietena atau politena,
berdasarkan density dan berat molekul penyusunnya dikelompokkan menjadi 3
yaitu:
1.
BM
2.
3.
BM
BM
11
Kekuatan
Per-
Modulus
Kekuatan
Kekuatan
Tarik
panjangan
elastik
tekan
lentur
(MPa)
(%)
(Gpa)
(MPa)
(MPa)
HDPE
21-38
15-100
0,4-1,0
22
LDPE
7-14
90-650
1,4-2,4
12
agak lama karena pemanasan terjadi selama material berada dalam tekanan
didalam cetakan yang bersuhu tinggi.
Parameter yang harus diperhatikan dalam proses injection molding adalah
tekanan dan suhu apabila tekanan dan suhu terlalu tinggi, maka cacat flashes akan
terjadi pada produk injection molding, yaitu sirip yang melebar keluar pada garis
pemisah dua cetakan. Namun demikian, apabila tekanan dan suu rendah, maka
cacat shortshot akan terjadi pada produk injection molding, yaitu rongga cetak
tidak terisi sepenuhnya sehingga terdapat kekurangan pada bentuk produk.
Produk-produk yang dihasilkan melalui proses injection molding meliputi
produk yang berukuran besar hingga berukuran cukup kecil demikian juga produk
yang sederhana hingga sangat rumit. Contoh produk yang dihasilkan melalui
proses injection molding diantaranya printer, keyboard, casing handphone,
packaging makanan dan minuman, pesawat telepon, dashboard mobil, body
motor, helm, peralatan rumah tangga dan lain-lain.
13
15
molding
adalah
proses
pembentukan
polimer
untuk
menghasilkan produk seperti, pipa, selang, sedotan, dan produk batangan lainnya
yang memiliki bentuk penampang khusus. Mesin yang digunakan dalam proses
ini sangat menyerupai mesin pada injection molding. Pada proses extrusion
molding terdapat sebuah motor yang berfungsi untuk memutar ulir pendorong
sehingga mendorong polimer granular melewati pemanas. Polimer granular
kemudian meleleh, serta ditekan dan di dorong melewati cetakan yang memiliki
profil atau bentuk tertentu. Proses ekstrusi tersebut dapat dianalogikan seperti
menekan dan mengeluarkan pasta gigi dari tempatnya.
Polimer yang panjang dan memiliki penampang khusus tersebut kemudian
didinginkan kemudian dipotong menjadi sebuah produk. Hasil ekstrusi tidak
selalu dipotong, melainkan dapat digulung menjadi gulungan yang besar. Hal
yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah bentuk dari cetakan yang
menentukan bentuk akhir produk. Mesin untuk proses extrusion molding dapat
dilihat pada gambar 2.9.
16
17
18
2.5.6 Thermoforming
Thermoforming merupakan proses yang sangat umum digunakan untuk
menghasilkan produk plastik berbentuk cekung seperti wadah. Contoh produk
yang diproses secara thermoforming adalah gelas plastik air mineral dan nampan.
Material yang digunakan untuk proses ini haruslah termoplastik yang sudah
dibentuk menjadi lembaran melalui proses sheet forming. Lembaran plastik pada
awalnya dipanaskan secara kontinyu melalui sebuah pemanas, kemudian
dimasukkan ke bagian pencetakan dan dipotong menjadi produk yang diinginkan.
Ilustrasi skematis proses tersebut diperlihatkan pada gambar 2.12
19
20
21
merupakan proses yang paling efektif dan efisien dalam pembuatan produk plastik
berongga dengan ukuran besar. Dalam proses ini, resin polimer dimasukkan ke
dalam cetakan dan dipanaskan dengan cara diputar-putar. Pemutaran yang
dilakukan terjadi pada arah vertikal dan horizontal. Pemanasan dan pemutaran
yang konstan mampu mendistribusikan material ke bagian-bagian yang sulit
dicetak sehingga terjadi pemerataan. Ilustrasi produk rotomolding dapat dilihat
pada gambar 2.15.
Rotomolding terdiri dari empat tahapan proses, yaitu pemuatan,
pemanasan, pendinginan, dan pelepasan. Pada proses pemuatan, polimer resin
yang sudah diukur jumlahnya dimasukkan ke dalam cetakan. Beberapa cetakan
mungkin dapat dipasang pada satu mesin dalam satu siklus. Tahap kedua dimulai
ketika cetakan yang telah penuh ditutup dan dipindahkan ke dalam oven,
kemudian keduanya diputar pada sumbu vertikal dan horizontal secara perlahan.
Oleh karena ada panas yang masuk ke cetakan dan gerakan berputar,
lelehan resin akan melekat ke bagian cetakan dan terjadi pemerataan. Selanjutnya
proses pendinginan polimer dilakukan. Selama tahapan ini cetakan akan terus
dipertahankan dalam keadaan berputar, sementara udara, semburan air, atau
gabungan keduanya secara bertahap akan mendinginkan produk. Tujuan
dipertahankannya cetakan agar tetap berputar adalah untuk mempertahankan
bentuk produk dengan ketebalan merata. Produk rotational molding biasanya
produk berukuran besar yang berongga baik yang berbentuk bulat ataupun
menyerupai kubus misalnya tangki air, portal, drum besar, pembatas jalan, ember
dan tempat sampah. Produk-produk hasil rotational molding dapat dilihat pada
gambar 2.16.
22
23
reservoir dan memaksanya masuk melalui runner / kanal ke dalam cavity dengan
menggunakan panas dan tekanan.
24
2. Hopper
Hopper adalah tempat untuk meletakkan bahan baku (bijih plastik)
sebelum masuk ke barrel.
25
3. Barrel
Barrel adalah tempat screw dan selubung yang menjaga aliran
plastik ketika dipanasi oleh heater, pada bagian ini jugaterdapat heater
untuk memanaskan plastik.
4. Screw
Screw berfungsi untuk mengalirkan plastik dari hopper ke nozzle.
26
27
3. Core Side
Core side merupakan bagian yang ikut memberikan bentuk plastik
yang dicetak. Core side terletak pada moving plate yang dihubungkan
dengan ejector sehingga ikut bergerak saat dilakukan ejecting.
4. Ejector System
Ejector adalah bagian yang berfungsi untuk melepas produk dari
cavity mold.
5. Gate
Gate yaitu bagian yang langsung berhubungan dengan benda kerja,
sebagai tempat mulainya penyemprotan / injeksi atau masuknya material
ke dalam cavity.
6. Insert
Insert yaitu bagian lubang tempat masuknya material plastik ke
dalam rongga cetakan (cavity).
7. Coolant Channel
Coolant channel yaitu bagian yang berfungsi sebagai pendingin
cetakan untuk mempercepat proses pengerasan material plastik.
bentuk dan jenis gangguan atau cacat yang timbul serta pengaruhnya terhadap
produk. Macam-macam cacat pada proses injection molding ini ialah sink mark,
weld line, streaks, jetting, burns, flashes, gloss difference, stress whitening,
incompletely filled parts, air trapped, dll.
Adapun parameter-parameter yang berpengaruh terhadap proses produksi
plastik melalui metode injection molding adalah:
1. Temperatur leleh (melt temperature)
Adalah batas temperatur dimana bahan plastik mulai meleleh
jikalau diberikan enegi panas.
29
30
mengalami physical aging dan rekristalisasi. Dalam proses injektion molding ada
empat faktor yang harus diperhatikan, yaitu temperatur mold, temperatur lelehan
(melt temperature), tingkatan injeksi dan tekanan pemegang (hold pressure).
31
dibuat
sedemikian
rupa,
sehingga
memungkinkan
membuat
(2.1)
32
dimana:
Y = variabel respon
X = variabel bebas/faktor ( i = 1,2,3,,k )
= error
Hubungan antara Y dan Xi dapat dicari menggunakan orde pertama dan
orde kedua, dimana model orde pertama digunakan untuk mencari daerah optimal
dan model orde kedua digunakan untuk mencari titik optimal. Hubungan antara Y
dan X1 untuk model orde pertama dapat ditulis sebagai:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + ... + biXi
(2.2)
Dimana:
Y = respon
Xi = prediktor
bi = koefisien prediktor
Tujuan dari pembuatan model orde pertama adalah sebagai pendekatan
untuk mencari daerah optimal yang akan digunakan dalam eksperimen. Untuk
membangun model orde pertamater lebih dahulu dilakukan pengumpulan data
desain eksperimen.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan model orde
pertama antara lain:
1.
2.
optimal yang sebenarnya dengan mengikuti alur dari steepest descent yang pada
akhirnya didapatkan titik optimal yang sebenarnya.
(2.3)
Dimana:
Y = respon
X1 = prediktor
bi = koefisien prediktor
Tujuan dari pembuatan orde kedua adalah untuk menentukan titik yang
memberikan respon yang optimum. Alasan pembuatan model orde kedua
dibangun karena percobaan pertama yang dilakukan sebelumya bertujuan untuk
mencari daerah optimal yang akan digunakan dalam eksperimen berikutnya
sehingga wilayah optimum yang diperkirakan dan dieksplorasi lebih lanjut dapat
diperkirakan dengan model yang lebih kompleks.
Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan model orde
kedua antara lain:
1. Melakukan eksperimen dengan Central Composite Design.
2. Model desain eksperimen dan hasil percobaan kemudian dihitung dengan
34
merencanakan,
menyusun
dan
menguraikan
langkah-langkah
35
dengan model yang akan dikembangkan. Jika faktor dan level yang dipilih dalam
suatu eksperimen tidak tepat maka kemungkinan terjadinya ketidakcocokan model
akan sangat besar dan jika itu terjadi maka penelitian yang dilakukan bersifat bias.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
Mulai
Tahap Persiapan
Design of experiment
(DOE)
Preparasi pembuatan
spesimen
Pengolahan Data
Analisa
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
37
: 1,25s
: 1,75s
b. Tekanan
Tekanan yang digunakan adalah Tekanan yang relatif tinggi untuk kategori
micro molding process. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa level
dari tekanann yaitu sebagai berikut:
Level Low
: 60bar
: 80bar
38
istilah nilai rendah (-1), nilai medium (0) dan nilai tinggi (+1). Sehingga diperlukan
pengkodean dari data skala pengamatan ke data kode nilai rendah, medium dan
tinggi. Penetapan desain faktorial dari masing-masing faktor adalah dapat dilihat
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Desain faktorial
Spesimen
Faktor
Waktu
Tenekanan
penekanan
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
39
Pressure (bars)
60
1,25
70
1,50
80
1,75
60
1,75
70
1,25
80
1,50
60
1,50
70
1,75
80
1,25
40
41
42
Dan data sifat mekanik dasar dari bahan baku spesimen Polietilen jenis
HDPE yang didapat dari katalog distibutor dapat dilihat pada tabel berikut.
Nilai
Specific gravity
0,952 - 0,965
Satuan
g/cm
Young's modulus
600 - 1400
MPa
Tensile strength
20 - 32
MPa
Elongation at break
45 - 55
Flexural strength
90 - 95
MPa
Bending strength
20 - 45
MPa
Impact strength
0.27 - 10.9
J/cm
43
Type 1A (mm)
150
104 113
80 2
20 0,2
10 0,2
4,0 2
50,0 0,5
115,0 1
20 - 25
44
45
46
47
Pada pengujian ini digunakan metode uji lentur beban satu titik dengan
standard test yang digunakan adalah ASTM D6272. Berikut adalah skema
pengujian berdasarkan ASTM D6272.
Dimana
l : Panjang spesimen (mm)
h : Tebal spesimen (mm)
F : Gaya (N)
L : Jarak antar kedua support (mm)
R1: Sudut permukaan loader (5.0 mm 0.1 mm)
R2: Sudut support (2.0 mm 0.2 mm)
48
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
Pressure (bars)
60
1,25
70
1,50
80
1,75
60
1,75
70
1,25
80
1,50
60
1,50
70
1,75
80
1,25
Masalah yang terjadi adalah cacat pada hasil akhir spesimen. Cacat yang
terjadi adalah shrinkage. Menurut (Firdaus dan Soejono Tjitro. 2002) dalam
jurnalnya mendefinisikan shrinkage sebagai perbedaan antara dimensi produk
cetakan dengan dimensi cetakan diukur pada temperatur kamar. Untuk kecacatan
shrinkage yang terjadi pada spesimen no.1 dan no.5 dapat dilihat pada gambar
4.1.
49
(a)
(b)
Gambar 4.1 (a) spesimen no.1 dan (b) spesimen no.5
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa untuk variabel spesimen no 1
shrinkage terjadi di sisi atas bagian depan dan belakang. Sedangkan untuk
spesimen no.5 shrinkage hanya terjadi pada bagian depan spesimen. Penyusutan
material (shrinkage) dinyatakan dalam prosen, sehingga jika dirumuskan:
Shrinkage %
..............................................................................[4.1]
50
dimana :
L = besarnya penyusutan
L = ukuran sebenarnya
Jikalau spesimen yang mengalami shrinkage diaplikasikan pada rumus
diatas maka perhitungannya sebagai berikut:
-
Spesimen no.1
Shrinkage %
5,95%
Spesimen no.5
Shrinkage %
0,96%
Cacat penyusutan yang terjadi pada spesimen no.1 dan no.5 yang
51
Tensile Strength,
(MPa)
Elongation at break,
%
Modulus Young, E
(Mpa)
25,03
45,16
726,68
25,21
47,22
727,11
25,15
50,12
727,32
26,48
50,48
727,49
24,91
43,91
726,75
25,41
49,98
727,21
25,35
49,88
727,05
25,27
49,78
726,89
25,13
49,67
726,81
Average
227,94
48,46666667
727,0344444
Min
24,91
43,91
726,68
Max
26,48
50,48
727,49
Pada pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil dimana spesimen no.
4 memiliki rata-rata tensile properties yang tinggi. Sedangkan untuk spesimen no.
5 rata-rata nilai tensile properties yang dimiliki paling rendah diantara spesimen
lainnya. Menurut (bondan. 2010) kekuatan tarik pada polimer sangat dipengaruhi
oleh kerapatan media pengisi terhadap benda jadinya dan juga bisa sangat
ditentukan oleh ikatan antara filler atom yang terdapat pada permukaannya. Hal
ini yang sangat memungkinkan mempengaruhi hasil akhir dari pengujian tarik ini.
Pengujian ini juga diteliti mode perpatahan spesimen, ilustrasi dan kondisi
aktual perpatahan yang terjadi pada spesimen dapat ditunjukkan pada gambar
berikut.
52
53
Tensile Strength,
(MPa)
24,81
Modulus Young, E
(Mpa)
724,4
Deflection
(mm)
4,17
25,2
727,11
3,41
25,28
726,9
3,35
25,59
727,27
3,16
24,95
725,1
3,85
25,4
726,8
3,4
25,35
726,71
3,47
25,3
726,62
3,6
25,12
726,52
3,78
Average
25,22222222
726,3811111
3,576666667
Min
24,81
724,4
3,16
Max
25,59
727,27
4,17
Tensile Strength,
(MPa)
23,6
Modulus Young, E
(Mpa)
723,7
Deflection
(mm)
5,41
24,28
725,7
4,43
25,03
725,6
4,53
26,09
727,03
4,21
23,72
726,18
5,21
25,8
726,89
4,4
25,67
726,7
4,58
25,55
726,6
4,65
24,11
726,29
4,9
Average
24,87222222
726,0766667
4,702222222
Min
23,6
723,7
4,21
Max
26,09
727,03
5,41
54
Tensile Strength,
(MPa)
22,85
Modulus Young, E
(Mpa)
723,6
Deflection
(mm)
6,68
24,31
725,9
5,49
25,18
724,8
5,53
25,35
727,28
5,31
24
726,28
6,36
25,05
727,05
5,45
24,95
726,87
5,55
24,7
726,45
5,67
24,45
726,16
5,93
Average
24,53777778
726,0433333
5,774444444
Min
22,85
723,6
5,31
Max
25,35
727,28
6,68
Selain melalui tabel, hasil dari pengujian tekan ini juga dapat diamati dari
kondisi fisik setelah dikenakan beban. Pada gambar 4.3 dapat dilihat secara
langsung yang memperlihatkan perlakuan berat beban yang berbeda dan pengaruh
terhadap kondisi fisiknya.
(a)
55
(b)
(c)
(d)
Gambar 4.3 Kondisi aktual spesimen setelah pengujian
56
Hasil tes aktual dapat disimpulkan bahwa pada saat beban yang dikenakan
adalah 5kg setiap spesimen hanya mengalami sedikit lendutan pada sisi luar
bagian kanan (gambar 4.3a). Spesimen yang mengalami lendutan paling besar
adalah spesimen no.5 yaitu 3,96mm. Untuk pembebanan 10kg rata-rata setiap
spesimen masih mengalami lendutan, saat ini lendutan tidak hanya terjadi pada
sisi kanan tetapi sisi kiri juga terjadi lendutan (gambar 4.3 b). Untuk spesimen
no.5 terjadi crack atau retak sepanjang 2,3cm di bagian permukaan (gambar 4.3
c). Dan yang terakhir untuk pembebanan 15kg setiap spesimen mengalami
lendutan yang cukup signifikan, lendutan terbesar terjadi pada spesimen no.1.
Crack juga muncul pada spesimen no.5, kali ini crack yang muncul lebih besar
daripada crack yang terjadi pada pembebanan 10kg. Panjang crack yang terjadi
adalah 4,9cm, dan crack juga diikuti munculnya garis putih pekat bekas lekukan
akibat penekanan yang dilakukan (gambar 4.3 d).
Dari hasil pengamatan secara aktual dapat disimpulkan bahwa lendutan
terjadi apabila suatu bahan/material menerima beban tekan dengan besaran
tertentu. Dan lendutan yang terjadi pada spesimen berbanding lurus dengan gaya
yang diberikan artinya semakin besar gaya yang diberikan maka semakin besar
pula lendutan yang terjadi. Dan dari hasil pengamatan, bagian sisi spesimen yang
rusak atau mengalami crack disebabkan oleh pada saat pengujian ada ketidak
simetrisan peletakan beban terhadap permukaan spesimen satu dengan lainnya.
Ketidakseimbangan beban ini yang menyebabkan terjadinya momen pada sisi
yang diberi beban dan berakibat terjadinya crack.
57
Flexural Modulus(EB)
No.
(MPa)
(MPa)
8,17
1151,89
8,42
1179,43
8,82
1190,83
9,43
1278,88
8,24
1120,02
9,34
1227,67
9,21
1197,53
9,12
1181,73
8,93
1171,78
Average
8,853333333
1188,862222
Min
8,17
1120,02
Max
9,43
1278,88
Pada pengujian lentur ini spesimen no.4 masih lebih baik kualitas
lenturnya dibanding dengan spesimen lainnya. Pada setiap spesimen deformasi
menjadi permanen dan tidak dapat balik, dimana jika beban dilepas spesimen
tidak kembali ke bentuk awalnya. Terdapat cacat penyusutan pada spesimen no.1
dan no.5 yang mengenai sebagian permukaan spesimen yang digunakan adanya
cacat ini mengindikasikan bahwa telah terjadi kegagalan pengeringan pada
permukaan spesimen yang berarti ikatan antar atom pada material telah
mengalami perubahan. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan energi ikat antar
atom yang tentu saja mempengaruhi flexural strength dari material tersebut.
Energi ikat menjadi lebih kecil sehingga modulusnya pun semakin kecil.
58
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,80395
0,803950
0,200988
0,91
0,535
Linear
0,50513
0,505125
0,252563
1,15
0,404
Square
0,19531
0,195312
0,195312
0,89
0,400
Interaction
0,10351
0,103512
0,103512
0,47
0,531
Residual Error
0,88205
0,882050
0,220513
Pure Error
0,88205
0,882050
0,220512
1,68600
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tarik ASTM D638. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D638. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari sebesar 0,05. Oleh karena
semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan demikian
dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan data pada
uji tarik ASTM D638.
b. Uji Partial
Tabel 4.8 Koefisien regresi untuk tensile strength
Estimated Regression Coefficients for tensile_strength
Term
Coef
SE Coef
24,9100
0,4696
53,047
0,000
waktu
0,1538
0,1660
0,926
0,407
tekanan
0,1988
0,1660
1,197
0,297
Constant
59
waktu*waktu
0,4687
0,4981
0,941
0,400
waktu*tekanan
0,1137
0,1660
0,685
0,531
S = 0,4696
R-Sq = 47,7%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada antara level 0 dan -0.5 untuk parameter waktu dan tekanan. Nilai optimum
akan berada antara 24.8 - 25.
60
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon berada pada level yang mendekati 0.
99
1,0
Residual
Percent
90
50
10
1
-1
0
Residual
23,5
24,0
24,5
25,0
Fitted Value
25,5
Residual
Frequency
0,0
-0,5
-1,0
-2
1
0
0,5
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
Residual
0,5
1,0
4
5
6
7
Observation Order
Elongation
a. Tabel ANOVA
61
DF
Seq SS
Adj SS
Regression
30,4628
30,4628
Linear
6,1996
6,1996
Square
23,3586
23,3586
Adj MS
7,6157
1,79
0,294
3,0998
0,73
0,538
23,3586
5,48
0,079
0,21
0,669
Interaction
0,9045
0,9045
0,9045
Residual Error
17,0363
17,0363
4,2591
Pure Error
17,0362
17,0362
4,2591
47,4990
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tarik ASTM D638. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D638. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari tingkat signifikansi (alpha)
sebesar 0,05. Oleh karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji
tarik dengan demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk
menggambarkan data pada uji tarik ASTM D638.
b. Uji Partial
Tabel 4.10 Koefisien regresi untuk elongation
Estimated Regression Coefficients for Elongation
Term
Coef
SE Coef
Constant
43,9100
2,0637
21,277
0,000
waktu
-0,8263
0,7296
-1,132
0,321
tekanan
0,3038
0,7296
0,416
0,699
waktu*waktu
5,1263
2,1889
2,342
0,079
waktu*tekanan
0,3362
0,7296
0,461
0,669
S = 2,064
R-Sq = 64,1%
R-Sq(adj) = 28,3%
62
pada parameter yang ada memiliki nilai yang lebih besar nilai , Hal ini berarti
bahwa masing-masing parameter tidak signifikan berpengaruh pada respon untuk
model regresi awal. Parameter yang signifikan berpengaruh pada respon adalah
konstan, karena nilai p_value pada konstan lebih kecil dari tingkat signifikansi.
Sedangkan model orde kedua untuk elongation yang dihasilkan ditunjukkan
dalam persamaan berikut:
c. Analisa Grafik
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apabila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum elongation akan berada pada daerah kurang dari 44.
63
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon berada pada level yang mendekati 0.
Percent
90
50
10
1
99
-2
-1
0
1
Standardized Residual
2
1
0
-1
-2
Frequency
3
2
1
-1,5
49
Fitted Value
50
48
1,5
2
1
0
-1
-2
4
5
6
7
Observation Order
64
normal probability plot di atas juga menunjukkan data menyebar disekitar garis 0
dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat berarti bahwa data memiliki
variansi yang sama. Dengan demikian data telah lolos uji salah satu asumsi yaitu
asumsi homogenitas.
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,183406
0,183406
0,045851
0,69
0,634
Linear
0,086425
0,086425
0,043213
0,65
0,568
Square
0,083368
0,083368
0,083368
1,26
0,324
Interaction
0,013613
0,013613
0,013613
0,21
0,673
Residual Error
0,264150
0,264150
0,066038
Pure Error
0,264150
0,264150
0,066038
0,447556
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
65
Coef
SE Coef
Constant
24,9500
0,25698
97,090
0,000
waktu
-0,0063
0,09086
-0,069
0,948
tekanan
0,1038
0,09086
1,142
0,317
waktu*waktu
0,3063
0,27257
1,124
0,324
waktu*tekanan
0,0413
0,09086
0,454
0,673
S = 0,2570
R-Sq = 41,0%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
66
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apabila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum tensile strength akan berada pada daerah 24.9 - 25.
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon berada pada level yang mendekati 0.
Percent
90
50
10
1
99
-2
-1
0
1
Standardized Residual
2
1
0
-1
-2
Frequency
1,5
1,0
0,5
-1,5
25,2
25,3
Fitted Value
25,4
2,0
0,0
25,1
1,5
2
1
0
-1
-2
4
5
6
7
Observation Order
67
Modulus Young 5 kg
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode :
Tabel 4.13 ANOVA untuk modulus young 5kg
Analysis of Variance for Modulus Young
Source
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
4,54764
4,54764
1,13691
1,53
0,345
Linear
1,36463
1,36463
0,68231
0,92
0,469
Square
1,84640
1,84640
1,84640
2,49
0,190
Interaction
1,33661
1,33661
1,33661
1,80
0,251
Residual Error
2,96905
2,96905
0,74226
Pure Error
2,96905
2,96905
0,74226
7,51669
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
68
b. Uji Partial
Tabel 4.14 Koefisien regresi untuk modulus young 5kg
Estimated Regression Coefficients for Modulus Young
Term
Coef
SE Coef
725,100
0,8615
841,626
0,000
-0,146
0,3046
-0,480
0,656
tekanan
0,386
0,3046
1,268
0,274
waktu*waktu
1,441
0,9138
1,577
0,190
waktu*tekanan
0,409
0,3046
1,342
0,251
Constant
waktu
S = 0,8615
R-Sq = 60,5%
R-Sq(adj) = 21,0%
c. Analisa Grafik
69
yang dihasilkan
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum modulus young akan berada pada daerah kurang dari 725.
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon berada pada level yang mendekati 0.
70
Percent
99
50
10
1
-2
-1
0
1
Standardized Residual
2
1
0
-1
-2
725,5
Frequency
3
2
1
-2
-1
0
1
Standardized Residual
726,5
Fitted Value
727,0
726,0
2
1
0
-1
-2
1
4
5
6
7
Observation Order
Defelection 5 kg
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode :
Tabel 4.15 ANOVA untuk deflection 5kg
Analysis of Variance for Deflection
Source
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,335400
0,335400
0,083850
0,78
0,591
Linear
0,140900
0,140900
0,070450
0,66
0,566
Square
0,084050
0,084050
0,084050
0,78
0,426
Interaction
0,110450
0,110450
0,110450
1,03
0,367
Residual Error
0,428600
0,428600
0,107150
Pure Error
0,428600
0,428600
0,107150
0,764000
Total
71
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
Tabel 4.16 Koefisien regresi untuk deflection 5kg
Estimated Regression Coefficients for Deflection
Term
Coef
SE Coef
3,85000
0,3273
11,762
0,000
waktu
-0,00750
0,1157
-0,065
0,951
tekanan
-0,13250
0,1157
-1,145
0,316
waktu*waktu
-0,30750
0,3472
-0,886
0,426
waktu*tekanan
-0,11750
0,1157
-1,015
0,367
Constant
S = 0,3273
R-Sq = 43,9%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
72
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum Deflection akan berada pada daerah 3.8 - 3.9
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon yang mendekati level 0.
73
Percent
90
50
10
1
99
-2
-1
0
1
Standardized Residual
2
1
0
-1
-2
Frequency
1,5
1,0
0,5
-1,5
3,6
Fitted Value
3,8
2,0
0,0
3,4
1,5
2
1
0
-1
-2
4
5
6
7
Observation Order
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
2,85391
2,85391
0,71348
0,64
0,664
Linear
1,20633
1,20633
0,60316
0,54
0,621
Square
1,49357
1,49357
1,49357
1,33
0,313
Interaction
0,15401
0,15401
0,15401
0,14
0,730
74
Residual Error
4,48845
4,48845
1,12211
Pure Error
4,48845
4,48845
1,12211
7,34236
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
Tabel 4.18 Koefisien regresi untuk tensile strength 10kg
Estimated Regression Coefficients for Tensile Strength
Term
Coef
SE Coef
Constant
23,7200
1,0593
22,392
0,000
waktu
-0,0737
0,3745
-0,197
0,853
tekanan
0,3813
0,3745
1,018
0,366
waktu*waktu
1,2963
1,1236
1,154
0,313
-0,1388
0,3745
-0,370
0,730
waktu*tekanan
S = 1,059
R-Sq = 38,9%
R-Sq(adj) = 0,0%
75
c. Analisa Grafik
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum tensile strength akan berada pada daerah 23.5-24.
76
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
1,0
Residual
Percent
90
50
10
1
-1
0
Residual
-0,5
23,5
24,0
24,5
25,0
Fitted Value
25,5
Residual
Frequency
0,0
-1,0
-2
1
0
0,5
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
Residual
0,5
1,0
4
5
6
7
Observation Order
Modulus Young 10 kg
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode :
77
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
2,09105
2,09105
0,52276
0,34
0,842
Linear
2,01243
2,01243
1,00621
0,65
0,571
Square
0,01201
0,01201
0,01201
0,01
0,934
Interaction
0,06661
0,06661
0,06661
0,04
0,846
Residual Error
6,21555
6,21555
1,55389
Pure Error
6,21555
6,21555
1,55389
8,30660
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
Tabel 4.20 Koefisien regresi untuk modulus young 10kg
Estimated Regression Coefficients for Modulus Young
Term
Constant
waktu
tekanan
waktu*waktu
waktu*tekanan
S = 1,247
Coef
SE Coef
726,180
1,2466
582,552
0,000
-0,234
0,4407
-0,530
0,624
0,444
0,4407
1,007
0,371
-0,116
1,3222
-0,088
0,934
0,091
0,4407
0,207
0,846
R-Sq = 25,2%
R-Sq(adj) = 0,0%
78
adalah konstan, karena nilai p_value pada konstan lebih kecil dari nilai .
Sedangkan model orde kedua untuk modulus young 10kg yang dihasilkan
ditunjukkan dalam persamaan berikut:
c. Analisa Grafik
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 dan -0.5 untuk parameter waktu dan level 0 dan -0.5 untuk
parameter tekanan. Nilai optimum modulus young akan berada pada daerah 726.
79
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
90
Residual
Percent
50
10
1
-2
-1
0
Residual
725,6
726,0
Fitted Value
726,4
726,8
Residual
Frequency
-1
-2
725,2
3
2
1
0
-1,5
-1,0
-0,5 0,0
0,5
Residual
1,0
1
0
-1
-2
1,5
4
5
6
7
Observation Order
80
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,64781
0,647806
0,161951
1,07
0,474
Linear
0,24013
0,240125
0,120063
0,79
0,513
Square
0,29007
0,290068
0,290068
1,92
0,238
Interaction
0,11761
0,117613
0,117613
0,78
0,428
Residual Error
0,60515
0,605150
0,151287
Pure Error
0,60515
0,605150
0,151287
1,25296
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
Tabel 4.22 Koefisien regresi untuk deflection 10kg
Estimated Regression Coefficients for Deflection
Term
Coef
SE Coef
5,21000
0,3890
13,395
0,000
waktu
-0,02625
0,1375
-0,191
0,858
tekanan
-0,17125
0,1375
-1,245
0,281
waktu*waktu
-0,57125
0,4126
-1,385
0,238
0,1375
-0,882
0,428
Constant
waktu*tekanan
S = 0,3890
-0,12125
R-Sq = 51,7%
R-Sq(adj) = 3,4%
81
adalah konstan, karena nilai p_value pada konstan lebih kecil dari nilai .
Sedangkan model orde kedua untuk deflection 10kg yang dihasilkan ditunjukkan
dalam persamaan berikut:
c. Analisa Grafik
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum deflection akan berada pada daerah 5.2.
82
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
0,50
Residual
Percent
90
50
10
1
-0,25
0,00
Residual
0,25
-0,25
0,50
4,4
4,6
4,8
Fitted Value
5,0
5,2
Residual
Frequency
0,00
-0,50
-0,50
1
0
0,25
0,25
0,00
-0,25
-0,50
-0,6
-0,4
-0,2 0,0
0,2
Residual
0,4
0,6
4
5
6
7
Observation Order
83
demikian data telah lolos uji salah satu asumsi yaitu asumsi normalitas. Grafik
normal probability plot di atas juga menynjukkan data menyebar disekitar garis 0
dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat berarti bahwa data memiliki
variansi yang sama. Dengan demikian data telah lolos uji salah satu asumsi yaitu
asumsi homogenitas.
Tensile Strength 15 kg
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode:
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
1,46966
1,46966
Linear
0,76585
Square
Interaction
Residual Error
Pure Error
Total
0,367414
0,45
0,770
0,76585
0,382925
0,47
0,656
0,32536
0,32536
0,325356
0,40
0,562
0,37845
0,37845
0,378450
0,46
0,533
3,25850
3,25850
0,814625
3,25850
3,25850
0,814625
4,72816
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
84
Coef
SE Coef
Constant
24,0000
0,9026
26,591
0,000
waktu
-0,2150
0,3191
-0,674
0,537
tekanan
0,2225
0,3191
0,697
0,524
waktu*waktu
0,6050
0,9573
0,632
0,562
waktu*tekanan
0,2175
0,3191
0,682
0,533
S = 0,9026
R-Sq = 31,1%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
Contour Plot of Tensile Strength vs waktu; tekanan
1,0
Tensile
Strength
< 23,8
23,8 - 24,0
24,0 - 24,2
24,2 - 24,4
24,4 - 24,6
24,6 - 24,8
> 24,8
waktu
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
85
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apabila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanana.
Nilai optimum tensile strength akan berada pada daerah 23.8.
24,8
Tensile Strength
24,4
24,0
1
-1
0
0
waktu
tekanan
-1
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
1,0
Residual
Percent
90
50
10
0,0
-0,5
-1,0
-1
0
Residual
24,0
1,0
1,5
0,5
1,0
0,5
0,0
24,2
24,4
24,6
Fitted Value
24,8
2,0
Residual
Frequency
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
Residual
0,5
1,0
4
5
6
7
Observation Order
86
Modulus Young 15 kg
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode :
Tabel 4.25 ANOVA untuk modulus young 15kg
Analysis of Variance for Modulus Young
Source
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
3,0810
3,08095
0,77024
0,39
0,809
Linear
3,0143
3,01433
1,50716
0,76
0,525
Square
0,0630
0,06301
0,06301
0,03
0,867
Interaction
0,00
0,968
0,0036
0,00361
0,00361
Residual Error
7,9164
7,91645
1,97911
Pure Error
7,9164
7,91645
1,97911
10,9974
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 5%. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
87
b. Uji Partial
Tabel 4.26 Koefisien regresi untuk modulus young 15kg
Estimated Regression Coefficients for Modulus Young
Term
Constant
waktu
tekanan
waktu*waktu
waktu*tekanan
S = 1,407
Coef
SE Coef
726,280
1,4068
516,260
0,000
-0,056
0,4974
-0,113
0,915
0,611
0,4974
1,229
0,286
-0,266
1,4921
-0,178
0,867
0,021
0,4974
0,043
0,968
R-Sq = 28,0%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
88
Modulus Young
< 725,50
725,75
726,00
726,25
726,50
726,75
725,50
725,75
726,00
726,25
726,50
0,5
waktu
>
726,75
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apabila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum modulus young akan berada pada daerah 726.25 - 726.50.
727,0
726,5
Modulus Young
726,0
725,5
1
-1
0
0
waktu
tekanan
-1
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
89
90
Residual
Percent
50
10
1
-2
-1
0
Residual
-2
725,2
725,6
726,0
Fitted Value
726,4
726,8
Residual
Frequency
0
-1
2
1
0
-1,5
-1,0
-0,5 0,0
0,5
Residual
1,0
0
-1
-2
1,5
4
5
6
7
Observation Order
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,85017
0,850172
0,212543
0,99
0,504
Linear
0,31593
0,315925
0,157963
0,73
0,535
Square
Interaction
0,38573
0,385735
0,385735
1,79
0,251
0,14851
0,148512
0,148512
0,69
0,453
90
Residual Error
0,85985
0,859850
0,214962
Pure Error
0,85985
0,859850
0,214962
1,71002
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji tekan ASTM D695. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak tidak sesuai atau signifikan pada data uji
tarik ASTM D695.Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masingmasing bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Oleh
karena semua bentuk model regresi tidak sesuai pada data uji tarik dengan
demikian dapat disimpulkan model tersebut tidak sesuai untuk menggambarkan
data pada uji tekan ASTM D695.
b. Uji Partial
Tabel 4.28 Koefisien regresi untuk deflection 15kg
Estimated Regression Coefficients for Deflection
Term
Coef
SE Coef
Constant
6,36000
0,4636
13,718
0,000
waktu
0,03125
0,1639
0,191
0,858
tekanan
-0,19625
0,1639
-1,197
0,297
waktu*waktu
-0,65875
0,4918
-1,340
0,251
waktu*tekanan
-0,13625
0,1639
-0,831
0,453
S = 0,4636
R-Sq = 49,7%
R-Sq(adj) = 0,0%
91
c. Analisa Grafik
Contour Plot of Deflection vs waktu; tekanan
1,0
Deflection
< 5,50
5,50 - 5,75
5,75 - 6,00
6,00 - 6,25
6,25 - 6,50
> 6,50
waktu
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apabila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum deflection akan berada pada daerah 6.25 - 6.50.
6,5
Deflection
6,0
5,5
-1
0
0
waktu
tekanan
-1
92
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
kecepatan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
0,50
Residual
Percent
90
50
10
1
-0,8
-0,4
0,0
Residual
0,4
0,8
5,50
5,75
6,00
Fitted Value
6,25
6,50
3,6
Residual
Frequency
0,00
-0,25
-0,50
4,8
2,4
1,2
0,0
0,25
0,25
0,00
-0,25
-0,50
-0,50
-0,25
0,00
Residual
0,25
0,50
4
5
6
7
Observation Order
93
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,60100
0,60100
0,150250
0,50
0,037
Linear
0,17060
0,17060
0,085300
0,28
0,076
Square
0,42320
0,42320
0,423200
1,41
0,030
Interaction
0,02
0,038
0,00720
0,00720
0,007200
Residual Error
1,20460
1,20460
0,301150
Pure Error
1,20460
1,20460
0,301150
1,80560
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
uji lentur ASTM D6272. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak sesuai atau signifikan pada data uji lentur
ASTM D6272. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masing-masing
bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan model tersebut sesuai untuk menggambarkan data pada uji
lentur ASTM D6272.
b. Uji Partial
Tabel 4.30 Koefisien regresi untuk flexural strength
Estimated Regression Coefficients for Flexural Strength
Term
Constant
waktu
tekanan
waktu*waktu
waktu*tekanan
S = 0,5488
Coef
SE Coef
8,24000
0,5488
15,015
0,000
-0,09000
0,1940
-0,464
0,036
0,11500
0,1940
0,593
0,048
0,69000
0,5821
1,185
0,030
-0,03000
0,1940
-0,155
0,038
R-Sq = 95,3%
R-Sq(adj) = 0,0%
94
c. Analisa Grafik
Contour Plot of Flexural Strength vs waktu; tekanan
1,0
Flexural
Strength
< 8,2
8,2 - 8,4
8,4 - 8,6
8,6 - 8,8
8,8 - 9,0
0,5
waktu
>
9,0
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum flextural strength akan berada pada daerah 8.2 - 8.4.
95
9,2
Flexural Strength
8,8
8,4
1
8,0
-1
0
0
waktu
tekanan
-1
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
tekanan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
0,50
Residual
Percent
90
50
10
0,00
-0,25
-0,50
1
-1,0
-0,5
0,0
Residual
0,5
1,0
8,4
0,50
3,6
0,25
2,4
8,7
Fitted Value
9,0
9,3
4,8
Residual
Frequency
0,25
1,2
0,00
-0,25
-0,50
0,0
-0,50
-0,25
0,00
Residual
0,25
0,50
4
5
6
7
Observation Order
96
dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini dapat berarti bahwa data memiliki
variansi yang sama. Dengan demikian data telah lolos uji salah satu asumsi yaitu
asumsi homogenitas.
Flextural Modulus
a. Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah dikode:
Tabel 4.31 ANOVA untuk flexural modulus
Analysis of Variance for Flexural Modulus
Source
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
8103,4
8103,35
2025,84
1,00
0,050
Linear
2289,6
2289,65
1144,82
0,56
0,046
Square
5331,7
5331,66
5331,66
2,63
0,018
Interaction
482,1
482,05
482,05
0,24
0,042
Residual Error
8122,7
8122,73
2030,68
Pure Error
8122,7
8122,73
2030,68
16226,1
Total
Output di atas menjelaskan hasil pengujian bentuk model regresi pada data
Uji lentur ASTM D6272. Berdasarkan output di atas model regresi dengan bentuk
linear, kuadratik, interaksi dan serentak sesuai atau signifikan pada data uji lentur
ASTM D6272. Hal ini dapat dilihat dari semua nilai p_value pada masing-masing
bentuk model regresi yang lebih besar dari nilai sebesar 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan model tersebut sesuai untuk menggambarkan data pada uji
lentur ASTM D6272.
b. Uji Partial
97
Coef
SE Coef
1120,02
45,06
24,854
0,000
waktu
12,00
15,93
0,753
0,049
tekanan
11,93
15,93
0,748
0,049
waktu*waktu
77,45
47,80
1,620
0,018
7,76
15,93
0,487
0,045
Constant
waktu*tekanan
S = 45,06
R-Sq = 96,9%
R-Sq(adj) = 0,0%
c. Analisa Grafik
98
Flexural
Modulus
< 1120
1120 1140
1140 1160
1160 1180
1180 1200
1200 1220
> 1220
waktu
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
Pada contour plot diatas menjelaskan bahwa respon semakin baik apa bila
berada pada level 0 untuk parameter waktu dan level 0 untuk parameter tekanan.
Nilai optimum flextural modulus akan berada pada daerah kurang dari 1120.
Surface Plot of Flexural Modulus vs tekanan; waktu
1200
Flexural Modulus
1150
1
1100
-1
0
0
waktu
tekanan
-1
Pada surface plot diatas menjelaskan variabel dependen yaitu waktu dan
kecepatan yang mengoptimalkan respon pada daerah mendekati 0.
99
99
50
Residual
Percent
90
50
10
1
-80
-40
0
Residual
40
-25
1140
1170
Fitted Value
1200
1230
3,6
Residual
Frequency
-50
1110
80
4,8
2,4
1,2
0,0
25
25
0
-25
-50
-40
-20
0
Residual
20
40
4
5
6
7
Observation Order
Spesimen
Tekanan (bar)
no.
Waktu
Shringkage
penekanan (s)
(%)
60
1,25
5,95%
70
1,25
0,96%
100
DF
Seq SS
Adj SS
Adj MS
Regression
0,204778
0,204778
0,040956
5,82
0,089
Linear
0,085133
0,085133
0,042567
6,05
0,049
Square
0,062044
0,062044
0,031022
4,41
0,028
Interaction
0,057600
0,057600
0,057600
8,19
0,042
Residual Error
0,021111
0,021111
0,007037
Pure Error
0,081227
0,081227
0,010306
1,6572
2,6572
0,088579
1,45
0,044
10
16226,1
Lack-of-fit
Total
Coef
Constant
61,02
0,4506
24,854
0,000
waktu
0,0358
0,1593
0,753
0,031
tekanan
0,7348
0,0321
0,748
0,059
waktu*waktu
0,8436
0,0478
1,620
0,018
waktu*tekanan
0,8745
1,5931
0,487
0,045
S = 45,06
R-Sq = 97,1%
SE Coef
R-Sq(adj) = 0,0%
101
mencari
kombinasi
seting
parameter
proses
yang
dapat
: 1,6898 (s)
Tekanan
: 78,2290 (bar)
Prediksi Shrinkage
: 0,20 (%)
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa hasil yang
merupakan jawaban dari tujuan penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
1. Parameter tekanan dan waktu penekanan hanya memberi pengaruh
terhadap sifat mekanik flexural strength dan flexural modulus spesimen.
Hal ini diketahui dengan menggunakan response surface methodology
output yang dihasilkan menunjukan nilai signifikansi > 95% yaitu 95,3%
dan 96,9%,
2. Seting variabel yang biasa dipakai untuk proses produksi ice cream cup
(spesimen no.2) ternyata dari sisi nilai properties bukan merupakan seting
variabel terbaik dikarenakan dari hasil pengujian-pengujian yang
dilakukan, spesimen no.2 belum mendapat nilai properties yang terbaik.
Dan untuk seting variabel yang terbaik adalah pada spesimen no.4, itu
dikarenakan spesimen ini selalu menunjukan hasil terbaik setiap
pengujian.
3. Cacat shrinkage yang terjadi adalah jenis post shrinkage hal ini
dikarenakan penyusutan terjadi setelah plastik disimpan dan mengalami
physical aging dan rekristalisasi. Presentase shrinkage yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.1 Parameter yang mengalami shrinkage
Spesimen
Tekanan (bar)
no.
Waktu
Shringkage
penekanan (s)
(%)
60
1,25
5,95%
70
1,25
0,96%
103
5.2. Saran
1. Untuk setiap pengujian atau penelitian yang menggunakan Response
Surface Methodology, kombinasi seting parameter yang digunakan harus
diperhatikan ini
dikarenakan
kombinasi
104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Data Pribadi
Nama
Alamat
:
:
Kode Post
Jenis Kelamin
Tanggal Kelahiran
Status
Warga Negara
Agama
Nomor Telepon
Email
:
:
:
:
:
:
:
:
Riwayat Pendidikan
1996
2001
2004
Periode
2001
2004
2007
2007
2012
Jurusan
Mekanik
Otomotif
Teknik
Mesin
Jenjang
S1
1. Pendahuluan.
Injection molding adalah
salah satu operasi yang paling umum
dan serba guna untuk produksi
massal pada komponen plastik yang
komplek
dengan
toleransi
dimensional yang sempurna. Hal ini
dikarenakan pada proses ini hanya
memerlukan operasi minimal tanpa
finishing.
Injection
molding
merupakan suatu daur proses
pembentukan plastik kedalam bentuk
yang diinginkan dengan cara
menekan plastik cair kedalam sebuah
ruang (cavity).
Pada
proses
injection
molding,
dengan
pengaturan
parameter penekanan yang tepat
dapat meningkatkan kualitas produk
dan menghemat biaya produksi. Hal
ini dikarenakan parameter proses
penekanan (tekanan dan waktu
penekanan) yang pada umumnya
dilakukan oleh sistem hidrolik
merupakan salah satu parameter
penting yang harus diperhatikan
untuk keberhasilan proses produksi
melalui injection molding.
rumusan
permasalahannya
adalah
membuktikan
dan
mengidentifikasi bahwa kualitas
produk akhir dan sifat mekanik dari
produk injection molding berbahan
polietilen sangat terpengaruh oleh
setting
tekanan
dan
waktu
penekanannya.
Maksud dan tujuan penelitian
ini adalah:
Mengidentifikasi
pengaruh
tekanan dan waktu penekanan
terhadap sifat mekanik dari
setiap spesimen.
Spesimen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Faktor
Waktu
Tekanan
penekanan
1
-1
1
1
-1
-1
1
1
0
0
1
-1
-1
1
-1
1
-1
-1
Waktu Penekanan
waktu
SE Coef
0,5488
15,015
0,000
-0,09000
0,1940
-0,464
0,036
tekanan
0,11500
0,1940
0,593
0,048
waktu*waktu
0,69000
0,5821
1,185
0,030
-0,03000
0,1940
-0,155
0,038
waktu*tekanan
Spesimen no.1
Coef
8,24000
S = 0,5488
R-Sq = 95,3%
R-Sq(adj) = 0,0%
Shrinkage %
5,95%
Spesimen no.5
Shrinkage %
0,96%
Uji Lentur dengan ASTM D6272
Flextural Strength
Tabel ANOVA
Tabel 4.1 ANOVA untuk flexural strength
0,5
>
waktu
90
Residual
Flexural
Strength
< 8,2
8,2 - 8,4
8,4 - 8,6
8,6 - 8,8
8,8 - 9,0
Percent
1,0
99
50
10
0,0
-0,5
0,0
Residual
0,5
1,0
8,4
9,0
9,3
0,50
3,6
Residual
Frequency
8,7
Fitted Value
4,8
-0,5
0,00
-0,50
1
-1,0
9,0
0,25
-0,25
2,4
1,2
0,25
0,00
-0,25
-0,50
0,0
-1,0
-1,0
-0,5
0,0
tekanan
0,5
1,0
9,2
Flexural Strength
8,8
8,4
1
8,0
-1
0
0
waktu
-0,50
-0,25
0,00
Residual
0,25
0,50
4
5
6
7
Observation Order
tekanan
-1
Flextural Modulus
Tabel ANOVA
Di bawah ini merupakan tabel
ANOVA untuk Model Orde kedua
menggunakan data yang telah
dikode:
Tabel 4.3 ANOVA untuk flexural modulus
Analysis of Variance for Flexural Modulus
Source
Regression
Linear
Square
Interaction
Residual Error
Pure Error
Total
DF
4
2
1
1
4
4
8
Seq SS
8103,4
2289,6
5331,7
482,1
8122,7
8122,7
16226,1
Adj SS
8103,35
2289,65
5331,66
482,05
8122,73
8122,73
Adj MS
2025,84
1144,82
5331,66
482,05
2030,68
2030,68
F
1,00
0,56
2,63
0,24
P
0,050
0,046
0,018
0,042
Coef
SE Coef
1120,02
45,06
24,854
0,000
waktu
12,00
15,93
0,753
0,049
tekanan
11,93
15,93
0,748
0,049
waktu*waktu
77,45
47,80
1,620
0,018
7,76
15,93
0,487
0,045
Constant
waktu*tekanan
S = 45,06
R-Sq = 96,9%
R-Sq(adj) = 0,0%
99
50
Residual
Percent
90
50
10
1
-80
-40
0
Residual
40
80
-25
1140
1170
Fitted Value
1200
1230
4,8
Residual
3,6
Frequency
-50
1110
2,4
1,2
0,0
25
25
-20
0
Residual
20
40
4
5
6
7
Observation Order
Analisa shrinkage
Analisa ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan parameter
waktu dan kecepatan penekanan
terhadap shrinkage.
Pengujian
dilakukan
dengan
pendugaan model yang mana dengan
menggunakan bentuk orde kedua.
Analisa hasil pendugaan orde kedua
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 ANOVA untuk shrinkage
Analysis of Variance for shrinkage
Seq SS
0,204778
0,085133
0,062044
0,057600
0,021111
0,081227
1,6572
16226,1
Adj SS
0,204778
0,085133
0,062044
0,057600
0,021111
0,081227
2,6572
0,4506
24,854
0,000
waktu
0,0358
0,1593
0,753
0,031
tekanan
0,7348
0,0321
0,748
0,059
waktu*waktu
0,8436
0,0478
1,620
0,018
waktu*tekanan
0,8745
1,5931
0,487
0,045
R-Sq = 97,1%
R-Sq(adj) = 0,0%
DF
5
2
2
1
3
4
3
10
SE Coef
61,02
-25
Source
Regression
Linear
Square
Interaction
Residual Error
Pure Error
Lack-of-fit
Total
Coef
Constant
S = 45,06
-50
-40
Term
Adj MS
0,040956
0,042567
0,031022
0,057600
0,007037
0,010306
0,088579
F
5,82
6,05
4,41
8,19
P
0,089
0,049
0,028
0,042
1,45
0,044
Waktu
penekanan
(bar)
60
70
Tekanan
(s)
1,25
1,25
Shringkage
(%)
5,95%
0,96%
Spesifikasi Spesimen
Nama produk
Material
: Polyethilene (HDPE)
Berat
: 230g
Kapasitas
: 350ml
Tebal permukaan
: 1,1mm
Spesifikasi Mold
No. Produk
: M-193
Type
: Single Mold
Tightest Produk
: 1,1mm
Tightest Tolerances
: 0,508mm
Material