Di susun Oleh :
Dimas Sustanugraha
A. Latar Belakang
dalam
kajian
dan
penentuan
pengelolaannya
agar
berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh pula terhadap pola permukiman yang
berkembang di pulau-pulau kecil berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan
kondisi lingkungan biofisik tersebut. Misalnya tipologi pulau kecil lebih
dominan ke arah pengembangan budidaya perikanan, maka kemungkinan
besar pola permukiman yang berkembang adalah masyarakat nelayan.
B. Pengertian Pulau Kecil
Pengertian pulau kecil menurut Undang-Undang 27 Tahun 2007 adalah
pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2 (dua ribu
kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Di samping kriteria utama
tersebut, beberapa karakteristik
terpisah dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang
jelas dan terpencil dari habitat pulau induk, sehingga bersifat insular;
mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal
dan bernilai tinggi; tidak mampu mempengaruhi
hidroklimat; memiliki
daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar
aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut serta dari segi sosial,
ekonomi dan budaya masyarakat
pulau-pulau
ekonomi
dan
budaya
masyarakat
pulau-pulau
kecil
bersifat
khas
Pulau dataran tinggi yang memiliki ketinggian di atas muka laut yang
relatif tinggi. Umumnya pulau ini memiliki ketinggian lebih dari 10 m
di atas pemukaan laut.
Pulau Tektonik
Pulau yang pembentukannya berkaitan dengan proses tektonik,
terutama pada zona tumbukan antar lempeng, misalnya Pulau Nias,
Pulau Siberut dan Pulau Enggano. Sumberdaya air di pulau tektonik
lebih banyak dijumpai sebagai aliran sungai, dan sangat sedikit air
tanah.
Pulau Vulkanik
Pulau yang sepenuhnya terbentuk dari kegiatan gunung berapi, yang
timbul secara perlahan-lahan dari dasar laut ke permukaan. Tipe
batuan dari pulau ini adalah basalt, silica (kadar rendah). Ada pula
pulau vulkanik yang membentuk untaian pulau-pulau dan titik
gunung api dan terdapat di bagian tengah lempeng benua
(continental plate).
Pulau Karang Timbul
Pulau yang terbentuk oleh terumbu karang yang terangkat ke atas
permukaan laut, karena adanya gerakan ke atas (uplift) dan gerakan
ke bawah (subsidence) dari dasar laut karena proses geologi. Pada
saat dasar laut berada dekat permukaan, terumbu karang mempunyai
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang di dasar laut yang naik.
Setelah berada di atas permukaan air laut, terumbu karang akan mati
dan menyisakan terumbu dan terbentuk pulau karang timbul. Jika
proses ini berlangsung terus, maka akan terbentuk pulau karang
timbul. Pulau karang timbul ini banyak dijumpai di perairan timur
Indonesia, seperti di Laut Seram, Sulu, Banda.
Pulau Petabah
Pulau yang terbentuk di daerah yang stabil secara tektonik. Pulau
seperti ini antara lain dijumpai di Paparan Sunda. Litologi
pembentukan pulau petabah sering terdiri atas batuan ubahan,
intrusi, dan sedimen yang terlipat dan berumur tua, seperti Pulau
Batam, Pulau Bintan dan Pulau Belitung
Pulau Genesis campuran
Pulau yang terbentuk dari gabungan dua atau lebih genesis pulaupulau tersebut di atas. Potensi air di pulau genesis campuran
tergantung pada genesis pulau yang bergabung, dan dapat berupa
sumber air yang mengalir sepanjang tahun maupun aliran air
permukaan dengan jumlah yang biasanya terbatas. Pulau-pulau
seperti Pulau Haruku, Pulau Nusa Laut, Pulau Kisar dan Pulau Rote
adalah contoh pulau genesis campuran.
2. Tipologi Menurut Salm
Karakteristik Pulau Oseanik, Pulau Kontinental, dan Daratan Kontinen
N
Characteristic
Oceanic Island
Continent Island
Continent
o
1
Geographical
Remote from
Close to
continent Bounded
continents,
by wide Seas,
Bounded in part by
seasonal and or
Equable air
diurnal
temperatures
equable air
temperatures
Volcanic or
temperatures
Sedimentary or
ranges
Sedimentary or
corolline Few
metamorphic
metamorphic or
valuable minerals
Some minerals
igneous
Permeable soil
Various soils
Minerals
Impoverished
Less impoverished
Various soils
Full range of
overall biotic
overall biotic
biotic variety
variety
variety
Usually low
High turnover of
Lower species
species turnover
species
turnover
Few marine
Mass breeding of
Often mass
vertebrates
marine vertebrates
breending of
breeding ashore
Late discovery by
marine vertebrates
Often early
Often early
humans
discovery
discovery
Recent settlement
Early or late
Settlement by
settlement
humans
Geological
Biological
Historical
Economic
Few terrestrial
Wide range of
Wide range of
resourches
terrestrial
terrestrial
Marine resources
resources
resources
important
Marine resources
Often marine
Distant from
important
resources
major market
Neaner large
unimportant
market
Market relatively
Accessible
kawasan
pesisir,
dan
bersama
ekosistem
pantai
lainnya
Dengan demikian di
pemanfaatannya.
Sumberdaya
kelautan
yang
mungkin
pemanfaatan
lainnya.
Jenis-jenis
pariwisata
yang
dapat
kehidupan
manusia,
pembangunan.
4. Produktivitas sumberdaya
alam
penghuni
dan
serta
jasa-jasa
segenap
kegiatan
lingkungan
(seperti
memperhatikan kemampuan sistem tata air setempat sebagai salah satu syarat
wilayah tersebut dapat dikelola.
Seperti pulau alluvial atau pulau yang terjadi akibat sedimentasi memiliki
Bentuklahan sebagian besar berupa hutan lahan basah dengan tumbuhan
mangrove. Fungsi unit lahan ini sebagai penahan abrasi dan intrusi air laut dan
tempat perkembangbiakan berbagai fauna bernilai ekonomis. Mengingat fungsi
lahan ini, penentuan sebagai kawasan lindung akan menjaga ekologi lahan ini.
Bentuk lahan perbukitan sisa terbentuk pada perbukitan yang mengalami
proses denudasi lanjut.
G. Penutup
1. Kesimpulan
Sebagian besar pulau-pulau kecil merupakan kawasan tertinggal
dilihat dari faktor-faktor geografis, ketersediaan sumberdaya alam dan
,keterbatasan sumberdaya manusia yang terbatas baik jumlah maupun
kualitasnya. Oleh karena itu penting untuk pengembangan pulau kecil
berdasarkan tipologi fisiknya.
Namun demikan, perlu diingat bahwa pendekatan dalam pengelolaan
dan pembangunan kepulauan kecil di Indonesia tidak boleh digeneralisasi
untuk semua pulau, baik dengan wilayah daratan induknya maupun antar
pulau kecil itu sendiri. Pendekatan yang berbeda ini memerlukan pula
sistem dan pola pikir tata kelola yang berbeda pula.
2. Saran
a. pembangunan di kepulauan kecil harus mengedepankan prinsip kehatihatian (precautionary approach) sesuai dengan daya dukung pulau dalam
menciptakan
pembangunan
kepulauan
kecil
yang
berkelanjutan.
Sumber Pustaka
Luthfi Mutaali, 2010, Perencanaan Pengembangan Wilayah, Yogyakarta
UNCLOS 1982
Undang-Undang 27 Tahun 2007
Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No. 41/2000
Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan No. 67/2002
www.bappenas.go.id
www.ppk-kp3k.kkp.go.id