Anda di halaman 1dari 3

Waspadai Bahaya Anemia pada Anak

3 November 2010 Kategori: Kesehatan Anak, Makanan balita 2 Komentar


Anemia adalah kekurangan sel darah merah, yang ditunjukkan

oleh rendahnya tingkat hemoglobin yang sehat. Tingkat hemoglobin normal pada anak lebih
rendah dari tingkat hemoglobin pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki hemoglobin normal
170-200 g/l. Setelah lahir, konsentrasi hemoglobin menurun drastis sehingga pada usia 2-3 bulan
kadar hemoglobinnya berkisar 110-120 g/l. Kisaran ini bertahan terus hingga usia sekolah, yang
meningkat menjadi 130 g/l.
Anemia dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak serius dalam
jangka panjang. Asian Development Bank (ADB) mengatakan bahwa sekitar 22 juta anak di
Indonesia terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya angka IQ 5 sampai 15 poin, prestasi
sekolah yang buruk dan kerugian potensi masa depan hingga 2,5%. Karena itu, kita semua harus
mewaspadainya.

Penyebab
Anemia pada anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan anemia pada orang dewasa.
Namun, penyebab anemia pada anak-anak juga memiliki kekhasan tersendiri, di antaranya:

Kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia pada anak.
Sebenarnya, bila anak mendapatkan makanan bergizi yang cukup, sangat kecil
kemungkinannya mereka mengalami kekurangan zat besi. Namun, banyak anak-anak dari
kalangan tidak mampu yang kurang mendapatkan makanan bergizi sehingga mengalami
anemia dan gejala kurang gizi lainnya. Anak-anak dari kalangan mampu juga dapat
terkena anemia bila memiliki gangguan pola makan atau berpola makan tidak seimbang.

Parasit. Anak-anak dapat mengalami anemia karena mengidap cacingan. Pola makan
anak mungkin normal, namun penyerapan nutrisinya terganggu karena diserobot cacing
di dalam perutnya.

Menstruasi. Anemia dapat terjadi pada remaja putri yang mengalami perdarahan
menstruasi berat dan berkepanjangan.

Infeksi. Penyakit infeksi tertentu dapat mengganggu pencernaan dan mengganggu


produksi sel darah merah.

Penyakit ginjal. Anemia dapat menjadi tanda awal gangguan ginjal pada anak.

Jenis anemia khusus yang disebut anemia hemolitik disebabkan oleh penghancuran sel-sel
darah merah secara prematur dan sumsum tulang tidak bisa memenuhi permintaan tubuh untuk
sel-sel baru. Bentuk umum dari anemia hemolitik yang bersifat genetik adalah anemia sel sabit,
talasemia, dan defisiensi dehidrogenase glukosa-6-fosfat. Jenis lainnya yang disebut anemia
aplastik disebabkan oleh kelainan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah
baru dalam jumlah cukup.

Gejala
Anemia ringan dan sedang seringkali tidak menimbulkan gejala dan baru diketahui dari
pemeriksaan darah. Anemia yang berlangsung lama mungkin hanya memberikan gejala tidak
kentara seperti lemah dan pucat. Bila anemia terbentuk secara bertahap, anak dapat memiliki
kadar hemoglobin yang sangat rendah tetapi tidak menunjukkan gejala yang jelas karena
tubuhnya telah beradaptasi. Anemia yang berkembang cepat menimbulkan pengaruh yang lebih
kuat dan lebih mudah dilihat.
Anak dengan anemia berat mungkin memiliki tanda dan gejala tambahan seperti sesak napas,
detak jantung cepat, dan bengkak di tangan dan kaki.
Anak-anak yang kekurangan zat besi karena kurang gizi dapat memakan benda yang aneh seperti
rumput, tanah, bunga dan daun-daunan. Perilaku ini disebut pica dan tidak berbahaya kecuali
jika anak Anda makan sesuatu yang beracun. Biasanya pica berhenti setelah anemia diterapi
dan anak tumbuh lebih besar.

Penanganan
Bila anak terlihat pucat, lemah, mudah lelah dan gejala anemia lainnya, Anda harus segera
memeriksakannya ke dokter. Anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi sangat mudah
perawatannya. Dengan pemberian suplemen zat besi maka hemoglobin akan meningkat dalam
beberapa minggu. Penanganan anemia karena sebab lain harus dihilangkan dulu penyebabnya
agar efek pemulihannya permanen.

Tips mencegah anemia

Usahakan memberikan air susu ibu (ASI) sampai setidaknya anak berumur 12 bulan
(idealnya sampai 2 tahun). Ibu menyusui disarankan mengkonsumsi makanan yang cukup
zat besi.

Jika anak Anda sudah mendapatkan makanan tambahan, usahakan menambahkan sereal,
bayam, kangkung, katuk dan sumber zat besi lainnya dalam menu makanan padat yang
diberikan.

Jika Anda memberikan susu formula kepada bayi Anda, pilihlah susu formula yang
diperkaya dengan zat besi.

Pastikan anak Anda yang lebih besar memiliki pola makan seimbang dengan makanan
yang mengandung zat besi. Kuning telur, daging merah, kentang, tomat, hati dan sayuran
adalah makanan alami yang kaya zat besi.

Ajarkan anak-anak kebiasaan hidup bersih sehingga terhindar dari penyakit infeksi dan
parasit.

Anda mungkin juga menyukai