Anda di halaman 1dari 2

PONDOK KREATIVITAS

Semakin menjamurnya para pengemis dan gelandangan di kota Padang membuat


penduduk semakin gerah. Mereka tersebar di seluruh daerah di kota Padang, dan jumlah yang
paling banyak berada di Pasar Raya Padang. Tidak jarang para peminta-minta tersebut
berkedok sebagai badan amal dan infaq untuk pembangunan masjid atau pesantren. Bahkan,
tidak sedikit pula anak-anak kecil yang mengemis dan memelas belas kasih dari orang-orang
untuk mendapatkan sepeser uang untuk biaya menyambung hidup. Miris, sebuah kata yang
paling tepat untuk menggambarkan kondisi kemiskinan yang tiada habis-habisnya di tanah air
yang kaya raya ini. Yang sangat disayangkan ialah sebagian besar dari para pengemis dan
gelandangan tersebut masih memiliki fisik dan tenaga yang cukup kuat untuk melakukan
pekerjaan yang lebih layak.
Kebijakan publik berupa penertiban dan larangan yang dikeluarkan pemerintah
bagi para pengemis dan gelandangan untuk tidak beroperasi bukanlah solusi yang tepat dan
efektif, karena mereka akan tetap saja meminta-minta. Walau bagaimanapun, mereka butuh
uang untuk menyambung hidup dan membiayai keperluan hidupnya. Kita butuh sebuah solusi
yang riil dan konkret, dimana tidak hanya mengurangi atau bahkan meniadakan pengemis
dan gelandangan, tetapi juga dapat memperbaiki kualitas hidup mereka.
Semakin merebaknya jumlah pengemis di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
melemahnya kekuatan ekonomi makro, dimana masih sangat minimnya lapangan kerja untuk
menyerap tenaga kerja baru. Tidak hanya itu, permasalahan ini disebabkan oleh faktor-faktor
lain. Permasalahan sosial pengemis, gelandang dan anak jalanan ini merupakan akumulasi
dari berbagai permasalahan yang terjadi, mulai dari kemiskinan, tingkat pendidikan yang
rendah, minimnya keterampilan kerja yang dimiliki, lingkungan, kesehatan, sosial budaya
dan lain sebagainya.
Disini saya menawarkan sebuah konsep gerakan sosial untuk mengatasi masalah
menjamurnya pengemis dan gelandangan, khususnya di kota Padang. Gerakan ini tidak hanya
meminimalisir jumlah pengemis, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup para
pengemis dan akan berimbas pada perbaikan perekonomian Indonesia. Gerakan ini mampu
membantu pemerintah untuk menekan angka kemiskinan di Indonesia.
Adapun gerakan yang akan saya lakukan setelah pelatihan FIM ini yakni berbasis
Sociopreneurship (kewirausahaan sosial) dengan menyediakan semacam wadah kreativitas
khusus untuk para pengemis dan gelandangan. Gerakan ini saya namakan Pondok
Kreativitas. Kemiskinan bisa ditekan dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan
pengembangan kreativitas. Disini para pengemis dan gelandangan dituntut untuk lebih
produktif. Mereka akan dilatih dan dibimbing dengan berbagai keterampilan berwirausaha.
Gerakan ini akan melibatkan Dinas Sosial Kota Padang, Dinas Koperasi dan
UMKM, Usaha Mikro, berbagai organisasi kepemudaan, komunitas sosial serta pihak-pihak
yang sukarela berpartisipasi dalam gerakan sosial ini.

Luaran langsung (output) yang diharapkan dari kegiatan ini, yakni berkurangnya
jumlah pengemis dan gelandangan di kota Padang, membantu memperbaiki dan
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mereka, menciptakan sumber daya manusia
yang berketerampilan. Sedangkan luaran atau hasil jangka panjang (outcome) yang dapat kita
peroleh dari gerakan sosial ini yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia, membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia,
mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, serta membantu memperbaiki
perekonomian Indonesia.
Untuk teknisnya, tenaga yang dipekerjakan dalam sociopreneurship
(kewirausahaan sosial) ini adalah para pengemis, gelandangan dan anak jalanan yang berada
di kota Padang. Bentuk kegiatan wirausaha yang dapat dilakukan bermacam-macam. Mereka
dapat menciptakan produk-produk yang bernilai jual tinggi di Pondok Kreativitas. Misalnya,
mereka dapat membuat kerajinan tangan dengan mendaur ulang barang-barang bekas.
Kegiatan ini sangat positif, selain memiliki nilai ekonomis, pengolahan barang bekas juga
sangat bermanfaat untuk mengurangi limbah dan sampah yang kian hari kian menggunung.
Selain itu, bentuk kegiatan wirausaha yang dapat dilakukan adalah dengan
optimalisasi potensi daerah Sumatera Barat, misalnya mempromosikan dan meningkatkan
nilai jual komoditi khas seperti beras solok, bengkoang dan buah markissa dengan
menjadikannya produk olahan yang awet dan tahan lama. Kita bisa membuatnya menjadi
penganan ringan sebagai oleh-oleh khas Sumatera Barat. Dan masih banyak lagi bentuk
kewirausahaan lain yang dapat dilakukan. Yang terpenting ialah niat dan kemauan serta
dukungan dari berbagai pihak untuk merealisasikan gerakan sosial ini.
Untuk masalah modal dan pendanaan, kita akan meminta bantuan dari berbagai
pihak, seperti Dinas Koperasi dan UMKM, UKM, para pengusaha, serta para investor yang
bersedia memodali. Atau bila perlu kita akan menggalang dana untuk modal pembangunan
dan operasional Pondok Kreativitas. Hasil dan keuntungan dari kewirausahaan sosial ini akan
digunakan untuk keperluan dan biaya hidup tenaga kerja, dalam hal ini adalah pengemis,
gelandangan dan anak jalanan.
Semoga konsep gerakan sosial yang saya tawarkan dapat bermanfaat. Saya sangat
berharap kegiatan ini dapat terealisasi dan dapat menginspirasi banyak orang untuk dapat
peduli dengan sesama.

Anda mungkin juga menyukai