Anda di halaman 1dari 46

c c

      
   

    
 c   
 

  
Standar tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana
pembangunan gedung di dalam merancang sistem pencahayaan alami siang hari
dan bertujuan agar diperoleh sistem pencahayaan alami siang hari yang sesuai
dengan syarat kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
lain yang berlaku. Standar

ini

mencakup

persyaratan

minimal

sistem,

pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung.


c  
. Terang langit.
Sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syaratsyarat pencahayaan alami siang hari.
2. Langit perancangan.
Langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar untuk
perhitungan.
3. Faktor langit ( fl ).
Angka

karakteristik

yang

digunakan

sebagai

ukuran

keadaan

pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan.


4. Titik ukur
Titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai
indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.
5. Bidang lubang cahaya efektif.
Bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya,

. Lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur.


Bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat
langit.
  !! !"
. Ketentuan Dasar
a. Pencahayaan alami siang hari yang baik.
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:
) Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam .00 waktu seternpat
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
2) Distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang mengganggu.
b. Tingkat pencahayaan alami dalam ruang.
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh
tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada
waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam
ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka
ditentukan oleh :
) Hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
2) Ukuran dan posisi lubang cahaya.
3) Distribusi terang langit.
4) Bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
c. Faktor pencahayaan alami siang hari.
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam
suatu

ruangan

terhadap

tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan

terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.


) Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

) Ko

 o 

l t ( to l t l) y o

l u 
hyl t 

o

  hy 
















  
              




) Ko o  
 llu
( to

 llu
 
l)y o o  
 hy y  
l

 l   y  
 
t
 u y  
 ut 
) Ko o  
 l l( to

 l l
)y oo  
 hy  y   
l   
 l  
u 
u 
l
u   hyy u l
u   t

 l        lu
 
u   uu 
 hy l t
(lht
 )

  tP
  

)

Dlt tu   t


l t  lut t
 y
l ty   yt  llux

2) Karena keadaan langit menunjukkan variabilitas yang besar, maka syaratsyarat yang harus dipenuhi oleh keadaan langit untuk dipilih dan
ditetapkan sebagai Langit Perancangan adalah :
a) bahwa langit yang demikian sering dijumpai.
b) memberikan tingkat pencahayaan pada bidang datar di lapangan
terbuka, dengan nilai
hingga

frekuensi

dekat

minimum,

kegagalan

sedemikian

rendahnya

untuk mencapai nilai tingkat

pencahayaan ini cukup rendah.


3) Sebagai Langit Perancangan ditetapkan :
a) langit biru tanpa awan atau
b) langit yang seluruhnya tertutup awan abu-abu putih.
4) Langit Perancangan ini memberikan tingkat pencahayaan pada titik-titik
di bidang datar di lapangan terbuka sebesar 0.000 lux. Untuk
perhitungan diambil ketentuan bahwa tingkat pencahayaan ini asalnya
dari langit yang keadaannya dimana-mana merata terangnya ( 
 
    ).
e. Faktor Langit
Faktor langit (fl) suatu titik pada suatu bidang di dalam suatu
ruangan adalah angka perbandingan tingkat pencahayaan langsung dari
langit di titik tersebut dengan tingkat pencahayaan oleh Terang Langit pada
bidang datar di lapangan terbuka. Pengukuran kedua tingkat pencahayaan
tersebut dilakukan dalam keadaan sebagai-berikut:
) Dilakukan pada saat yang sama.
2) Keadaan langit adalah keadaan Langit Perancangan dengan distribusi
terang yang merata di mana-mana.
3) Semua jendela atau lubang cahaya diperhitungkan seolah-olah tidak
ditutup dengan kaca.
Suatu titik pada suatu bidang tidak hanya menerima cahaya langsung
dari langit tetapi juga cahaya langit yang direfleksikan oleh permukaan
di luar dan di dalam ruangan . Perbandingan antara tingkat pencahayaan

y   
l 
  hy  l t    y  l u   uu   
 

 l  t
h   t t   hy         t
   l  
t
u  ut to
 hy  l h
D    
to
l t lhllul hl
 to
 hy l 
h
Plh  to
l t  
t
tu tu u  
   uu
      hy  l       h    lh   u tu
u h    
htu     olh   
    l  
u  oo   y 
t

 ttuu

 tu


)

tuu
  l utu   t
y lt y t 5
t
  t l t   t
 t
 ut  ut   
j (lht

2)















       

2)  tu   j   t


 y  utu      hy   y 
uuu  to
 t( l)ttuu
t
 uth
u
 uh utu l  u t
t tu y  tt   u
ut
u  uu

u 

y

) Dl
htu   u   uj ttuu


) t uu
 ut ()  l   t h t h t


 u      y  
   j

 

 lu hy t 

) ttuu
 ()  l j
5t

   
 y ju 
 j

 
  lu hy

 t      lh uu


  l 
u   uu


ul  lu hy t h      
 y
tuh     t l
u  y h  htu 
 hy

ytu(lht
  )














         










        

) 
     t jj

 l u   y  
h  t jj
u tu   l
j
l t h t
 u    t tu  lj

t

t y
5) Kt tu j
   u

 tu
u    uu
    tuu

  
t
t tu j
    t   j
 u2t


 u hy t 


l utu
u    t   hy 
 l t tlu lu 
lu hy   
          u y
 lu hy t y 
  
lht
)











        

u ylu hy t  t 


 tu  
uu

l 
 lu hytu 
!l  t
l  t   
olh

)

P hl  hyolh u l tuolhoho 

2)     
   u    tu    
   y    
 
 yt      lu
 
t lo  o t
u
u

   y
) P t  t  olh lt   
j t
h    lu 
hy
)  
j ly   ut
 h y t t uhy



2. Persyaratan teknis


a. Klasifikasi Berdasarkan Kualitas Pencahayaan
) Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan oleh :
a) penggunaan

ruangan, khususnya ditinjau dari

segi beratnya

penglihatan oleh mata terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalarn


ruangan itu.
b) lamanya waktu aktivitas yang memerlukan daya penglihatan yang
tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat secara terus menerus
memedukan perhatian dan penglihatan yang tepat, atau dapat pula
secara periodik dimana mata dapat beristirahat.
2) Klasifikasi kualitas pencahayaan, klasifikasi kualitas pencahayaan adalah
sebagai berikut:
a) Kualitas A : halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus,
seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan
sebagainya.
b) Kualitas B : halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus
menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit
komponen-komponen kecil, dan sebagainya.
c) Kualitas C : sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si
pelaku, seperti pekedaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar,
dan sebagainya.
d) Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang
besar harus dikenal, seperti pada guclang, lorong falu lintas orang, dan
sebagainya.
b. Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan
Nilai faktor langit (fl) dah suatu titik ukur dalarn ruangan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin)
yang tertera pada Tabel , 2 dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas
pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang untulk bangunan tersebut.

2) nilai fmin

dalam persen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN

UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel " dimana d
adalah jarak antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di
seberangnya, dinyatakan dalam meter. Faktor langit minimum untuk
TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU dan tidak boleh
kurang dari 0,0 d.


       

Klasifikasi pencahayaan

flmin TUU

0,45.d

0,35.d

0,25.d

0,5.d


       


JENIS RUANGAN

flmin TUU

flmin TUS

Ruang kelas biasa

0,35.d

0,20.d

Ruang kelas khusus

0,45.d

0,20.d

Laboratoriurn

0,35 d

0,20.d

Benqkel kayubesi

0.25.d

0,20.d

Ruang olahraga

0,25.d

0,20.d

Kantor

0,35.d

0,5.d

Dapur

0,20.d

0,20.d

3) nilai dari flmin dalarn persentase untuk ruangan-ruangan dalarn bangunan
tempat tinggal seperti pada tabel 3"

 

|    

     | | 

 
u  

l 

#u t l

5 

#u  

5 


 

  

  

K
t u


 $ 

5 

Du


2 

2 


) u tu
u 
u  l y t huu  ut l
t l
  t 
lu t tu t tu  lt l 

 P t to


 t

)

D
 t  l to
l t
P t  Nl to
  t  
  t   l t y 
t
 y
t tu
t   t P
  u tu% o  y 
 
  ut   hy    tt    t
  l  

t
u 
 lux
2) P
htu   to
l t

P
htu    
y  to
  l t  u tu  tt  uu
      

j  l

u   lu     u  to  lt
   l l  yt    u 
 !D  D 
t
t
 tu l t l      jl  Po  tt  uu
    y 
juh y  D 
  lu   hy   t   
 tu  
   j 
&PQ#(t ! l
)   lu   'h 

|  

       












Ukuran H dihitung dari 0 ke atas,


Ukuran L dihitung dari 0 ke kanan, atau dari P ke kiri sama saja.
H adalah tinggi lubang cahaya efektif
L adalah lebar lubang cahaya efektif
D adalah jarak titik ukur ke bidang lubang cahaya efektif.
         
LD
HD
0,
0,2
0,3
0,4
0,5
0,
0,7
0.8
0.9
,0
,5
2,0
2,5
3.0
3,5
4,0
4,5
5,0
,0

0.

0,2

0,3

0.4

0,5

0.

0,7

0,8

0,9

.0

0,02
0,0
0,3
0,22
0,32
0,42
0,52
0,2
0,7
0,79
,0
,27
,37.
,43
,47
,49
,5
,53
54

0,03
0,2
0,2
0.43
0,2
0,82
,02
22
,40
,5
2,7
2,5
2,70
2,82
2,90
2,9
2,99
3,02
3,0

0,05
0,7
0,37
0,2
0,9
,20
,50
,78
2,04
2,29
4,3
4,80
3,98
4,
4,28
4,3
4,4
4,4
4,5

0,0
0,22
0,48
0,80
,7
,55
,93
2,29
2,4
2,95
4,3
4,80
3,98
4,
4,28
4,3
4,4
4,4
4,5

0,07
0,27
0,57
0,9
,39
,85
2,3
2,75
3.7
3,5
4,99
5,8
,29
,59
,78
.9
7,0
7,07
7,7

0,08
0,30
0,5
,09
,59
2,2
2,4
3,2
3,3
4,09
5,77
,74
7,3
7,
7,89
8,04
8,5
8,24
8,34

0,09
0,33
0,72
,20
,7
2,34
2,93
3,50
4,04
4,55
,45
7,5
8,22
8,2
8,89
9,07
9,20
9,29
9,42

0,09
0,3
0,77
,30
,90
2,53
3,8
3,80
4.39
4,95
7,05
8,29
9,03
9,49
9,79
0,00
0,5
0,25
0,40

0,0
0,38
0,82
,38
2,02
2,9
3,38
4,05
4,9
5,29
7,58
8,94
9,7
0,27
0,0
0,83
,00
2,2
,28

0.0
0.40
0,8
,44
2,
2,83
3,55
4,2
4,94
5,57
8,03
9,5
0,40
0,9
,33
.58
,7
,90
,07

LD
HD
0,
0,2
0,3
0,4
0,5
0,
0,7
0.8
0.9
,0

,5

,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5.0

.0

0,
0,45
0,97
,3
2,40
3,22
4,07
4,90
5,7
,47

0,
0,45
0,97
,3
2,40
3,22
4,07
4,90
5,7
,47

0.2
0.47
,0
.7
2,52
3,39
429
58
,04
,87

0,2
0,48
,03
.74
2,57
3,4
4,39
5,3
,04
7,0

0,2
0,48
,04
,7
2,0
3,50
4,4
5,37
,20
7,

0,2
0,48
,04
,77
2,
3,52
4,47
5,4
.28
7,22

0,2
0,48
.05
,78
2,3
3,54
4,48
5,43
,33
7,25

0,2
0,48
,05
,78
2,3
3,54
4,50
5,45
,3
7,28

0,2
0,48
,05
,78
2,3
3,54
4,50
5.45
,39
7,28

0,2
0,49
,05
,78
2,3
3,55
4,5
54
,40
7,30

p       #  $   

 P
o u
P
  P hy l !

P
o u
P
  P hy l !
 l  
   ut    'h 
















          

    

 P hy l uu hy


  tu 
olh ult  hy  y        l

   
lu 
ht  hl hl y   
uh ult
 hy t
 ut Kult  hy  l   h
 l
u  
t tu olh

)


  lulu hy lul t

2)  tu ltlu hy


) to

 lhy

u   l
u  
 K u u u hy

Disamping ketiga faktor tersebut pada 2.2, perlu diperhatikan kedudukan


lubang cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan
sekitamya yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam
ruangan.
c. Bentuk lubang cahaya memberikan pengaruh terhadap distribusi cahaya
sebagai berikut :
) lubang cahaya yang melebar akan berguna untuk mendistribusikan cahaya
lebih merata dalam arah lebar ruangan.
2) lubang cahaya efektif yang ukuran tingginya lebih besar dari ukuran
lebarnya . memberikan penetrasi ke dalam yang lebih baik.
0  Penghalang cahaya
) Unsur unsur dad jendela (kusen, palang palang dan lainnya) yang
terbuat dari bahan yang tidak tembus cahaya akan mengubah luas
ukuran lubang cahaya efektif.
2) Pengurangan ukuran lubang cahaya efektif tidak hanya disebabkan
unsur-unsur yang tedetak pada bidang lubang cahaya efektif atau bidang
yang sejajar, tetapi juga oleh bidang yang tegak lurus pada bidang ini.
3) Perhitungan faktor langit suatu titik ukur tert entu dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a) pertama menetapkan ukuran utama lubang cahaya efektif, sehingga
HD dan LD dapat ditetapkan.
b) kemudian dihitung berapa persen bagian-bagian yang dilihat dari titik
ukur itu yang tidak tembus cahaya.
c) Faktor langit yang dapat dikalikan dengan (00 - a ) % dimana a
adalah bagian

yang

tidak

tembus

cahaya.

Harga

tersebut

merupakan harga faktor langit yang telah dikoreksi untuk bagianbagian yang ticlak tembus cahaya.
d) Penghalang cahaya lainnya yang berupa bagian dari bangunan itu
sendiri seperti: tebal dinding atau bagian bangunan yang menonjol dan

bagian atas lubang cahaya efektif yang dibatasi oleh teritisan dan lainlain.
4) Bangunan lain yang berada di hadapan lubang cahaya umum nya akan
membatasi bagian bawah dari lubang cahaya efektif. Apabila pada saat
perancangan bangunan belum ada bangunan lain di sekitarnya, sedangkan
dalam rencana kota akan dibangun bangunan lain maka hal ini harus
dipertimbangkan pada saat perancangan bangunan.
5) Tanaman dapat merupakan penghalang cahaya karena hal ini sukar
sekali

untuk

diperkirakan

maka

pengaruhnya

sering

tidak

diperhitungkan. Untuk memperhitungkan hal ini dianjurkan dalam


perancangan diambil nilai faktor langit 0% sampai 20% lebih tinggi dari
persyaratan yang diberikan. Juga dianjurkan pohon-pohon yang tinggi dan
rindang jangan ditanam terlampau dekat pada bangunan.
) Distribusi cahaya dalam ruangan
Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam suatu ruangan dapat
dikatakan baik apabila :
a) tingkat pencahayaan yang minimal dibutuhkan selalu dapat dicapai
atau dilampaui tidak hanya pada daerah-daerah di dekat jendela atau
lubang cahaya tetapi untuk ruangan secara keseluruhan.
b) tidak teqadi kontras antara bagian yang terang dan gelap yang terialu
tinggi (40:) sehingga dapat mengganggu penglihatan
7) Untuk meningkatkan kualitas pencahayaan alami siang hari di dalam
ruangan perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah ini :
a) apabila kondisi bangunan memungkinkan, hendaknya ruangan
dapat menerima cahaya lebih dari satu arah. Hal ini akan membantu
meratakan distribusi cahaya dan mengurangi kontras yang mungkin
terjadi.
b) untuk memanfaatkan sebaik-baiknya pemasukan cahaya alami ke
dalam ruangan, hendaknya permukaan ruangan bagian dalam
menggunakan warna yang cerah.

c) vitrase (gorden transparan) dapat membantu membaurkan cahaya,


tetapi

juga mengurangi cahaya yang masuk. Pengurangan cahaya

dapat mencapai 50% atau lebih tergantung pada bahan yang


digunakan.
d) Kasa nyamuk clapat mengurangi

banyaknya arus cahaya yang

masuk sekurang-kurangnya 5%.


e) penggunaan

kaca

khusus

untuk

mengurangi

radlasi

termal

sebaiknya fidak mengurangi cahaya yang masuk.

 % !
 Pengujian.
Pengujian pencahayaan alami siang hari dimaksudkan menguji dan
atau menilai memeriksa kondisi pencahayaan alami siang hari pada bab 4.
Pengujian dilakukan dengan mengukur atau memeriksa :
a. Tingkat Pencahayaan
) Ukur tingkat pencahayaan di Titik Ukur Utama (TUU). Titik Ukur
Samping (TUS), Titik di luar ruangan di tempat terbuka dan
pengukuran dilakukan pada waktu yang bersamaan.
2) Hitung faktor langit di TUU dan TUS.
b. Indeks kesilauan.
Silau terjadi diakibatkan oleh masuknya cahaya matahari
langsung atau adanya pantulan dari benda-benda reflektif. Faktor-faktor
yang mempengaruhi silau adalah luminansi sumber cahaya, posisi sumber
cahaya terhadap penglihatan pengamat dan adanya kontras pada
permukaan bidang kerja. Nilai Indeks Kesilauan dapat dihitung dengan
rumus-rumus yang ada pada CIBSE Publication TM 0 (CIBSE = Charter ed
Institution of Building Services Engineering)
  Pemeliharaan.
Pada pencahayaan alami siang had sebagai sumber masuknya cahaya
ke dalam ruangan adalah
dilakukan

adalah

lubang

menghindarkan

cahaya.

Pemeliharaan

adanya penghalang

yang
yang

perlu
dapat

mengurangi

terang

langit

yang

masuk

ke

dalam

ruangan

dan

membersihkan kaca-kaca.
V  ! 
Contoh Perhitungan Untuk Perencanaan.
Perhitungan untuk perancangan pencahayaan alami siang hari dari suatu sudut
ruangan sebagai berikut :Ukuran ruang duduk: panjang m, lebar 5 m. Titik-titik
ukur utama pada 2 m.
3 fl untuk TUU 0,35 d = ,75%
3 fl untuk TUS 0, d = 0,80%
3 Koreksi dari kusen jendela = 30%
3 fl di TUU menjadi 2,5%
3 fl di TUS menjadi , 5%
3 Karena letak jendela simetris ke arah melebar (ke kiri dan ke kanan), maka
3 fl di masing-masing TUU = ,25%
3 fl di TUS = ,5%

) harga faktor langit tersebut dapat diperoleh dengan ukuran jendela dengan
kombinasi sebagaimana tercantum pada tabel berikut.

HD

LD

,9

Lubang cahaya atau jendela


Lebar (m)

Tinggi (m).

Luas

0,

0,40

3,80

,52

0,82

0.2

0,80

,4

,3

0,2

0,3

,20

,24.

,49

0,52

0,4

,0

,04

0,47

0,5

2,00

0,94

2,98

2) bila diperhatikan adanya penghalang cahaya oleh bangunan-bangunan di


seberangjalan. Dimisalkan jarak antara titik ukur dan titik-titik dari bangunan di
seberang jalan rata-rata 30 m dan tingginya di atas bidang kerja = 9 m, maka ini
berarti bahwa bagian lubang sampai HD = 0,3 tidak memberikan jalan kepada

cahaya langsung dari langit. Dalam hal ini hasilnya akan sebagaimana tercantum
pada table beriku:
.

Lubang cahaya atau jendela


HD

UD

2,58

Lebar (m)

Tinggi (m).

luas

0,

0,40

5,

(m2)
2,0

0,97

0,2

0,80

,94

,55

0,74

0,3

,20

,48

,8

0,5

0,4

,0

,30

2,08

0,59

0,5

2,00

,8

2,3

3) Untuk memenuhi ketentuan yang berlaku untuk Titik Ukur Samping, hanya
dibutuhkankurang lebih untuk masing-masing jendela di samping seluas 50%
dari yang di tengah. Hal ini berlaku, apabila pengaruh dari jendela tengah
untuk Titik-titik Ukur Samping sama sekali tidak diperhitungkan.
4) Untuk memenuhi sekaligus kedua ketentuan menurut perhitungan dapat diambil
satu jendela simetris terhadap Titik Ukur Utarna dengan ukuran :
a) Lebar 4,00 m, tinggi ,0 m, luas 4,40 m2 atau Lebar 3,50 m, tinggi ,20 m,
Luas4,20 m2 atau Lebar 3,00 m, tinggi ,40 m, Luas 4,20 m2.
b) Kemungkinan

di

atas

hanya

sebagai

contoh

saja,

karena

masih

banyak kombinasikombinasi lain yang mungkin. Dalam perhitunganperhitungan ini, selalu diambil sebagai bagian terendah dari jendela adalah
tinggi bidang kerja (0,75 m dari lantai)

c c


 

c    c   

Sistem pencahayaan buatan adalah salah satu sistem perencanaan bangunan


yang harus dipersiapkan secara matang. Sistem ini digunakan sebagai penunjang
fasilitas gedung di samping adanya sistem pencahayaan secara alami. Kedua sistem
pencahayaan ini harus dipadukan sedemikian rupa agar dapat saling melengkapi satu
sama lain. Sistem pencahayaan buatan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a). Sistem pencahayaan merata.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,
digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruangan
memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata
diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak
langsung di seluruh langit-langit.
b). Sistem pencahayaan setempat.
Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak
merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang
memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak
dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan
penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut.
c). Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat.
Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem
pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang
dipasang di dekat tugas visual. Sistem pencahayaan gabungan dianjurkan
digunakan untuk tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi"
memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah
tertentu" pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat
yang terhalang tersebut" dan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan
untuk orang tua atau yang kemampuan penglihatannya sudah berkurang.





&

!!



"

#$ %





Kut  hy (l) uu


 l ll  
u hy () uu
 l
 uu
 l lux (lx)    & 2 lu

lu  (l) Kut   




jtuhhy y &l lut


 utut  
  


&lx 

    &lx( &l


 2

( lux
Dl hl    lh lu   y  
 l 2 
y
ut y  
lu  
 tu  uu 
u    t
j 
y h
u lu  t
tuu tu  tu julhluy h
u
 lutu
u   u  
uu
P(

 

Dlhl 
P(tlu('tt)
(ut  
 (lx)
(lu 
 ( 2)
P*(t u  (W2)
K( to
o

c c 'c p '() 



 u
 t
uhy
Dllh lu  uhly 
lu 
ht ytu
t '
 y   yt  lt
tu
 '
    '

y   yt  l  
 
 '
 
tu
 '
 y 

l h 

5Kl+  t '
y   )5Kl+  
t '
y    l h l
  Kl+   t

'
y h t  tu 
 to
  % o  
  
t
tu
 '
 l h 

 5 Kl+   tu t
  ) 5

Kl+  % 


 
'
  yt        

00, dimana angka 00 menyatakan warna benda yang dilihat akan sesuai
dengan warna aslinya. Lampu pijar dan lampu halogen mempunyai indeks
renderasi warna mendekati 00.
Pemilihan warna lampu bergantung kepada Tingkat pencahayaan
yang diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman. Dari
pengalaman secara umum, makin tinggi tingkat pencahayaan yang
diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta
pencahayaan yang nyaman.
b. Efisiensi lampu.
Efisiensi lampu atau yang disebut juga efikasi luminus,
menunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan
dinyatakan dalam lumen per watt (lumenwatt). Banyaknya cahaya yang
dihasilkan oleh suatu lampu disebut Fluks luminus dengan satuan lumen.
Efikasi luminus lampu bertambah dengan bertambahnya daya lampu.
Rugi-rugi balast harus ikut diperhitungkan dalam menentukan efisiensi
sistem lampu (daya lampu ditambah rugi-rugi balast).
c. Umur lampu dan depresiasi.
Ada beberapa cara untuk menentukan umur lampu, antara lain :
) Umur individual teknik.
2) Umur rata-rata.
3) Umur minimum.
4) Umur rata-rata pengenal.
Juga

perlu

dipertimbangkan

keekonomisan

umur

lampu

berdasarkan fluks luminus dan umur teknik, yaitu banyaknya jam menyala
pada kombinasi antara depresiasi pengurangan fluks luminus lampu dan
kegagalan lampu. Umur lampu banyak dipengaruhi oleh hal-hal antara
lain temperatur ruang, perubahan tegangan listrik, banyaknya pemutusan
dan penyambungan pada sakelar, dan jenis komponen bantunya (balast,
starter dan kapasitor).

d. Jenis lampu.


Pada saat sekarang, lampu listrik dapat dikategorikan dalam dua
golongan, yaitu : lampu pijar dan lampu pelepasan gas.
) Lampu pijar.
Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan
listrik dari kawat filamennya pada temperatur yang tinggi.
Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spektrum
radiasi yang dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari
filamen, bola lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting).
a) Filamen.
Makin tinggi temperatur filamen, makin besar energi yang
jatuh pada spektrum radiasi tampak dan makin besar efikasi dari
lampu. Pada saat ini jenis filament yang dipakai adalah tungsten.
b) Bola lampu.
Filamen suatu lampu pijar ditutup rapat dengan selubung
gelas yang dinamakan bola lampu. Bentuk bola lampu bermacammacam dan juga warna gelasnya. Bentuk bola (bentuk A), jamur
(bentuk E), bentuk lilin dan lustre dengan bola lampu bening, susu
atau buram dan dengan warna merah, hijau, biru atau kuning.
c) Gas pengisi.
Penguapan filamen dikurangi dengan diisinya bola lampu
dengan gas inert. Gas yang umumnya dipakai adalah Nitrogen dan
Argon.
d) Kaki lampu.
Untuk pemakaian umum, tersedia dua jenis yaitu kaki
lampu berulir dan kaki lampu bayonet, yang diindentifikasikan
dengan huruf E (edison) dan B (Bayonet), selanjutnya diikuti
dengan angka yang menyatakan diameter kaki lampu dalam
milimeter (E27, E4dan lain-lain). Bahan kaki lampu dari
alumunium atau kuningan.

e) Jenis lampu pijar khusus.


) Lampu. reflektor.
Lampu pijar yang mempunyai reflektor yang terbuat
dari lapisan metal tipis pada permukaan dalam dari bola lampu
yang memberikan arah intensitas cahaya yang dipilih.
Reflektor dalam tidak boleh rusak, korosi atau terkontaminasi.
Lampu berreflektor mempunyai 2 jenis, yaitu jenis Pressed
glass dan jenis Blown bulb.
a. Lampu Pressed glass, adalah lampu yang kokoh dan gelas
tahan panas. Gelas depan mempunyai beberapa jenis
pancaran cahaya seperti spot, flood, wide flood. Lampu ini
dapat dipasang langsung sebagai pasangan instalasi luar,
tahan terhadap cuaca.
b. Lampu Blown bulb, menyerupai lampu pressed glass, tetapi
lampu ini hanya dipasang di dalam ruangan.
2) Lampu Halogen.
Lampu Halogen adalah Lampu pijar biasa yang
mempunyai filament temperatur tinggi dan menyebabkan
partikel tungsten akan menguap serta berkondensasi pada
dinding

bola

lampu

yang

selanjutnya

mengakibatkan

penghitaman. Lampu halogen berisi gas halogen (iodine,


chlorine, chromine) yang dapat mencegah penghitaman lampu
2) Lampu pelepasan gas.
Lampu ini tidak sama bekerjanya seperti lampu pijar. Lampu
ini bekerja berdasarkan pelepasan elektron secara terus menerus di
dalam uap yang diionisasi. Kadangkadang dikombinasikan dengan
fosfor yang dapat berpendar. Pada umumnya lampu ini tidak dapat
bekerja tanpa balast sebagai pembatas arus pada sirkit lampu.Lampu
pelepasan gas mempunyai tekanan gas tinggi atau tekanan gas rendah.
Gas yang dipakai adalah merkuri atau natrium. Salah satu lampu

pelepasan gas tekanan rendah dan memakai merkuri adalah lampu

fluoresen tabung atau disebut TL ( 


 ).
3) Lampu fluoresen tabung.
Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya
dihasilkan oleh bubuk fluoresen pada dinding bola lampu yang
diaktifkan oleh energi ultraviolet dari pelepasan energi elektron.
Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai elektroda
pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan
gas inert untuk penyalaannya. Jenis fosfor pada permukaan bagian
dalam tabung lampu menentukan jumlah dan warna cahaya yang
dihasilkan. Lampu fluoresen mempunyai diameter antara lain 2 mm
dan 38 mm, mempunyai bermacam-macam warna" merah, kuning,
hijau, putih, daylight dan lain-lain serta tersedia dalam bentuk bulat
(TLE). Lampu fluoresen mempunyai dua sistem penyalaan, yaitu
memakai starter dan tanpa starter. Lampu fluoresen jenis tanpa starter
antara lain TL-RS, TL-X dan TL-M.
Ada dua jenis lampu fluoresen tanpa starter yaitu rapid start
dan instant start. Bentuk lampu fluoresen dapat berbentuk miniatur
dan ada yang dilengkapi dengan balast dan starter dalam satu
selungkup gelas dan kaki lampunya sesuai dengan kaki lampu pijar .
Lampu ini memakai balast elektronik atau balast konvensional dan
disebut lampu fluoresen kompak. Lampu ini mengkonsumsi hanya
25% energi dibandingkan dengan lampu pijar untuk fluks luminus
yang sama serta umurnya lebih panjang.
2. Komponen Listrik
a. Starter
Starter mempunyai fungsi untuk menyalakan lampu diperlukan
starter. Starter diperlukan untuk pemanasan awalpreheat dari elektroda
lampu dan memberikan tegangan puncak yang tinggi sehingga cukup

untuk memicu pelepasan elektron di dalam lampu. Setelah penyalaan


terjadi, starter harus berhenti menghasilkan tegangan puncak tersebut.
b. Kapasitor
Kapasitor mempunyai 2 jenis kapasitor, yakni:
) Jenis basah ^
"#
Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jen $ 
%V yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila
terjadi kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi
pecah atau kebocoran minyak.
2) Jenis kering ^  "#
Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah kapasitor
film metal. Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri
perlampuan dan belum tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor
kering tidak direkomendasikan pada pemakaian instalasi seri karena
kerugian dayanya tinggi.
c. Balast
Balast berfungsi sebagai komponen pembatas arus. Sedangkan
jenis-jenisnya antara lain:
) Balast resistor.
Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan pasokan
tegangan dua kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu. Hal ini
berarti 50% daya listrik diboroskan oleh balast dan akhirnya
penggunaannya menjadi tidak ekonomis.
2) Balast induktif atau 
.
Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat
tembaga pada inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip
induktansi sendiri.
3) Balast elektronik.
Balast ini bekerja pada sistem frekuensi tinggi (
&
=
HF). Sistem balast elektronik terintegrasi dalam suatu kotak, dimana

di dalamnya terdapat komponen - komponen elektronik yang terdiri


dari beberapa blok, yaitu low pass filter, konverter ACDC, generator
HF dan pengendali lampu.
3. Armatur
adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan
mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang
didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan
peralatan pengendalian listrik. Untuk memilih armatur yang akan digunakan,
perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pencahayaan,
sebagai berikut :
a). distribusi intensitas cahaya.
b). efisiensi cahaya.
c). koefisien penggunaan.
d). perlindungan terhadap kejutan listrik.
e). ketahanan terhadap masuknya air dan debu.
 
 ( 
Pengujian kinerja sistem pencahayaan dimaksudkan untuk mengetahui
dan atau menilai kondisi suatu sistem pencahayaan apakah masih, sudah atau
belum memenuhi standar atau ketentuan pencahayaan yang berlaku. Pengujian
dimaksudkan untuk memeriksa, mengamati dan mengukur :
. Tingkat pencahayaan (Lux).
2. Indeks kesilauan.
Sebagaimana diuraikan terdahulu, tingkat pencahayaan dari suatu sumber
cahaya buatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : posisi pemasangan,
umur lampu, pemeliharaan dan tegangan listrik. Demikian juga tingkat kesilauan
dipengaruhi oleh pemasangan dan penggunaan armatur, penempatan lampu,
posisi pengamat terhadap sumber cahaya dan kontras serta luminansi.

 
 -
  
Pada pengoperasian instalasi sistem pencahayaan dalam suatu
bangunan, maka perencanaan penempatan alat pengendali perlu mendapatkan
perhatian sehingga tata cahaya dapat dikendalikan dengan baik.
. Penempatan Alat Kendali.
a) Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat yang
mudah dilihat dan dijangkau.
b) Sakelar yang melayani mejatempat kerja, bila mudah dijangkau
merupakan bagian armatur yang digunakan untuk menerangi mejatempat
kerja tersebut.
c) Sakelar yang mengendalikan sistem pencahayaan pada lebih dari satu
lokasi tidak boleh dihitung sebagai tambahan jumlah sakelar pengendali.
d) Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus
dilengkapi sedikitnya satu sakelar ONOFF.
e) Ruangan dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu
sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan.
f) Setiap sakelar maksimum melayani total beban daya sebagaimana
dianjurkan pada PUIL edisi terakhir.
2. Pengendalian Sistem Pencahayaan.
a) Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara
manual atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
b) Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus
kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan
timer, photocell, atau gabungan keduanya.
c) Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah
datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar
terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.
d) Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya
dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur
penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.

e) Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan pengendalian
sistem pencahayaan :
) Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang
luas secara keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan
pengendali dipusatkan ditempat lain (termasuk lobi umum dari
perkantoran, Hotel, Rumah Sakit, Pusat belanja, dan gudang).
2) Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat diprogram.
3) Pengendalian yang memerlukan operator terlatih.
4) Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah
berbahaya.



 



Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga


agar kinerja sistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai
perancangan, dan untuk memperoleh kenyamanan. Jika faktor pemeliharaan ini
dilakukan sejak tahap perancangan, maka beban listrik dan biaya awal dapat
diminimalkan.
Pemeliharaan ini mencakup penggantian lampu-lampu dan komponen
listrik dalam armatur yang rusakputus atau sudah menurun kemampuannya,
pembersihan armatur dan permukaan ruangan secara terjadwal. Sistem
pencahayaan membutuhkan pemeliharaan, karena tanpa melakukan ini maka
kinerja sistem akan berkurang. Fluks luminus lampu akan berkurang dengan
bertambahnya umur sampai akhirnya putus. Kecepatan penurunan kinerja ini
berbeda untuk setiap jenis lampu. Selain itu, akumulasi debu pada lampu,
armatur dan permukaan ruangan juga akan menurunkan Fluks luminus yang akan
diterima oleh bidang kerja. Agar tindakan pemeliharaan pada sistem tata cahaya
terjamin pelaksanaannya, maka pemilik atau pengelola bangunan sebaiknya
memiliki buku petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan sistem tata cahaya
bangunan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan sistem
pencahayaan buatan antara lain:

. Penurunan Fluks Luminus.


Ada dua faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu
penggantian lampu yaitu penurunan fluks luminus lampu dan probabilitas
putusnya lampu. Penilaian terhadap dua faktor ini sangat tergantung pada
jenis lampu yang dipakai. Untuk lampu yang menggunakan filamen tungsten
(lampu pijar, lampu halogen dan lampu pelepasan tekanan tinggi jenis
merkuri tungsten) umumnya akan putus sebelum fluks luminusnya turun
secara drastis. Oleh karena itu waktu penggantian lampu-lampu jenis ini lebih
ditentukan oleh probabilitas putusnya lampu itu sendiri. Sedangkan untuk
jenis lampu pelepasan lainnya pada umumnya sebelum putus akan
mengalami penurunan fluks luminus secara drastis. Dengan demikian waktu
penggantian ditentukan oleh penurunan fluks luminus dan probabilitas
putusnya lampu. Namun, meskipun lampu masih dapat menyala, sebaiknya
diganti apabila penurunan fluks luminus secara ekonomis sudah tidak
menguntungkan ( 0%).
2. Penurunan Kinerja Armatur.
Kinerja armatur berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya
waktu. Hal ini disebabkan oleh :
a) akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun
reflektor, dan
b) perubahan warna pada kedua permukaan tersebut akibat bertambahnya
umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi. Kecepatan penurunan
kinerja ini tergantung pada jumlah dan komposisi debu di udara dan jenis
armaturnya.
Tidak

ada

aturan

yang

pasti

untuk

menentukan

jadwal

pemeliharaanpembersihan armatur.
Pada umumnya untuk menentukan jadwal ini, faktor biaya, kesesuaian
waktu pelaksanaan dan efisiensi sistem pencahayaan menjadi faktor-faktor
yang harus diperhitungkan. Sebagai petunjuk, pada umumnya pembersihan
dilakukan minimal setahun sekali (meskipun untuk tempat-tempat tertentu

hal ini tidak cukup). Akan lebih baik apabila waktu pembersihan ini
dilakukan bersamaan waktunya dengan waktu penggantian lampu.
3. Pemeliharaan Permukaan-permukaan Ruangan.
Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan
ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi) cahaya
yang berarti akan menurunkan tingkat pencahayaan di dalam ruangan
tersebut. Kecepatan penurunan faktor refleksi (dan faktor transmisi)
bervariasi bergantung pada :
a. Tekstur Permukaan.
Untuk permukaan yang mengkilap (glossy) dan agak
mengkilap (semi glossy), maka penurunannya akan lebih lambat dari pada
permukaan kasar (matt) dan lebih mudah dibersihkan.
b. Kemiringan Permukaan.
Akumulasi debu pada permukaan vertikal tidak secepat akumulasi
pada permukaan horisontal.
c. Lokasi bangunan dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan.
G    
 

c  ) *

Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi
kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling umum
adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan jendela, baik yang terlihat
langsung atau melalui pantulan. Ada dua macam silau, yaitu    
 yang
dapat mengurangi kemampuan melihat, dan    
 yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan. Kedua macam silau ini dapat terjadi
secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
. p  '
(Silau yang menyebabkan ketidak mampuan melihat).
p   
 ini kebanyakan terjadi jika terdapat daerah yang dekat
dengan medan penglihatan yang mempunyai luminansi jauh diatas luminansi
obyek yang dilihat. Oleh karenanya terjadi penghamburan cahaya di dalam
mata dan perubahan adaptasi sehingga dapat menyebabkan pengurangan
kontras obyek. Pengurangan kontras ini cukup dapat membuat beberapa


penting menjadi tidak terlihat sehingga kinerja tugas visual juga akan
terpengaruh. Sumber    
 di dalam ruangan yang paling sering
dijumpai adalah cahaya matahari langsung atau langit yang terlihat melalui
jendela, sehingga jendela perlu diberi alat pengendalipencegah silau ^ 

 

(
"#
2. p  
(Silau yang menyebabkan ketidaknyamanan melihat).
Ketidaknyamanan penglihatan terjadi jika beberapa elemen interior
mempunyai luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior lainnya.
Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera, tetapi adakalanya baru
dirasakan setelah mata terpapar pada sumber silau tersebut dalam waktu
yang lebih lama. Tingkatan ketidaknyamanan ini tergantung pada luminansi
dan ukuran sumber silau, luminansi latar belakang, dan posisi sumber silau
terhadap medan penglihatan. p   
 akan makin besar jika suatu
sumber mempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang luas, luminansi latar
belakang yang rendah dan posisi yang dekat dengan garis penglihatan.
Perlu diperhatikan bahwa variable perancangan sistem tata cahaya
dapat mengubah lebih dari satu faktor. Sebagai contoh, penggantian armatur
untuk mengurangi luminansi ternyata juga akan menurunkan luminansi latar
belakang. Namun demikian, sebagai petunjuk umum,    
 dapat
dicegah dengan pemilihan armatur dan perletakannya, dan dengan
penggunaan nilai reflektansi permukaan yang tinggi untuk langit-langit dan
dinding bagian atas.
    
   
Ada dua alternatif sistem pengendalian    
, yaitu Sistem
Pemilihan Armatur dan Sistem Evaluasi Silau. Kedua sistem ini mempunyai
karakteristik dan aplikasi yang berbeda. Secara umum, Sistem Pemilihan Armatur
dapat digunakan sebagai alternatif dari Sistem Evaluasi Silau jika nilai Indeks
Kesilauan yang direkomendasikan untuk aplikasi tertentu adalah lebih besar dari
9. Indeks kesilauan adalah angka yang menunjukkan tingkat kesilauan dari suatu

sistem pencahayaan, dimana makin besar nilainya makin tinggi pengaruh


penyilauannnya.
. Sistem Pemilihan Armatur untuk mengurangi   
#
Perancang sistem tata cahaya adakalanya harus memilih sistem tata
cahaya berdasarkan informasi tentang tugas visual atau lingkungan yang tidak
lengkap. Sebagai contoh, sifat pekerjaan yang akan dilakukan di dalam suatu
ruangan tidak diketahui, atau jenis permukaan atau detail penyekatan
ruangan belum ditentukan pada saat keputusan rancangan sistem tata cahaya
dibutuhkan. Bila hal ini terjadi, maka perancang sistem tata cahaya harus
membuat asumsi berdasarkan pengalamannya. Jika sistem tata cahaya terdiri
dari susunan teratur dari satu jenis armatur, maka sistem pemilihan armatur
ini dapat digunakan.
Sistem pemilihan armatur ini berdasarkan alasan bahwa probabilitas
terjadinya    
 akan berkurang dengan mengendalikan luminansi
dari armatur pada suatu arahtertentu, bergantung pada ukuran ruangan dan
tingkat pencahayaan yang dibutuhkan. Luminansi armatur dapat dibatasi
dengan :
a) mengubah luminansi lampu menggunakan metoda pengendalian optis
untuk menjaga luminansi pada sudut kritis tertentu dalam batas-batas
yang direkomendasikan "
b) memotong pandangan langsung terhadap lampu menggunakan bahan tak
tembus cahaya, kisi-kisi ((
) atau bagian permanen dari bangunan
Perlu diperhatikan bahwa selain sistem tata cahaya untuk
pencahayaan merata, adakalanya sistem pencahayaan setempat juga
digunakan dalam suatu ruangan. Dalam hal ini haruS diperhatikan bahwa
pencahayaan setempat tidak menaikkan probabilitas terjadinya   

dan ini adalah asumsi yang dibuat pada saat menggunakan sistem pemilihan
armatur pada sistem tata cahaya untuk pencahayaan merata.

2. Sistem Evaluasi Silau


Beberapa jenis tugas visual atau lingkungan interior membutuhkan
perhatian yang lebih kritis terhadap pengendalian discomfort glare. Hal ini
terjadi pada hal-hal berikut ini :
a) Ukuran ruangan yang besar (dengan indeks ruangan lebih besar dari 2)
yang berakibat bahwa dalam daerah penglihatan normal penghuni
ruangan terdapat sejumlah besar armatur.
b) Tugas visual yang sulit, misalnya, detail obyek yang kecil, kontras yang
rendah, persepsi (penglihatan) yang cepat, yang membutuhkan perhatian
visual yang kontinu.
c) Arah pandang dari pekerja pada atau diatas horisontal untuk selang
waktu yang panjang, misalnya, di dalam Ruang Kontrol, Ruang Kelas,
Ruang computer.
d) Permukaan ruangan dan peralatan yang ada berwarna gelap atau kurang
mendapat cahaya.

c c

      c   

   %
Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkanmemanaskan udara
sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkandipersyaratkan.
Selain itu, sistem tersebut berfungsi mengatur aliran udara dan kebersihannya.
Sistem penyegaran udara yang dilakukan pada umumnya dibagi menjadi dua
golongan utama yaitu :
. Penyegaran udara untuk kenyamanan
Menyegarkan udara ruangan untuk memberikan kenyamanan kerja bagi orang
yang melakukan kegiatan tertentu.
2. Penyegaran udara untuk industri
Menyegarkan udara ruangan karena diperlukan oleh proses, bahan, peralatan
atau barang yang ada di dalamnya.
Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup untuk jangka
waktu yang lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa kurang nyaman, begitu
juga jika kita berada pada ruang terbuka pada siang hari dengan sinar matahari
mengenai tubuh kita akan terasa kurang nyaman. Hal ini diakibatkan dua hal
utama yakni temperatur (suhu) dan kelembaban (humidity) udara tersebut tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur sistem
tata udara menurut jenis bangunan:
. Perkantoran
Penyegaran udara gedung kantor diperlukan untuk memberikan kenyamanan
lingkungan kerja bagi para karyawan. Penyegaran udara itu juga diadakan
untuk melindungi peralatan kantor, sebaiknya terdapat pengatur suhu dan
kelembaban atau penyegar udara untuk setiap kelompok ruangan dengan
kegiatan yang sama.

2. Hotel
Hotel terdiri dari ruang tamu, kamar, ruangan umum seperti ruang duduk,
ruang makan dan sebagainya. Ruang tamu sebaiknya sistem penyegaran
dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban, dengan demikian suhu
dan kelembabannya dapat disesuaikan dengan keperluan, seperti umur, jenis
kelamin dari tamu dan sebagainya.
3. Pusat Pertokoan
Pengaturan udara di pertokoan juga berkaitan dengan unsure kenyamanan
pengunjung, dengan demikian mengoptimalkan fungsinya sebagai bangunan
komersial.
4. Industri
Sistem penyegaran udara untuk keperluan industri dibagi menjadi dua
golongan, yaitu penyegaran udara untuk kenyamanan, untuk memberikan
kenyamanan lingkungan kerja bagi karyawan"
penyegaran udara industry untuk mengatur suhu dan kelembababan dari
udara yang dipergunakan dalam proses produksi, penyimpanan, lingkungan
kerja mesin, dan sebagainya.
5. Rumah Sakit
Rumah Sakit berbeda dari jenis bangunan lainnya, dimana lingkungannya
harus dijaga supaya tetap bersih untuk mencegah penyebaran dan
berkembangnya bakteri patogenik. Oleh karena itu ruangan yang tersedia
hendaknya dibagi menjadi beberapa daerah, sedemikian rupa sehingga tidak
terjadinya pencampuran udara yang mengandung kuman penyakit.
. Tempat Tinggal
Guna mendapatkan pola hidup dan lingkungan yang sehat dan nyaman, maka
tata udara di tempat tinggal memang sangat penting. Apalagi, di sanalah kita
hidup dan menghabiskan waktu sehari-hari.

c  ! . !!


Penyegar udara atau yang biasa disebut Air Conditioner(AC) dirancanng
dengan mempergunakan bahan atau unsur pendingin (Refrigeran) yang
mempunyai sifat mekanis yang dimasukkan ke dalam suatu sistem peredaran
udara untuk diedarkan melalui komponen-komponen utama penyegar yang telah
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghisap atau menyerap suhu panas
udara di dalam suatu ruangan dan memindahkan suhu panas udara tersebut
keluar ruangan, sehingga tercapailah suatu penyegar udara yang ideal.
Penyegar udara yang baik harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
 Dapat mengatur dan menyesuaikan suhu didalam ruangan.
  Dapat menjaga dan mengatur kelembaban udara.
0  Memperlengkapi penukaran udara dengan baik.
 Dapat mengedarkan kembali udara yang telah ada di dalam ruang yang sudah
diberikan pengaturan udara.
 Dapat menyaring dan membersihkan udara.

 ! )!!/ "*


Semua bagian dari sistem pendinginan adalah serupa, kecuali ukuran ukurannya, tergantung dari kerangka pendinginan tersebut. Lingkaran
pendingin merupakan suatu rangkaian pertukaran dari bagian-bagian bahan
pendingin, didalam proses ini bahan pendingin diubah dari bentuk cairan
menjadi uap kemudian diolah kembali menjadi suatu bentuk cairan.
Tenaga yang berbentuk panas yang merubah cairan menjadi uap
adalah bentuk panas yang merupakan hawa panas yang ditarik dari udara
didalam ruangan yang diinginkan.
Lingkaran pendinginan terdiri dari 4 proses, yaitu :
 Kenaikkan tekanan didapat dari dalam kompresor
  Menghilangkan panas didalam Kondensor
0  Mendapatkan hawa panas di dalam Evaporator.
 Menghilangkan tekanan didalam Capillary tube


!+
. Kompresor.
Kompresor adalah suatu alat mekanis yang dapat menarik gas
pendinginan dan kemudian menyalurkan dengan suatu tekanan yang lebih
tinggi ke Kondensor. Saat ini umumnya kompresor digerakkan oleh motor
listrik.
Kompresor juga jantung dari sistem tata udara, Kompresor
berguna untuk menghisap uap refrigeran dari ruang penampung uap.
Ketika di dalam penampung uap, tekanannya diusahakan agar tetap
rendah, supaya refrigerant senantiasa berada dalam keadaan uap dan
bersuhu rendah. Lalu ketika di dalam kompresor, tekanan refrigeran
dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali.
Energi yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor
listrik yang menggerakkan kompresor. Jumlah refrigeran yang bersirkulasi
dalam siklus refrigerasi tergantung pada jumlah uap yang dihisap masuk
ke dalam kompresor .
Dua jenis utama dari kompresor:
. Kompresor positif, dimana gas di hisap masuk kedalam silinder dan
dikompresikan sehingga terjadi kenaikan tekanan.
2. Kompresor

non

positif,

dimana

gas

yang

dihisap

masuk

dipercepatalirannya oleh sebuah impeler yang kemudian mengubah


energy kinetik untuk menaikkan tekanan.
Empat jenis kompresor refrigerasi yang paling umum adalah:
. Kompresor torak (reciprocating compressor)
2. Kompresor sekrup (rotary screw compressor)
3. Kompresor sentrifugal
4. Kompresor sudu (vane)

2. Kondensor
Kondensor adalah suatu alat yang menarik hawa panas baik yang
kentara maupun tak kentara dari gas yang telah ditekan, dan
memindahkannya kesuatu medium pendinginan udara atau air, jadi
dengan kata lain, gas tersebut dicairkan oleh kondensor ini.
Kondensor berguna untuk pengembunan dan pencairan kembali
uap refrigeran. Uap refrigeran yang bertekanan dan bersuhu tinggi pada
akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkannya
dengan air pendingan (dengan udara pendingin pada sistem dengan
pendinginan udara) yang ada pada suhu normal.
Dengan kata lain, uap refrigeran menyerahkan panasnya (kalor
laten pengembunan) kepada air dingin di dalam kondensor, sehingga
mengembun dan menjadi cair. Jadi karena air pendingin menyerap panas
dari refrigeran, maka ia akan menjadi panas pada waktu keluar dari
kondensor. Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa
cair, dimana terdapat campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair,
tekanan (tekanan pengembunan) dan suhunya (suhu pengembunan)
konstan. Kalor yang dikeluarkan dari dalam kondensor adalah jumlah
kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator.
Uap refrigeran menjadi cair sempurna didalam kondensor,
kemudian dialirkan kedalam melalui pipa kapiler katup ekspansi.
Jenis-jenis kondensor :
. Kondensor Tabung dan Pipa Horisontal
Ciri-ciri kondensor tabung dan pipa adalah sebagai berikut:
 Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip, sehingga relative

berukuran kecil dan ringan.


 Pipa air dapat dibuat lebih mudah.
 Bentuknya sederhana (horisontal) dan mudah pemasangannya.
 Pipa pendingin mudah dibersihkan.

2. Kondensor Tabung dan Koil


Ciri-ciri kondensor tabung dan koil adalah sebagai berikut :
 Harganya murah karena mudah pembuatannya.
 Kompak

karena

posisinya

yang

vertikal

dan

mudah

pemasanganya.
 Boleh dikatakan tidak mungkin mengganti pipa pendingin,
sedangkan pembersihannya dilakukan dengan menggunakan
deterjen.
3. Kondensor Pipa Ganda
Ciri-ciri kondensor jenis pipa ganda adalah sebagai berikut :
 Konstruksi sederhana dengan harga memadai.
 Dapat mencapai kondisi superdingin karena arah aliran

refrigeran dan air pendingin berlawanan.


 Penggunaan air pendingin relatif kecil.
 Kesulitan dalam membersihkan pipa" harus dipergunakan

deterjen.
 Pemeriksaan terhadap korosi dan kerusakan pipa tidak

mungkin

dilaksanakan"

penggantian

pipa

juga

sukar

dilaksanakan.
3. Evaporator
Evaporator adalah suatu alat yang berguna untuk menghisap panas
darisekelilingnya oleh penguapan bahan pendingin cair yang sudah
ditakar didalamnya, jadi cairan tersebut dipindahkan dalam bentuk gas.
Tekanan cairan refrigeran yang diturunkan pada katup ekspansi,
didistribusikan secara merata kedalam pipa Evaporator oleh distributor
refrigeran, pada saat itu refrigeran akan menguap dan menyerap kalor dari
udara ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa
evaporator.

Cairan refrigerant diuapkan secara berangsur-angsur karena


menerima kalor sebanyak kalor laten penguapan, selama proses
penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam
fasa cair dan gas. Suhu penguapan dan tekanan penguapan dalam keadaan
konstan pada saat itu terjadi. Evaporator adalah penukar kalor yang
memegang peranan paling penting di dalam siklus refrigerasi, yaitu
mendinginkan media sekitarnya.
4. Capillary Tube
Alat ini merupakan suatu pengisi yang diletakkan rapat dibawah
Kondensor, dan alat ini berguna untuk mengumpulkan cairan pendingin.
Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair (yang bertekanan tinggi)
yang dicairkan di dalam kondensor, agar dapat mudah menguap, maka
dipergunakan alat yang dinamakan katup ekspansi atau pipa kapilar.
Katup ekspansi ini dirancang untuk suatu penurunan tekanan
tertentu. Katup ekspansi yang biasa dipergunakan adalah katup ekspansi
termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigeran, yaitu agar derajat
super panas uap refrigeran di dalam evaporator dapat diusahakan konstan.
Dalam penyegar udara yang kecil dipergunakan pipa kapiler sebagai
pengganti katup ekspansi.
Cairan refrigeran mengalir ke dalam evaporator, tekanannya turun
dan menerima kalor penguapan dari udara, sehingga menguap secara
berangsur- angsur. Selanjutnya, proses siklus tersebut di atas terjadi
secara berulang-ulang Jenis katup ekspansi yang paling popular untuk
sistem refrigasi adalah katup berkendali lanjut panas, yang biasa disebut
dengan katup ekspansi termostatik. Katup ekspansi termostatik mengatur
laju aliran refrigeran cair yang besarnya sebanding dengan laju penguapan
di dalam evaporator.
Katup ekspansi mengatur supaya evaporator dapat selalu bekerja
sehingga diperoleh efisiensi siklus refrigerasi yang maksimal. Apabila
beban pendinginan turun, atau apabila katup expansi membuka lebih

lebar, maka refrigeran didalam evaporator tidak menguap sempurna,


sehingga refrigeran yang terisap masuk ke dalam kompresor mengandung
cairan. Apabila hal tersebut terjadi dalam waktu cukup lama, sebagian uap
akan mencair kembali, dan katup kompresor akan mengalami kerusakan.
Refrigerasi adalah metode pengkondisian temperatur ruangan agar
tetap

berada di bawah temperatur lingkungan. Karena temperatur

mangan yang terkondisi tersebut selalu berada di bawah temperatur


lingkungan, maka ruangan akan menjadi

dingin, sehingga refrigerasi

dapat juga disebut dengan metode pendinginan.


Metode pendinginan
menggunakan

bantuan

(refrigerasi) ini akan berhasil dengan

zat refrigerant. Refrigerant akan bertindak

sebagai media penyerap dan pemindah panas dengan cara merubah


fasanya. Refrigerant adalah suatu zat yang mudah berubah fasanya dari
cair menjadi uap dan sebaliknya

apabila kondisi

tekanan dan

temperaturnya diubah.
Refrigeran sangat penting peranannya bagi mesin penyegar udara,
sehingga dalam memilih jenis refrigeran haruslah yang paling sesuai
dengan

jenis

kompresor

yang

dipakai,

dan

karakteristik

termodinamikanya yang antara lain meliputi suhu penguapan dan tekanan


penguapan serta suhu pengembunan dan tekanan pengembunan.
Persyaratan refrigeran untuk unit refrigerasi adalah sebagai
berikut:
3 tekanan penguapannya harus tinggi.
3 tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi.
3 kalor laten penguapannnya harus tinggi.
3 volume spesifik (terutama dalam fasa gas) yang cukup kecil.
3 koefisien prestasinya harus tinggi.
3 konduktivitas termal yang tinggi.
3 viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas.

3 konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang

besar,
3 serta tidak menyebabkan korosi pada maaterial isolator listrik.
3 refrigeran hendaknya stsbil dan tidak bereaksi dengan material yang
3 dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi.
3 refrigeran tidak boleh beracun dan tidak berbau merangsang.
3 refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak.
3 refrigeran harus mudah dideteksi, jika terjadi kebocoran.
3 harganya tidak mahal dan mudah diperoleh.
3 ramah lingkungan

  (00   !!1 


 !1 1 0)"*
a. Air Cooled system
Misal:

2indow AC ( Room AC)

Kapasitas dari 5000-32000 BTU (0,4-2,7) TR = ,4 0,5 K


Keuntungan:

3 Temperatur ruangan dapat dikontrol tersendiri dari masing-

masing unit
3 Tidak memerlukan ducting
3 Tidak memerlukan pemipaan
3 Instalasinya sangat sederhana

Kerugian:
3 Memerlukan space pada dinding dan jendela
3 Umumnya distribusi udara tetap kapasitasnya
3 Pemasangan pada dinding luar sehingga kelihatan kurang baik.
3 Noise (bising)
3 Umur pendek ( 4 tahun)
3 Power consumtion pendek

b. Single Pachage air cooled


3 Evaporator dan condenser satu unit
3 Instalasinya di atap rumah dgn dihubungkan dengan ducting ke

dalam ruangan
3 Snigle pachage AC water cooled
3 Evaporator dan condenser satu unit
3 Colling tower terpisah

c. Split Package AC


a. Air cooled split system AC
> Condenser terpisah di luar dan evaporator dalam ruangan
> Condenser ditempatkan di atap atau di pekarangan
> Instalasinya dapat menggunakan ducting atau tanpa ducting
> Condenser didinginkan dengan udara

3ater cooled split system AC


b.

 Condenser terpisah di luar dan evaporator dalam ruangan


 Condenser ditempatkan di atap atau di pekarangan
 Instalasinya dapat menggunakan ducting atau tanpa ducting
 Condenser didinginkan dengan air

 !,4 5


AC Sentral

3 Blower,evaporator , condenser dan kompresor ditempatkan pada satu

tempat.
3 Pendinginan seluruh bangunan di sentralisir pada satu tempat
3 Umur 8 20 tahun
3 Pendinginan untuk bangunan besar dan bertingkat tinggi

Sistem distribusi :
. All Air System
Condenser dan evaporator ditempatkan pada satu tempat
Udara dingin dari tempat tersebut dialirkan ke seluruh ruangan
dengan ducting

Menggunakan central sistem yang dilengkapi dengan central direct


expantion coil
2. All

6ater system

Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang)


Distribusi udara lebih baik
Pemeliharaan di sentralisir operation
Kerugian :
3 Initial cost tinggi ( biaya ducting dan isolasi tinggi).
3 Ukuran shaft dan ducting sama besar

Keuntungan all

7ater system:

 Lebih sederhana ( mudah dipasang dan dirancang)


 Distribusi udara lebih baik
Permasalahan dan Penyelesaian:
Permasalahan biasanya terjadi karena banyak hal antara lain :
3 Evaporator kotor, pemecahanya bersihkan dari kotoran dan lumut

lumut
3 Saringan Buntu Atau Kotor, pemecahan permasalahanya adalah

bersihkan dengan air bertekanan sampai tidak ada lagi kotoran yang
menempel
3 Kurang Freon, biasanya hal ini terjadi karena terjadi kebocoran saat

instalasi.
Pemecahanya :
Cari dengan menggunakan air sabun dengan jalan mengusap atau pada bagian
bagian yang rawan bocor, misalkan sambungan. Jika terjadi gelembung
gelembung sabaun maka disitu lah summer masalahnya. Maka kencangkan
kembali sambungan tersebut atau kalau perlu sambung ulang kembali
  -!!! 8--
Udara yang mengandung uap air dinamakan udara lembab atau udara
basah. Sedangkan udara kering adalah udara yang sama sekali tidak mengandung
uap air.

Air di udara dapat diserap semua bagian bangunan yang punya sifat
menyerap. Selain terjadi karena penyerapan langsung juga terjadi karena
pengembunan.
Kebanyakan bahan bangunan utama rumah-rumah kini adalah bata atau
batako yang umumnya berpori banyak dan dengan demikian menyerap air dari
udara. Lebih-lebih lagi menyerap air dari kelembaban tanah di bawah bangunan
melalui fondasi. Hal ini terjadi terutama di dinding bagian luar yang langsung
berhadapan dengan cuaca dan juga di dinding-dinding kamar mandi dan dapur,
daerah daerah yang banyak terdapat air.
Air dalam bata ini kalau tidak mendapatkan sinar matahari langsung atau
mengalami hambatan dalam pelepasan kandungan airnya, akan menetap
selamanya di dinding bata tersebut. Selain itu kalau secara terus-menerus
menyerap air dari udara, dinding akan lembab. Akibatknya juga udara di dalam
ruang turut lembab, apabila tidak berventilasi cukup.
Dinding dan udara lembab akan membawa beberapa persoalan, seperti
penampilan dinding yang seperti panuan atau bahkan tumbuh jamur meskipun
berulang kali dibersihkan. Juga terjadi pengelopakan cat dan plester yang
biasanya menutup dinding tersebut. Belum lagi pengaruh buruknya terhadap
kusen yang menyatu dengan bagian dinding tersebut atau lemari yang merapat ke
dinding. Buat yang asmatik udara dan dinding yang lembab di kamar tidurnya
akan memicu serangan asma.
Solusi untuk mengatasi kelembaban adalah:
U Buatlah bangunan Anda berdiri agak tinggi dari permukaan tanah
disekelilingnya. Umumnya dibuat sekitar 20 sampai 30 cm. Artinya
lantai rumah Anda 20-30 cm lebih tinggi dari permukaan tanah asal.
Tetapi amatlah menguntungkan apabila kita membuatnya setinggi 0
cm karena sekalian membuat penampilan rumah Anda bertambah baik
dan Anda juga merasa nyaman memandang keluar dari dalam rumah
Anda, karena mendapatkan posisi memandang lebih baik.

U Kedua, usahakan menghindarkan kontak permukaan dinding bata


dengan udara basah atau air hujan. Dengan cara membuat teritisan
(overhangoverstek) yang cukup atau melapisi dinding bata dengan
bahan yang kedap air.
U Selanjutnya, dengan membuat ventilasi yang cukup di semua ruangan.
Kalau mungkin dibuat lubang angin di bagian atas dan bagian bawah
dinding.
Sehingga baik kelembaban dinding maupun kelembaban udara di
dalam bisa dihindarkan.
U Untuk bagian kamar mandi, umumnya dibuat dinding bata dengan
perekat adukan yang kedap air dengan meningkatkan campuran
semen PC-nya. Bagi rumah-rumah di dataran tinggi, kelembaban
kadang menyertai juga hawa yang dingin. Sehingga ada kemungkinan
terjadi pengembunan disebabkan perbedaan temperatur di bagian luar
dan di bagian dalam dinding.
U Bila bangunan di tempat dingin, ventilasi tentu akan bertentangan
dengan kebutuhan ruang dalam yang hangat. Maka, dari itu sebaiknya
penggunaan dinding bata atau bahan bahan lain yang mudah
menyerap air dihindarkan atau digunakan seminim mungkin.

 c
 

kompas.comindex=rumah_okt2005
ridwan.staff.gunadarma.ac.idDownloadsfiles887teknik+pendingin.pdf.
sulis-online.blogspot.com_sept2007
SNI. No. 03-239-99 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk
rumah dan gedung.
Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 95, Deel ,
"Dagverlichting
Van

9oningen (NBG 95).

Hopkinson (et.al), 9, Daylighting, London.


Adhiwiyogo. M.U, 99 " Selection of the Design Sky for Indonesia based on
the Illumination Climate of Bandung. Symposium of Enviromental Physics as
Applied to Building in the Tropics.

Anda mungkin juga menyukai