Anda di halaman 1dari 12

DETERMINATION OF CETANE NUMBER OF BIODIESEL

AND
ITS INFLUENCE ON PHYSICAL PROPERTIES
PENENTUAN BILANGAN SETANA BIODIESEL DAN
PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT FISIK MINYAK

BHISMA DAMAREKA
ATIKA AISYAH R

J3L212190
J3L112031

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA


PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2014
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim.
Dengan rahmat Allah SWT penulis mengucapkan puji syukur kepadanya,
karena atas berkah-Nya serta petunjuk dan bimbingan-Nya jualah penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan perkuliahan Petrokimia dan Polimer dan selain itu sebagai
penambah wawasan dalam aplikasi Produk Petrokimia di Dunia luas. Penulisan
ini berjudul Penentuan Bilangan Setana Biodiesel dan Pengaruhnya Terhadap
Sifat Fisik Minyak
. Dalam penulisan ini, penulis menyadari masih terdapat beberapa kelemahan,
baik dari segi penulisan maupun kronologis penyampaianya dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu penulis dengan senang hati serta memohon kepada semua
pihak dapat menyampaikan kritik-kritik yang positif demi menyempurnakan dan
perbaikan penulisan ini. Selanjutnya dalam penyelesaian penulisan ini, penulis
banyak menerima masukan dan bimbingan dari berbagai pihak dan pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Armi Wulanawati, S,Si., M.Si. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Petrokimia dan Polimer
2. Para Asisten Praktikum yang kami banggakan,
3. Rekan-rekan Analisis Kimia 49 yang telah memberikan motivasi kepada
kami dalam penyelesaian makalah ini.

Bogor, 25 November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
xi
I.
PENDAHULUAN.
1
I.1. Latar Belakang 1
I.2. Rumusan Masalah..
1
I.3. Tujuan.........
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1
II.1.
Bilangan 1
Setana..
2
II.2.
Biodiesel 3

3
II.3.
Petrokimia
..
II.4.
Sifat
fisik
Biodiesel
III.
BAHAN DAN METODE..
3
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
IV.1.
Persamaan 7
Matematis.
V.
SIMPULAN...
9
VI.
DAFTAR PUSTAKA
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel
Tabel 2. Alat ukur dan cara uji untuk mengukur sifat bahan bakar
Tabel 3. Sifat Fisik Minyak
Tabel 4. Sifat Fisik Minyak Sayur Metil ester
Tabel 5. Sifat Fisik Biodiesel campuran Karanja
Tabel 6. Sifat Fisik Biodiesel Campuran Jatropha
Tabel 7. Hasil Kalkulasi dan pengukuran Bilangan Setana

3
4
5
5
6
6
8

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Reaksi Transesterifikasi Minyak Nabati
Gambar 2. Hubungan Teoritis dan Kenyataan dari Pengukuran Bilangan
Setana Minyak sayur (Kiri); Biodiesel (Kanan)
Gambar 3. Hubungan Teoritis dan Kenyataan dari Pengukuran Bilangan
Setana Jatropha (Kiri); Karanja (Kanan)

3
8
9

xi

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Dewasa ini bahan bakar minyak masih digunakan sebagian besar
masyarakat. Bahan bakar minyak bumi merupakan salah satu kebutuhan utama
yang banyak digunakan di berbagai negara. Akan tetapi cadangan bahan bakar
fosil semakin menipis seiring semakin meningkatnya kebutuhan bahan bakar.
Kebutuhan akan bahan bakar dengan mutu yang baik, merupakan konsekuensi
dari kesadaran masyarakat, yang mulai peduli akan efisiensi dan kesehatan
lingkungan. Bahan bakar yang baik, selain dapat meningkatkan kinerja sistem
mesin, juga diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan dapat mengurangi
efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan bakar tersebut.
Pemakaian bahan bakar fosil juga menyebabkan dampak buruk bagi
lingkungan contohnya berupa pencemaran udara berupa emisi gas buang yang
mengandung CO, SOx, NOx, hidrkarbon dan partikulat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Selain itu sumber daya tak terbarukan suatu saat nanti minyak
bumi ini akan habis. Dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak dilakukan
penelitian, yang tujuannya untuk mencari bahan bakar yang dapat diperbarui
(renewable energy resources). Oleh sebab itu, perlu dikembangkan bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya yang
terbarukan, salah satunya adalah biodiesel. Di samping harga produksinya yang
masih tinggi, biodiesel masih dianggap memiliki masalah dengan lingkungan
karena emisinya mengandung senyawa-senyawa organik yang cukup berbahaya.
Beberapa contoh di antaranya adalah penggunaan minyak nabati dalam bentuk
metil esternya, misal dari minyak kelapa sawit, ebagai pencampur minyak diesel
(Masjuki dan Zaki 1995). Metil ester dari minyak biji Putarnjiva roxburghii
(Euphorbiaceae) juga telah diteliti penggunaannya sebagai campuran minyak
diesel (Nag et al. 1995), dan beberapa penelitian penggunaan minyak nabati
lainnya sebagai biodiesel, karena mempunyai indeks setana (cetane index) yang
cukup tinggi (Kalayasiri 1996).
I.2. Rumusan Masalah
- Apa pengaruh bilangan setana (CN) terhadap sifat fisik biodiesel
- Hubungan matematis antara viskositas, densitas, kalor, titik nyala, dan CN
I.3. Tujuan Penelitian
Menentukan Pengaruh CN terhadap sifat fisik minyak dan hubungan antar
kekentalan, densitas, kalor, titik nyala, dan CN
II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.

Bilangan Setana (CN)


Bilangan setana menunjukkan seberapa cepat bahan bakar mesin diesel
yang diinjeksikan ke ruang bakar bisa terbakar secara spontan (Azam 2005)
Cetane number (bilangan setana) adalah suatu indeks yang biasa digunakan bagi
bahan bakan motor diesel, untuk menunjukkan tingkat kepekaannya terhadap
detonasi (ledakan). Bahan bakar dengan bilangan setana yang tinggi akan mudah
berdetonasi pada motor diesel.
Bilangan setana bahan bakar ringan untuk motor diesel putaran tinggi
berkisar diantara 40 sampai 60. Bilangan setana bukan untuk menyatakan kualitas
dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan yang dipakai untuk menyatakan kualitas
dari penyalaan bahan bakar diesel atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan
pengapian dari bahan bakar itu sendiri. Ini adalah periode waktu antara awal
injeksi dan mulai pembakaran (ignition) dari bahan bakar.Dalam mesin diesel
tertentu, bahan bakar dengan cetane yang lebih tinggi akan memiliki periode
penundaan pengapian lebih pendek daripada bahan bakar dengan cetane yang
lebih rendah.
Cetane number bukan satu-satunya yang dipertimbangkan ketika
mengevaluasi kualitas dari bahan bakar diesel. API gravity, BTU konten, rentang
destilasi, kandungan sulfur, stabilitas dan titik nyala juga sangat penting. Dalam
cuaca dingin, lembab dan suhu lingkungan yang rendah Cetane number mungkin
dapat menjadi faktor kritis.
II.2.

Biodiesel

Ide penggunaan minyak nabati sebagai pengganti bahan bakar diesel


didemonstrasikan pertama kalinya oleh Rudolph Diesel ( tahun 1900). Penelitian
di bidang ini terus berkembang dengan memanfaatkan beragam lemak nabati dan
hewani untuk mendapatkan bahan bakar hayati (biofuel) dan dapat diperbaharui
(renewable). Perkembangan ini mencapai puncaknya di pertengahan tahun 80-an
dengan ditemukannya alkil ester asam lemak yang memiliki karakteristik hampir
sama dengan minyak diesel fosil yang dikenal dengan biodiesel.
Bahan bakar diesel yang sering disebut solar (light oil) merupakan suatu
campuran hidrokarbon yang diperoleh dari penyulingan minyak mentah pada
temperatur 200340C. Sifat-sifat bahan bakar diesel yang mempengaruhi
prestasi dari motor diesel antara lain: Penguapan (volality), residu karbon,
viskositas, belerang, abu dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu
nyala dan cetane number (Matsumura 2000). C. Minyak solar yang sering
digunakan adalah hidrokarbon rantai lurus hetadecene (C16H34) dan alphamethilnapthalene (Zong Bin 2006).
Biodiesel diperoleh melalui reaksi transesterifikasi trigliserida (Gambar 1)
yang bersumber dari lemak hewan/minyak nabati dengan alkohol dan dibantu oleh
suatu katalis menjadi suatu metil/ester-ester (Knothe 2005)

Gambar 1 Reaksi Transesterifikasi Minyak Nabati (Hart 2010)


II.3.

Petrokimia

Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar
fosil. Ini termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana,
propana, butana, bensin, minyak tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat,
dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk pertanian seperti pestisida,
herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastik, aspal, dan serat buatan.
Petrokimia adalah bahan-bahan atau produk-produk yang dihasilkan dari minyak
dan gas bumi. Indusrtri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan
suatu pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang
tersedia, dengan kebutuhan masarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi
dalam kehidupan sehari-hari.
II.4.

Sifat Fisikokimia

Sifat-sifat bahan bakar diesel yang mempengaruhi prestasi dari motor


diesel antara lain: Penguapan (volality), residu karbon, viskositas, belerang, abu
dan endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu nyala dan cetane number
(Matsumura 2000). Berikut merupakan sifat fisis dan kimia dari biodiesel:
Tabel 1 Sifat fisik dan kimia biodiesel
Sifat fisik/kimia
Biodiesel
Komposisi
Ester alkil
Densitas (g/ml)
0,8624
Viskositas (cSt)
5,55
Titik kilat ((C)
172
Angka setana
62,4
Energi yang dihasilkan (MJ/kg)
40,1
(Knothe 2005)
III.

BAHAN DAN METODE

Pengukuran berbagai sifat bahan bakar yaitu meliputi sifat fisik dan kimia
yang penting pada minyak dan biodiesel ditentukan dengan metode standar, agar
dapat mengukur sifat-sifat bahan bakar solar, biodiesel dan campuran, metode
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
III.1. Berat jenis relatif
Berat jenis adalah sifat penting dari bahan bakar nabati. Berat jenis adalah
massa per satuan volume cairan yang bergantung pada suhu. Berat jenis
pengukuran dilakukan dengan menggunakan piknometer pada suhu 312 K.

III.2. Titik nyala dan titik api


Suhu titik nyala bahan bakar biodiesel merupakan suhu minimum di mana
bahan bakar akan terbakar pada aplikasi sumber pengapian. Titik nyala
berbanding terbalik dengan volatilitas bahan bakar. Suhu minimum pada titik
nyala diperlukan untuk penanganan keselamatan kerja yang tepat pada bahan
bakar diesel. Titik api merupakan suhu terendah di mana spesimen akan
mempertahankan pembakarannya selama 5 detik. Kedua parameter ini memiliki
kepentingan besar untuk menentukan risiko kebakaran (suhu di mana bahan bakar
akan mengeluarkan uap yang mudah terbakar). Titik nyala dari sampel diukur
pada kisaran suhu 60 sampai 190C dengan alat Pensky-Martens secara otomatis.
III.3. Nilai Kalor
Nilai kalor bahan bakar adalah energi panas yang dilepaskan per jumlah
satuan bahan bakar saat bahan bakarnya terbakar sepenuhnya dan produk
pembakaran tersebut lalu didinginkan kembali ke suhu awal dalam campuran
yang mudah terbakar. Hal ini yaitu mengukur kandungan energi dalam bahan
bakar. Hal ini merupakan sifat penting dari biodiesel untuk menentukan
kesesuaian bahan sebagai alternatif untuk bahan bakar diesel. Nilai kalor minyak
nabati dan ester metil diukur dalam bom kalorimeter berdasarkan metode standar
dengan ASTMD240. Oksigen-bom itu bertekanan sampai dengan 3 MPa dengan
wadah yang berisi oksigen. Bom itu ditembakkan secara otomatis setelah bagian
pelindung dan wadah suhu telah disetimbangkan ke dalam akurasi satu sama lain.
III.4. Pengukuran Viskositas
Viskositas adalah ukuran dari gesekan cairan internal atau perlawanan dari
minyak yang mengalir, yang cenderung untuk melawan setiap perubahan yang
dinamis dalam gerakan fluida. Saat suhu minyak meningkat viskositas mengalami
penurunan oleh karena itu cairan dapat mengalir dengan lebih mudah. Semakin
rendah viskositas minyak, akan semakin mudah memompa dan menyemprotkan
suatu cairan dan mendapatkan tetesan cairan yang cair. Viskositas diukur dengan
menggunakan viskometer Redwood. Nilai viskositas Redwood merupakan jumlah
detik yang dibutuhkan untuk 50 ml minyak dapat mengalir keluar dari
viskosimeter standar pada suhu tertentu.
III.5. Cetane number
Sifat fisik dan kimia dari bahan bakar memiliki peran yang sangat penting
dalam penundaan waktu pembakaran. Cetane number (CN) bahan bakar
merupakan salah satu parameter penting seperti yang bertanggung jawab dalam

penundaan waktu pembakaran. Cetane number dari bahan bakar didefinisikan


sebagai persentase volume cetana normal dalam campuran cetana normal dan metil naftalena yang memiliki karakteristik pengapian yang sama (penundaan
pwaktu pengapian) sebagai sumber energi uji, saat pembakaran dilakukan dalam
mesin standar dalam kondisi pengoperasian yang ditetapkan. Bahan bakar cetane
number yang lebih tinggi memberikan jangka waktu penundaan pembakaran yang
lebih rendah dan akan menyediakan pengoperasian mesin yang lancar. Biodiesel
memiliki CN yang lebih tinggi dibandingkan dengan petrodiesel karena
mengandung oksigen yang lebih banyak.
Tabel 2 Alat ukur dan cara uji untuk mengukur sifat bahan bakar
Sifat
Alat untuk mengukur
Metode standar uji
Berat jenis
Hidrometer
ASTM D941
Titik api dan titik nyala Peralatan Pesky Martins
ASTM D93
Nilai kalor
Bom kalorimeter
ASTM D240
Viskositas
Viskometer Red Wood
ASTM D445
Cetane number
Uji kualitas pengapian
ASTM D613

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran viskositas, nilai pemanasan (HV), titik nyala, densitas dan


bilangan setana dari 8 minyak tertera pada Tabel 2. Pengukuran viskositas, nilai
pemanasan (HV), titik nyala, densitas dan bilangan setana dari minyak sayur
tertera pada Tabel 3. Pengukuran nilai pemanasan (HV), titik nyala, densitas dan
bilangan setana dari campuran 6 biodiesel tertera pada Tabel 4 dan 5.
Tabel 3. Sifat Fisik Minyak
Sampel
Viskositas
Angka
Titik Nyala
Densitas
2
o
Minyak
(mm /det) v
Pemanasan
( C) FP
(kg/l)
(MJ/kg) HV
Karanja
27.40
34.00
205
0.912
Babassu
30.30
37.50
150
0.946
Soyabean
32.60
39.60
254
0.914
Sunflower
33.90
39.60
274
0.916
Rapessed
37.00
39.70
246
0.912
Peanut
39.60
39.80
271
0.903
Palm
39.60
39.50
267
0.918
Jatropha
52.76
38.20
210
0.933

Angka
Setana
(CN)
52.00
38.00
37.90
37.10
37.60
41.80
42.00
38.00

Tabel 4. Sifat Fisik Minyak Sayur Metil ester


Sampel
Viskositas
Angka
2
Minyak
(mm /det) v
Pemanasan
(MJ/kg) HV
Babassu
3.6
41.15
Rapessed
4.2
41.55
Soyabean
4.5
41.28

Angka
Setana
(CN)
63
54
45

Titik Nyala
(oC) FP

Densitas
(kg/l)

127
80
178

0.875
0.882
0.885

Sunflower
Peanut
Palm

4.6
4.9
5.7

41.33
41.71
41.24

Tabel 5. Sifat Fisik Biodiesel campuran Karanja


Biodiesel
Viskositas
Angka
2
(mm /det) v
Pemanasan
(MJ/kg) HV
B0
2.71
42.50
B20
4.01
41.52
B40
5.23
39.90
B60
6.72
38.70
B80
8.19
37.00
B100
9.60
35.90

96
176
183

0.860
0.883
0.880

49
54
62

Titik Nyala
(oC) FP

Densitas
(kg/l)

55
65
77
88
101
114

0.836
0.849
0.858
0.862
0.878
0.900

Angka
Setana
(CN)
51.00
51.70
52.82
53.15
53.86
54.53

Tabel 6. Sifat Fisik Biodiesel Campuran Jatropha


Biodiesel
Viskositas
Angka
Titik Nyala
2
(mm /det) v
Pemanasan
(oC) FP
(MJ/kg) HV
B0
2.71
42.50
55
B20
3.20
41.52
78
B40
3.85
41.16
102
B60
4.02
40.10
124
B80
4.82
39.30
148
B100
5.70
39.17
174

Densitas
(kg/l)
0.836
0.840
0.845
0.851
0.856
0.862

Dapat diketahui bahwa minyak sayur memiliki nomor energy pembakaran


yang lebih rendah, kekentalan yang tinggi, titik nyala yg cukup tinggi dan densitas
yang tinggi dibandingkan biodiesel campuran.
Energi pembakaran berbanding lurus dengan jumlah energy yang
terkandung dalam bahan bakar. Nilai kalor dari bahan bakar merupakan konten
yang penting yang mempengaruhi pelepasan energi untuk kinerjanya. Jadi,
semakin rendah nilai kalornya maka semkin rendah energy yang dibutuhkan
mesin (Matsumura 2000).Campuran 20% Jatropha diketahuimemiliki nilai energy
kalor tertinggi yaitu 41.52 MJ/kg, sedangkan Karanja memiliki leboh rendah
dengan 34 MJ/kg. Hal ini bergantung pada asal keduanya tumbuh, suhu
lingkungannya, dan musim. Hasil yang diperoleh dari pengukuran nilai energy
kalor pada minyak sayur, lebih rendah dibandingkan biodiesel campuran. Untuk
metal ester, nilai kalor/pemanasan meningkat seiring panjangnya rantai asam
lemak yang dimiliki. Jumlah oksigen terlarut membuat nilai kalor yang rendah.
Viskositas merupakan pengukuran yang penting karena berkaitan dengan
alirannya dalam mesin. Seiring menaiknya suhu, kekentalan akan menurun dan
membuat aliran semakin lancar dan cepat. Viskositas yang tinggi juga membuat
proses atomisasi yang buruk dan juga akurasi yang kurang terhadap operasi
injeksi bahan bakar.

Angka
Setana
(CN)
51.00
51.20
51.40
51.90
52.00
53.00

Nilai viskositas dari minyak sayur yaitu kisaran 27.84 dan 52.76 mm 2/det
pada suhu 40oC sedangkan minyak metal ester yaitu 3.6 dan 5.7 mm 2/det.
Jatropha, memiliki nilai kekentalan yang tinggi yaitu 52.76 mm2/det pada 40oC.
Densitas merupakan salah satu sifat fisik penting lainnya di biodiesel.
Dapat diketahui bahwa minyak babassu memiliki densitas tertinggi yaitu 0.946
kg/l dibandingkan sampel lainnya. Sedangkan minyak biji bunga matahari
memiliki densitas rendah yaitu 0.86 kg/l dan untuk sampel biodiesel memilik
densitas 0.836 kg/l, lebih rendah dari metil ester, oil non-edible, minyak edible,
dan campuran.
Titik nyala dari minyak metil ester lebih rendah dibandingkan minyak
sayur (minyak edible). Titik nyala dari minyak biji bunga matahari diketahui
paling tinggi yaitu 274oC, sedangkan rapeseed metil ester paling rendah yaitu
80oC.
Kulaitas pembakaran bahan bakar dapat ditentukan melalui bilangan
setana. Suatu bahan bakar memiliki pembakaran yang baik tergantung bilangan
setananya, makin tinggi akan makin baik, dimana lamanya penundaan
pembakaran antara waktu start injeksi bahan bakar dan pembakaran sangat
pendek. Bilangan setana, akan meningkat apabila ikatan rantai karbon makin
panjang dan akan menurun apabila semakin kental ( Matsumura 2000). Minyak
sayur memiliki bilangan setana yang rendah, hal ini disebabkan viskositas yang
tinggi karena keberadaan molekul trigliserida. Beberapa faktor yang
mempengaruhi bilangan setana pada biodiesel yaitujumlah atom karbon pada
asam lemak, jumlah ikatan rangkap, dan gugus ester pada minyak. Mutu
penyalaan diukur dengan indeks yang disebut bilangan setana. Mesin diesel
kecepatan tinggi memerlukan bilangan setana sekitar 50.
Mesin diesel terdiri atas beberapa komponen /bagian yang mempunyai
beberapa fungsi dan saling menunjang satu dengan yang lainnya. Adapun sistem
penunjang yang dimaksud adalah: sistem bahan bakar pada mesin diesel, sistem
pelumasan pada mesin diesel, sistem pendinginan pada mesin diesel. Dalam
sistem bahan bakar, mutu penyalaan bahan bakar menentukan mudahnya
penyalaan dan penstateran mesin dingin juga jenis pembakaran yang diperoleh
dari bahan bakar. Mutu penyalaan bahan bakar diukur dengan indeks yang disebut
bilangan setana. Mesin diesel kecepatan tinggi memerlukan bilangan setana
sekitar 50. Nilai dari bilangan ini sebagai karakteristik bahan bakan diesel adalah
serupa dengan bilangan oktan pada bensin.
IV.1.

Persamaan Matematis

Berdasarkan data diatas diperoleh persamaan antara bilangan setana dan sifat
fisis, dengan persamaan,
CN=K5+K4 v + K3 HV+ K2 FP + K1 ..(5)
Nilai K merupakan kosntanta. Persamaan 5 menunjukkan hubungan antara
bilangan setana dengan sifat termalnya. Dari hubungan ini sifat fisik yang teruji di
kalkulasikan dan tertera pada tabel 6.

Tabel 7. Hasil Kalkulasi dan Pengukuran Bilangan Setana

Gambar 2. Hubungan Teoritis dan Kenyataan dari Pengukuran Bilangan Setana


Minyak sayur (Kiri); Biodiesel (Kanan)

Gambar 3. Hubungan Teoritis dan Kenyataan dari Pengukuran Bilangan Setana


Jatropha (Kiri); Karanja (Kanan)

V.
SIMPULAN
Persamaan 5 dikembangkan untuk memprediksi CN berdasarkan sifat
fisik dan dapat memprediksi dengan akurasi 90%. Bilangan CN dari biodiesel
paling baik karena banyaknya rantai hidrokarbon, viskositas minim dan ikatan
rangkap yang sedikit.
VI.

DAFTAR PUSTAKA

Azam M, Waris MA, Nahar NM. 2005. Prospect and potential Of Fatty Acid
Metgyl Ester Of Some Non-traditional Seed Oils For Use As Biodiesel In
India. Biomass dan Bioenergy. 29: 293-302.
H. Masjuki dan A.M. Zaki. 1995. Dynamometer Evaluationand Engine Wear
Characteristic of Palm Oil Diesel Emulsion, J.A.O.C.S., 72(8); 905-909.
Knothe G. 2005. Dependence Of Biodiesel Fuel Properties On The Structure Of
Fatty Acid Alkyl Esters. Fuel Processing Technology. 86: 1059-1070.
Matsumura, Masatoshi, and Seishirp Mukarami. 2000. Method and Equipment of
Refining Plant Oil and Waste Vegetable Oil Into Diesel Engine Fuel.
European Patent. No. EP 1-026-224-A1.
Nag, S. Bhattacharya, K.B. De. 1995. New Utilization of Vegetable oil for Use as
52 Diesel Fuels, J.A.O.C.S., 72 (12), 1591-1593.
P. Kalayasiri, N. Jeyashoke, K. Krisnangkura. 1996. Survey of Seed Oils for Use
as Diesel Fuels, J.A.O.C.S., 73(4); 471-474.
Zongbin, Wu, 2006. Preparation of Biodiesel Catalzed by Solid Super Base of
Calcium Oxide adn Its Refining Process. Chinese jurnal of catalyst.

Anda mungkin juga menyukai