I. IDENTITAS PASIEN
Ny,W 54 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, bekerja sebagi guru
SMA, pendidikan terakhir S1, sudah menikah, alamat kotabumi, datang ke
poliklinik RS. Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada tanggal 1 September
2015.
terhadap
dirinya.
Temannya
sering
membanting
pintu,
dari
keluarga
suaminya.
Pasien
menyangkal
bahwa
obat.
Riwayat penggunaan zat psikoaktif / alkohol
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol ataupun menggunakan
obat-obat terlarang.
1961. Namun tidak ingat berat badan dan tinggi badan lahir.
Masa kanak awal (0-3 tahun)
Menurut pasien, ia diberi ASI eksklusif selama 1 tahun dan
perkembangan saat bayi dan balita sesuai dengan bayi dan balita
3.
seusianya.
Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien mengatakan tidak ada masalah dan dapat bergaul dengan teman
4.
sewajarnya.
Masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)
Pasien mengatakan tidak ada masalah dan dapat bergaul dengan teman
5.
sewajarnya
Riwayat Masa dewasa
Riwayat pendidikan
Pasien menyelasaikan sekolahnya hingga S1 Perguruan.
Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai guru kimia di salah satu SMA Negeri di
kabupaten Kotabumi
Riwayat pernikahan
Sudah menikah.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien dan suaminya bekerja sebagai guru SMA. Kebutuhan
sehari-hari keluarga pasien tercukupi. Pasien tinggal bersama
suami dan anaknya. Hubungan antara anggota keluarganya
harmonis, begitu juga hubungan dengan tetangganya. Pasien
Keterangan:
: Laki-laki
: Tinggal 1 rumah
: Perempuan
: Pasien
Gambar 1. Genogram
F. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama, riwayat DM, hipertensi
dan penyakit berat lainnya disangkal.
G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengakui akan penyakitnya.
III. STATUS PSIKIATRI
A. Deskripsi Umum
1. Sikap
Kooperatif
2. Kesadaran
Compos mentis
3. Penampilan
Seorang wanita terlihat sesuai dengan usianya, memakai kemeja
berkerah dengan motif bunga-bunga berwarna biru putih, penampilan
terkesan rapi, postur tubuh cukup tinggi dan kurus, kulit putih, rambut
pendek warna hitam terurai rapi, kuku pendek, dan kebersihan diri
baik.
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, pasien duduk dengan tenang dan sesekali
mengubah
posisi
duduk,
dan
tampak
santai,
namun
ketika
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
D. Pikiran
1. Proses berpikir
Produktivitas
: normal
Kontuinitas
: koheren
Hendaya berbahasa: tidak ada
2. Isi pikiran
Normal
E. Fungsi kognitif
1. Memori
baik
2. Daya konsentrasi
3. Orientasi
4. Pikiran abstrak
F. Daya nilai
1. Norma sosial
2. Uji daya nilai
3. Penilaian realitas
G. Tilikan
Tilikan derajat 5, menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam
perilaku praktisnya.
H. Taraf dapat dipercaya
: dapat dipercaya
V.
IKHTISAR PENEMUAN
Ny,W 54 tahun, jenis kelamin perempuan, agama islam, bekerja sebagi guru
SMA, pendidikan terakhir S1, sudah menikah, alamat kotabumi, datang ke
poliklinik RS. Jiwa Daerah Provinsi Lampung pada tanggal 1 September
2015. Wanita terlihat sesuai dengan usianya, cara berpakaian dan perawatan
diri terkesan baik dan rapi. Pasien datang dengan keluhan sejak 3 tahun
yang lalu sulit untuk tidur dan semakin memberat sejak 1 bulan terakhir.
Pasien sulit untuk memulai tidur dan sering terbangun namun tidak bisa
kembali untuk tidur sampai keesokan harinya, bahkan bisa tidak tidur
selama 3 hari. Karena keluhan sulit tidur ini pasien menjadi tidak bertenaga,
merasa lemas, dan tidak bersemangat. Pada pasien ini didapatkan mood
terdepresi berupa perasaan sedih dan berkurangnya energi selama lebih dari
2 minggu yang merupakan gejala utama dari depresi. Pasien juga
mengalami
insomnia,
kehilangan
energi,
menurunnya
minat
dan
ditemukan
adanya
masalah
dan
kesulitan
dalam
PROGNOSIS
Kondisi yang memberatkan: hubungan yang tidak harmonis dengan
keluarga suami pasien, hubungan dengan teman sekantor yang kurang baik,
dan kondisi pasien sendiri.
Kondisi yang meringankan: dukungan suami dan anak pasien, pengobatan
ditanggung BPJS dan tidak ada riwayat keluarga
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
8
X.
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
RENCANA TERAPI
A. Psikofarmaka
Fluoxetine 1x10mg (untuk 10 hari)
Clobazam 2x5mg (untuk 10 hari)
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi suportif
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan
melakukan kontrol.
c. Membantu pasien
untuk
menerima
kenyataan
dan
menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat meningkatkan kembali aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
2. Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi
dalam pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum
obat, serta mengantar pasien saat pasien kontrol
XI. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan anamnesis, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang
sebelumnya ataupun adanya kelainan organik, serta tidak menggunakan
napza. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan
mental organik (F00-F09) dan penggunaan zat psikoaktif (F10-F19).
Penegakan diagnosis aksis I didapatkan dari adanya perasaan depresif,
berkurangnya semangat, perasaan mudah lelah, nafsu makan berkurang,
gangguan tidur, serta harga diri dan kepercayaan diri berkurang.1,2
10
ini memiliki efektivitas yang baik, lebih aman, dan lebih ditoleransi daripada
obat-obat sebelumnya. Indikasi utama antidepresan adalah episode depresif
berat, namun penggunaan antidepresan akan langsung memperbaiki gangguan
pola tidur dan nafsu makan yang di ikuti dengan perbaikan gejala lainnya.
Efek samping dari obat ini juga relatif lebih sedikit bahkan pada dosis yang
tinggi.3 Meskipun lebih aman, obat ini bisa bersifat letal jika dikonsumsi
overdosis dalam kombinasi dengan alkohol atau obat lain. Selain itu diberikan
clobazam 2x5mg yang merupakan obat antianxietas golongan benzodiazepin.
Obat ini memiliki efek samping berupa sedasi atau rasa mengantuk. 4 Pada
kasus ini, diberikan terapi sampai sepuluh hari untuk menilai efek dari obat
terhadap keluhan pasien. Apabila pasien membaik secara klinis pada dosis
obat yang rendah, dosis ini sebaiknya tidak dinaikkan kecuali perbaikan klinis
berhenti sebelum keuntungan maksimal diperoleh. Terapi antidepresan dapat
dipertahankan setidaknya 6 bulan atau selama episode sebelumnya,
bergantung mana yang lebih lama. Sejumlah studi mengatakan bahwa terapi
profilaksis dengan antidepresan efektif dalam menurunkan jumlah dan
keparahan kekambuhan.3,4
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.
Menurut penelitian pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk
kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi oleh lingkungan keluarga yang
mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita. 5,6 Pada kasus
ini hubungan yang tidak harmonis antara pasien dengan keluarga suami
pasien serta teman sekantornya merupakan penyebab terjadinya gangguan
depresi pasien. Untuk itu perlu diberikan edukasi kepada keluarga tentang
pentingnya dukungan keluarga dalam menciptakan suasana yang harmonis
untuk pengobatan pasien. Prognosis pada pasien adalah dubia ad bonam
karena episode depresi sedang dapat disembuhkan, dengan dukungan
keluarga serta kemauan pada diri pasien yang tinggi.1,2,3
11
12
LAMPIRAN
Pasien
menikah
dengan
suaminya dan
keluarga
suaminya tidak
menyukainya.
Teman tempat
pasien bekerja
mulai
membencinya
setelah ia
mendapatkan
penghargaan
guru teladan
- Kehilangan
kegembiraan
- mudah lelah saat
aktivitas
- gangguan tidur
- hilangnya
kepercayaan diri
- gangguan tidur
13
1988
2012
2015
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira SD dan Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri Edisi ke-2. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
2. Maslim R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III.
Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
3. Sadock BJ and Sadock VA. 2013. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition
Lippincott Williams & Wilkins. Jakarta: EGC.
4. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika
Edisi Ketiga. Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
5. Amir N, Pamusu D, Aritonang I, Effendi J, Khamelia, Kembaren L,
Wirasto RT. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa
Psikiatri (PNPK Jiwa/Psikiatri). PP PDSKJI.
6. Maramis WF. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
University Press.
15