TINJAUAN PUSTAKA
Unated States. Salah satu tipe APK selongsong dan tabung seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.1. Alat Penukar Kalor ini mempunyai selongsong tipe E yaitu satu
laluan selongsong (single-pass shell) dan satu laluan tabung (single-pass tube) serta
dilengkapi dengan sekat (buffle).
Yang dimaksud dengan laluan selongsong adalah lintasan yang dilakukan
oleh fluida sejak masuk kedalam selongsong melalui saluran masuk (inlet nozzle),
dan melewati bagian dalam selongsong melintasi bundel tabung, kemudian keluar
dari saluran buang (outlet nozzle). Apabila lintasan itu dilakukan satu kali maka
disebut satu laluan selongsong (single-pass shell), kalau terjadi dua kali disebut
dengan dua laluan selongsong (two-pass shell).
Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk ke dalam penukar kalor
melalui bagian depan (front head) lalu mengalir ke dalam tabung dan langsung keluar
dari bagian belakang (rear head), maka disebut dengan satu laluan tabung (single-
pass tube). Apabila fluida itu membelok lagi masuk ke dalam tabung, sehingga terjadi
dua kali lintasan fluida dalam tabung maka disebut dua laluan tabung (two-pass tube).
Biasanya jumlah laluan selongsong (pass shell) lebih sedikit atau sama dengan
jumlah laluan tabung (pass tube).
Susunan tabung yang biasa digunakan adalah susunan tabung bujur sangkar
(In-line square pitch), susunan tabung belah ketupat (rotated square pitch), susunan
tabung segitiga (triangular pitch), dan susunan tabung layang-layang (rotated
Umumnya aliran fluida dalam selongsong adalah aksial terhadap tabung atau
menyilang. Untuk membuat aliran fluida dalam selongsong menjadi aliran menyilang
biasanya ditambah dengan sekat. Sekat ini juga berfungsi untuk mendukung tabung
dan menahan vibrasi. Bentuk sekat yang lazim adalah segmental baffle, disc and
doughnut baffle, dan orifice baffle. Tipe yang paling banyak dipergunakan adalah
segmental baffle dengan pemotongan sekat (baffle cut) seperti pada Gambar 2.3.
pada Gambar 2.4. SH merupakan aliran utama. Selain itu celah antara tabung dengan
sekat dan celah antara sekat dengan selongsong terdapat kebocoran aliran SL.
Demikian juga tabung tidak dapat ditempatkan sangat dekat dengan selongsong
sehingga menyebabkan terbentuknya aliran bypass SB.
cut) yang bervariasi antara 18,4 % sampai 37,5 % dari diameter selongsong, maka
diperoleh hasil bahwa semakin besar celahnya semakin kecil koefisien perpindahan
kalor konveksi.
Yilmaz M [14] meneliti pengaruh perubahan ketinggian sekat pada setiap
bilangan Reynold yang berbeda. Pengamatannya dilakukan dalam saluran berpenampang persegi yang menggunakan sekat. Parameter ketinggian sekat merupakan variasi
perbandingan antara tinggi sekat dengan tinggi saluran (C/H) dengan variasi
perbandingan 0,6 dan 1 serta sudut kemiringan sekat 30o, 45o, 60o, dan 90o. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa perpindahan panas dan faktor gesekan secara
signifikan tergantung pada sudut kemiringan sekat, perbandingan tinggi sekat dengan
tinggi saluran dan bilangan Reynold. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa
bilangan Nusselt dan faktor gesekan meningkat dengan berkurangnya rasio C/H dan
kenaikan sudut sekat.
Aliran fluida yang melintas bundel tabung dalam posisi miring diamati oleh
Zukauskas (Taborek et al [15]). Variasi sudut kemiringan sekat diamati dari posisi
arus datang yang tegak lurus (90o) sampai kemiringan 30o. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa semakin besar sudut arus fluida yang menuju bundel tabung
semakin besar pula faktor koreksi terhadap sudut lintasnya. Hasil ini menunjukkan
bahwa proses perpindahan kalor paling efektif terjadi jika menggunakan arus aliran
yang datang tegak lurus terhadap bundel tabung.
Pemasangan sekat pada alat penukar kalor akan mempengaruhi kecepatan
fluida yang melintasi luas frontalnya dan akan berakibat langsung pada koefisien
perpindahan kalor. Kern [3] mengatakan adanya pemasangan sekat adalah untuk
mengarahkan aliran fluida dalam selongsong menjadi melintang (cross flow) terhadap
berkas tabung, dan juga menjadikan aliran tersebut lebih turbulen. Aliran turbulen
dapat meningkatkan perpindahan kalor.
Dalam pengkajian eksperimental yang dilakukan oleh Li dan Kottke [1] pada
penukar kalor selongsong dan tabung dengan susunan tabung berselang-seling
menyimpulkan pertambahan jarak sekat dapat meningkatkan koefisien perpindahan
kalor konveksi dan penurunan tekanan lebih tinggi, dari pada jarak sekat yang
pendek. Kern [3] juga menambahkan bahwa semakin banyak jumlah sekat yang
digunakan atau jarak antar sekat semakin pendek maka akan menambah derajat
turbulensi aliran dan juga penurunan tekanan (pressure drop).
Dilain pihak Tunggul [10] mengemukakan apabila jarak antar sekat dibuat
terlalu jarang atau panjang, maka aliran fluida akan menjadi aksial sehingga tidak
terdapat aliran yang melintang, sebaliknya jika jarak antar sekat dibuat terlalu sempit
atau kecil, maka akan menimbulkan bocoran yang berlebihan antara sekat dengan
selongsong. Kemudian Taborek [8] dan Kern [3] menyarankan bahwa jarak antar
sekat dapat bervariasi antara minimum 20 % dari diameter selongsong sampai dengan
maksimum sama dengan diameter selongsong. Soltan et al [16] menetapkan persamaan korelasi untuk perhitungan jarak sekat optimum pada APK kondenser tipe E
dan J sebagai berikut :
Lbc = Sm/[Lbb + Dctl (1-Dt/Ltp)]
Nu D
hD
n Pr
=
= C Re m
D Pr
Pr
k
s
0, 25
dimana nilai konstanta C, m, dan n tergantung pada bilangan Reynolds. Persamaan ini
berlaku untuk jumlah baris tabung N > 16 dan 0,7 < Pr < 500 serta 0 < ReD < 2 x 106.
Bila jumlah baris tabung N < 16 maka persamaan diatas dimodifikasi dengan mengalikan faktor koreksi F.
Selain itu persamaan empiris untuk koefisien perpindahan kalor konveksi
yang banyak diterapkan pada alat penukar kalor komersil, Janna [4] merumuskan
sebagai berikut :
Nu = 0,36 Re 0,55 Pr 0,33
Kemudian Sparrow [18] dalam penelitiannya mengemukakan bahwa persamaan korelasi untuk menentukan koefisien perpindahan kalor konveksi adalah :
Nu = 0,453 [exp(1,29 K )] Re 0,63 Pr 0,36
Demikian juga Kakac dan Liu [4] merumuskan persamaan korelasi untuk
faktor gesek sebagai berikut :
f = exp (0,576 0,19 ln Re)
Selain itu Jegede [20] mengemukakan bentuk hubungan fungsional faktor
gesek dengan bilangan Reynolds sebagai berikut :
f = 1,79 Re-0,19
Demikian juga menurut Jakob (Holman [21]), persamaan empiris untuk faktor
gesek pada bundel tabung selang-seling sebagai berikut :
f = 0,25 +
0,118
0,16
Re
1,08
S
d
n
dan
pada tabung (tube) dan sekat (baffle), serta sifat-sifat fisik fluida dalam sisi tabung
(tube) dan selongsong (shell).
Analisa perpindahan kalor dalam sisi selongsong (shell) dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kalor yang diserap oleh fluida dalam selongsong (shell).
Jumlah kalor yang diserap diasumsikan sama besar dengan jumlah kalor yang
dipindahkan oleh fluida dalam tabung (tube) secara konduksi melalui dinding tabung.
Analisis ini juga mengasumsikan bahwa tidak terdapat kehilangan kalor melalui
dinding selongsong (shell) ke udara luar disekitarnya.
Laju perpindahan kalor yang diserap oleh fluida (udara) dalam selongsong
(shell) dihitung dengan rumus :
Q& = hu Ao (T so T mu ) = m& u c p ,u (Tuk Tum )
(2.1)
dimana :
hu = koefisien perpindahan kalor konveksi udara (W/m2 K)
Ao = luas dinding luar tabung (m2)
Tso = suhu dinding luar tabung (oC)
Tmu = (Tum+Tuk)/2 = suhu rata-rata udara (oC)
(2.2)
dimana :
ha = koefisien perpindahan kalor konveksi air (W/m2 K)
Ai = luas dinding dalam tabung (m2)
Tsi = suhu dinding dalam tabung (oC)
Tma = (Tam+Tak)/2 = suhu rata-rata air (oC)
(2.3)
dimana :
Tlm = beda suhu rata - rata logaritmik (K)
Tlm =
U As = U o Ao = U i Ai
Uo = koefisien perpindahan kalor menyeluruh berdasarkan permukaan
luar tabung (m2)
A 1
A ln( Do / Di ) 1
Uo = o
+ o
+
2 k Ls
hu
Ai ha
D 1 N T Do ln( Do / Di ) 1
= o
+
+
hu
2k
Di ha
Ao hu
2 k Ls
ha
1 N D ln( Do / Di ) Di 1
= + T i
+
Do hu
2k
ha
1
ln( Do / Di )
1
Rt =
+
+
2 k Ls
Ao hu
Ai ha
dimana :
ha = Nu a
k a 48 k a
k
=
= 4,36 a
Di 11 Di
Di
ha = Nu a
ka ka
n
=
(0,023 Re 0,8
a Pra ) (untuk turbulen Re>4000) (2.5)
Di Di
(2.4)
dimana :
ku
De
(2.6)
Kern [3] menyatakan bahwa untuk pemotongan sekat (baffle cut) 25 %, maka
bilangan Nusselts dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Nu u = 0,36 (Re u )
dimana :
0,55
1/ 3
(Pru )
u ,s
0,14
(2.7)
Pru =
Re u =
c p ,u u
ku
u Vmaks De m& u De
=
u
A f u
D Do
(PT Do )
A f = LB Ds DOTL + OTL
0,707 PT
(2.8)
PT
P1
De =
4 x luas aliran
keliling basah
4 PT2 Do2
4
De =
Do
C1 = PT - Do
dimana :
(2.9)
Efektivitas suatu alat penukar kalor merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam mendisain alat penukar kalor. Hal ini disebabkan karena parameter
efektifitas tersebut merupakan suatu gambaran unjuk kerja sebuah alat penukar kalor.
Efektivitas alat penukar kalor (heat-exchanger effectiveness) dapat didefinisikan
sebagai berikut :
Q&
Q& maks
(2.10)
Laju perpindahan kalor aktual dalam alat penukar kalor dapat ditentukan dari
balans energi dari pada fluida panas atau dingin sebagai berikut :
(2.11)
dimana :
C c = m& c c pc = laju kapasitas panas fluida dingin
C h = m& h c ph = laju kapasitas panas fluida panas
m& c = laju aliran massa fluida dingin (kg/s)
m& h = laju aliran massa fluida panas (kg/s)
Tci = suhu masuk fluida dingin (oC)
Tco = suhu keluar fluida dingin (oC)
Thi = suhu masuk fluida panas (oC)
Tho = suhu keluar fluida panas (oC)
Laju perpindahan kalor maksimum yang mungkin dalam alat penukar kalor
adalah berdasarkan perbedaan temperatur maksimum dan laju kapasitas panas yang
minimum, yaitu :
(2.12)
C h (Thi Tho )
C (T Tci )
= c co
C min (Thi Tci ) C min (Thi Tci )
(2.13)
(Thi Tho )
(Thi Tci )
(2.14)
(Tco Tci )
(Thi Tci )
(2.15)
Apabila efektivitas dari alat penukar kalor diketahui, maka laju perpindahan
kalor aktual dapat ditentukan sebagai berikut :
(2.16)
Penurunan tekanan merupakan suatu kerugian tekanan antara sisi masuk dan
keluar dari bundel tabung yang terjadi pada aliran dalam sisi selongsong (shell).
Penurunan tekanan ini dipengaruhi oleh bentuk geometri dari tabung dan sifat-sifat
aliran fluida melalui bundel tabung.
Yunus A. Cengel [17] dalam bukunya menyatakan penurunan tekanan dalam
bundel tabung sebagai berikut :
P = N L f
2
Vmaks
(2.17)
dimana :
P = penurunan tekanan (Pa)
f = faktor gesek
= faktor koreksi
= 1 untuk susunan tabung bujur sangkar dan segitiga
NL = jumlah baris tabung
Vmaks = kecepatan maksimum fluida (m/s)
p = K a + nr K f
) V2maks
(2.18)
dimana :
Ka = konstanta
nr = jumlah baris tabung
Kf = parameter yang tergantung Re, Vmaks dan bentuk geometri
Demikian juga Kern [3] menyatakan penurunan tekanan aliran fluida dalam
sisi selongsong adalah sebagai berikut :
p s =
dimana :
4 f ( N B + 1) Ds m& 2
( / w ) 0s ,14 De 2 A 2f
(2.19)
sekat (NB + 1) dan jarak lintas aliran pada setiap segmen sehingga penurunan tekanan
dapat dihitung dari persamaan :
p = f ( N B + 1)
dimana :
Ds s Vs2
De
2
(2.20)
variabel-