BBLR
BBLR
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram) (Prawiroharjo, 2010).
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematurits dengan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur (Rustam 1998).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam: (1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 2500
gram; (2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram ;
(3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir < 1000 gram.
2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah
Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu:
1) Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat prematuritas di
golongkan menjadi 3 kelompok:
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.
c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang
dialami bayi prematur, seperti gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya
hisap lemah.
2) Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak istilah untuk
menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam
uterus (intra uterine growth retardation / IUG)seperti pseudo premature, small for
dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan
small for gestasionalage ( SGA ).
Ada dua bentuk IUGR yaitu : (Rustam, 1998)
a. Propornitinate IUGR: janin menderita distress yang lama, gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir. Sehingga berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang
seimbang, akan tetapi keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang
sebenarnya.
b. Disproportinate IUGR : terjadi akibat distress sub akut. Gangguan terjadi
beberapa Minggu dan beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini
panjang dan lingkaran kepala normal, akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa gestasi. Tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak dibawah kulit, kulit
kering, keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut Maryunani dkk, (2009) adapun tanda dan gejala yang terdapat pada
bayi dengan bayi berat lahir rendah (BBLR ) adalah :
a. Berat badan < 2500 gram
b. Letak kuping menurun
c. Pembesaran dari satu atau dua ginjal
d. Ukuran kepala kecil
e. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)
f.
pembuluh darah paru yang imatur. Hal hal inilah yang menganggu usaha bayi untuk
bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang
disebabkan antara lain:
a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat
badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )
b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )
c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
6. Sistem Hematologi
Bayi
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:
a. Usia sel darah merahnya lebih pendek
b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh
c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium
yang sering.
7. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering
kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
8. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, di mana
ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air,
elektrolit, asam basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat
obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
9. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan
sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
4) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan dilakukan
dengan ketat.
5) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih,
pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6) Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
7) Tali pusat dalam keadaan bersih.
8) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
a. Umur Ibu
Penelitian Suriani (2010) menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara
umur ibu dengan kejadian BBLR dengan p = 0,01 di mana OR = 1,36 (95% CI: 1,08
1,73), artinya bahwa risiko responden berumur < 20 tahun atau >35 tahun
kemungkinan melahirkan BBLR 1,36 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden umur 20-35 tahun (95% CI = 1,08-1,73). Kondisi usia ibu yang masih
muda sangat membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan biologiknya. Kebutuhan
untuk pertumbuhan biologik ibu dan kebutuhan untuk janin dalam kandungannya
merupakan dua hal yang pemenuhannya berlangsung melalui mekanisme yang
kompetitif, di mana keadaan janin berada di pihak yang lemah. Hal inilah yang
menyebabkan bayi lahir dengan kondisi berat badan yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian Sistiarni (2008), menunjukkan bahwa variabel
yang berhubungan dengan kejadian BBLR adalah umur < 20 tahun nilai p = 0,009
(OR=4,28; 1,48 -12,4) dan kualitas pelayanan antenatal nilai p = 0,001 (OR= 5,85 ;
95%Cl= 1,9 17,88).
b. Pendidikan Ibu
Penelitian Suriani (2010) menyimpulkan bahwa
dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,000 ( OR = 1,80; 95%CI=
1,43 2,26). Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendasari pengambilan
mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya. Pendidikan juga sangat
erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan.
c. Penghasilan
Secara tidak langsung penghasilan ibu hamil akan memengaruhi kejadian
BBLR, karena umumnya ibu-ibu dengan penghasilan keluarga rendah akan
mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara kualitas maupun secara
kuantitas, yang akan berakibat terhadap rendahnya status gizi ibu hamil tersebut.
Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko melahirkan bayi dengan BBLR
dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan ibu dengan status gizi baik. Hal senada
juga diungkapkan oleh Kardjati (1985) dalam Suriani 2010 bahwa faktor penghasilan
berperan dalam meningkatkan risiko kejadian BBLR. Beberapa alasan diantaranya
adalah kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori, disamping juga karena ibu-ibu
yang miskin sebelumnya juga kurang gizi.
d.
Jarak Persalinan
(2010) menyatakan bahwa infeksi selama hamil dapat berhubungan secara langsung
maupun tidak langsung dengan kejadian BBLR, seperti infeksi pada penyakit malaria,
toksoplasma, plasmodium dan infeksi virus. Infeksi virus menghambat pertumbuhan
janin bahkan dapat menyebabkan kematian janin seperti pada infeksi virus rubella
dan cytomegalo virus. Diduga virus-virus tersebut mengeluarkan toksin yang dapat
mengurangi suplai darah ke janin. Infeksi pada saluran kemih juga sering
berhubungan dengan kejadian BBLR dimana infeksi ini dapat menyebabkan infeksi
pada air ketuban dan plasenta sehingga mengganggu suplai makanan ke janin.
Disamping penyakit infeksi penyakit non infeksi juga berhubungan dengan kejadian
BBLR seperti penyakit ginjal kronis, hipertensi, dan diabetes melitus.
Menurut Manuaba (1998) faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
persalinan preterm (prematur ) atau bayi berat lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang
b. Umur kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah
(perokok)
Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi hamil: preeklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini.
4.
Faktor Janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
5.
medis berbahasa Inggris dan Perancis yang diterbitkan dari tahun 1970-1984 yang
dilakukan oleh Kramer (1987), diidentifikasi 43 determinan potensial berat badan
lahir yaitu:
a. Faktor genetik dan bawaan, meliputi jenis kelamin bayi, suku, tinggi badan
ibu hamil, berat badan sebelum hamil, haemodynamic ibu hamil, tinggi dan
berat badan bapak dan faktor genetik lainnya.
b. Faktor demografik dan psikososial, meliputi umur ibu, status sosial ekonomi
(pendidikan, pekerjaan, dan/atau pendapatan), status perkawinan, faktor
kejiwaan ibu hamil.
selama hamil, serta faktor lingkungan yaitu: status sosial, ekonomi, nutrisi/IMT,
infeksi/penyakit ibu, pemanfaatan pelayanan, merokok/alkohol, dan tingkat
pengetahuan ibu.
2.3
Perawatan Antenatal
Antenatal
meliputi
pengawasan
terhadap
kehamilan
untuk
pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu yang optimal
pada saat akhir kala nifas (Manuaba. 2008).
2.3.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Tujuan utama antenatal care adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
positif bagi ibu maupun bayinya dengan membina hubungan saling percaya dengan
ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan
kelahiran dan memberikan pendidikan. Antenatal care penting untuk menjamin agar
proses alamiah tetap berjalan selama kehamilan (Marmi, 2011).
2.3.3 Tujuan Khusus Pengawasan Antenatal
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat
kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan dan kala
nifas.
3. Memberikan nasihat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan, kala nifas, laktasi dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian perinatal.
Menurut Depkes RI (2004) kunjungan ideal yang dilakukan oleh ibu hamil
diharapkan mengikuti anjuran sebagai berikut:
a. Awal kehamilan sampai dengan tujuh bulan memeriksakan diri setiap empat
minggu sekali.
b. Usia kehamilan tujuh bulan sampai dengan sembilan bulan tiap dua minggu
sekali.
c. Usia kehamilan sembilan bulan sampai dengan sepuluh bulan tiap satu
minggu sekali.
Kunjungan tersebut bisa lebih banyak frekuensinya bila ada anjuran dari
tenaga pemeriksa kehamilan karena melihat kondisi ibu atau bila ada masalah serta
gangguan pada kandungannya. Frekuensi minimal pemeriksaan kehamilan adalah 4
kali selama kehamilan dengan rincian sebagai berikut:
a. Satu kali pada usia kehamilan satu sampai tiga bulan (triwulan I).
b. Satu kali pada usia kehamilan empat sampai enam bulan (triwulan II).
c. Dua kali pada usia kehamilan tujuh sampai sembilan bulan (triwulan III).
Tabel 2.1 Informasi Setiap Kunjungan Antenatal
Kunjungan
Waktu
Trimester
Pertama
Informasi Penting
Sebelum
Minggu ke 14
Trimester
Kedua
Sebelum
Sama
seperti
diatas,
ditambah
kewaspadaan
khusus
mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-
Minggu ke 28
Waktu
Trimester
Antara
Ketiga
minggu
ke 28-36
Informasi Penting
Sama seperti diatas, ditambah deteksi
letak bayi yang tidak normal, atau
kondisi lain yang memerlukan kelahiran
di rumah sakit.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
b.
c.
Minimal 2 kali pada trimester III, (K3-K4), usia kehamilan > 24 minggu.
A. Jadwal Pemeriksaan
Menurut Depkes RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan
antenatal dibagi atas :
a. Kunjungan Pertama (K1)
Meliputi : (1) Identitas/biodata, (2) Riwayat kehamilan, (3) Riwayat
kebidanan, (4) Riwayat kesehatan, (5) Riwayat sosial ekonomi, (6)
Pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, (7) Penyuluhan dan
konsultasi.
b. Kunjungan Keempat (K4)
Meliputi : (1) Anamnese (keluhan / masalah) (2) Pemeriksaan kehamilan dan
pelayanan
kesehatan,
(3)
Pemeriksaan
psikologis,
(4)
Pemeriksaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Menurut Suriani (2010) risiko ibu yang berumur < 20 tahun atau > 30 tahun
kemungkinan besar untuk melahirkan bayi berat lahir rendah dan pendidikan ibu
berpengaruh terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang berpendidikan rendah risiko
terhadap kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi.
2.5
Kerangka Konsep
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini
Faktor demografi
a. Umur
b. Pendidikan
c. Penghasilan
Kejadian
0 BBLN
1 BBLR
Faktor perawatan antenatal
a. Kunjungan pertama
b. Jumlah kunjungan
c. Kualitas pelayanan
Faktor confounding
a. Gizi Ibu
b. Jarak kehamilan
c. Paritas
d. Komplikasi kehamilan